Minggu, 28 November 2010

[daarut-tauhiid] Tebusan atas Keterlambatan Memeluk Islam Hakim bin Hizam r.a.

*Tebusan atas Keterlambatan Memeluk Islam Hakim bin Hizam r.a.*

Kalau boleh disebut rekor, maka barangkali sampai kiamat tidak akan ada yang
bisa memecahkan rekor Hakim bin Hizam, kemenakan Sayidah Khadijah r.a. Apa
itu? Lahir di dalam Ka'bah. Meski bukan karena disengaja, tapi lahir di
dalam Ka'bah adalah peristiwa yang sangat unik dan langka.

Kronologinya, ibu Hakim bin Hizam yang tengah hamil tua masuk ke dalam
Ka'bah untuk suatu keperluan. Pada zaman dulu, Ka'bah memang biasa di buka
untuk umum dalam kesempatan-kesempatan tertentu. Saat berada di dalam,
tiba-tiba ibu Hakim merasa bahwa janin dalam perutnya akan segera lahir.
Lalu orang pun membantu dan mengambilkan alas dari kulit binatang. Dan,
lahirlah Hakim bin Hizam.

Seperti moment kelahirannya, kisah perjalanan hidup Hakim pun cukup unik.
Sewaktu masih muda, boleh dikata Hakim dan Muhammad yang belum diutus
menjadi Rasul adalah dua sahabat kental. Persamaan karakter berupa ketajaman
berpikir, kemuliaan nasab dan kehormatan diri menjadikan persahabatan
keduanya sangat erat.

Meskipun Hakim lima tahun lebih tua dari Muhammad, namun la begitu menikmati
persahabatan tersebut. Lebih-lebih manakala Muhammad mempersunting
"amah"nya, Khadijah binti Khuwailid. Persahabatan itu kian erat menjadi
hubungan persaudaraan.

Dengan semua yang disebutkan diatas, barangkali pembaca sedikit kaget,
mengapa diantara *as sabiqunal awwalun*, orang-orang yang pertama kali masuk
Islam tidak tertera nama Hakim bin Hizam?

Ya, memang janggal. Semestinya Beliau masuk daftar karena persahabatannya
dengan Muhammad hampir mirip dengan persahabatan Nabi *shalallahu alaihi
wassalam* dengan Abu Bakar, Kemampuan berpikirnya juga tidak seperti
kebanyakan orang. Tapi apa hendak dikata, itulah kuasa Allah. Hakim bin
Hizam baru masuk Islam 20 tahun setelah Muhammad diangkat menjadi Rasul dan
mendakwahkan Islam. Beliau mengikrarkan syahadat setelah orang-orang kafir
kalah secara total pada penstiwa *Fathu Makkah* tahun 8 Hijriyah.

Lantas apa sebenarnya yarg membuat Hakim bin Hizam tertinggal dari *kafilah
as sabiqunal awwwalun* yang mulia?

Penuturan beliau akan memberikan pelajaran berharga bagi siapapun yang
menyimaknya. Beliau menuturkan bahwa sebenarnya hasrat untuk masuk Islam
sudah beberapa kali menyeruak di hatinya. Namun, saat hasrat itu datang,
beliau memandang para pembesar dan ksatria-ksatria Quraisy yang masih
konsisten dengan jalan yang mereka pilih, menjadi pembela paganisme dan
kejahiliyahan. Melihat konsistensi, semangat dan keteguhan mereka, hasrat
itupun meredup dan cahaya hidayah urung menghampiri. Beliaupun berkesah,
"Duhai seandainya aku tak melakukan itu .... yang membinasakanku, tak lain
adalah mengekor pada nenek moyang dan para pembesar."

20 tahun itu bukan waktu yang sedikit. Ada ribuan moment berharga yang telah
dilalui Rasulullah dan para shahabatnya yang setia. Dan itu berarti, Hakim
bin Hizam melewatkannya. Manisnya saat-saat turunnya wahyu, gemuruh semangat
perjuangan di medan perang, ledakan gairah saat meraih kemenangan, damainya
kesabaran saat ditimpa ujian, cerahnya suasana dengan mekarnya bunga ukhuwah
dan sejuknya nasihat-nasihat Rasulullah berupa kuntum-kuntum hadits yang
setiap saat diberikan adalah moment yang tak temilai harganya. Semua itu,
Hakim bin Hizam melewatkannya meski ia masih berkesempatan merasakannya di
penghujung masa Nubuwah.

Sedih. Tentu saja Hakim bin Hizam merasa sangat sedih. Beliau hanya bisa
menggigit ibu jari kekecewaan atas umur yang beliau habiskan dalam kubangan
kejahiliyahan, sementara shahabat-sahabatnya telah mentas dan bahkan
bermandikan mutiara.

Suatu hari, beliau menangis.

Melihat airmata meleleh di pipi ayahnya, sang anak bertanya,

"Apa yang membuatmu menangis, ayah?"

Sang ayah menjawab,

"Ada banyak hal yang membuatku harus menangis, anakku. Yang paling pertama
adalah keterlambatanku memeluk Islam hingga membuatku tertinggal dari
berbagai moment yang mulia, yang meskipun aku infakkan emas seberat bumi,
tak akan sebanding sama sekali."

Di sisa-sisa waktu yang beliau miliki, seakan-akan beliau senantiasa
berusaha menebus segala hal yang pemah dilakukan di masa Jahiliyah. Salah
satu yang paling kelihatan adalah soal infak. Dulu, beliau adalah donatur
kawakan untuk menyukseskan agresi kaum Quraisy kepada kaum muslimin. Meski
di tengah jalan beliau sempat bersumpah untuk menghentikan suplay dana
karena suatu hal.

Namun, rasa menyesal telah menjadi pendukung musuh-musuh Islam membuat
beliau merasa harus menebus hal itu setelah masuk Islam kini. Tak ayal,
beliaupun menggelentorkan sekian banyak dana dari rezeki yang Allah
karuniakan kepada beliau. Pada haji perdana yang beliau tunaikan, beliau
pergi sambil menggiring 100 unta lalu menyembelihnya di Makah. Haji kedua,
beliau membawa 100 orang sahaya dan mengalungi leher mereka dengan perak
yang bertuliskan "Yang dibebaskan untuk Allah dari Hakim bin Hizam". Dan
pada haji yang ketiga, beliau menggiring 1000 ekor kambing dan disembelih di
Mina lalu dagingnya dibagikan kepada fakir miskin.

*Subhanallah*, beliau memang telah tertinggal banyak dari yang lain. Tapi
lihatlah, beliau berlari sekencang-kencangnya agar tak jauh dari
pendahulunya. Beliau korbankan dunia ini, diberikan semuanya untuk
mempercepat langkah beliau menyusul orang-orang mulia yang telah
mendahuluinya.

Satu lagi keunikan beliau, beliau tidak pernah meminta harta dari siapapun.
beliau pernah meminta harta ghanimah dari Rasulullah pada awal keislamannya,
tapi sejak itu beliau tak pemah meminta harta kepada manusia, hingga Malakul
Maut menjemputnya. (T Anwar/disarikan dari *Suwar min Hayatish Shahabah*,
DR. Abdurrahman Ra'fat Basya)


Sumber : ar-risalah No. 112 / Vol. X / 04 Syawal – Dzhulqa'dah 1431 H /
Oktober 2010


[Non-text portions of this message have been removed]

------------------------------------

====================================================
Pesantren Daarut Tauhiid - Bandung - Jakarta - Batam
====================================================
Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
====================================================
website: http://dtjakarta.or.id/
====================================================Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/daarut-tauhiid/

<*> Your email settings:
Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
http://groups.yahoo.com/group/daarut-tauhiid/join
(Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
daarut-tauhiid-digest@yahoogroups.com
daarut-tauhiid-fullfeatured@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
daarut-tauhiid-unsubscribe@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/

Tidak ada komentar: