Senin, 22 November 2010

[daarut-tauhiid] Si Mbak Pengen Naik Haji

 

Si Mbak Pengen Naik Haji
source : http://blog.soetamrizky.info/?p=311

Musim haji telah tiba, beragam berita tentang problematika haji pun mulai menghiasi layar kaca. Bejo terhenyak, bukan karena merasa jengkel dengan berbagai masalah yang selalu terjadi di tiap tahun, namun teringat dirinya akan kedatangan salah seorang dari masa lampau yang selalu berkesan di hatinya. Si Mbak, begitu kerap ia memanggilnya, seseorang yang sudah seusia orangtuanya, seseorang yang hanya berprofesi sebagai seorang buruh cuci-setrika di beberapa tempat yang masih bertahan untuk tidak menggunakan mesin cuci dan jasa laundry yang semakin menjamur saat ini.

Si Mbak yang tak pernah Bejo anggap sebagai seorang pembantu, namun lebih sebagai seorang kakak perempuan yang memang tak pernah ia miliki. Si Mbak yang telah berada dalam kehidupan Bejo sejak masa kanak-kanak hingga dirinya memiliki anak. Bahkan hingga saat ini pun si Mbak juga seakan menjadi kakak perempuan bagi istrinya yang juga tak pernah memiliki saudara tua seumur hidupnya.

Dan si Mbak yang telah menjanda dengan kisah tragisnya sejak berpuluh tahun silam, berjuang sendirian untuk membesarkan kedua anaknya hingga ke jenjang pernikahan dan tamat sekolah menengah atas. Dan si Mbak yang meski telah melemah tenaganya namun tak pernah menyerah untuk tetap bekerja. Sebuah cermin yang selalu menjadikan Bejo sangat membenci para peminta-minta di tengah jalan yang masih terlihat sehat. Sebuah asa yang selalu menjadikan Bejo tetap semangat bekerja di tengah segala kemelut iri dengki di lingkungan sekitarnya.

Si Mbak yang kini hanya bekerja demi menghidupi dirinya sendiri serta demi sekedar memberi sedikit uang saku untuk cucu-cucunya. Dan ternyata, kedatangan si Mbak sebulan silam ke rumah Bejo membawa sebuah cerita yang sangat menyentuh hati Bejo. Berawal dari perbincangan tentang masa lalu dengan Bejo dan istrinya di sebuah malam yang cukup dingin, tiba-tiba si Mbak berujar," Mbak pengen naik haji, Dik". Bejo dan istrinya terkesiap, sembari tetap berusaha tersenyum pahit. Sebuah keinginan mulia yang mungkin bagi sebagian besar orang menjadi sesuatu yang tak mungkin, terlebih jika melihat keadaan sehari-hari serta profesi dari si Mbak saat ini.

"Mbak sudah menabung, sekarang di kampung sudah ada lima sapi yang dititipkan ke saudara. Mbak juga sudah ikut arisan yang sudah berjalan lebih dari dua tahun. Semoga cukup ya Dik."

Bejo mengangguk perlahan sambil menahan rasa haru yang tiada terkira. Betapa yang dilakukan si Mbak selama beberapa tahun terakhir ternyata sangat mengagumkan. Sejak kedua putrinya telah menikah dan berusaha mandiri di kehidupan masing-masing, si Mbak dengan keras hati, berusaha menabung dengan caranya sendiri. Si Mbak yang tak pernah mengenal aktifitas perbankan sepanjang hidupnya, memang berusaha menyimpan hasil kerja kerasnya dengan cara yang ia miliki sendiri.

Dan dua minggu kemudian, datang kabar dari si Mbak yang menceritakan bahwa dirinya telah mendaftar secara resmi sebagai salah seorang calon jemaah haji untuk lima tahun mendatang. Sambil tak pernah berhenti meminta untuk didoakan agar dirinya tetap sehat pada saat keberangkatan tiba. Sebab si Mbak yang sudah terhitung uzur untuk bekerja memang tak akrab dengan perawatan medis ataupun makanan yang bergizi.

Bejo masih terdiam, si Mbak yang tetap gigih berjuang, tetap punya asa membentang di cakrawala yang kata sebagian orang hanyalah fatamorgana. Bukankah saat kita bermimpi, maka sesungguhnya kita telah memanjatkan doa kepada Yang Maha Agung agar mimpi kita terpenuhi. Namun saat kita bermimpi, maka sesungguhnya kita wajib menancapkan tekad ikhtiar kepada Yang Maha Kuasa bahwa kita akan berusaha agar mimpi kita terpenuhi.

Bejo masih tetap terdiam, si Mbak yang selama masa hidupnya telah ia ketahui banyak jatuh bangun dalam merenda masa depan ternyata tak pernah punya niatan untuk menyerah. Tak pernah punya niatan untuk duduk diam dan mengharapkan belas kasihan. Sebaliknya, si Mbak yang seakan tak pernah mau merepotkan orang lain, tetap melawan keadaan dengan segala keterbatasan yang ia miliki. Bukankah saat kita diberi cobaan, Yang Maha Rahmat takkan pernah memberi ujian kepada hambanya kecuali dalam batas kemampuan orang tersebut. Namun pada saat kita mulai mencaci ujian yang kita hadapi, kita juga harusnya ingat bahwa segala cobaan sesungguhnya adalah rahmat tersembunyi yang telah dianugerahkan oleh Yang Maha Raja.

"Dik, doakan Mbak tetap sehat waktu nanti akan berangkat, ya. Biar tetap kuat waktu jalan nanti di Mekkah."

Bejo mengangguk perlahan sambil tetap menahan rasa haru yang masih tak terperi. Semoga, ya semoga si Mbak tidak hanya pengen naik haji, tapi si Mbak akan benar-benar menjadi haji dari niatan suci yang benar-benar muncul dari hati nurani. Semoga…..

blog.soetamrizky.info

__._,_.___
Recent Activity:
====================================================
Pesantren Daarut Tauhiid - Bandung - Jakarta - Batam
====================================================
Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
====================================================
       website:  http://dtjakarta.or.id/
====================================================
.

__,_._,___

Tidak ada komentar: