Rabu, 28 Januari 2009

[daarut-tauhiid] Pemalsuan Heboh Bukti Evolusi Jepang [Bagian 1]

Pemalsuan Heboh Bukti Evolusi Jepang
[Bagian 1]

Written by usamah

Hidayatullah.com--Detik-detik menjelang peringatan hari lahir Charles
Darwin yang ke-200 membuat berbagai media massa sibuk memperbincangkan
hal-hal seputar Darwin dan teorinya, Darwinisme. Tak terkecuali koran
Inggris, The Sunday Times (11/1/2009), yang meliput sikap ilmuwan
Inggris yang mendukung maupun menolak Darwinisme dalam tulisan berjudul;
"For God's sake, have Charles Darwin's theories made any
difference to our lives?" (Demi Tuhan, sudahkah teori-teori Charles
Darwin membuat hidup kita berbeda?).

Darwin dan ateisme

Bagi pendukung Darwinisme, terutama dari kalangan ilmuwan, Darwinisme
dianggap sebagai visi emas ilmu pengetahuan masa kini, kerangka berpijak
biologi dan lambang kedigdayaan ilmu pengetahuan dalam mengungkap cara
kerja alam materi.

Lain halnya dengan kalangan ilmuwan yang tidak `menuhankan'
Charles Darwin dan tidak mengabsolutkan teori yang dianggap ilmiah
seperti Darwinisme. Bagi mereka, Darwinisme adalah teori yang
dimunculkan di masa ketika sarana penelitian ilmiah masih sangat
terbelakang, dan kini sudah ambruk di hadapan temuan ilmiah modern.

Salah satunya adalah dokter medis sekaligus penulis, James Le Fanu.
Dalam karya teranyarnya, "Why Us? How Science Rediscovered the
Mystery of Ourselves" (Mengapa Kita? Bagaimana Ilmu Pengetahuan
Menemukan Kembali Misteri Diri Kita Sendiri) ia menegaskan bahwa
temuan-temuan baru di bidang biologi telah merobohkan Darwinisme alias
teori evolusinya Darwin mengenai kehidupan.

Darwinisme bukanlah sekedar teori di bidang biologi atau ilmu tentang
makhluk hidup. Tapi Darwinisme adalah cara pandang terhadap makhluk
hidup, hidup dan kehidupan itu sendiri. Menurut Le Fanu, Darwin telah
mengubah dunia secara mendasar. Le Fanu melanjutkan:

"Along with those now fallen idols Marx and Freud, he accounts for
the secularisation of western society. Darwinism is the foundational
theory of all atheistic, scientific and materialist doctrines and of the
notion that everything is ultimately explicable and that there is
nothing special about ..."

"Bersama dengan berhala-berhala yang kini telah ambruk itu, yakni
[Karl] Marx dan [Sigmund] Freud, [Darwin] menyebabkan sekulerisasi
masyarakat barat. Darwinisme adalah teori yang melandasi seluruh
doktrin-doktrin ateis, ilmiah dan materialis serta gagasan bahwa setiap
sesuatu pada akhirnya dapat diterangkan dan bahwa tidak ada yang
istimewa mengenai hal itu..."

Sebagaimana ditulis Bryan Appleyard dalam koran The Sunday Times
tersebut Charles Darwin sendiri bahkan menyadari bahwa teorinya memiliki
dampak besar. Dari karyanya sendiri, Darwin lalu mulai menarik
kesimpulan-kesimpulan yang semakin meragukan keberadaan Pencipta,
kalaulah bukan dianggap ateis sama sekali. Inilah yang menjadi jurang
pemisah antara Charles Darwin dan istri tercintanya yang taat beragama,
Emma.

Pemalsuan Demi 'tuhan' Darwin

[Palsu] Darwinisme bukanlah sekedar teori di bidang biologi, tapi lebih
dari itu, landasan ideologi ateisme dan materialisme. Ini adalah fakta
nyata yang tidak dipungkiri lagi. Tidaklah mengherankan jika para
penganutnya di seluruh dunia berjuang mati-matian mempertahankannya.
Sebab jika tidak, maka hal yang sangat mereka takutkan bakal terjadi:
ambruknya seluruh tatanan kehidupan materialis-ateis global yang telah
mereka bangun dengan susah payah selama ratusan tahun.

Sebagian dari pendukungnya bahkan tidak ragu-ragu membuat penipuan dan
kebohongan demi mempertahankan apa yang mereka anggap sebagai landasan
ilmu pengetahuan yang menurut mereka harus absolut benar ini. Pemalsuan
ini ternyata bukan saja dilakukan di Eropa, benua tempat kelahiran
Darwinisme, namun juga di Asia. Sebut saja di Jepang. Pemalsuan
memalukan ini mengulang sejarah kebohongan evolusionis akbar tanpa jera
di Inggris dan di Jerman yang terkenal di dunia itu: Manusia Piltdown
dan Manusia Hahnhöfersand.

Penipuan bukti evolusi manusia di Jepang ini sangatlah menghebohkan
dunia ilmu pengetahuan, terutama masyarakat arkeologi Jepang di awal
tahun 2000-an. Berita itu sedemikian memalukannya sampai-sampai jurnal
ilmiah Harvard Asia Quarterly (Vol. VI, No. 3., 2002) menjulukinya
sebagai "Japan's Worst Archaeology Scandal" (Perbuatan
Memalukan Arkeologi Terburuk Jepang).

Dalam skandal ini, pakar arkeologi terkemuka Jepang, Fujimura Shinichi,
tertangkap basah oleh bidikan kamera video ketika sedang memalsukan
temuan-temuan bukti evolusi nenek moyang orang Jepang. Ia kepergok
sedang mengubur benda-benda palsu itu di lubang-lubang yang ia gali
sendiri. Rekannya, Kagawa Mitsuo, dituduh memalsukan pula, tapi bukan
hal yang terkait dengan pemalsuan Fujimura Shinichi. Tuduhan ini membuat
Kagawa Mitsuo, profesor emeritus di Beppu University Jepang, melakukan
bunuh diri sebagai protes bahwa ia tidak bersalah. (bersambung).
[ah/the-Sunday-times/harvard-asia-quaterly/bbc/www.hidayatullah.com
<http://www.hidayatullah.com/> ]

[Non-text portions of this message have been removed]

__._,_.___
====================================================
Pesantren Daarut Tauhiid - Bandung - Jakarta - Batam
====================================================
Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
====================================================
       website:  http://dtjakarta.or.id/
====================================================
Recent Activity
Visit Your Group
Y! Messenger

PC-to-PC calls

Call your friends

worldwide - free!

Y! Groups blog

The place to go

to stay informed

on Groups news!

Yahoo! Groups

Special K Challenge

Join others who

are losing pounds.

.

__,_._,___

Tidak ada komentar: