Minggu, 15 Juli 2012

[daarut-tauhiid] Detik-Detik yang Sangat Berharga

 

Syeikh Aidh Al Qarny

Detik-Detik yang Sangat Berharga



Eramuslim.com | Media Islam Rujukan, Seorang
menteri di Baghdad telah berlaku lalim terhadap kekayaan seorang wanita
tua. Hartanya dirampas dan semua hak wanita itu dirampok. Tapi si
wanita itu dengan berani mengadukan kelaliman itu kepada menteri
dimaksud sambil menangis dan memprotes kekejamannya. Sang menteri sama
sekali bergeming dan tak menyadari kekejamannya terhadap si wanita. Wanita
itu kemudian mengancam, "Jika engkau tidak menyadarinya juga, aku akan
memohon kepada Allah agar engkau celaka." Menteri itu malah tertawa
terkekeh-kekeh dan mengejek wanita itu seraya berkata dengan angkuh,
"Berdoalah di sepertiga akhir malam." Wanita itupun pergi
meninggalkannya. Setiap
hari, pada sepertiga malam terakhir, ia selalu berdoa. Tak berapa lama
kemudian, menteri itu dimakzulkan, dan seluruh hartanya disita. Ia
diikat di tengah pasar dan dicambuk sebagai hukuman ta'zir atas
kejahatannya kepada rakyat. Pada saat itu si wanita tua lewat, dan
melihat siapa yang diikat. Katanya, "Engkau benar. Engkau telah
menganjurkan kepadaku untuk berdoa di sepertiga malam terakhir, dan
terbukti sepertiga terakhir malam itu memang waktu paling baik." ***Sepertiga
malam itu sangat mahal dalam kehidupan kita, sangat berharga. Sebab
itulah Rabb Yang maha Mulia berfirman. "Adakah seseorang yang meminta
kepada-Ku, maka akan Aku berikan apa yang dia minta, adakah orang yang
meminta ampun kepada-Ku sehingga aku ampuni dia, dan adakah orang yang
berdoa kepada-Ku lalu Aku kabulkan doanya." Sedari
remaja, dan dari sekian banyak cerita yang pernah saya dengar, ada
sebuah peristiwa yang sangat membekas dalam hidupku yang tidak mungkin
saya lupakan. Yang saya rasakan saat itu adalah bahwa tak ada yang lebih
dekat daripada Dzat Yang Maha Dekat, yang memiliki jalan keluar,
pertolongan, dan kebaikan. Ceritanya
begini, waktu itu saya bersama sejumlah pumpang lainnya terbang dari
Abha menuju Riyadh, bertepatan dengan pecahnya Krisis Teluk. Di dalam
pesawat yang sedang terbang itu, dikabarkan kepada seluruh penumpang
bahwa pesawat akan kembali ke bandara Abha karena ada kerusakan. Kamipun
kembali ke Abha, dan kru memperbaiki pesawat. Setelah
kerusakan diperbaiki, kami terbang lagi. Namun ketika kami sudah
mendekati Riyadh, roda pesawat tak mau turun. Selama satu jam, pesawat
hanya berputar-putar di atas kota Riyadh. Pilot telah berusaha melakukan
pendaratan sebanyak sepuluh kali namun setiap kali sudah dekat ke
landasan dan berusaha mendarat selalu gagal, dan pesawatpun terbang
lagi. Saat itu kami panik, dan banyak diantara kami yang sudah pasrah. Para
penumpang wanita menangis. Saya lihat air mata mengalir deras di pipi.
Kini kami berada di antara langit dan bumi menunggu kematian yang bisa
lebih cepat dari kerdipan mata. Teringat olehku segalanya, namun tak ada
yang lebih baik dari amal shaleh. Hati saya segera tertuju kepada Allah
dan alam akhirat. Dan, dunia menjadi sangat tidak berharga. Saat itu,
yang selalu keluar dari bibir kami adalah, Laa Ilaaha ilallallaah wahduhu laa syariikalah lahul mulk wa lahul hamd wa huwa'alaa kulli syai'in
qadiir (Tidak ada Ilah selain Allah, satu-satunya, tiada sekutu
bagi-Nya, kepunyaan-Nya semuau kerajaan dan pujian, Dia Maha Kuasa atas
segala sesuatu). Kalimat
ini meluncur dengan jujur dari bibir kami. Seorang Syaikh yang sudah
berumur berdiri dan berseru kepada seluruh penumpang untuk meminta
perlindungan kepada Allah, berdo'a kepada-Nya, memohon ampunan-Nya, dan
bertobat atas segala kesalahannya. Allah sendiri telah menjelaskan tentang sifat manusia, Maka tatkala mereka naik kapal mereka mendoa kepada Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya (QS Al-'Ankabut: 65) Kamipun
berdoa kepada Dzat Yang Mengabulkan doa orang yang dalam keadaan
terjepit, seperti yang dilakukan oleh orang yang terjepit. Kami
betul-betul khusyu' dalam doa kami. Tak berapa lama, pada usaha yang
kesebelas dan keduabelas kami bisa mendarat dengan selamat. Ketika turun
dari pesawat kami seperti baru saja keluar dari kuburan. Jiwa kami
kembali seperti sedia kala, air mata sudah mengering, dan senyuman
kembali mengembang. Sungguh agung kebaikan Allah Yang Maha Suci dan Maha
Tinggi itu. Berapa banyak kita memohon kepada Allah saat bahaya menimpa, tatkala bencana itu hilang kita melupakan-Nya. Di lautan kita berdoa kepada-Nya agar kapal kita selamat, namun ketika sudah kembali ke darat kita durhaka kepada-Nya. Kita menaiki angkasa dengan aman dan santai, tidak jatuh karena Yang menjaga adalah Allah. Semua ini adalah kebaikan dan bantuan Yang Maha Pencipta. *** Sumber: Laa Tahzan, karya Dr. Aidh Al-Qarni,

[Non-text portions of this message have been removed]

__._,_.___
Recent Activity:
====================================================
Pesantren Daarut Tauhiid - Bandung - Jakarta - Batam
====================================================
Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
====================================================
       website:  http://dtjakarta.or.id/
====================================================
.

__,_._,___

Tidak ada komentar: