Kamis, 12 Juli 2012

[daarut-tauhiid] KAsih Tanpa Batas

 

Kasih Tanpa Batas

Oleh : Zamzam M Ma'mun

Terlalu banyak kenangan manis yang terekam bersama sosok yang selalu menempati tangga cinta yang tinggi di hatiku. Kemarin malam aku kembali merekam satu lagi kenangan manis itu. Sebuah cinta yang tidak terucap dengan kata-kata. Sebuah kerinduan yang tidak terdengar sebagai suara. Sebuah kasih sayang yang tanpa batas,
yang kusimpulkan dari sebuah pemberian yang hampir tak masuk akal.

Sosok anggun yang selalu menempati tangga cinta yang tinggi di hatiku adalah ibuku. Sampai kemarin malam
aku masih jauh berpisah dengannya. Tapi jarak tidak pernah membatasi
rasa kasih. Tak terasa empat tahun sudah aku berpisah dengannya,
menuntut ilmu di negeri Musa, Mesir.

Rombongan pertama mahasiswa baru
Al-Azhar dari Persatuan Islam (Persis) baru datang semalam. Merekalah
yang membantu Ibuku menyampaikan rasa kasihnya padaku. Seperti para ibu
lainnya kepada anak mereka masing-masing. Kehadiran mahasiswa baru
selalu membawa kebahagiaan tersendiri. Bahagia karena mendapat teman
baru, adik baru, rekan seperjuangan baru, terutama jika mahasiswa baru
itu satu daerah dengan kita. Bahagia juga karena mereka selalu membawa
"kasih" dan "cinta" yang dititipkan ibuku.

"cinta" dan "kasih" itu kadang
berbetuk sepasang baju baru dan makanan ringan khas, kadang juga
berbentuk buku-buku, dan sebagainya. Yang paling membahagiakan adalah
untaian kata-kata yang ditulis oleh keluarga, surat dari ibu, ayah,
saudara selalu memberi kesan yang sangat mendalam. Tak terasa tiba-tiba
ada air mata yang menitik di pipi. Dan kerinduan yang demikian
menggelembung sedikit terobati. Dan semangat yang terkadang redup
kembali menyala terang. Dan malam-malam penyambutan mahasiswa baru pun
jadi memiliki warna tersendiri bagi mereka yang menerima titipan cinta
dan kasih dari orang-orang terkasih mereka.

Aku sendiri kemarin malam
merasakan hal tersebut. Dan untuk tahun ini bentuk "cinta" yang
dikirimkan ibuku sangat berbeda dari biasanya. Biasanya, aku selalu
mewanti-wanti kepada keluargaku untuk tidak mengirimiku makanan, aku
lebih memilih dikirimi buku-buku terbaru. Tetapi malam kemarin, "cinta"
titipan ibuku bukan hanya maknanan, tapi makanan kesukaanku. Ayam goreng kelapa, sambal tomat, sambal goreng tempe kering, plus krupuk ikan
tenggiri, lalap, dan buah untuk cuci mulutnya. Semuanya dengan resep
Warung Nasi Seni Rasa, warung nasi kebanggaan keluarga kami.

Teman-temanku ribut mengetahui aku mendapatkan titipan yang begitu banyak. Mereka ribut karena tahu
sebentar lagi aku akan pulang, S1-ku selesai tahun ini. Ya, begitulah,
aku sendiri surprise dengan "cinta" yang dititpkan ibuku. Apakah beliau
lupa, putera yang dikiriminya itu berada di Mesir, hingga tidak merasa
takut makanan basah yang dikirimnya basi? Tapi kayaknya ibuku tidak
lupa, beliau telah memperhitungkan kualitas masakannya dengan jarak
waktu yang dihabiskan dari Garut sampai Mesir. Hasilnya, 95% makanannya
selamat dan bisa disantap bersama malam itu juga.

Dalam surat singkat yang menyertai titipan itu, ibuku berpesan, "Ummi tau ini lauk kesukaan zamzam,
masaklah nasi yang banyak, terus ajak teman-teman untuk makan bersama.
Itung-itung perpisahan sebelum zamzam pulang. Jangan lupa diphoto ya..."

Subhanallah, sampai sejauh itu
ibuku memikirkanku. Padahal putera-puterinya ada tiga belas orang! Ah,
aku sadar, ibu memang memiliki kasih yang tiada batas. Aku pun menuruti
permintaan ibu. Memasak nasi yang cukup banyak dan mengajak semua kawan
yang sedang berkumpul di rumah untuk makan malam bersama. Semua merasa
senang. Sebagian yang sudah kenal dengan masakan ibuku, mengaku teringat dengan nostalgia ketika mereka makan di Warung Nasi Seni Rasa, Garut.

Cinta ibu tiada batas luasnya.
Bagi ibu, batas yang bisa menghalanginya untuk memberikan kasih sayang
kepada putera-puterinya tidak pernah ada. Tidak hanya jarak yang bisa
ditembus oleh kasih sayang seorang ibu. Bahkan dinding emosi yang
bagaimanapun tebalnya, bagi seorang ibu bukan batas yang menghalanginya
untuk memberikan kasih sayang. Mungkin seorang anak sudah beribu-ribu
kali menusukkan rasa sakit di hati sang ibu, tapi itu bukan alasan
baginya untuk membatasi rasa kasih dan sayangnya. Pantas Allah dan
Rasulul-Nya menempatkan seorang ibu pada tempat yang mulia di mata
anak-anaknya, sangat pantas sekali. Karena mereka memiliki satu hal,
kasih tanpa batas.

Untuk Ummiku, Jazakillah khairan
katsiran atas semua kasih sayangnya. Nanda takan pernah sanggup membalas semua pemberianmu. Tapi yakinlah, nanda kan berusaha menjadi yang
terbaik di mata Ummi dengan menjadi yang terbaik bagi umat, tentu di
atas semua itu Allah adalah yang pertama. Nanda selalu ingat harapan
Ummi agar nanda menjadi pengganti para pahlawan pembela Islam dan negeri Indonesia. Semoga Allah memberi kekuatan kepada nanda. Amin.

Zamzam M Ma'mun
Seminggu sebelum kembali menghirup udara Indonesia, Insya Allah.

sumber : eramuslim.com

 
**SURYATI**
Program Pascasarjana Ilmu Ekonomi (PPIE)
Gd. Pascasarjana FEUI Lt. 2
Kampus UI Depok

Telp : 78849152-53
Fax : 78849154
Hp : 0857-11771749
Email : y4t12002@yahoo.com, suryati.BS@gmail.com

[Non-text portions of this message have been removed]

__._,_.___
Recent Activity:
====================================================
Pesantren Daarut Tauhiid - Bandung - Jakarta - Batam
====================================================
Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
====================================================
       website:  http://dtjakarta.or.id/
====================================================
.

__,_._,___

Tidak ada komentar: