Selasa, 30 November 2010

[daarut-tauhiid] I Have No Complaints with My Life

*I Have No Complaints with My Life*

Oleh Endang TS Amir

Jika saya menulis judul seperti di atas, itu bukanlah sebuah kesombongan,
justru ungkapan rasa syukur atas segala yang telah Allah karuniakan kepada
saya. Juga bukan pernyataan bahwa hidup saya bebas masalah.

Saya menulis artikel ini, karena beberapa minggu lalu, saya sering mendengar
'keluhan' kerabat maupun teman-teman tentang kehidupan pribadi mereka.

Ada yang mengeluh telah bekerja bertahun-tahun, tetapi tidak ada peningkatan
karier. Ia menyesal tidak melanjutkan kuliah. Ada yang mengeluh kehidupannya
garing dan menyesal karena menuruti perintah suaminya untuk berhenti
bekerja. Ada yang mengeluh tentang perilaku buruk suaminya, dan menyesali
jodohnya. Ada yang mengeluh kehidupan perekonomiannya menurun dan menyesali
membiarkan anaknya yang ketiga terlahir. Masya Allah.

Keluhan. Bertapa sering kita mendengar keluhan-keluhan. Dari yang ringan
sampai yang berat. Dari yang remeh temeh sampai ke masalah yang kompleks.
Mengeluh indentik dengan tidak menerima keadaan. Dengan mengeluh berarti
kita 'protes' terhadap Sang Pencipta Keadaan yaitu Allah SWT.

Mengeluh tidak menyelesaikan masalah, bahkan bisa jadi memperburuk keadaan.
Segala sesuatu telah Allah tetapkan. Jika karier tidak meningkat, sehingga
pendapatan juga tidak meningkat. Itu bukan masalah tidak kuliah, tetapi
memang rezeki Allah yang mengatur.

Jika suami berperilaku buruk, jangan menyesali jodoh, karena jodoh Allah
yang menetapkan, tetapi cari solusi terbaik agar perangai suami berubah dan
kitapun dapat lebih sabar dan tabah.

Mengeluh hanya akan meracuni pikiran-pikiran kita dengan hal-hal yang
negatif. Jika kita mampu mengubah keadaan yang kita keluhkan, saatnya
merubah pola pikir kearah yang positif dan mulai melakukan
perbaikan-perbaikan. Lakukan sesuatu yang produktif agar energi kita tidak
tersita dengan keluhan-keluhan.

Jika kita tidak mampu mengubah apa yang kita keluhkan, berpikirlah tentang
betapa banyaknya nikmat Allah yang telah dikaruniakan kepada kita, kemudian
syukurilah hal-hal baik yang kita miliki. Keluhan-keluhan yang menumpuk,
pada akhirnya membuat kita menyesali, apa yang seharusnya tidak kita sesali.

Mengeluh kehidupan kita garing dan meyesal mengikuti perintah suami untuk
berhenti bekerja, sungguh tidak tepat. Taat kepada suami yang tidak
menyalahi perintah Allah, hukumnya wajib setelah taat kepada Allah dan
RasulNya, dan insya Allah surga jaminannya.

Kehidupan kita garing? Cari kegiatan positif dan menyenangkan hati kita.
Mengeluh karena perekonomian menurun, kemudian menyesal membiarkan anaknya
yang ketiga terlahir? Masya Allah.

Setiap anak membawa rezekinya masing-masing. Perekonomian menurun? Memang
Allah sedang menguji dengan sempitnya rezeki, jangan sesali anak yang telah
kita lahirkan.

Sungguh, kita tidak boleh menyesali apapun jika itu adalah takdir. Betapapun
getirnya. Kita hanya boleh menyesali dosa-dosa kita, menyesali kesalahan
yang terlajur kita perbuat, menyesali waktu yang telah berlalu tanpa kita
isi dengan zikir padaNya, atau menyesali bahwa kita tidak cukup dalam
menjalankan ketaatan kepadaNya.

Sedangkan menyesal atas jodoh pilihan Allah, itu tidak boleh. Menyesal atas
amanah yang telah Allah karuniakan kepada kita, itu juga tidak boleh. Apapun
alasannya. Karena sesungguhnya segala yang telah Allah tetapkan buat kita
adalah baik, karena Allah tidak akan memberi kecuali hal-hal yang baik.
Walaupun terlihat buruk, walaupun terasa menyakitkan, insya Allah itu baik
jika kita dapat melihat hikmah di balik kejadian ataupun peristiwa tersebut.

Bukankah mendekatnya kita kepada Allah asbab 'musibah' yang menimpa kita
adalah jauh lebih baik, ketimbang kebahagiaan hidup yang melenakan dan
menjauhkan kita dari-Nya? Kalau kita memang terpaksa ingin mengeluh,
mengeluhlah kepada Allah. Curhatlah kepada-Nya. Karena DIA-lah Pencipta
keadaan, dan Hanya Dia yang mampu menyelesaikan segala persoalan.

Menjalani hidup ini, saya merasa beruntung dan bersyukur bahwa Allah banyak
memberi lebih dari yang saya harapkan. Terlahir dari keluarga yang
biasa-biasa saja, bahkan boleh dibilang sedikit kekurangan.

Ibu membantu perekonomian keluarga dengan menerima jahitan. Teringat dahulu,
sebelum saya barangkat sekolah, saya menunggu ibu yang pagi-pagi sudah pergi
mengantar jahitan. Katanya, kalau tidak dapat ongkos jahitnya, maka saya
juga tidak dapat uang jajan.

Atau ketika malam takbiran, ketika teman-teman sebaya sibuk keliling kampung
dan bersukaria, saya begadang memasang kancing baju pesanan langganan ibu.
Pada saat saya masih SD, saya menghabiskan waktu malam saya mengajar private
anak-anak tetangga. Saya jalani hidup saya, dan rasanya saya happy-happy
saja.

Masalah silih berganti, perekonomian yang tidak kunjung membaik, sementara
ibu memiliki 5 anak, yang kesemuanya memasuki usia sekolah. Belum lagi
masalah-masalah lain yang tidak bisa saya sebutkan. Intinya, saya kenal yang
namanya kesulitan hidup, saya kenal yang namanya kegetiran.

Alhamdulillah, saya bisa kuliah. Alhamdulillah saya bisa bekerja seusai
kuliah. Dan masalah jodoh, sungguh saya tidak memilih kriteria yang
macam-macam. Pada waktu itu saya hanya berharap Allah menjodohkan saya
dengan seorang laki-laki yang akan mencintai saya karena Allah dan akan saya
cintai karena Allah. Seorang laki-laki yang dapat membimbing saya dalam
ketaatan kepada-Nya. Seorang laki-laki yang Allah ridhoi sebagai pasangan
hidup saya.

Mengenai latar belakangnya, asalnya darimana, lulusan apa atau kerja dimana,
tidak menjadi concern saya. Bukan tidak ingin memiliki suami dengan bibit,
bebet dan bobot yang baik, hanya saja saya tidak ingin mendikte Allah
tentang jodoh saya. Saya pasrahkan kepada Allah, agar memberi saya
pendamping hidup yang baik dalam pandangan-Nya. Berharap yang terbaik, dan
mempersiapkan diri untuk yang terburuk.

Alhamdulillah, Allah jodohkan saya dengan pendamping hidup yang memberi saya
kebahagiaan dan kenyamanan hidup. Seseorang dengan kepribadian dan
prinsip-prinsip hidup yang syar'i.

Benang merah dari sekilas kehidupan pribadi saya adalah, belajarlah menerima
keadaan, apapun itu, sebagai bagian takdir yang telah Allah tetapkan untuk
kita. Berhenti mengeluh.

Karena itu adalah respon negative yang membuat pola pikir dan tindakan kita
jadi tidak produktif. Dari pada mengeluh cari jalan keluar. Lakukan yang
terbaik yang dapat kita lakukan, insya Allah, Allah tidak akan pernah
mengecewakan hamba-hambaNya yang telah bersungguh-sungguh dalam usahanya.

Kemudian bersabarlah dan pasrahkan hasilnya kepada Allah. Insya Allah,
segalanya akan indah pada waktunya. Kita pasti menuai apa yang kita tanam.
Jangan banyak mengeluh atau 'protes', Insya Allah, Allah akan memberi lebih
dari yang kita bayangkan.

Sebagai gambaran, ada dua orang anak yang dicintai dan diperlakukan sama
dengan ibunya. Si anak yang satu, protes terus terhadap segala yang
diberikan ibunya. Dibelikan baju, mengeluh warnanya tidak sesuai, dibelikan
makanan, mengeluh tidak sesuai selera.

Pokoknya ada saja yang dikeluhkan. Sementara, si anak yang kedua, apa saya
yang diberikan ibunya, tidak pernah dikeluhkan. Diterima saja dengan rasa
terimakasih. Sebagai ibu, tentu ia mencintai kedua anaknya. Tetapi, kepada
siapa si ibu lebih simpatik?

Buruknya dari habit mengeluh adalah ia bagaikan virus yang mudah menyebar.
Test case, cobalah kita berkumpul-kumpul dengan teman-teman, kemudian kita
ungkapan sebuah keluhan tentang suatu hal, kemungkinan besar orang-orang
lainpun akan menimpali dengan keluhan.

Misalnya kita mengeluh tentang rusaknya ruas jalan A, sehingga menghambat
perjalanan, mereka-mereka yang mengalami hal yang sama kemungkinan besar
akan mengeluhkan hal yang sama.

Kita mengeluh tentang perangai buruk suami misalnya, yang lainpun akan
menimpali dengan keluhan-keluhan mereka tentang suami-suami mereka. Energi
negatif akan mengalirkan hal-hal yang negatif. Karenanya, ciptakan pola
pikir positif. Terima keadaan sebagaimana adanya tanpa keluhan.

Jika dapat kita ubah, ubahlah. Jika tidak, terimalah sebagai pernak-pernik
kehidupan yang harus kita jalani. Ridholah dengan takdir-Nya. Dan nantikan,
sentuhan cinta-Nya dalam setiap aspek kehidupan kita, sehingga kita dapat
jalani hidup ini dengan seyuman. Insya Allah.

Wallahu'alam.


ummuali.wordpress.com


[Non-text portions of this message have been removed]

------------------------------------

====================================================
Pesantren Daarut Tauhiid - Bandung - Jakarta - Batam
====================================================
Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
====================================================
website: http://dtjakarta.or.id/
====================================================Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/daarut-tauhiid/

<*> Your email settings:
Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
http://groups.yahoo.com/group/daarut-tauhiid/join
(Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
daarut-tauhiid-digest@yahoogroups.com
daarut-tauhiid-fullfeatured@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
daarut-tauhiid-unsubscribe@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/

Tidak ada komentar: