Kamis, 12 Juli 2012

[sekolah-kehidupan] Digest Number 3623

13 New Messages

Digest #3623
1
Customer Insight: Melayani Itu Tugas Bersama by "Dadang Kadarusman" dkadarusman
2
Ketika TUHAN Sulit Dipahami by "Made Teddy Artiana"
3
"SYUKUR DAN SABAR". by "Dewo" pdewo
4
Natin #45: Karyawan Yang Adil by "Dadang Kadarusman" dkadarusman
5
Leader Insight#3: Good People Good Leader by "Dadang Kadarusman" dkadarusman
6
Personal Insight#2: Kita Betul-Betul Unik, Titik. by "Dadang Kadarusman" dkadarusman
7
( Artikel ) Pertanyaan(?) by "Made Teddy Artiana"
8
Natin #46: Jebakan Keberlimpahan by "Dadang Kadarusman" dkadarusman
9
Spiritualism #2: Berkarya Sepanjang Hayat by "Dadang Kadarusman" dkadarusman
10
"Surat dari Ibunda" by "Dewo" pdewo
11
Leaderism#4: Sayap Kepemimpinan by "Dadang Kadarusman" dkadarusman
13
Natin #47: Curriculum Vitae Tak Tertulis by "Dadang Kadarusman" dkadarusman

Messages

Wed Jul 11, 2012 7:05 pm (PDT) . Posted by:

"Dadang Kadarusman" dkadarusman

Customer Insight: Melayani Itu Tugas Bersama
 
Hore!
Hari Baru, Teman-teman.
 
Siapapun. Dan dalam posisi apapun. Adalah seorang pelayan. Entrepreneur ataupun profesional, sama-sama berperan sebagai pelayan. Setiap entrepreneur tentu mempunyai pelanggan yang membeli produk-produk. Apa lagi para profesional, yang bekerja untuk memastikan agar pelanggan bagi perusahaan tempatnya bekerja dilayani dengan sebaik-baiknya. Oleh karenanya, jelas sekali jika tugas melayani itu adalah tanggungjawab semua orang. Bukan hanya mereka yang bertitel customer service excellence staff saja.
 
Tapi bukankah tidak semua orang berhadapan langsung dengan pelanggan? Kan hanya orang-orang tertentu atau departemen-departemen tertentu saja yang bertemu dengan pelanggan. Benar, jika definisi bertemu itu adalah pertemuan langsung dengan pelanggan. Baik pertemuan tatap muka, maupun melalui pembicaraan via telepon. Namun, tahukah Anda bahwa setiap karyawan – saya ulang – setiap karyawan di perusahaan sesungguhnya mengalami 'pertemuan langsung' dengan pelanggan? Belum pernah mendengar soal ini ya? Baiklah. Izinkan saya menjelaskannya lebih lanjut.
 
Misalkan saja Anda bekerja di pabrik pembuat sabun. Jika di pabrik itu Anda bekerja di bagian sales, marketing atau customer service, maka mudah untuk dipahami jika Anda punya akses untuk bertemu dengan pelanggan. Tapi, bagaimana proses 'bertemunya' Anda dengan pelanggan itu jika Anda bekerja di bagian produksi?
 
Sederhana saja. Pertemuan Anda dengan pelanggan diwakili oleh produk yang Anda buat. Ketika pelanggan  menggunakan sabun yang Anda buat itu, maka saat itulah Anda bertemu dengan pelanggan. Mereka bisa merasakan seberapa bagusnya kehadiran Anda selama bekerja di pabrik pembuat sabun itu. Kok bisa? Bisa karena kualitas kerja Anda tercermin langsung pada kualitas produk yang Anda buat. Jika pelanggan Anda puas dengan kualitas produk yang Anda buat itu, maka disadari atau tidak; mereka tahu jika Anda bekerja dengan sangat baik. Namun, jika produk yang Anda buat itu buruk, maka mereka juga tahu jika Anda bekerja dengan buruk.
 
Membuat sabun bagi Anda seperti sedang memilih duta besar untuk mewakili kehadiran Anda di hadapan pelanggan. Jika di pabrik itu Anda bekerja sebaik-baiknya. Berhati-hati. Memastikan kualitas sabun itu bagus. Maka sesungguhnya Anda sedang memilih delegasi terbaik yang akan mewakili Anda dalam melayani pelanggan itu. Sebaliknya, jika Anda bekerja asal-asalan saja. Atau berprinsip – halah cuman sabun aja kok -… maka Anda akan menghasilkan produk yang kurang bagus. Sehingga duta besar yang Anda pilih itu tidak bisa tampil prima dihadapan pelanggan Anda.
 
Sekarang bayangkan, bagaimana citra Anda dimata pelanggan dengan kedua jenis kualitas produk yang dihasilkan dari pekerjaan yang Anda tangani itu? Tentu pelanggan mempunyai kesan yang berbeda terhadap 'sang pembuatnya'. Begitu pula halnya jika Anda bekerja dibagian pengemasan produk. Kemasan yang rapi menunjukkan dedikasi sang pengemasnya. Jika Anda bekerja di gudang, akan jelas sekali terlihat pada produk yang disimpan dengan baik dan produk-produk yang dibanting atau ditumpuk seenaknya.
 
"Sori boss. Pekerjaan saya nggak kelihatan. Jadi nggak mungkin pelanggan saya bisa melacak hasil kerja saya yang tidak kasat mata itu!" mungkin Anda bisa berkilah begitu. Namun ingatkah Anda bahwa setiap molekul produk yang Anda buat itu akan dirasakan langsung oleh pelanggan Anda?  Meskipun secara kasat mata mereka tidak langsung merasakannya. Namun pada tingkatan molecular, sel-sel tubuhnya bisa merasakan jika kedalam produk itu Anda memasukkan bahan-bahan yang berkualitas baik atau tidak. Perhatikanlah. Bahkan hubungan Anda dengan pelanggan bisa sedemikian intimnya, ketika Anda bekerja di belakang layar. Inilah sebenarnya yang kita sebut sebagai customer service excellence itu.
 
Jadi meskipun Anda tidak bekerja di bidang yang langsung berhadapan dengan pelanggan; sesungguhnya Anda sedang melayani pelanggan itu melalui pekerjaan yang Anda tangani.  Maka jika Anda ingin memberikan pelayanan yang prima kepada pelanggan-pelanggan Anda; tanganilah setiap pekerjaan yang menjadi tanggungjawab Anda – apapun jenis pekerjaan itu – dengan sebaik-baiknya. Karena dengan cara itu, Anda menunjukkan kepada para pelanggan. Bahwa Anda melayani mereka dengan sebaik-baiknya. Sama seperti ketika kita ingin mendapatkan produk terbaik dari orang lain, mereka pun menginginkan produk terbaik dari kita. Sehingga kita. Bisa saling melayani satu sama lain. Dengan sebaik-baiknya.
 
Salam hormat,
Mari Berbagi Semangat!
DEKA – Dadang Kadarusman
http://www.dadangkadarusman.com/ – 21 Juni 2012
0812 19899 737 or Ms. Vivi at 0812 1040 3327
 
Catatan Kaki:
Hubungan orang yang bekerja dibelakang layar dengan pelanggan bisa jauh lebih intim dibandingkan mereka yang bekerja sebagai petugas di garis terdepan.
 
Ingin mendapatkan kiriman "Customer Insight" secara rutin langsung dari Dadang Kadarusman?  Kunjungi dan bergabung di http://finance.groups.yahoo.com/group/naturalintelligence/
 
Silakan di-share jika naskah ini Anda nilai bermanfaat bagi yang lain, langsung saja; tidak usah minta izin dulu. Tapi tolong, jangan diklaim sebagai tulisan Anda sendiri supaya pahala Anda tidak berkurang karenanya.
 
Salam hormat,
Mari Berbagi Semangat!
DEKA - Dadang Kadarusman
www.dadangkadarusman.com
Dare to invite Dadang to speak for your company?
Call him at 0812 19899 737 or Ms. Vivi at 0812 1040 3327

Wed Jul 11, 2012 7:43 pm (PDT) . Posted by:

"Made Teddy Artiana"

*Ketika TUHAN Sulit Dipahami*

by Made Teddy Artiana

Seorang saudagar kaya raya �konglomerat- dengan beberapa anak, hidup
terpandang dengan status sosial jauh di atas rata-rata orang di jaman itu,
tiba-tiba saja ditimpa kemalangan yang mengerikan. Hartanya ludes seketika.
Anak-anaknya terbunuh seluruhnya. Dirinya sendiri tertimpa penyakit langka,
borok memenuhi sekujur tubuhnya. Seperti pribahasa : sudah jatuh tertimpa
tangga, tertimpa pohon, tergigit ular berbisa. Namun yang paling
menyedihkan dari itu semua adalah makian istri tercintanya : �Mau apa lagi?
Kutuki saja TUHAN, lalu mati sana..!� Itu kisah nyata, yang pernah terjadi
pada sebuah episode kehidupan seseorang, Ayub namanya.

Kalimat : TUHAN Maha Pengasih dan Penyayang, mungkin sudah tak terhitung
jumlahnya terdengar ditelinga. Namun ketika sebuah pesawat melayang
menghantam sederetan rumah, dan menewaskan cukup banyak orang tak berdosa :
diantara korban yang tewas ada seorang istri dengan bayinya yang khusus
berangkat ke Jakarta demi menunjukkan bayi tercinta mereka pada sang suami
yang pulang berlayar, yang belum sempat sekalipun memandang wajah buah hati
tercinta. Tragis�

Setelah peristiwa ini, kemana gerangan logika �Maha Pengasih dan Penyayang�
harus dibawa lari?

Semua orang yang beragama mengetahuinya, tidak ada secuil kejadianpun luput
dari pengawasan �Yang Maha Kuasa�, bahkan secara ekstrim Kitab Suci
mencatat : bahkan sehelai rambutmu pun tak akan gugur tanpa seijin TUHAN.
Semuanya jelas dan tegas, faktanya, Yang Maha Pengasih dan Penyayang
mengijinkan hal itu terjadi.

Sepintas lalu terlihat kejam dan cenderung membingungkan. Ia yang
menciptakan otak dan hati, lalu menempatkannya pada diri manusia, melakukan
sesuatu yang berlawanan dengan kedua �benda kebanggaan manusia� tersebut.
Ternyata tidak selamanya hati, apalagi otak, dapat diandalkan untuk
mengenal �NYA. Sang Khalik Pencipta Semesta demikian tak terjangkau dengan
keberadaan manusia.

Pertanyaan : �mengapa?�, tidak selalu mendapat jawaban, apalagi yang
memuaskan.

Gelap gulita. Buntu. Tanpa tanda sedikitpun.

Namun pada saat-saat seperti ini, ada baiknya kita meniru yang Ayub
lakukan. Di titik itu, pada saat seluruh lampu sorot dan kamera beserta
jutaan pasang mata dan puluhan juta bibir usil terarah pada sosok Ayub :
miskin, hina, sebatang kara, dijauhi orang, terduduk di atas debu, nyaris
telanjang, menggaruk koreng dengan beling, sambil berkata : �Aku manusia
hina. Aku bahkan tidak tahu-menahu akan diriku, tentang hidup ini, apalagi
tentang ENGKAU�.

Ternyata benar, hidup ini kepunyaan TUHAN.

Termasuk ayah, ibu, istri, anak, saudara-saudara, sahabat, bahkan diri
kita, yang sering kita klaim sebagai milik kita, ternyata adalah milik
TUHAN, apalagi rumah, mobil, bisnis dan seluruh harta benda kita.

Pada saat IA mengambilnya kembali,

tidak ada satu kuasapun yang sanggup menahan.

Sehingga, tidak sulit untuk memahami

Bahwa setiap detik adalah pemberian.

Setiap tarikan nafas adalah kemewahan tak ternilai.

Segala sesuatu adalah anugerah yang harus dihormati.

Karena kita datang telanjang,

kembalipun dengan telanjang.

Terpujilah DIA Yang Maha Pengasih dan Penyayang! DIA yang menutupi
keputusan tanpa pengetahuan.

*(*) Ditulis untuk menghormati korban dan keluarga korban kecelakaan Foker
di perumahan TNI AURI Rajawali, pada tanggal 21 Juni 2012.*

Wed Jul 11, 2012 7:44 pm (PDT) . Posted by:

"Dewo" pdewo

"SYUKUR DAN SABAR".

Alkisah seorang lelaki yg (maaf) buruk rupa mendapatkan jodoh seorang perempuan yg sangat cantik rupawan. Mereka berdua ibarat film "Beauty and The Beast", sehingga banyak laki2 yg iri hati padanya....

Suatu hari , ia duduk2 bersama istrinya yg sangat cantik tsb. Si lelaki tak berkedip memandang wajah istrinya yg cantik jelita.

Agak tersipu-sipu, sang istri pun sang istri bertanya, �Kamu ini kenapa sih mas, kok dari tadi memandangku terus ?, aku jadi malu nih..�

�Dik, aku memperhatikan raut wajahmu yg cantik jelita,� jawab si suami, �semakin hari menurutku kok kamu semakin cantik saja. Maka setiap kali aku melihatmu, semakin bertambah rasa syukurku.�

�Ya, memang mas �kata si istri,....�dan kita berdua nanti adalah calon penghuni Surga...insyaAllah�

�Lho, dari mana kamu tahu kalau kita berdua calon penghuni Surga?�

�Aku pernah mendengar pengajian dari Ustadz Sanusi, dimana dia bilang dalam ceramahnya, bahwa penghuni Surga kelak adalah segolongan hambaNya yg banyak berSYUKUR serta SABAR..".

"Lha terus, apa hubungannya ?" tanya sang suami.

"Oh ya jelas banget mas, karena kita berdua termasuk hambaNya yg bersyukur & sabar.", jawab istrinya.

"Maksud kamu ? tanya suaminya tambah penasaran....

"Ya, khan kamu barusan bilang bahwa kamu banyak bersyukur karena mendapat anugerah istri yg cantik seperti aku. Sedangkan aku selalu bersabar mendapat COBAAN punya suami wajahnya seperti kamu...

Suami :"Weeh ????!!..".

Cerita di atas sering disampaikan para Ustadz2 di Pesantren setelah mengupas bab serius ttg makna Syukur dan Sabar Kunci Surga, sekedar ilustrasi guyonan bagi para santri....

Semoga Allah Swt senantiasa menjadikan kita dan anak keturunan kita menjadi hamba-Nya yg senantiasa bersyukur dan bersabar atas apapun ketetapan dari Allah. Aamiin.

Happy weekend sahabat2ku, selamat berkumpul & membahagiakan keluarga dan orang2 tercinta di sekitar kita...saling menguatkan, meninggikan, menghebatkan, memuliakan di hadapan Tuhan.

Baraka Allah fikum.


Pramono Dewo

Wed Jul 11, 2012 7:50 pm (PDT) . Posted by:

"Dadang Kadarusman" dkadarusman

Natin #45: Karyawan Yang Adil
 
RC! itu adalah singkatan dari Red Code!
Artinya sama seperti lampu merah untuk memperingatkan sesuatu yang sangat penting sekali. Jadi, kalau orang-orang di kubikal mengirim pesan lalu di kasih tanda RC! berarti keadaannya 'gawat sekali', dan mesti segera bertindak sebagaimana mestinya. Makanya begitu menerima pesan dari Fiancy itu, Aiti langsung mencari-cari semua temannya yang tadi pada turun makan siang bareng-bareng.
 
Masalahnya, dia sekarang nggak tahu mereka berada dimana. Nggak jelas gitu deh pokoknya. Awalnya sih tadi pada ngumpul di kios yang sama. Tapi namanya keasyikan nawar dan nyobain ini itu, semuanya pada nggak nyadar sudah berseliweran kemana-mana. Gilanya lagi, suasana disitu ribut banget sampai-sampai mereka nggak bisa mendengar bunyi handhone yang mendering-dering. Walhasil, Aiti mesti nyari teman-temannya dari satu kios ke kios lainnya.
 
Didepan kantor ada sebuah jalan kecil. Sebenarnya jalan itu nggak terlalu kecil sih. Cukup besar untuk dilintasi dua mobil tanpa harus gantian salah satunya mesti berhenti saat kedua mobil itu sedang berpapasan. Masalahnya disepanjang jalan itu sekarang sudah dipenuhi dengan kios-kios di kedua sisinya. Apalgi di tanggal gajian, orang yang jualan itu makin bejibun. Makanya, mobil sudah tidak lagi bisa leluasa melintasinya. Padahal, itu adalah jalan alternatif untuk menghindari 3 in 1. Apalagi kalau pas jam makan siang. Jalan itu sama sekali nggak bisa dilintasi. Kecuali sama orang yang nekat atau tersesat.
 
Ada ribuan manusia yang memadati jalan itu setiap kali jam makan siang tiba. Bayangkan aja. Di lingkungan itu ada 3 tower gedung perkantoran. Masing-masing tingginya mencapai 30 lantai. Bahkan ada yang sampai lebih dari 50 lantai. Semua orang pada sembunyi di kantornya masing-masing sambil pada manyun didepan komputer dan kertas kerjanya. Tapi pada jam makan siang, tiba-tiba saja semuanya pada berhamburan keluar seperti tawon yang lagi panik karena sarangnya di penuhi asap oleh para pemburu madu. Makanya tidak heran kalau mulai dari jam 11.30  sampai jam 13.30 suasana di jalan itu jadi sangat berisik sekali.
 
Ngomong-ngomong, dari jam 11.30 sampai jam 13.30? Apa nggak salah ya? Enak banget kerja di Jakarta. Jam istirahat makan siangnya kok sampai selama itu ya? Nggak juga sih. Sebenarnya jam makan siang itu sama aja kok. Dari jam 12.00 sampai jam 13.00. Nggak tahu deh, kenyataannya ada aja tuch orang-orang yang sudah pada berhamburan keluar dari kantornya sejak jam setengah dua belasan. Mungkin asap di kantor sudah mengepul duluan kali ya. Makanya tawon-tawon itu sudah pada berhamburan sebelum waktunya.
 
Di jalan sempit itu banyak pilihan makanan. Dari mulai gado-gado, sate, ketoprak, sampai yang aneh-aneh. Tapi semuanya murah. Makanan rakyat banget deh pokoknya. Kalaupun cuman punya uang empat ribu rupiah, masih bisa makan kenyang. Masuk aja ke warung padang. Minta nasi putih satu setengah. Terus diguyur dengan berbagai macam kuah. Pakai sayur. Bumbu rending. Kerupuk. Dapet deh duh makan enak banget sampai kenyang. Kalau punya 5 ribu, bisa beli ketoprak atau gado-gado. Air minum sih sudah mereka sediakan.
 
Selesai makan, biasanya orang-orang nggak langsung balik ke kantornya. Tapi jalan-jalan dulu sambil sesekali berhenti di kios-kios kecil yang menjual bagi anak. Asesoris hand phone. Atau penjual VCD bajakan. Lumayan loh, disana semuanya dijual dengan harga miring. Termasuk sepatu dan jam tangan merek terkenal yang bedanya bisa sampai ratusan ribu dibandingkan dengan toko. Yang bikin lama, bukan membelinya. Tapi proses tawar menawarnya. Biar harga cuman beda 500 perak, tapi kan lumayan juga. Apa lagi kalau baru gajian seperti saat ini. Lumayanlah bisa beli filem baru buat iseng-iseng nonton di rumah.
 
Kalau Ibu-ibu sih biasanya beliin baju atau kaos buat anak-anak. Mestinya sih emang jadi tanggungjawab Bapaknya untuk beli keperluan anak-anak. Tapi kalau ngarepin bapaknya beli baju anak-anaknya kayaknya sih mesti nunggu berabad-abad lamanya biar kejadian. Ada aja alasan yang dikatakan Bapaknya. Baju yang lama masih baguslah. Lemari udah kepenuhan lah. Anak-anak nggak boleh dimanjakanlah. Pokoknya semua alasan ada. Mendingan langsung aja beliin dari gaji sendiri. Buat anak sendiri ini. Sekalian mengkompensasi karena setiap hari mereka jarang ketemu ibunya. Ntar kalau mereka merengek kan bisa bilang;"Mama kerja kan biar bisa beli baju kamu sayang…." Makanya. Anak-anak pun jadi matre.
 
Emang sih, orang bilang cewek-cewek yang paling doyan menawar. Tapi khusus di sepanjang jalan itu, nggak berlaku begitu. Mau cewek atau cowok, sama-sama lama kalau tawar menawar. Bedanya, kalau cewek menawar dengan berbagai macam harga. Misalnya, kalau penjualnya bilang 50 rebu. Maka cewek-cewek itu bakal nawar mulai dari 5 rebu. Naik jadi 7 rebu. Naik lagi ke 9 rebu. Terus begitu sampai diangka tertinggi penawaran yang mereka yakin penjualnya nggak bisa turun lagi.
 
Kadang-kadang, nawar juga nggak pake niat buat ngebeli. Terutama untuk barang-barang yang mahal dan bermerek. Terus aja tawar harganya serendah mungkin. Naikin sedikit-sedikit tapi jangan sampai terlalu dekat dengan harga terendahnya pedagang. Soalnya, kadang-kadang ada pedagang yang bilang; "Ya udah deh Mbak, ambil. Penglaris…."
 
Repot tuch kalau sampai begitu. Jadi susah mengelak. Makanya, orang-orang itu menggunakan taktik 'harga mustahil'. Caranya gampang kok. Mereka memperkirakan  harga penawaran yang pastinya pedagang nggak bakal mau kasih. Nah, sambil nawar-nawar dengan harga yang nggak mungkin itu mereka bisa mencoba barang yang ditawarnya  berkali-kali. Setelah puas. Dilepas lagi. Terus dibalikin deh.
 
Kalau cowok, begini cara mereka menawar: "dua puluh lima rebu aja ya?!"
Pedagangnya pasti bilang;"Waah, nggak bisa mas. Modalnya aja nggak bisa segitu."
Cowok itu terus bilang gini: "Ya udah… sini saya cobain dulu …"
 
Nah setelah mencoba-coba itu, dia berjalan mondar mandir. Tapi sama sekali dia nggak menawar lagi. Cuman mukanya aja yang seperti sedang menghitung-hitung. Padahal biasanya nggak pernah bisa ngitung kalau nggak pake kalkulator. Setelah dua puluh menit merasakan barang bermerek itu dia mencopotnya, lalu mengembalikannya kepada pedagang. "Ada model yang lain nggak?"
 
Pedagangnya bilang;"Nggak ada lagi, Mas. Kalau mau nanti saya ambilkan dulu di gudang.."
"Nggak usah deh kalau gitu. Lain kali aja…." Nah, artinya lain kali itu sama dengan 'gue ngabur dulu, ya…'
 
"Pake yang ini aja Mas, modelnya pas banget loh sama Mas," kata pedagang itu. Namanya juga pedagang pastinya tahu aja gimana caranya meyakinkan calon pembeli kalau barangnya paling pas.
 
Tapi, sejago apapun pedagangnya nggak bakalan bisa membuat calon pembelinya beneran beli kalau niatnya emang cuman pengen nyobain aja. Nggak lebih dari itu. Kalau sampai beli sih bukannya nggak kepengen. Tapi kan budgetnya nggak ada buat beli sampai seharga itu. Mendingan sekalian nungguin diskon di toko sampai 70% terus dibeli pake kartu kridit yang bisa dicicil sampai 12 bulan. Kalau belon diskon, ya sabar aja kali. Sambil nyobain di pinggir jalan itu untuk menghibur diri.
 
Ditengah hiruk pikuk itulah gadget Aiti tiba-tiba bunyi. Ada ping dari Fiancy. "Elo pade sebaiknya cepetan balik deh. RC!"
 
Karena ada kode RC!-nya, Aiti langsung meletakkan barang yang tadi lagi ditawarnya. Lalu melihat kekiri dan kekanan. Mencari teman-temannya yang tak lagi berada pada posisi awal ketika mereka masuk ke kios itu. Semuanya sudah pada bertebaran seperti tikus-tikus yang tersesat di labirin penuh keju yang tidak bisa dibelinya.
 
Nggak seorang pun yang menjawab teleponnya. Suara ribuan orang yang sedang mabuk hari gajian itu membuat dering telepon mustahil untuk bisa didengar. Makanya tidak ada pilihan lain buat Aiti selain menyusuri kios itu satu persatu. Usahanya tidak sia-sia. Beberapa temannya sudah berhasil ditemukan nyempil diantara gerombolan orang-orang yang sedang pada rebutan belanjaan. Setelah semuanya berkumbul, lalu mereka bergegas kembali ke kubikal.
 
"Sebentar dulu…" bisik Aiti. "Ada yang kurang," katanya.
Semuanya temannya terdiam, sambil memikirkan apanya yang kurang. Tiba-tiba saja mereka menyadari kalau masih ada satu lagi teman yang belum ditemukan. Gawat kalau sampai dia nggak mengetahui sedang ada RC di kubikal. Apalagi ketika Fiancy kembali mengirim pesan agar mereka secepatnya balik ke kubikal. Mereka sekali lagi berpikir; apanya ya yang kurang?

"OPRI!" teriak semua orang.
Benar. Ternyata mereka hampir saja melupakan gadis tomboy itu. Mereka mengerti kalau mesti segera balik ke kubikal. Tapi mereka tidak tega meninggalkan sahabatnya sendirian mengambil resiko RC! yang sudah diperingatkan Fiancy.
 
Untuk menyingkat waktu, akhirnya mereka membagi tugas untuk menyebar ke seluruh penjuru mata angin. Namun ketemu atau tidak, semuanya mesti kembali ke tempat itu dalam waktu 10 menit. Dan selama pencarian itu semuanya mesti fokus kepada gadget. Kalau sudah ketemu langsung kaish tahu teman-teman biar nggak buang waktu.
 
Paling asik kalau bisa terbang seperti capung. Bisa melihat dengan jelas dari atas. Bagaimana mereka berkerumum, rapat sebentar. Lalu menyebar. Capung itu hanya bisa melihat kepala mereka menyelinap diantara ribuan kepala lainnya yang sedang demam belanja hari gajian. Sesekali kepala itu menghilang dibawah atap kios dadakan yang terbuat dari parasut. Kemudian kepala-kepala itu keluar lagi. Lalu sembunyi lagi di kois sebelahnya lagi. Hanya satelit mata-mata Amerika yang bisa menyaingi pemandangan yang di lihat oleh capung itu.
 
Sudah delapan setengah menit. Nggak seorang pun yang mengirim pesan kalau Opri sudah ditemukan. Di menit ke-9 gadget semua orang berbunyi. Aiti yang mengirim pesan itu. Mereka lega mendengarnya. Artinya Opri sudah ditemukan. Makanya mereka semangat sekali untuk langsung membacanya. Sayang, beritanya tidak seperti yang mereka harapkan. "Waktu sudah habis," begitu isi pesan dari Aiti. "Kita balik ke titik pertemuan….."
 
Sesaat kemudian capung itu melihat kepala-kepala yang berlarian menuju ke satu titik yang sama. Dan secara bersamaan pula, mereka sampai di titik itu. Karena waktunya tidak banyak, mereka pun sepakat untuk mengirim pesan ke Opri sekali lagi. Siapa tahu dia bisa segera membacanya untuk segera kembali ke kubikal karena ada Red Code!
 
Kira-kira 5 menit kemudian, mereka tiba di lobby gedung perkantoran. Disana ada sofa dimana orang-orang bisa bersosialisasi. Bunga angrek warna warni. Dan pewangi ruangan yang menyegarkan. Udara sejuk langsung membelai lembut wajah mereka yang memerah karena terpapar matahari Jakarta. Kalau direkam dalam filem gerak lambat kelihatan banget ketika rambut mereka bergoyang ditiup angin yang berhembus dari AC besar yang terdapat di setiap sudut ruangan.  Dalam filem lambat itu juga kelihatan wajah mereka yang berubah menjadi lebih segar menikmati kesejukan yang tiada tara. Untuk beberapa detik, mereka bisa melupakan konsekuensi dalam RC! yang dikirim fiancy.
 
Filem slow motion itu sepertinya telah membuat waktu berjalan lebih lambat sehingga mereka bisa benar-benar menimati saat-saat menyegarkan itu selama mungkin. Kibasan rambut tertiup angin, gerakan tangan yang beriringan dengan kaki mereka, pergantian posisi tubuh, semuanya semakin melambat. Seolah-olah semua orang bisa melihat setiap 1 per sejuta detik yang mereka lalui. Saking melambatnya, mereka hampir berhenti!
 
O-ow. Sebentar dulu.
Sekarang mereka benar-benar berhenti. Nggak ada lagi adegan dalam film slow motion itu. Mereka berdiri seperti patung. Sedangkan tatapan mata mereka mengarah kepada satu titik yang sama. Opri!
 
Rupanya dia sudah berada di lobby lebih dulu. Sedang asyik-asyiknya bertengger di sofa. Mestinya mereka lega telah berhasil menemukan orang yang dicari-carinya. Tapi mereka sama sekali nggak merasa lega. Mereka merasa kesal. Bukan karena orang itu telah membuat mereka kalang kabut terpanggang udara siang bolong Jakarta. Mereka justru kesal karena ternyata di sofa itu Opri sedang bersama…. Voldy!
 
Dalam diam itu mereka menyaksikan dengan mata kepada sendiri kalau kedua sejoli itu sedang berbicang asik sambil sesekali diselingi tawa lepas. Dasar ya cewek centil itu. Ngakunya nggak ada hati sama Voldy. Eh, malah dia membiarkan teman-temannya sampai keringetan. Sementara dia sendiri enak-enakan kencan.
 
Aiti dan teman-temannya memutuskan untuk nyuekin Opri. Lalu mereka langsung menuju ke lift. Tapi mereka balik lagi. Rasanya tidak adil kalau membiarkan Opri ketinggal RC! Selain itu, mereka juga merasa perlu membalas kesusahan selama ini dengan menghentikan pembicaraan romantis itu.
 
"Oooh, jadi elo disini Pri…." Aiti sengaja menggunakan intonasi dengan nada agak menyindir.

Opri langsung terperanjat mendapati teman-teman sudah pada berjejer dihadapan mereka berdua. Secara sepontan Opri menggeser posisi duduknya sehingga jaraknya dengan Voldy jadi lebih menjauh.
 
"Mmmh… ini… ini nggak seperti dugaan elo…." Baru sekali itu mereka melihat pipi Opri merah. Sebelumnya. Sama sekali nggak pernah semerah itu.
 
Aiti langsung menarik tangannya; "Elo mesti menjelaskan soal itu nanti!" katanya. "Sekarang kita punya RC!" katanya lagi. Lalu mereka bergegas menuju ke lift yang sedari tadi sudah menganga.
 
Ketika tengah diseret teman-temannya itu Opri masih sempat melirik ke arah Voldy. Dia hanya melihat cowok itu mengangkat bahu dengan mimic wajahnya yang agak kecewa. Tapi Opri tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Pikirannya terlalu sibuk untuk membuat alasan yang tepat buat teman-temannya. Sekarang dia merasa menjadi orang paling bodoh sedunia.
 
Di kubikal, Fiancy sudah menunggu dengan gelisah."Hiiih! Gimana sih elo pade? Lama amat!"
 
Semua gadis itu tidak menjawab. Hanya mengangkat tangan kanan mereka lalu mengarahkan telunjuknya ke wajah Opri. Orang yang ditunjuk itu mengkerut. Sepertinya badanya mengecil hingga tersisa tinggal 10 %nya saja.
 
"Gue nggak punya waktu buat dengerin alasan elo," hardik Fiancy.
"Emangnya ada apa-an sih?" balas Aiti. Dia yang merasa ketiban tanggungjawab besar untuk mengumpulkan semua orang di tengah keramaian ribuan karyawan yang ikhlas untuk langsung miskin lagi setelah selama sehari punya duit. Mereka ikhlas, kalau besok sudah harus bokek lagi.  
 
"Elo lihat aja di meja masing-masing." jawab Fiancy.
Mereka pun segera berhamburan. Kemudian mendapat sehelai kertas di mejanya. Diatas kertas itu ada tulisan dengan stabilo merah "Jangan disentuh! Dibaca saja!" Larangan itu tidak separah pesannya berikutnya. Di kertas itu tertulis begini:
 
"Mulai bulan depan, gaji setiap orang akan dipotong secara pro-rata sesuai jumlah jam kerja yang disia-siakannya……"
 
Tiba-tiba saja mereka merasa seperti tersambar petir di siang bolong. Nggak nyangka kalau management memutuskan sampai sejauh itu. Tanpa bertanya pun mereka sudah mengerti apa maksudnya. Selama ini, jam makan siang mereka sering molor sampai dua kali lipat. Aturan jam 12.00 sampai jam 13.00. Tapi mereka sering telat balik lagi. Dan sering juga perginya lebih pagi lagi.
 
Mereka terdiam diantara sesal dan kesal. Menyesal karena terlena dengan kenikmatan-kenikmatan yang menyebabkan mereka lupa pada amanah dalam pekerjaannya. Mereka juga kesal, karena pendapatan mereka bisa berkurang. Mereka nggak mau terima keputusan itu, tapi bagaimana cara memprotesnya. Jangankan mengajukan keberatan kepada management. Menyentuh kertas itu saja dilarang!
 
Akhirnya mereka cuman mengomel sambil pasrah karena tidak bisa berbuat apa-apa. Semua orang tepaku di depan mejanya masing-masing. Berdiri seolah sedang menunduk. Ada yang menangis. Ada yang memejamkan matanya. Mereka tidak tahu harus berbuat apa lagi. Bekerja juga tidak bisa karena meja kerja mereka terhalang oleh kertas keputusan pemotongan gaji yang tidak boleh disentuh itu. Mereka hanya bisa diam terpaku seperti anak sekolahan yang sedang di setrap berdiri 2 jam oleh gurunya.
 
Tiba-tiba luang AC mengeluarkan angin yang bertiup lebih kencang dari biasanya. Udara dingin langsung menyembur ke sekujur tubuh yang hanya berdiri terpaku itu. Semakin lama hembusan angin AC itu semakin membesar sehingga bisa meniup kertas di atas meja mereka hingga bergerak-gerak. Lalu…. Kertas yang tidak boleh disentuh itu beterbangan.
 
"Sssshhhh… ini kenapa sih AC nya kok jadi gini?" hati semua orang dipenuhi oleh pertanyaan yang sama. Seperti doa, bisikan hati mereka menghentikan keanehan AC secara serta merta. Membuat kertas yang beterbangan itu kehilangan tenaga. Setelah beberapa kali salto di udara, semua kertas itu pun kembali mendarat diatas meja mereka. Namun sekarang, dalam posisi yang terbalik.
 
Semua orang di kubikal tidak lagi bisa membaca keputusan pengurangan gaji itu. Sebagai gantinya, mereka melihat pesan Natin ini:
 
TIDAK ADIL JIKA GAJI DI KURANGI
TIDAK ADIL JUGA JIKA JAM KERJA DISIA-SIAKAN
 
Tidak perlu seseorang untuk menceramahi. Mereka mengakui jika selama ini sering sekali menyia-nyiakan jam kerja ketika meninggalkan kantor untuk makan siang. Bukannya mereka tidak mengerti soal aturan. Tetapi mereka sering terlena. Dan karena sudah dilakukan selama bertahun-tahun. Mereka merasa hal itu sebagai sebuah kelaziman. Apalagi kalau melihat orang lain juga melakukan hal yang sama.
 
Mereka menyadari jika selama ini telah berbuat tidak adil kepada perusahaan. Mereka menuntut lebih banyak dari perusahaan. Namun mereka sering tanpa sadar mengurangi jumlah pelayanannya yang mestinya mereka berikan. Mereka marah ketika gajinya dipotong. Tapi mereka nggak merasa salah jika mengurangi jam kerja dengan melakukan hal-hal yang tidak relevan dengan pekerjaan.
 
Mereka terus merenungkan kejadian itu hingga seseorang berceloteh.  "Kalian sedang mengheningkan cipta?" katanya. "Kayak upacara bendera sekolahan aja…."  
 
"Baca dulu pesan diatas meja Bapak," jawab Opri. "Baru bicara lagi…" tambahnya.
 
Pak Mergy yang penasaran buru-buru berlari ke ruang kerjanya. Hatinya menangkap aura yang mencekam sedang terjadi disitu. Ketika mendapati pesan dalam selembar kertas itu. Beliau terkejut dan langsung berteriak;"Alamak…. Kalau gaji saya dipotong gimana saya bayar cicilan kartu kredit?"
 
Hooooooh……. Orang-orang langsung merasa lemas…....  
 
Tiba-tiba saja semua orang di kubikal menyadari bahwa ada hak yang sama diantara karyawan dan perusahaan. Pastinya perusahaan wajib memberikan seluruh hak karyawan. Baik yang diatur dalam undang-undang ketenaga kerjaan, norma yang berlaku, maupun kesepakatan lainnya yang dibuat dalam perjanjian kerja. Sebaliknya. Karyawan juga wajib menunaikan semua tugas, pekerjaan dan tanggungjawab yang diberikan kepadanya.
 
Bayangkan ketika belanja sekilo telur. Kita sudah membayar sesuai harga yang disepakati. Tapi tukang telur itu mengurangi timbangannya. Tentu kita nggak bakal seneng. Gaji kita juga seperti itu loh. Perusahaan sudah membayar sesuai kesepakatan. Kalau kita mengurangi jam kerja seperti itu, kita jadi mirip dengan penjual telur yang mengurangi timbangan. Belum lagi kalau ngomongin soal dosa.  Ngeri. Takut Tuhan marahin kita karena timbangan yang dikurangi itu.
 
Salam hormat,
Mari Berbagi Semangat!
DEKA – Dadang Kadarusman

Wed Jul 11, 2012 7:51 pm (PDT) . Posted by:

"Dadang Kadarusman" dkadarusman

Leader Insight#3: Good People Good Leader
 
Hore!
Hari Baru, Teman-teman.
 
Kita semua sudah mengetahui jika kepemimpinan itu berkaitan dengan usaha mencapai suatu tujuan melalui pengelolaan orang lain. Oleh karenanya, kinerja kepemimpinan sangat ditentukan oleh kinerja orang lain. Di sisi lain, kita juga menyadari bahwa ketika kita menggantungkan segala sesuatu kepada kinerja orang lain maka itu hampir sama artinya dengan menyerahkan control kepada orang lain. Jika orang lain melakukannya dengan baik, maka kinerja kita akan baik. Sebaliknya jika orang lain mengerjakannya dengan buruk, maka buruk pulalah hasil akhir dari pekerjaan kita. Makanya, tidak heran jika banyak pemimpin yang memilih untuk 'mengerjakan sendiri', karena tidak bisa mengandalkan anak buahnya menuntaskan pekerjaan penting.
 
Sekarang, kita dihadapkan pada dua pilihan. Satu, mempercayakan pekerjaan penting kepada orang-orang yang kita pimpin dengan resiko keberhasilan akhirnya terletak pada 'tangan mereka'. Dua, mengerjakannya sendiri dengan resiko kita terlibat dalam sedemikian banyaknya pekerjaan teknis. Tampaknya ini bukanlah pilihan yang selalu mudah. Buktinya, banyak atasan yang kesal karena tidak puas dengan kinerja bawahannya. Dan. Banyak juga atasan yang menghabiskan lebih banyak energy dan waktunya untuk melakukan hal-hal teknis ketimbang berfokus pada aspek-aspek strategis.
 
Pilihan nomor 2, hanya cocok untuk kondisi kritis. Misalnya, ketika pekerjaan mesti segera selesai padahal anak buah kita belum mampu menyelesaikannya. Pada saat itu, seorang pemimpin mesti turut menyingsingkan lengan baju. Namun – sekali lagi – hanya pada situasi kritis. Pada kondisi normal, seorang leader mesti mampu mengijinkan anak buahnya untuk mengatasi pekerjaan hariannya dengan sebaik-baiknya. Masalahnya, mereka belum bisa melakukan pekerjaan sehingga sang pemimpin belum bisa tenang hati tanpa campur tanganya. What should we do then?
 
Melatih dan mengembangkan mereka, sampai mereka benar-benar bisa 'dilepas' untuk bisa menangani pekerjaan secara mandiri dan berkualitas tinggi.Itulah jawaban dari pertanyaan tadi. Mari perhatikan kembali jawaban diatas. Jika kita cermati, ada tiga aspek penting yang terkandung didalamnya. Jika kita bisa memberikan perhatian kepada ke-3 aspek itu, maka kita akan bisa menjalankan roda kepemimpinan dengan lebih baik lagi. Apa sajakah ke-3 aspek itu? Mari kita bahas satu persatu.
 
Pertama, melatih. Practice makes perfect. Latihan itu membuat kita semakin terampil mengerjakannya. Makanya, jika seseorang belum juga mampu mengerjakan tugasnya dengan baik, maka kemungkinan besar orang itu tidak cukup melakukan latihan. Banyak lho, pemimpinan yang menuntut anak buahnya untuk bekerja dengan baik tapi tidak memberikan kesempatan untuk berlatih. Jika Anda rajin memberikan latihan  kepada anak buah Anda misalnya, hasilnya tentu akan berbeda dengan orang lain yang jarang – apalagi tidak pernah – melatih anak buahnya. Rajin-rajinlah melatih anak buah Anda. Maka mereka akan semakin terampil dalam bekerja.
 
Kedua, mengembangkan. Apa sih masalahnya dengan pengembangan? Masalahnya adalah; kita sering sudah merasa cukup jika anak buah kita sudah bisa mencapai target. Bahkan ada guyonan umum seperti ini;"Kalau target elo tercapai, tenang aja. Elo nggak bakal diusik-usik!" Tentu bagus jika team kerja kita bisa mencapai target. Namun, hati-hati dengan efek samping. Oh, apakah keberhasilan punya efek samping? Tentu. Efek samping itu bernama; cepat merasa puas. Kita sudah puas dengan tercapainya target. Padahal boleh jadi, kemampuan kita yang sesungguhnya masih jauh diatas itu. Tapi karena semua sudah tercapai, maka kita tidak mendayagunakan kemampuan yang belum terpakai itu. Disinilah fungsi penting seorang pemimpin dalam mengembangkan anak buahnya. Sebab, pencapaian target hanya akan menjadikan team kita rata-rata. Tetapi pengembangan, menjadikan mereka orang-orang yang unggul.
 
Ketiga, kemandirian. Nilai kepemimpinan seseorang tidak diukur dari seberapa efektifnya suatu team kerja ketika atasannya sedang berada ditempat. Justru ketika atasannya sedang tidak ditempat; apakah team kerja itu masih efektif atau tidak. Mudah untuk menemukan team kerja yang bagus jika ditongkrongi oleh atasannya. Tetapi, team kerja yang bisa dipercaya. Memegang amanah pekerjaan. Menegakkan kedisiplinan di lingkungan mereka, sekalipun atasannya sedang tidak ada; ini masih sangat langka. Bisakah kita membangun asas kemandirian itu? Inilah salah satu ujian tertinggi dalam karir kepemimpinan seseorang.
 
Bagaimana dengan kualitas tinggi? Itu bukan prasyarat. Melainkan hasil yang bisa didapat seorang pemimpin yang mempunyai keterampilan memimpinyang tinggi. Singkatnya, kita bisa mengukur kualitas kepemimpin kita dengan 3 hal. Yaitu; bagaimana kita melatih anak buah kita, bagaimana kita mengembangkan mereka, dan bagaimana kita membangun kemandirian setiap anggota team. Mengapa demikian? Karena orang-orang yang hebat dalam sebuah team kerja, berkorelasi langsung dengan orang yang memimpin mereka. Jika hanya ada satu orang bagus dalam team itu, mungkin dia sendirilah yang memacu dirinya sendiri. Tapi jika semua anggota team itu bagus, maka jelas sekali jika pemimpinnya, memimpin dengan cara yang bagus. Jenis pemimpin seperti inilah yang akan bangga ketika ditanya; "Apa yang Engkau lakukan selama memimpin di dunia, wahai hamba-Ku?" Lalu jawabnya; "Lihatlah orang-orang yang bagus itu, Tuhanku. Itulah hasil karyaku selama aku memimpin mereka….."
 
Salam hormat,
Mari Berbagi Semangat!
DEKA – Dadang Kadarusman
http://www.dadangkadarusman.com/ – 26 Juni 2012

Wed Jul 11, 2012 7:55 pm (PDT) . Posted by:

"Dadang Kadarusman" dkadarusman

Personal Insight#2: Kita Betul-Betul Unik, Titik.
 
Hore!
Hari Baru, Teman-teman.
 
Ada begitu banyak orang sukses disekitar kita. Bisnisnya lebih besar dari kita. Karirnya lebih baik dari kita. Pencapaiannya lebih tinggi dari kita. Wajar jika kita ingin seperti mereka. Wajar juga jika kita berguru kepada mereka. Lalu berdasarkan ilmu yang diwarisi dari mereka itu kita mengikuti semua perilaku dan tindak tanduknya. Yang tidak wajar adalah ketika kita meniru semua gaya mereka plek ketiplek sehingga sekarang kita menjadi copycat alias 'manusia tiruan' dari orang yang kita kagumi itu.
 
Memang, saya pernah mendapatkan ajaran ini; Anda bisa meraih kesusesan seseorang yang Anda kagumi dengan cara 'meniru' apapun yang dilakukannya. Jika Anda meniru cara berjalannya. Cara berpakaiannya. Cara berbicaranya. Cara tersenyumnya. Cara meliriknya. Cara memelihara kumisnya. Potongan rambutnya. Setelan pakaiannya. Semua cara yang dilakukan oleh orang itu. Maka Anda bisa menyelami jiwanya. Dan Anda bisa meniru juga kesuksesannya. Kemudian saya bertanya; dimanakah keunikan pribadi saya jika seluruh hidup saya diisi oleh semua tiruan itu?
 
Tidak ada obat yang tidak memiliki efek samping. Setidaknya itulah yang saya pahami ketika belajar tentang bagaimana suatu obat bisa menyembuhkan penyakit. Makanya, tidak ada obat yang boleh digunakan melebihi takarannya. Sebab kelebihan takaran bisa meningkatkan resiko munculnya efek samping yang justru malah membahayakan. Begitu pula dengan berguru kepada orang-orang hebat. Ada efek sampingnya juga. Dan efek samping yang sering menggoda kita itu adalah; lunturnya keunikan pribadi kita.
 
Ketika belajar untuk berbicara di depan publik misalnya. Saya sedemikian terpukaunya oleh gaya orasi dan presentasi guru-guru saya. Ketika berguru kepada orang yang pandai mengaduk-aduk emosi pendengarnya, saya kagum lalu mengikuti cara dan gaya bicaranya. Ketika berguru kepada orang yang lihai membuat pendengar tertawa terpingkal-pingkal, saya kepincut lalu mengikuti guyonan-guyonannya. Ketika berguru kepada orang yang terampil membuat pendengarnya terharu hingga menangis tersedu-sedu; saya terpukau lalu meniru cara bicaranya.
 
Lalu, ketika menonton video-video yang merekam cara saya bicara didepan publik, tiba-tiba saja saya melihat orang lain yang berperan didalam rekaman itu. Hanya wajahnya saja yang mirip saya. Hanya postur tubuhnya saja yang seukuran dengan saya. Tetapi gaya bicaranya. Cara menyapa audiensnya. Gerak-geriknya. Sama sekali bukan saya. Pada saat itulah saya menemukan bahwa orang yang ada dalam video itu tidak lebih dari sekedar tiruan orang lain. Apakah Anda pernah menonton tentang video serupa itu? Video yang Anda menjadi pemeran utamanya. Namun perilaku orang dalam video itu sama sekali tidak mencerminkan diri Anda yang sesungguhnya, melainkan orang lain yang terlampau Anda kagumi. Dimana keunikan pribadi kita jika demikian?
 
Dalam kasus saya, lunturnya keunikan pribadi tersebut merupakan hasil dari beberapa kejadian. Misalnya, ketika guru-guru saya bilang; "no no no…. that is not what you supposed to be doing!" Lalu saya mengikuti contoh yang ditunjukkannya sambil mengatakan;"begini lho, seharusnya kamu lakukan…". Dan karena saya orang cerdas, maka saya bisa mengikuti ajarannya dengan nyaris sempurna. Lalu jadilah saya pribadi dengan cangkang yang sama namun isinya diganti oleh tiruan. Mungkin juga hilangnya keunikan pribadi saya itu disebabkan karena saya 'iri' pada orang lain. Jika mereka bisa begitu, kenapa saya tidak? Ini disebut iri yang positif, kan? Tanpa disadari, saya menjadi semakin menjauh dari keunikan saya sendiri. Lantas, bagaimana dengan Anda?
 
Bukan salah guru-guru saya jika saya jadi begitu. Mereka sudah melakukan yang terbaik untuk membantu saya menjadi pribadi yang lebih baik dengan cara yang sudah mereka buktikan sendiri sehingga tidak diragukan lagi kehandalannya. Juga bukan salah orang-orang sukses lainnya yang saya tiru. Mereka sudah melakukan yang terbaik untuk meraih pencapaian mengagumkan dalam hidupnya. Yang salah adalah saya sendiri ketika menerjemahkan semua hal yang saya lihat dari mereka itu sebagai sesuatu yang mesti saya tiru mentah-mentah. Saya yang salah karena telah mengabaikan fakta tak terbantahkan bahwa Tuhan, tidak pernah menciptakan dua pribadi yang benar-benar identik. Tuhan, telah menciptakan setiap insan dengan keunikannya masing-masing. Sejalan dengan titahNya bahwa setiap manusia itu diciptakan untuk saling melengkapi.
 
Sekarang saya lebih menyadari jika untuk bertumbuh kembang itu, kita tidak perlu menjadi pribadi tiruan orang lain. Karena selain sangat melelahkan, hal itu juga tidak membuat jiwa kita tenteram. Mengapa? Karena tubuh kita, tidak diciptakan untuk diisi oleh jiwa dan karakter orang lain. Boleh saja jika kita meniru teknik atau cara orang-orang hebat menjalani hidupnya. Namun, seperti obat yang butuh takaran yang tepat itu. Kita tidak boleh mengambilnya terlalu banyak hingga keunikan karakter kepribadian kita sendiri tertutupi oleh keunikan karakter orang lain.
 
Jika Anda ingin sembuh dari sakit, gunakan obat sesuai dosisnya. Tidak boleh kurang, karena mungkin akan susah untuk sembuh. Juga tidak boleh berlebihan karena sangat mungkin justru bisa membahayakan jiwa. Begitu pula ketika kita hendak berguru kepada seseorang. Dengarkanlah. Ikutilah. Contohlah. Namun semuanya mesti dalam takaran yang sepatutnya. Jika kurang mengikuti keteladanan para guru itu; susah untuk menjadi pribadi sukses seperti mereka. Dan jika berlebihan ketika mengikuti ajarannya, maka kita akan menjadi pribadi taklid. Yang kehilangan keunikan diri sendiri. Padahal, kita hanya bisa saling berkontribusi melalui keunikan masing-masing. Bukankah Tuhan menciptakan kita tidak seperti kuda zebra?
 
Salam hormat,
Mari Berbagi Semangat!
DEKA – Dadang Kadarusman
http://www.dadangkadarusman.com/ – 27 Juni 2012

Wed Jul 11, 2012 7:57 pm (PDT) . Posted by:

"Made Teddy Artiana"

*Pertanyaan(?)*
*
*Oleh : Made Teddy Artiana, S. Kom

Pepatah bijak berkata : "Orang yang bertanya akan mendapatkan jawabannya".

Sepintas ini menggembirakan kita. Betapa tidak, hidup ini begitu sering
mengundang berbagai pertanyaan. Dan pertanyaan yang terjawab, laksana botol
yang bertemu tutupnya, atau garukan pada area GATAL yang tepat.

Namun demikian, ternyata tidak semua pertanyaan mendapat jawaban
menyenangkan. Seringkali jawaban justru menjadi bumerang buat sang penanya.
Teristimewa jika pertanyaan yang terlontar tidak bersifat MEMBERDAYAKAN.

"Mengapa presentasiku selalu gagal ya?"
"Mengapa aku tidak sukses?"
"Mengapa nasibku seperti ini?"
Dsb

Hanya sebagian contoh pertanyaan yang salah, yang bahkan ketika
dijawab..tidak mengeluarkan kita pada kondisi lama.

"Bagaimana caranya presentasiku menjadi lebih memikat?"
"Bagaimana agar aku bisa sukses diusia muda?"
"Bagaimana cara mengubah keadaanku menjadi lebih baik?"

Tentu sederetan pertanyaan yang ketika dijawab, membuat kita jadi lebih
baik.

PERTANYAAN dapat dipakai untuk lebih membumikan alias menambah daya
cengkram dan peluang untuk MEWUJUD.

"Bagaimana caranya supaya aku punya uang lebih?"
"Bagaimana caranya supaya aku lebih langsing?"

Tentu punya pengaruh berbeda dengan..

"Bagaimana caranya supaya aku mendapat tambahan penghasilan Rp. 10 jt
perbulan?"
"Bagaiman caranya supaya berat badanku berkurang 3 kg bulan ini?"

Selain itu, ternyata PERTANYAAN punya sebuah aturan yang unik : Siapa yang
bertanya, ia yang memegang kendali.

Sebagian besar dari kita tentu ingat saat2 dimana kita
mempertanggungjawabkan skripsi atau thesis atau karya ilmiah dihadapan team
penguji. Siapa yang bertanya? Siapa yang memegang kendali?

Atau ketika dalam sebuah peristiwa pengusutan, baik di meja hijau atau
dimanapun. Siapa yang bertanya? Siapa yang memegang kendali?

Sehingga otomatis akan terlihat demikian lucu jika seorang marketer terus
berbicara tanpa henti (sambil merasa pandai) atau sibuk menjawab
pertanyaan2 prospek..tanpa bisa balik bertanya (dengan cerdas) kepada
prospeknya. Padahal dia yang bertanya memegang KENDALI.

Tidak percaya?
Silakan coba dan RASAKAN sendiri akibat dahsyat pertanyaan-pertanyaan Anda
;)

(*)

Wed Jul 11, 2012 8:00 pm (PDT) . Posted by:

"Dadang Kadarusman" dkadarusman

Natin #46: Jebakan Keberlimpahan
 
Hari itu keadaan di kantor berjalan normal-normal saja. Setidak-tidaknya dari pagi sampai jam sepuluh lewat lima belas menit. Semua orang masih pada sibuk dengan pekerjaannya masing-masing. Mereka fokus, sehingga pekerjaannya bisa lebih cepat selesai dengan akurat. Kalau nggak fokus, pekerjaan malah jadi semakin lama menyelesaikannya. Bisa sih selesai cepat. Tapi sering ada kesalahan. Jadinya ya mesti diulang lagi. Nah. Urusan mengulang pekerjaan itu yang paling nyebelin. Bisa lebih sulit daripada ngerjain dari awal, loh. Belum lagi kalau sampai dimarahin orang lain karena kesalahan itu. Pokoknya kalau lagi kerja, bagusan fokus deh.
 
Orang-orang di kubikal juga bukannya nggak mau putus komunikasi dengan teman-teman semuanya. Tapi mereka rela menunda keinginan itu demi kelancaran pekerjaan Kan mereka berada disitu karena perusahaan sudah baik hati memberi kesempatan. Kalau nggak? Mana bisa mereka bertengger di kubikal? Pastinya mereka nggak bakal dibolehin masuk, kan? Kayaknya nggak pantes banget kalau kita membalas kebaikan perusahaan dengan kerja asal-asalan. Bukan asal-asalan sih, tapi konsentrasi terdistraksi oleh kecanggihan gadget komunikasi.
 
Bayangin aja. Itu gadget nggak pernah berhenti berbunyi. Kalau diikutin terus pastinya udah merusak semua hal. Hidup kita jadi terkooptasi oleh benda kecil yang bawelnya melebihi mak lampir itu. Pengaruhnya juga lebih kuat daripada nenek sihir. Setiap bunyinya bagaikan mantra yang menyebabkan pemiliknya terhipnotis. Begitu ada bunyi 'durirang' dia langsung berhenti dari aktivitas apapun. Gatel kalau nggak langsung membanca pesan-pesan yang datang meski sama sekali nggak penting sekalipun.
 
Sejak selalu diingatkan oleh Natin, keadaan di kubikal jauh lebih baik dari sebelumnya. Boleh dibilang nggak ada lagi yang mainin gadget komunikasi itu di jam kerja. Soal ini emang mesti kompakan. Kalau ada satu orang aja yang ngaco, bisa bahaya. Semua orang kan bukan malaikat. Kalau digoda oleh suara durirang dari ping seseorang pasti konsentrasinya buyar. Jika itu tidak penting-penting amat, nggak usah mainin gadget selama jam kerja. Nanti aja disaat istirahat.
 
Selain itu, hari ini semua orang di kubikal punya agenda yang sangat penting. Yaitu meminta penjelasan Opri soal kejadian di sofa lobby kemarin. Bagaimanapun juga Opri wajib memberikan klarifikasi soal hubungannya dengan Voldy. Bukan apa-apa sih. Tapi kan selama ini mereka kelihatannya sama sekali nggak ada kecocokan. Apa lagi Opri yang diragukan kalau dia memiliki hormone estrogen. Soal kepergok kemarin itu, semua orang di kubikal akan bersidang setelah semua pekerjaan mereka selesaikan.
 
Makanya, sekarang semuanya pada fokus biar bisa menyelesaikan pekerjaan secepatnya dan seakuratnya. Jangan sampai pas sidang nanti ada interupsi karena ada pekerjaan yang mesti di perbaiki. Ketika setiap orang sedang tenggelam dalam kesibukannya masing-masing itu, tiba-tiba saja 'pet!'. Listrik mati.
 
Tahu nggak sih, baru sekali itu listrik mati di kubikal. Baru sekali itu juga orang-orang mengalami seperti apa gelap berada didalam sebuah gedung perkantoran bertingkat yang nggak pake listrik. Meskipun itu siang hari bolong, tapi keadaannya seperti di tengah hutan belantara dibawah langit kelam tanpa bintang. Telunjuk sendiri pun nggak kelihatan.
 
Kalau di ruang bos-bos dan para manager sih masih mending. Soalnya ada cahaya matahari yang menerobos lewat jendela kaca. Secara kubikal kan berada di bagian tengah. Makanya nggak ada seberkas cahaya pun yang bisa lolos sampai kesitu. Cuman ada suara-suara sofran yang panik aja yang bisa kedengaran. Teriaknya macam-macam. Ada yang mengomeli PLN. Ada juga yang terpaksa menempel ditembok sambil menahan nafas dengan butiran-butiran keringat berjatuhan soalnya ketika listrik mati dia sedang berada dalam perjalanan menuju ke toilet.
 
"Tenang, tenang…." Sebuah suara terdengar nyaring. Semua orang juga tahu kalau itu Opri. "Jangan panik," katanya. "Sebentar lagi genset dihidupkan kok…."
 
"Yaaa… kirain elo mau melakukan confession, Pri…" balas seseorang. Pasti Aiti.
"Apaa-an sih?" hardik Opri. Dia berpura-pura tidak mengerti.
"Eh, elo jangan kira bisa bebas begitu aja ya…?" Aiti nggak kalah gertak.
 
"Iiih… sudah dong kalian jangan ribut aja…haduuh gimana nih… mana sih kok gensetnya nggak nyala-nyala….." Suara Jeanice terasa gemetar. Dia paling takut sama gelap. Nggak sampai fobi sih, ngakunya. Cuman nggak nyaman aja kalau berada di lingkungan yang sama sekali nggak ada cahayanya. Kalau tiba-tiba ada hantu gimana? Kalau ada kecoa yang merayap gimana? Kalau ada paku keinjek gimana. Dia terus nyerocos nggak jelas gitu. Biar pun begitu dia tetap nggak merasa kalau dirinya itu terkena nyctophobia.
 
"Tenang aja Jean, bentar lagi gensetnya pasti nyala.." Opri menghiburnya. Tapi mau gimana lagi, mereka nggak bisa saling mendekat karena sama sekali nggak bisa ngelihat apapun. Kalau bergerak juga malah beresiko kejedot meja atau benda-benda lainnya.
 
Mereka sudah hampir sepuluh menit menunggu. Tapi tidak ada tanda-tanda listrik akan menyala. Sekarang kegelisahan mereka semikin menjadi-jadi.
 
"Cari Natin dong… siapa tahu dia menyimpan senter atau apa kek…." Teriak Fiancy.
"Dia juga sama nggak bisa ngeliat apa-apa Fi…" balas Aiti.
"Setidaknya kan bisa dicoba dulu Ti, emangnya elo mau nunggu sampai kapan?" sengit Fiancy.
"Lha terus yang mau nyari Natin siapa?" tukas Aiti. "Boro-boro nyari orang lain. Telunjuk elo sendiri aja kan nggak keliatan Fi…"
 
"Haah, susah amat sih. NAAAATIIIIIIIIN!" suara Fiancy langsung menggema di seluruh pojok kubikal.
 
Nggak ada jawaban.
Fiancy sekali lagi berteriak. Kali ini lebih keras dari sebelumnya.
Tapi. Juga nggak ada jawaban. Hening sesaat. Dan seterusnya.
 
"Mungkin elo mesti memanggilnya dengan mesra kali Fi…" sindir Aiti. Sedari tadi dia sudah mengingatkan kalau itu nggak akan ada artinya.
"Maksud elo apa?" hardik Fiancy.
 
Untuk sesaat kemudian, suasana senyap di kubikal tergantikan oleh percekcokan kedua cewek  yang saling menyindir itu. Maklum, kedua cewek itu dicurigai sama-sama punya hati sama Natin. Tapi nggak ada yang berani mengakui. Atau, mungkin juga mereka masih ragu apakah Natin bisa membuat masa depan mereka serba berkecukupan. Meskipun bijaksana dan banyak ilmu, tapi kalau profesinya hanya jadi office boy; kan mereka juga mikirin gimana kebutuhan hidup mereka kelak akan tercukupi. Atau…, mungkin mereka menunggu Natin yang duluan nembak. Masalahnya. Natin bakal nembak siapa?
 
Buat Jeanice keributan itu menjadi hiburan yang berguna sekali. Dia jadi yakin kalau dirinya tidak sendirian diruang gelap itu. Hatinya merasa tenteram setiap kali ada suara atau tanda-tanda keberadaan orang lain disekitarnya. Jadi, meskipun geli mendengarkan keributan yang ditimbulkan oleh kedua cewek itu, dia sama sekali nggak berminat untuk menghentikannya. Dia malah berharap keributan itu terus berlangsung sampai listrik menyala lagi.
 
"Ada yang punya lilin nggak?" Suara Sekris terdengar menyeruak ditengah keributan itu.
"Elo jangan ngomong yang nggak-nggak ya Kris!" Fiancy dan Aiti langsung membentaknya. Kayaknya suara Sekris mengganggu perdebatan seru mereka soal Natin.
 
"Lagian Sekris, lagi gelap-gelap gini kok yang dicari lilin sih…" celetuk Mrs. X. "Nggak enak pake lilin, lagi.. hihi…." Cekikiknya.
"Hush! Kamu itu ya X!," Mbak Aster menimpali. "Jangan ngomongin yang tujuh belas tahun keatas sama mereka dong X…" tambahnya. "Mereka kan belum tahu kalau gelap-gelap itu enaknya ngapain…hihi…."
 
Kebayang ya. Kalau kita nggak punya matahari. Pasti hidup kita selamanya gelap kayak gini. Dalam keadaan gelap itu ternyata bukan cuman nggak bisa ngelihat. Tapi kita bener-bener nggak bisa melakukan apapun. Bahkan untuk sekedar mikirpun otak jadi seperti kehilangan tenaga gitu. Orang juga bereaksi macam-macam dalam kegelapan. Ada yang panik. Ada yang uring-uringan. Ada yang pikirannya jorok. Mungkin ada juga yang mencuri-curi kesempatan.
 
Sudah hampir dua puluh menit. Mereka masih mematung disitu.
Dan listrik masih juga padam. Rasanya sudah seperti setahun direndam dalam kelam.
"Pada kemana sih ini orang-orang? Kok nggak ada yang mau nolong?" protes Sekris. Nggak jelas kepada siapa protes itu ditujukan.
 
Tapi emang aneh juga sih. Biasanya pihak gedung memberi pengumuman. Kalau genset akan segera dihidupkan. Atau setidaknya ada pengarahan mesti ngapain. Ini nggak ada sama sekali. Apakah semua orang dibuat nggak berdaya kali ya? Atau… jangan-jangan, hanya mereka yang masih selamat….? Atau… jangan-jangan mereka tidak sadar jika sebenarnya dunia sudah berakhir. Kalau terjadi kiamat? Kan bisa aja. Iya ya… jangan-jangan ini kiamat. Oh, betapa ruginya orang-orang yang belum sempat kawin.
 
Mbak Aster pun meneruskan cekikikannya bersama Mrs. X. Sementara penghuni kubikal lainnya masih sibut dengan perdebatan mereka masing-masing. Terasa sekali jika ada jurang yang lebar diantara kedua generasi itu.
 
Dalam keadaan yang serba mencekam dan konyol itu, tiba-tiba gadget Jeanice berbunyi nyaring. Oh, akhirnya terhubungn juga dengan dunia luar!
 
Mereka semua gembira bukan kepalang. Bukan soal ada sambungan teleponnya. Tapi sekarang mereka bisa melihat seberkas cahaya. Nyala dari hand phone Jeanice terlihat begitu terangnya sehingga semua benda yang ada di mejanya bisa kelihatan jelas sekali. Iyya ya. Kenapa dari tadi nggak kepikiran untuk mengaktifkan hand phone. Kan dari layar monitornya bisa mengeluarkan cahaya untuk memandu mereka mencari jalan keluar. Dasar otak beku!
 
Jeanice segera meraih gadgetnya. Dari nomor yang tidak dikenal.
Tapi peduli amat deh. Angkat aja. Siapa tahu dari team penyelamat atau petugas penanggulangan bencana.
 
"Haloh…" Jeanice segera menyapa. Tapi dia terlambat. Sambungan itu keburu putus.
Meski begitu, tak seorang pun yang merasa kecewa. Penelepon itu seolah telah mengirimkan solusi yang tepat guna. Semua orang di kubikal meraih gadgetnya masing-masing. Lalu mereka menyalakannya.
 
Tanpa di komando. Sambil mengaktifkan gadget itu mereka berjalan perlahan. Lalu berkumpul di lorong kubikal yang agak luas. Kemudian mereka saling berpegangan tangan.
 
"Semua sudah pada kumpul disini ya?" Tanya Opri.
"Sudah!" setiap orang menyahut dengan nyaring.
"Oke kalau gitu, listen up galz…!" teriak Opri lagi. Maklum. Dia satu-satunya yang pernah ikutan klub pecinta alam. Jadi naluri survivalnya boleh dibilang paling menonjol. Dia bersiap-siap untuk memberikan penjelasan tentang exit strateginya. Namun sebelum dia sempat berbicara tiba-tiba ada yang menyahut dari pojok ruangan. Suaranya seperti orang yang dicocok hidung. Rada bindeng.
 
"Saaahaayaaa…masih berada disiiihiniiiii hiiii…. hihihihi…. " katanya.
Kontan aja semua orang pada menjerit-jerit. Handphone yang mereka pegang pada berjatuhan karena tangan mereka terlalu sibuk untuk saling bepelukan….
 
"Hahaha… elo pada takut ya hahahaha….." Orang yang bikin suara serem tadi tertawa terbahak-bahak.
 
S14L4N!
"VOLLDYYYYY!!!!!!!" semua orang kesal alang kepalang. Jantung mereka nyaris copot karena ulah cowok ngaco itu.
 
"Hahaha… kena elo pade ya…!" Voldy tertawa makin terbahak.
"Jangan gitu dong, Vold…." Kata Opri. Suaranya terdengar tegas tapi lembut.
Aneh sekali. Voldy langsung menurut. "O… I – iyya… maafin gue ya…." Katanya.
 
Semua orang di kubikal pada termangu. Apakah yang sedang terjadi di dunia ini?
"Gara-gara cowok elo tuch Pri, kita semua kehilangan sumber cahaya," maki Aiti.
 
"Heh, jangan sembarangan nuduh ya Ti…" Opri kembali menunjukkan kegarangannya.
"Gue nggak nuduh. Emang kenyataannya gitu kok," Aiti nggak mau kalah.
"Maksud elo kenyataan apa?" Desak Opri.
"Terserah elo deh!" cuek Aiti.
"Gue nggak terima ya kalau alo nuduh gue pacaran sama Voldy…" Opri sewot.
"Loooh… siapa yang nuduh elo pacaran sama Voldy…..?" Semua orang di kubikal menimpali. "Elo aja yang merasa kali, Pri….."
 
Oh… Kalau saja lampu menyala, pasti kelihatan banget wajah Opri yang memerah. Dia sudah keceplosan sendiri. "Engh… m-maksud gue…."
 
"Aiti kan bilang kalau gara-gara dia tuch HP kita pada jatuh. Jadinya kita nggak bisa ngeliat apa-apa lagi!"
 
Sebenarnya bukan masalah bagi Opri untuk berdebat dengan semua orang diseluruh dunia. Tapi, tadi dia terlanjur mengucapkan kata-kata yang menempatkan posisinya jadi serba salah. Makanya dia nggak memperpanjang perdebatan itu. Malah berusaha untuk mengalihkan perhatian. "Enggh… k-kita… cari gadgetnya lagi deh ya.. please…."
 
Semua orang meraba-raba lantai kubikal. Siapa tahu beruntung bisa menemukan gadget itu ditengah kegelapan yang nggak ada tanda-tanda bakal berakhir. Namun sia-sia saja. Tak seorang pun berhasil menemukan satu-satunya harapan sumber cahaya itu. Sekarang mereka hanya bisa pasrah aja. Sambil duduk melingkar diatas lantai yang sama sekali tidak kelihatan itu.
 
"Stay together, oke…" kata Jeanice. Antara menghibur orang lain, dan mencari ketentraman bagi dirinya sendiri.
 
Masuk akal. Dalam keadaan seperti itu mendingan diam bersama sambil menunggu pertolongan. Ternyata, kebersamaan itu memang menentramkan hati. Saat bisa saling berpegangan itu, mereka tidak lagi takut pada apapun. Mereka malah bisa merasakan kedekatan satu sama lain.
 
Ketika tengah berada dalam pasrah itu, tiba-tiba Aiti mendengar nada bunyi ping gadgetnya. Sekris juga mendengar bunyi unik dari gadgetnya. Ternyata gadget semua orang mendapatkan pesan masuk. Gila. Rupanya gadget yang dicari-cari itu malah bertumpuk ditengah-tengah lingkaran mereka. Ketika ada pesan masuk secara bersamaan nyalanya menjadi seperti api unggun di bumi perkemahan.
 
Mereka pun segera berhamburan meraih api unggun itu. Takut kalau-kalau keburu mati lagi sehingga mereka bisa kehilangan jejak untuk mencarinya. Ada pesan masuk dari nomor tidak dikenal. Mungkin petugas penyelamat yang tadi berusaha menelepon Jeanice. Karena keadaan tidak membaik, maka petugas itu mengirimkan pesan kepada semua nomor telepon yang terdaftar. Mereka buru-buru membuka pesan itu. Sambil berharap ada penjelasan bagaimana menemukan jalan keluar yang aman. Kemudian mereka membaca pesan ini di layar monitor gadgetnya masing-masing:
 
DITENGAH-TENGAH KEGELAPAN
KITA SADAR BETAPA BERHARGANYA SEBERKAS CAHAYA  
 
Setelah selesai membaca pesan itu, listrik langsung menyala kembali. Lucu banget. Betapa awut-awutannya mereka dalam posisi noraknya masing-masing. Mereka berteriak kegirangan. Tapi segera menyadari jika hari ini, Natin telah membawa mereka kepada pengalaman yang tak terlupakan. Mereka mendapatkan pelajaran berharga yang sedemikian kuatnya meresap kedalam jiwa.
 
Natin benar jika selama ini keberlimpahan menyebabkan kita lupa pada anugerah-anugerah kecil yang kita dapatkan. Betapa banyak keberuntungan yang kita peroleh. Namun karena kita terlalu sibuk dengan kenikmatan-kenikmatan yang besar, maka keberuntungan kecil sering kita abaikan. Padahal, tanpa keberuntungan kecil itu; kita tidak punya keberuntungan besar. Karena keberuntungan besar itu merupakan gabungan dari berbagai macam keberuntungan kecil yang kita dapatkan dalam hidup.
 
Jika kita punya uang sepuluh juta misalnya. Kita sering tidak menghargai beberapa koin uang seribu yang tercecer dilantai. Padahal tanpa koin ribuan itu, uang kita tidak genap sepuluh juta. Ketika kita menikmati suasana yang menyenangkan di tempat kerja. Kita sering lupa pada kebaikan-kebaikan kecil yang dilakukan oleh orang-orang disekitar kita. Padahal, tanpa kebaikan-kebaikan kecil dari teman-teman itu, kehidupan kerja kita tidak akan terasa nyaman.
 
Seperti berkas cahaya yang terpancar dari handphone itu. Baru terasa terangnya ketika kita tengah berada dalam kegelapan. Sewaktu kita bertabur cahaya? Kita menganggapnya tidak bermakna. Mungkin. Begitu juga halnya dengan kebaikan yang diberikan oleh perusahaan. Disaat kita sedang berada dalam keberlimpahan, kita menganggap kebaikan perusahaan itu terlampau kecil untuk dihargai. Kita sering merasa jika perusahaan tidak memperhatikan. Atau mendapatkan lebih banyak daripada apa yang dibayarkannya pada kita. Apapun yang dilakukan perusahaan, kurang kita hargai. Sebel banget kerja disini! Coba kita kehilangan pekerjaan itu? Baru terasa nilainya.
 
"Oooh, rupanya kalian disini ya…" tiba-tiba saja Pak Mergy keluar dari ruang kerjanya. "Syukurlah…" katanya.
 
"Lho, selama ini Bapak kemana aja…?" seru Opri setengah nggak percaya.
"Emngh.. s-saya… sembunyi di kolong meja…." Pak Mergy menjawab dengan polosnya.
 
Hooooooh……. Orang-orang langsung merasa lemas…....  
 
Tiba-tiba saja semua orang di kubikal menyadari bahwa keberlimpahan yang tidak disyukuri itu bisa menjebak orang untuk menyepelekan kebaikan-kebaikan kecil yang didapatkannya. Ketika merasa tidak butuh pada orang lain, kita memandang mereka sebelah mata. Ketika merasa diri sudah memiliki segala-galanya, kita menganggap orang lain tak berarti apa-apa.
 
Nggak hanya kepada sesama manusia kita menganggap begitu. Ketika kehidupan sudah beranjak semakin membaik, kita juga sering merasa jika semuanya itu adalah hasil jerih payah kita. Padahal, semua yang kita raih ini adalah gabungan dari kebaikan demi kebaikan kecil yang secara terus menerus Tuhan anugerahkan seiring dengan berjalannya waktu. Dan jika sekarang anugerah itu menjadi sedemikian besarnya. Maka itu bukanlah semata-mata hasil kerja kita sendiri. Ada jejak jasa teman-teman kita disana. Atasan. Bawahan. Atau kolega. Dan yang pasti, ada jejak tangan Tuhan disana. Jejak yang layak kita syukuri, setiap hari.
 
Salam hormat,
Mari Berbagi Semangat!
DEKA – Dadang Kadarusman
http://www.dadangkadarusman.com/ – 28 Juni 2012

Wed Jul 11, 2012 8:18 pm (PDT) . Posted by:

"Dadang Kadarusman" dkadarusman

Spiritualism #2: Berkarya Sepanjang Hayat
 
Hore!
Hari Baru, Teman-teman.
 
Di tempat tinggal saya, ada pedagang buah pisang keliling. Dengan tubuh bungkuk dan cara berjalan khas manusia yang sudah renta, beliau tetap gigih menjajakan dagangannya. Saya sering merasa iba kepadanya. Lalu berguman didalam hati; "Bukankah seharusnya kakek itu sudah menikmati masa tuanya? Mengapa  masih harus bekerja seperti itu?"
 
Mantan atasan saya juga sudah pensiun bertahun-tahun, namun sampai sekarang saya mendengar beliau masih menjadi eksekutif di berbagai perusahaan terkemuka. Saya sering merasa heran kepadanya. Lalu berguman didalam hati; "Bukankah beliau itu sudah kaya raya? Mengapa masih harus bekerja seperti itu?"
 
Ketika ayah saya pensiun dari profesinya sebagai guru beberapa tahun lalu, beliau 'kembali ke sawah'. Benar-benar turun ke sawah dengan seragam siap tempur untuk nyebur kedalam lumpur. Saya sering memikirkan apa yang masih dicarinya. Lalu berkata kepada beliau; "Bukankah ini saatnya beristirahat? Mengapa masih harus bekerja seperti itu?"
 
Sejak masih kecil, saya mengenal ayah  sebagai orang yang menyukai bekerja di sawah. Selepas sembahyang subuh, beliau pergi ke sawah. Lalu pulang sekitar jam setengah tujuh. Setelah bersih-bersih, beliau berangkat ke sekolah dengan mengendarai sepeda. Jam satu siang, beliau sudah pulang. Sembahyang dzuhur, lalu kembali ke sawah hingga beduk magrib tiba. Jam kerjanya dibagi rata 50%-50% untuk mengajar dan bertani.
 
Ketika berada di puncak karir keguruannya, beliau menjadi kepala sekolah di dua sekolah berbeda pada saat yang bersamaan. Sehingga tidak sempat lagi untuk mengurusi sawah. 100% jam kerjanya diberikan kepada profesinya sebagai pendidik. Setelah pensiun. Beliau kembali ke sawah. Sekarang, 100% jam kerjanya untuk bercocok tanam lagi.
 
Kepada ketiga jenis pekerja gigih ini saya mempunyai satu pertanyaan yang sama; "Sampai kapan Bapak akan terus bekerja?" Dari ketiganya saya mendapatkan jawaban yang juga sama;" Sampai tidak mampu lagi melakukannya…." Dan saya masih juga tidak memahami ketiganya.
 
Dulu sekali saya sering tidak mengerti kepada ketiga jenis orang itu. Mungkin karena banyak orator dan buku yang mengajak kita untuk pensiun dini. Lalu menikmati hidup dengan pelesir kesana sini. Dulu sekali, saya sering merasa iba kepada orang-orang seperti kakek tua yang mesti keliling kampung menjajakan buah pisang itu. Dulu sekali, saya sering tidak habis pikir dengan para pensiunan seperti mantan atasan saya. Dulu sekali, saya sering kasihan pada ayah. Meskipun beliau mengatakan;"Bekerja itu bagian dari penyempurnaan hidup. Maka bekerjalah terus hingga hidup tidak mengijinkan lagi." Saya belum faham juga.
 
Suatu waktu, saya mendapatkan berita dari kampung halaman. Ini tentang kakek saya – ayah dari ayah saya. Beliau bekerja sebagai petani hingga usia senja. Saya dikabari jika beliau meninggal di sawah ketika sedang merawat tanamannya. Ayah saya juga sedemikian cintanya pada pekerjaan di sawah. Saya curiga jika beliau akan mengalami hal yang sama seperti kakek saya. Sekarang saya mulai memahami bahwa bekerja itu merupakan bagian dari perjalanan ruhani dalam kehidupan spiritual mereka. Usia saya sudah melewati 40 tahun kini. Dan saya punya kecintaan yang sama mendalamnya terhadap pekerjaan. Jangan-jangan, saya akan mengalami hal yang sama seperti kakek dan ayah saya.  
 
Sekarang saya tahu, kita keliru jika mengasihani orang-orang tua yang masih mencintai pekerjaannya. Kita salah alamat jika demikian. Kalau kita mau mengasihani seseorang karena bekerja, maka kasihanilah mereka yang bekerja sambil menggerutu. Kasihanilah mereka yang percaya bahwa bekerja itu adalah beban kegiatan yang ingin segera ditinggalkannya sedini mungkin. Kasihanilah mereka yang bekerja karena merasa tidak punya pilihan lain. Karena mereka yang bekerja karena terpaksa, tidak akan mendapatkan kepuasan batin seperti yang terpancar diwajah orang-orang yang bekerja karena mengikuti panggilan hatinya.
 
Kelak jika anak-anak sudah dewasa, saya ingin mereka memahami bahwa mereka tidak perlu mengasihani orang tua yang masih mau bekerja. Karena dengan bekerja seseorang bisa tetap menjadi pribadi yang berguna. Pantaslah Rasulullah menasihatkan jika sebaik-baik manusia itu adalah yang paling banyak manfaatnya bagi orang lain. Bahkan Tuhan pun tidak pernah berhenti berkarya. Maka ijinkanlah tubuh renta ini untuk terus berkaya, hingga akhir hayat kelak.
 
Salam hormat,
Mari Berbagi Semangat!
DEKA – Dadang Kadarusman
http://www.dadangkadarusman.com/ – 29 Juni 2012

Wed Jul 11, 2012 8:21 pm (PDT) . Posted by:

"Dewo" pdewo

"Surat dari Ibunda"

Nak..

Engkau berletih mencari pahala� engkau telah beramal banyak� tapi engkau telah lupa bahwa di dekatmu ada pahala yang maha besar� di sampingmu ada orang yang dapat menghalangi atau mempercepat amalmu masuk surga�

Ibumu adalah orang yang dapat menghalangimu untuk masuk surga, atau mempercepat amalmu masuk surga� Bukankah ridloku adalah keridloan Alloh?! Dan bukankan murkaku adalah kemurkaan Alloh?!

"Celakalah seseorang, celakalah seseorang, dan celakalah seseorang! Ada yang bertanya: Siapakah dia wahai Rosululloh? Beliau menjawab: Dialah orang yang mendapati orang tuanya saat tua, salah satu darinya atau keduanya, akan tetapi tidak membuat dia masuk surga." (HR. Muslim 2551)

Aku membawamu dengan hatiku, memandikanmu dengan kedua tangan kasih sayangku. Sari pati hidupku, kuberikan kepadamu. Aku tidak tidur, demi tidurmu, berletih demi kebahagiaanmu.

Harapanku pada setiap harinya, agar aku selalu melihat senyumanmu. Kebahagiaanku setiap saat, adalah setiap permintaanmu agar aku berbuat sesuatu untukmu. Itulah kebahagiaanku.

Senyummu yang selama ini menjadi pelipur duka dan kesedihanku, sekarang telah sirna bagaikan matahari yang ditutupi oleh kegelapan malam.

Tawamu yang selama ini kujadikan obat perindu hati, sekarang telah tenggelam, seperti batu yang dijatuhkan ke dalam kolam yang hening, dengan dedaunan yang berguguran.
Aku benar2 tidak mengenalmu lagi, karena engkau telah melupakanku dan melupakan hakku....

Yang ibu tagih kepadamu:

Jadikanlah rumah ibumu, salah satu tempat persinggahanmu, agar engkau dapat sekali2 singgah ke sana, sekalipun hanya sedetik.

Wahai anakku�Inilah aku, ibumu� pahalamu� tanpa engkau harus memerdekakan budak atau banyak-banyak berinfak dan bersedekah�

aku inilah PAHALA-mu�





Pramono Dewo

Wed Jul 11, 2012 8:23 pm (PDT) . Posted by:

"Dadang Kadarusman" dkadarusman

Leaderism#4: Sayap Kepemimpinan
 
Hore!
Hari Baru, Teman-teman.
 
Belajar dari para ahli kepemimpinan, kita bisa memahami bahwa secara sederhana kepemimpinan itu bisa diartikan sebagai "mencapai hasil melalui orang lain". Pemahaman tersebut memiliki dua komponen penting, yaitu: (1) Pencapaian suatu hasil, dan (2) Melalui orang lain. Seseorang belum bisa disebut sebagai pemimpin handal  jika belum bisa meraih kedua aspek itu sekaligus. Misalnya, bisa mencapai hasil sesuai target namun masih menyibukkan dirinya dengan pekerjaan teknis dengan tangan sendiri. Atau, mampu mengorganisasikan orang lain, tetapi gagal mencapai target yang sudah disepakati dengan perusahaan.  Kehandalan kepemimpinan diukur dari kemampuan untuk mewujudkan kedua-duanya.
 
Seperti sepasang sayap, tanggungjawab seorang pemimpin kepada perusahaan bobotnya setara dengan tanggungjawabnya kepada orang-orang yang dipimpinnya.Kenyataannya, banyak pemimpin kelompok kerja yang dihargai tinggi oleh perusahaan, namun dimata anak buahnya; mereka adalah pemimpin yang buruk.  Apanya yang salah dengan sang pemimpin itu? Dia mencapai target. Dan target itu dicapai melalui orang lain. Bukankah dia sudah menjalankan fungsi kepemimpinannya dengan baik?
 
Setiap pemimpin berdiri di antara dua kutub kepentingan. Yaitu kepentingan perusahaan untuk mencapai target-target bisnisnya dan kepentingan orang-orang yang dipimpinnya untuk mendapatkan pemenuhan hak-hak mereka. Jika bisa mencapai target perusahaan maka secara otomatis kita bisa memenuhi kebutuhan dan kepentingan perusahaan. Namun, mengorganisasikan orang-orang yang kita pimpin untuk mencapai target itu sama sekali tidak menujukkan jika kita telah berhasil memenuhi kebutuhan dan hak mereka. Bahkan, tidak sedikit pemimpin yang sanggup melakukan apa saja pada anak buahnya demi pencapaian target-target perusahaan.  
 
Dengan memenuhi target-target perusahaan, kita baru bisa meraih 50% peluang menjadi pemimpin handal.  Seperti sayap yang baru sebelah. Sedangkan sebelahnya lagi sangat ditentukan oleh cara memimpin orang-orang di team kerja kita. Masih ingat prinsip different folk, different stroke? Setiap orang yang berbeda membutuhkan pendekatan kepemimpinan yang berbeda. Bagaimana kita tahu sudah melakukan itu jika fokus kita hanya sekedar mencapai target saja? Kita bisa menjadikan ini sebagai momentum untuk meningkatkan keterampilan memimpinyang kita miliki selama ini. Dengan demikian, kita semakin berpeluang untuk menjadi pemimpin yang handal.
 
Ngapain sih pusing-pusing mikirin soal itu? Fokus saja pada pencapaian target perusahaan. Bukankah kita sering mendengar kelakar ini di ruang meeting; "Kalau target kamu tercapai, maka karirmu akan aman….."?
 
Ingatkah Anda bahwa kepemimpinan itu bukanlah semata-mata untuk mengamankan karir kita sendiri? Para pemimpin hebat justru berani mempertaruhkan karirnya sendiri demi kepentingan institusi yang diwakilinya DAN orang-orang yang dipimpinnya. Mereka tidak mementingkan dirinya sendiri. Melainkan mengedepankan tanggungjawabnya, baik kepada perusahaan maupun para bawahan. Mereka percaya bahwa kepemimpinan itu bukanlah semata-mata mencari gengsi tinggi, fasilitas kelas atas, dan pendapatan berkelimpahan.
 
Kepada perusahaan mereka mengabdi karena sadar jika Management akan meminta pertanggungjawaban atas pencapaian target kinerja yang dipercayakan kepadanya. Sedangkan kepada orang-orang yang dipimpinnya mereka mengabdi karena meyakini bahwa 'Maha Management' akan meminta pertanggujawaban atas caranya memimpin dan memperlakukan orang-orang yang Tuhan titipkan dibawah tampuk kepemimpinannya.
 
Mungkin inilah yang diisyaratkan oleh Nabi Suci sebagai pemimpin yang adil. Kepada pemimpin yang adil itu, Nabi menjelaskan jika Tuhan memberi kemudahan di hari perhitungan. Kita, bisa belajar untuk menjadi pemimpin adil dengan memiliki kedua sayap kepemimpinan itu. Yaitu sayap tanggungjawab kepada perusahaan, dan sayap tanggungjawab kepada orang-orang yang kita pimpin. Dan semoga, kelak sayap itu akan bisa membawa kita terbang bersama para malaikat. Menuju kemuliaan dan keberlimpahan sejati, di kehidupan akhirat.
 
Salam hormat,
Mari Berbagi Semangat!
DEKA – Dadang Kadarusman
http://www.dadangkadarusman.com/ – 2 Juli 2012

Wed Jul 11, 2012 8:23 pm (PDT) . Posted by:

"Nunik Utami"

Waaahh kayaknya acaranya asyik banget nih. Langsung kebayang resto ndeso yang nyamaaaan banget.

Sayang saya jauh banget di Jakarta. Hehehhehe

Salam untuk semua yang hadir yaa :)


Salam,
Nunik Utami
Penulis, Editor, Trainer Penulisan
http://nunikutami.blogspot.com

-----Original Message-----
From: Siu Elha <siuelha@yahoo.com>
Sender: sekolah-kehidupan@yahoogroups.com
Date: Sun, 1 Jul 2012 19:07:03
To: sekolah-kehidupan@yahoogroups.com<sekolah-kehidupan@yahoogroups.com>
Reply-To: sekolah-kehidupan@yahoogroups.com
Subject: [sekolah-kehidupan] (UNDANGAN PENTING) YUK CANGKRU'AN MALAM INI

Assalamualaikum wr wb


Eskaers…apa kabar??? Peluk satu-satu... 


Rasanya sudah seabad Eskaers ndhak ketemuan, pada kangen ndhak sih sama saya? *dikeplak .



Nah dalam rangka melunaskan kangen yang sudah ditabung sekian lama, Eskaers Jatim mau ngadain dinner candle light, *ndak dhing jangan percaya*, cuma makan ala ndesoan di d'kampung Sutos. Katanya Mbak Ugik tempatnya ndeso banget, (padahal saya pengennya yang rada2 milenium gitu, secara saya sudah dari ndeso, sudah bosen suasana ndeso, hehehehe ndak penting!) ok deh ndak panjang lebar, monggo yang bisa hadir :

Hari/ Tanggal: Senin, 2 Juli 2012 (NANTI MALAM)
Tempat: d'kampung SUTOS (Surabaya Town Square), Jl. Adityawarman Suroboyo (ancer-ancernya jalan yang mau ke arah Makodam Brawijaya –bukan penunjuk arah yang baik-)
Jam- J nya: Pukul 19.00 WIB (yah kira-kira abis maghrib berangkat dari kantor gitu – buat yang ngantor- dan diperkirakan selesai Subuh *kidding). -  sd selesai.

Yuk monggo hadirrr, yang mau minta tanda tangan Pak Suha, Mbak Ugik, atau yang lain, monggo silahkan hadir (Free), Kita cangkruk'an lagi, kangen-kangenan lagi, siapa tahu ada hal bermanfaat yang bisa kita deal-kan, minimal menyambung kembali tali silaturahmi yang sedikit mengendur akhir-akhir ini.

Mohon maaf kalo acaranya mendadak banget, karena biasanya yang mendadak begini malah lebih banyak yang hadir daripada direncanain jauh-jauh hari, hehehehe, ngelesdotcom.

Kalau masih ada yang belum jelas, mau nanya rute (jangan ke saya plisss), dan YANG BISA HADIR monggo konfirmasi langsung ke Mbak Ugik di 08563434248, atau Pak Suha 081217436945, ato saya juga boleh 0811342470. Sekali lagi yang bisa hadir mohon konfirmasi ya? 
See you there…
Tiada kesan tanpa kehadiranmu… (ini kok jadul banget ya?)


*Catatan kecil (kecillll sekali)
Acara ini jg salah satu bentuk keprihatinan milis Eska yg skrg banyak berisi iklan (sampah)

Wassalamualaikum wr wb

 
Siwi LH
Salam Hebat Penuh Berkah
www. cahayabintang.wordpress.com 
id ym siuhik


________________________________

Wed Jul 11, 2012 8:27 pm (PDT) . Posted by:

"Dadang Kadarusman" dkadarusman

Natin #47: Curriculum Vitae Tak Tertulis
 
Setiap kali tanggal muda tiba, biasanya keadaan di kantor jadi lebih relax. Boleh dibilang relaxnya itu secara lahir dan batin deh. Dompet masih berisi beberapa lembar lima puluh ribuan sisa gajian minggu lalu. Setidaknya nggak langsung lepet setelah transfer sana-sini. Masih ada sisa-sisa sumeringah diwajah semua orang. Makanya, secara mental pun agak terasa ringan.
 
Selain itu, pekerjaan di awal bulan juga biasanya rada kendor sedikit. Para boss sudah pada ngebut minta semua pekerjaan diselesaikan diakhir bulan. Para pelanggan juga begitu. Kayaknya sih emang semua orang dikendalikan oleh tanggalan. Kalau akhir bulan kayaknya pekerjaan bejibun. Telepon dari sana-sini terus berdering. Orderan juga meningkat tajam. Ya… kalau nggak ada yang order boss minta kita yang aktif mencarinya. Beda banget dengan tanggalan baru. Beban kerja seolah-olah sedang pada liburan.
 
Buat orang-orang di kubikal keadaan longgar seperti ini sepertinya selalu datang tepat waktu. Seperti sekarang ini aja misalnya. Mereka punya agenda penting yang harus segera diselesaikan. Jika tidak, maka hubungan diantara mereka tidak akan pulih seperti sedia kala. Sudah beberapa hari ini keadaannya jadi serba kikuk. Opri seperti sedang dikucilkan. Soalnya nggak ada teman-teman yang mau menyapanya. Mereka semua membiarkannya dengan sikap yang dingin. Terlebih lagi Aiti. Dia yang paling keras menuntut penjelasan Opri. Pokoknya, sebelum Opri melakukannya; Aiti tidak bakalan menggubrisnya lagi.
 
Gimana nggak gitu coba? Sejak Opri kepergok sama Voldy, citra kubikal jadi tercoreng. Sekarang sepertinya semua orang tahu kalau kubikal itu jadi tempatnya roman picisan. Yang lebih nyebelin lagi, hal itu dilakukan oleh perempuan yang selama ini dianggap paling macho. Paling dingin sama cowok. Dan paling sedikit memiliki hormon estrogen.
 
Bahayanya bukan cuman soal citra belaka. Tapi juga sudah merembet ke urusan kekompakan segala. Biasalah. Ada kubu yang setuju dan ada juga yang nggak setuju. Dalam perdebatan itu misalnya, ada yang menganggap kalau pacaran sama teman-teman sekantor itu wajar kok. Meskipun perusahaan nggak ngijinin suami-istri kerja di kantor yang sama tapi kan soal cinta itu hak asasi manusia. Nggak bisa dibatasi oleh buku putih atau kesepakatan kerja bersama.
 
Lagian juga jatuh cinta itu sudah menjadi fitrahnya manusia kok. Justru setiap orang mesti mengalami jatuh cinta. Biar semangat hidupnya jadi menggelora dan berbunga-bunga. Malahan bahaya loh kalau sampai gara-gara terlalu sibuk kerja kita melupakan urusan cinta. Percaya deh. Sehebat-hebatnya pekerjaan kita cuman bakal bisa bertahan sampai usia 55. Kalau sudah waktunya pensiun, kita nggak bisa lagi memiliki pekerjaan itu, meskipun kita sangat mencintainya. Beda dengan cinta antara lelaki dan perempuan. Nggak cuman sampai kakek nenek. Sampai mati pun bakal tetap lestari.  
 
Sibuk bekerja itu bagus-bagus aja sih. Tapi jangan sampailah melupakan soal asmara. Emangnya kalau ntar udah sukses, itu hasil yang didapatkannya buat siapa kalau bukan buat keluarga. Jangan ditunda-tunda deh. Soalnya, makin sibuk kerja bakal makin susah cari jodoh loh. Makin tinggi posisi, apa lagi. Urusannya bakal lebih ribet lagi buat para ladies. Cowok-cowok malah jadi makin keder kalau karir ceweknya lebih mengkilap.
 
Jadi kalau soal itu, yang bener Opri dong ya? Nggak tahu juga sih. Semuanya belum jelas sebelum Opri melakukan confession di depan teman-temannya. Masalahnya, Opri masih juga bersikukuh kalau dia nggak punya hubungan apa-apa dengan Voldy. Tapi, kecurigaan teman-teman malah semakin besar melihat gelagatnya. Sekarang Opri sudah mulai kelihatan kalem. Nggak terlalu berangasan seperti sebelum-sebelumnya. Akhirnya mereka malah jadi pada diem-dieman.
 
Ketika suasana di kubikal sedang membeku itu, tiba-tiba saja… 'kling'… ada email yang masuk. Karena lagi pada melongo, mereka langsung menyambarnya. Tapi mereka langsung nggak semangat lagi ketika tahu kalau itu email dari internal perusahaan. Admin HRD yang mengirimnya. Males. Paling juga cuman pengumuman gitu-gitu aja. Orang-orang dikubikal hampir saja memencet tombol 'trash' untuk membuang email itu langsung ke tempat sampah. Tapi nggak jadi ketika mata mereka sekilas melihat judul email itu. Darah mereka terkesiap. Jantung mereka lebih kencang saat berdegup.  Sepertinya ada bagian dari email itu yang bisa menyihir mereka.
 
"Supervisor Needed – Submit your CV" begitu tertulis didalam subject email itu. Lalu mereka pun buru-buru membukanya. Bagaimana pun juga, semua orang punya keinginan untuk naik level. Masa sih jadi staff terus. Kalau ada kesempatan, kenapa mesti disia-siakan?
 
Bagi beberapa orang, itu adalah kesempatan yang selama ini dinanti-nantikannya. Jadinya untuk sementara waktu semua energy dalam tubuh mereka langsung terserap kesana. "Submit Your CV!" kalimat itu terngiang-ngiang di benak semua orang. Setiap jantung sepertinya berdetak semakin kencang. Apa lagi ketika mereka menyadari bahwa email itu dikirim oleh Admin HRD ke seluruh karyawan. Mereka juga menyadari kalau semua orang menginginkan posisi sebagai supervisor itu. Sekarang mereka melihat teman-teman di kiri dan kanan. Depan dan belakangnya. Mereka semua, adalah saingan.
 
Sepertinya genderang perang sudah mulai dibunyikan.
Tak seorang pun yang pikirannya bisa terbebas dari angan-angan untuk mendapatkan kesempatan menjadi supervisor itu. Harapannya ada. Apa lagi dalam email itu jelas-jelas disebutkan kalau perusahaan akan mendahulukan proses seleksi internal. Itu artinya nggak perlu takut pesaing dari luar perusahaan. Soalnya, perusahaan baru akan merekrut kandidat dari luar kalau tidak berhasil mendapatkan calon yang layak untuk dipromosi secara internal. Masa sih kok sebego itu sampai-sampai di internal nggak ada yang dianggap pantes jadi supervisor? Pasti bisa!
 
Tak ada seorang pun yang membahas atau mendiskusikan isi email itu. Semua pada diam. Mereka sibuk dengan pikirannya masing-masing. Memang sih. Kalau soal ambisi, persahabatan pun bisa membeku untuk sementara waktu. Maklum. Semua orang dilanda rasa cemburu. Kecuali kalau merasa dirinya udah nggak tertarik lagi dengan hal-hal seperti itu. Yaa… setidaknya itulah yang terjadi pada Mbak Aster dan Mrs. X.
 
Buat mereka berdua, nggak ada lagi semangat untuk mengejar posisi. Sudah sajalah sampai disini. Toh mereka juga kerja bukan sebagai pencari nafkah utama. Suami mereka juga punya penghasilan yang bisa menghidupi keluarga. Mereka nggak terlalu ngoyo mengejar karir seperti gadis-gadis belia itu. Makanya mereka bisa netral ketika menyikapi gaya mereka pada sibuk menyiapkan lamaran itu.
 
Mbak Aster dan Mrs. X berkeliling ke seluruh pelosok kubikal. Baru kali ini mereka tidak disambut baik oleh orang-orang itu. Semua orang pada menyembunyikan layar monitor komputernya masing-masing. Mereka sepertinya nggak ingin ketahuan sedang membuat CV.  Setelah berkeliling itu, keduanya lalu menyimpulkan; semua orang pada nggak percaya diri dengan CV nya masing-masing.
 
Lho, bagaimana bisa ketahuan kalau mereka nggak percaya diri? Iyalah. Kalau mereka cukup yakin dengan CVnya sendiri, pastinya nggak malu dong kalau ada orang yang mau melihat. Nyatanya, semua pada menutupinya rapat-rapat. Malahan, ada yang pura-pura nggak tertarik sama kesempatan yang ditawarkan itu. Tapi dari gelagatnya sih, Mbak Aster dan Mrs. X tahu pasti kalau mereka juga diam-diam mempersiapkan berkas lamaran seperti teman-teman yang lainnya.
 
Iyya, tapi gimana ceritanya kok Mrs. X dan Mbak Aster bisa sebegitu yakinnya? Hihi.. nggak enak juga membuka rahasia mereka. Tapi ya sudahlah. Toh mereka juga sudah nggak terlalu peduli lagi. Sebenarnya, apa yang dilakukan oleh semua orang muda di kubikal itu adalah apa yang juga dulu pernah dilakukan oleh Mbak Aster dan Mrs. X.
 
Udah lama banget sih. Sewaktu mereka masih gadis-gadis belia seperti halnya teman-teman di kubikal itu. Jujur aja deh, mereka melihat anak-anak muda itu seperti melihat dirinya sendiri beberapa tahun silam. Makanya mereka sering mesam-mesem aja menyaksikan kelucuan dan keluguan para ambisius muda itu.
 
"Elo bingung kan, mesti nulis apa di CV elo?" Mbak Aster menggoda Jeanice.
Orang yang digoda terperanjat bukan kepalang. Bukan karena takut ketahuan isi dokumen CV yang dibuatnya. Tapi, saat itu dia sedang fokus banget mikirin apa yang mesti di tulis. Dia kaget karena tiba-tiba saja ada orang yang bicara persis di belakang telinganya. Dan lebih kaget lagi karena orang itu tahu persis kalau dia bingung mesti nulis apa di CV itu. Tapi sebelum Jeanice sempat merespon, kedua senior itu sudah keburu ngeloyor.
 
"Naah.. kalau elo nih ya tipe cewek yang suka yang panjang-panjang…." Mrs. X nyeletuk dibelakang Fiancy. Suaranya sengaja dibikin keras sampai semua bisa dengar.
 
Pastinya orang yang diceletukin itu protes berat. "Apaa-an sih!" katanya. Mukanya merah gara-gara rasa malu yang nggak tertahankan.
 
"Lah itu, CV elo kok sampai berlembar-lembar begitu." Timpal Mbak Aster.
"Siapa yang mau baca CV sepanjang itu, non….?" Tambah Mrs. X.
 
Semua orang di kubikal sampai pada ngeliatin Fiancy. Tapi buru-buru memalingkan muka lagi berpura-pura nggak tahu. Ada juga yang cepet-sepet menghapus sebagian CVnya bia nggak ketahuan panjang juga. Sekarang mereka nyadar kalau ada 2 mahluk kadaluarsa yang gentayangan mengomentari CV mereka. Makanya mereka berusaha protektif biar nggak mendapatkan komentar yang sama miringnya.
 
Nyadar sudah nggak bisa lagi ngintip layar monitor yang sedang pada bikin CV itu, Mbak Aster dan Mrs.X cuman bisa mondar-mandir sambil nyengir.
"Elo pade nggak usah khawatir," kata mereka. "Kita juga dulu kayak gitu kok…"
 
Wajah-wajah lugu itu terlihat gelisah, 'sotoy banget sih ibu-ibu stok lama ini,' begitulah pikiran yang mengisi benak mereka. Males banget deh buat dengerin ocehan keduanya. Tapi kekesalan mereka tidak membuat kedua veteran itu berhenti bicara.
 
Dengan gayanya yang kayak tante-tante itu Mbak Aster dan Mrx. X bicara saling bergantian. Sahut menyahut seperti presenter tivi yang sedang membacakan breaking news. Seperti baca berita basi gitu deh, nggak seorang pun penghuni kubikal yang tertarik mendengarnya. Kecuali ketika Mbak Aster mengatakan jika membuat CV itu, cukup satu halaman saja.
 
Hah? Satu halaman? Bukankah setiap orang punya banyak hal yang bisa dibanggakannya. Eh, bisa di tonjolkannya untuk membuat pewawancara tertarik kepada mereka?
 
"CV itu beda dengan novel," begitu kata mereka. "HRD cuman punya waktu sedikit untuk menyeleksi sedemikian banyaknya dokumen lamaran yang diterima." Tambahnya. "Makanya, CV satu halaman yang memuat aspek-aspek penting yang relevan dengan pekerjaan yang elo lamar jauh lebih bernilai daripada CV yang panjangnya berlembar-lembar….."
 
Sekarang ocehan mereka mulai terdengar masuk akal. Apalagi hal itu diucapkan oleh orang-orang yang tidak memiliki perbenturan kepentingan. Mereka tidak ikut melamar. Jadi pendapatnya netral buat semua orang. Lama kelamaan, terjadi dialog seru diantara para senior citizen itu dengan para anggota muda di perusahaan. Sampai akhirnya mereka nggak bingung lagi untuk menulis apa dalam CV yang akan mereka ajukan.
 
"Wah, kalau seguru seilmu gini, kita nggak bisa mengungguli teman dong…" celetuk Sekris. Masuk akal juga sih. Soalnya sekarang semua gadis belia itu sudah bisa membuat CV dengan teknik yang lebih baik dari 2 master senior yang secara sukarela menghambur-hamburkan ilmunya tanpa minta bayaran.
 
"Nggak masalah," kata Mbak Aster.
"Kan elo pade punya kelebihan masing-masing yang bisa ditonjolkan," sambung Mrs. X.
Masuk akal juga. Setiap orang punya keunikan. Atau pencapaian khsusus. Atau kelebihan yang tidak dimiliki oleh orang lain. Makanya, selalu ada hal kompetitif yang dimiliki setiap pribadi. Meski begitu, ternyata nggak semua keunggulan diri mesti dicantumkan dalam CV. Kalau punya banyak hal bagus, pilih aja hal-hal yang berkaitan langsung dengan jenis pekerjaan yang dilamar itu.
 
Sekarang mereka sudah siap dengan dokumen CVnya masing-masing. Hanya satu halaman. Tapi bisa menjelaskan keunggulan masing-masing yang layak dipertimbangkan. Dengan CV yang bobotnya sangat tinggi, mereka menjadi semakin percaya diri.  
 
Langkah selanjutnya adalah mengirim CV itu sesuai arahan dari Admin HRD tadi. CV itu harus diterima HRD hari itu juga. Makanya begitu yakin sudah mempunyai CV yang terbaik, mereka langsung memencet tombol 'attachement' di layar monitor. Hanya perlu beberapa detik aja sih. File CV itu pun sudah siap diemail. Tinggal pencet tombol 'send' semuanya beres.
 
Tetapi, sebelum mereka sempat memencet tombol itu, ada email kedua dari Admin HRD. Pake tanda 'Urgent' dengan subject yang ditulis pake huruf kapital semua. Judul email kedua ini begini;"PRINSIP MENDASAR DALAM PEMBUATAN CV!"
 
Wadduh, untung saja CV yang tadi belum pada dikirim. Coba kalau sudah terlajur, nggak bakal bisa merevisinya. Kan nggak lucu kalau CV yang sudah diajukan diralat lagi. Kelihatan banget kalau kita nggak profesional. Mana bisa jadi supervisor kalau bikin CV aja mesti bolak-balik begitu?
 
Mereka pun buru-buru membuka email kedua itu. Terdorong oleh rasa penasaran tentang prinsip mendasar tentang pembuatan CV itu. Bagaimana pun juga, mereka ingin membuat CV yang paling baik. Jangan sampai CV mereka terlihat alakadarnya, atau biasa-biasa aja. Apalagi kalau terlihat norak dengan format standar yang sama sekali nggak menarik minat. Bahkan untuk sekedar melihatnya saja.
 
Hanya satu klik saja. Maka isi email kedua itu pun langsung terpampang dilayar monitor. Ternyata apa yang disebut dengan prinsip mendasar dalam pembuatan CV itu sederhana sekali. Hanya dua baris kalimat ini:
 
CV ADALAH RANGKUMAN PERILAKU TERBAIK KITA
DALAM PEKERJAAN YANG KITA LAKUKAN SEHARI-HARI
 
Mereka tertegun membaca email itu. Jelas sekali jika pengirimnya adalah Admin HRD. Tapi, mereka mengenal betul isinya. Mereka yakin jika itu adalah menu hari ini yang Natin sajikan untuk mereka. Lalu mereka merenungkan apa yang Natin maksudkan dalam pesan via email itu.
 
Sepertinya Natin ingin menegaskan bahwa banyak orang yang bisa menuliskan apa saja pada CVnya. Sebagiannya benar. Dan sebagiannya lagi hanya karangan belaka. Sebagian obyektif, dan sebagiannya lagi hanyalah prestasi biasa yang dilebih-lebihkan saja. Sebagian valid, dan sebagiannya lagi hanyalah bumbu agar orang yang membaca CV itu tertarik oleh sedikit tipu-tipu.
 
Didalam dokumen CV kita memang bisa menuliskan apa saja. Semuanya tentang kehebatan diri kita. Tapi menurut Natin, tidak ada dokumen lain yang lebih canggih dalam menjelaskan kualitas pribadi kita selain perilaku terbaik kita dalam pekerjaan sehari-hari. Jelas sekali jika Natin ingin agar orang-orang di kubikal menyadari bahwa tindakan aktual itu jauh lebih bernilai daripada apa yang tertulis diatas kertas. Karena apa yang dilihat orang dalam keseharian kita jauh lebih valid daripada apa yang kita tuliskan tentang diri kita sendiri diatas selembar kertas.
 
Itu loh sebabnya, mengapa ada orang yang ditawari pekerjaan padahal dia nggak melamarnya sama sekali. Boro-boro mengirim CV, mengetahui ada lowongan kerja itu juga mereka nggak tahu. Tapi kenapa mereka yang ditawari? Itu karena perilaku kerja mereka sehari-hari dilihat oleh seseorang tanpa dia sendiri menyadari. Seperti Natin bilang, CV itu adalah rangkuman dari perilaku terbaik kita dalam pekerjaan yang kita lakukan sehari-hari. Artinya, setiap hari sebenarnya kita sedang 'menulis' CV. Hanya saja kita tidak menyadari. Padahal, para pengambil keputusan tidak pernah henti mengamati.
 
Semua orang di kubikal kembali membuka draft email yang mereka buat tadi. Lalu membuka attachment berisi CV yang hendak mereka kirimkan. Sekali lagi mereka membaca CV itu. Merenungkan poin demi poin yang mereka tulis dalam CV itu, lalu bertanya kedalam dirinya sendiri; 'beginikah cara gue menjalani hari-hari gue dalam pekerjaan sehari-hari….?' Sekarang mereka bisa menilai, seberapa validnyakan CV yang mereka buat itu.
 
"Kalau ada yang cari saya, bilang aja saya sedang ke toko peralatan kantor ya Kris…" Suara Pak Mergy melumerkan kebekuan yang menelusup kedalam hati mereka.
"Orderan kita sudah datang kok Pak," jawab Sekris. "Semua keperluan kantor kita sudah tersedia…" tambahnya.
 
"Saya tahu itu, Kris," jawab Pak Mergy. "Tapi saya yakin kalau yang saya cari tidak ada disini…" katanya lagi.
"Memangnya Bapak cari apa, Pak?" Opri nyeletuk dari belakang.
"Enggh… anu.. saya.. memerlukan…emh… formulir cara pembuatan CV…."
 
Hooooooh……. Orang-orang langsung merasa lemas…....  
 
Tiba-tiba saja semua orang di kubikal menyadari bahwa segala hal yang kita lakukan sehari-hari di kantor itu adalah CV kita. Jika kita menjadi karyawan yang berperilaku baik. Berprestasi tinggi. Serta menunjukkan segudang hal positif lainnya, maka CV kita yang baik itu secara otomatis telah dikirimkan ke meja pengawasan para pengambil keputusan. Para pemimpin hebat menyeleksi kandidat justru dari 'dokumen' yang tidak tertulis itu.  Makanya mereka sering menunjuk orang secara langsung untuk menduduki posisi-posisi penting. Karena orang itu, berhasil 'mengirimkan' CV tak tertulis yang menimbulkan kesan positif dimata para pengambil keputusan.
 
Kalau selama ini kantor kita lebih suka merekrut orang dari luar untuk menempati posisi-posisi penting. Mungkin itu terjadi karena kita yang berada didalamnya belum pandai untuk menujukkan CV tak tertulis yang bagus. Persis seperti yang Natin katakan; setiap tindakan kita, menggoreskan satu kalimat dalam CV aktual kita di kantor. Makanya kalau   ingin punya CV yang bagus,  kita mesti memastikan semua hal yang kita lakukan di kantor juga bagus.  Dengan begitu, kita akan selalu menjadi kandidat yang diperhitungkan. Setiap kali ada kesempatan untuk menapaki posisi yang lebih tinggi. Ditempat kerja kita. Dengan begitu, kita nggak mesti sibuk mencari peluang baru di koran sabtu minggu. Di kantor kita juga banyak peluang kok. Cobain deh. Insya Allah.
 
Salam hormat,
Mari Berbagi Semangat!
DEKA – Dadang Kadarusman
http://www.dadangkadarusman.com/ – 3 Juli 2012
0812 19899 737 or Ms. Vivi at 0812 1040 3327
 
Catatan Kaki:
Belajarlah untuk membuat CV tak tertulis melalui perilaku dan kinerja bagus Anda sehari-hari. Dengan CV itu Anda mendapatkan kunci menuju promosi secara internal.
 
Ingin mendapatkan kiriman kisah inspiratif "Natin & The Cubicle" secara rutin langsung dari Dadang Kadarusman?  Kunjungi dan bergabung di http://finance.groups.yahoo.com/group/naturalintelligence/
 
Silakan di-share jika naskah ini Anda nilai bermanfaat bagi yang lain, langsung saja; tidak usah minta izin dulu. Tapi tolong, jangan diklaim sebagai tulisan Anda sendiri supaya pahala Anda tidak berkurang karenanya.
 
Salam hormat,
Mari Berbagi Semangat!
DEKA - Dadang Kadarusman
www.dadangkadarusman.com

Tidak ada komentar: