Senin, 31 Agustus 2009

[daarut-tauhiid] Fwd: CALAK EDU - Khadijah Williams

 

---------- Forwarded message ----------
From: korandigital <korandigital@gmail.com>

TANDA-TANDA kebangkrutan suatu negara sebenarnya dapat dengan mudah
dideteksi dari kondisi sistem pendidikan nasional yang dijalankannya.
Banyak sekali hasil studi yang menyebutkan bahwa jika kondisi ekonomi
sebuah negara memburuk, pasti berkorelasi positif terhadap kondisi
sekolah. Sebaliknya, jika stabilitas ekonomi mampu meningkatkan
produktivitas dan pendapatan masyarakat, dapat dipastikan bahwa sistem
pendidikan negara tersebut berfungsi dengan baik. Dengan demikian,
kualitas sekolah memiliki pengaruh yang jelas terhadap kemampuan daya
beli masyarakat, sekaligus meningkatkan pertumbuhan ekonomi dalam jangka
panjang.

Para ahli ekonomi telah memberi perhatian sangat serius kepada efek
human capital terhadap berbagai hasil ekonomi. Investasi di bidang
keterampilan yang diselenggarakan melalui pendidikan akan selalu relevan
dengan pasar tenaga kerja jika sistem pendidikan suatu negara memiliki
ketersambungan dengan pasar, dunia industri, dan perguruan tinggi.
Artinya, investasi sumber daya manusia melalui pendidikan merupakan
tolok ukur sederhana untuk melihat sejauh mana relevansi sekolah,
perguruan tinggi dan dunia usaha bersinergi, sekaligus untuk mengukur
sejauh mana sebuah sekolah itu memiliki ciri dan kriteria berkualitas.

Menurut penelitian Elmore dan Fuhrman (2001), sebuah proses pendidikan
di sekolah akan baik dan berkualitas jika masalah yang berkaitan dengan
tanggung jawab internal dan eksternal sekolah mendapatkan prioritas
terlebih dahulu untuk diselesaikan. Sejalan dengan itu, pendidikan di
sekolah juga harus mampu menumbuhkan apa yang disebut Charles W Eliot,
presiden Harvard University pada 1880an, sebagai mental power. Yaitu
suatu kemampuan untuk berpikir, bernalar, melakukan observasi, dan
mendeskripsikan sesuatu hal secara logis-rasional.

Kemampuan semacam itulah yang terlihat dari kasus Khadijah Williams,
seorang anak yang memiliki kemampuan material sangat terbatas karena
keluarganya masuk dalam kategori homeless alias gelandangan. Sepanjang
hidupnya, Khadijah sangat akrab dengan lingkungan tempat tinggal di
lokasi tempat-tempat sampah, shelter-shelter, lapangan dan tamantaman
umum yang terbuka dari Los Angeles ke San Diego, dari San Fransisco
hingga ke Orange County.

Selama kurang lebih 12 tahun, Khadijah telah bersekolah di 12 sekolah
berbeda karena hidupnya yang berpindah-pindah. Dengan ditemani ibu dan
adik perempuannya, Khadijah Williams tahu persis bagaimana rasanya harus
tetap bersekolah dengan kondisi serbaminim, sedangkan di usianya yang
masih belia dia juga menjumpai fakta-fakta tentang kerasnya kehidupan
para mucikari dan PSK di jalan-jalan serta para pengedar narkoba yang
selalu mengancam kesehatan berpikir dan jiwanya sekaligus. Khadijah dan
keluarganya hampir tidak pernah tinggal atau menetap lebih dari beberapa
bulan di suatu tempat, hingga dia memasuki SMA. Namun demikian, dan ini
hebatnya, Khadijah Williams tetap menjaga hubungan baiknya dengan
seluruh guru dan mentornya di setiap sekolah yang menampungnya.

Akhir Juni lalu, dia lulus dari Jefferson High School di Los Angeles
pada urutan keempat di kelasnya. Setelah dia dan sekolahnya mengirimkan
profil dan lamaran ke banyak perguruan tinggi, 20 perguruan tinggi
bersedia menerimanya sebagai mahasiswa penerima beasiswa penuh, dan
pilihan akhirnya dia jatuhkan ke Harvard University yang sangat
bergengsi itu. Apa yang dilakukan Khadijah membuat semua orang
terperangah, bahkan teman-teman di sekolahnya pun tak menyangka kalau
dia datang dari lingkungan keluarga gelandangan.

"No one has written your destiny for you. Your destiny is in your hands,
and don't you forget that,"
kata Obama saat inaugurasi program No Excuses dengan Khadijah ikut hadir
di dalamnya.
Bagi Edu, dalam konteks pendidikan di Indonesia, hal itu bukan semata
soal bahwa setiap manusia harus menentukan takdirnya sendiri.
Sistem pendidikan di Amerika yang memiliki standar kualitas sekolah yang
hampir sama di setiap lokasi. Itulah yang memungkinkan anak seperti
Khadijah menerima pendidikan dengan baik. Pentingnya pemerataan akses
dan kualitas sekolah harus menjadi agenda utama Mendiknas ke depan, agar
anak-anak yang bernasib sama seperti Khadijah dan hidup di sekitar kita
tetap dapat memenuhi hasrat dan keinginannya untuk memperoleh pelayanan
pendidikan yang berkualitas. Ahmad Baedowi

http://anax1a.pressmart.net/mediaindonesia/MI/MI/2009/08/31/ArticleHtmls/31_08_2009_023_002.shtml?Mode=0

__._,_.___
====================================================
Pesantren Daarut Tauhiid - Bandung - Jakarta - Batam
====================================================
Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
====================================================
       website:  http://dtjakarta.or.id/
====================================================
Recent Activity
Visit Your Group
Ads on Yahoo!

Learn more now.

Reach customers

searching for you.

Weight Loss Group

on Yahoo! Groups

Get support and

make friends online.

Find helpful tips

for Moderators

on the Yahoo!

Groups team blog.

.

__,_._,___

Tidak ada komentar: