Selasa, 10 Juli 2012

[daarut-tauhiid] TEGAKKAN SUNNAH WALAUPUN SELURUH MANUSIA MENINGGALKANNYA

 


 
Bismillaah

Assalamu'alaykum wa Rohmatulloohi wa Barokatuhu

Tegakkan Sunnah Walaupun Seluruh Manusia Meninggalkannya !Biasanya seseorang yang terpengaruh dengan lingkungannya,
cenderung untuk menyamakan dirinya dengan masyarakat disekitarnya.
Ketika ada suatu sunnah yang tidak dikerjakan  oleh masyarakat
sekitarnya, maka ia tidak berani melakukannya. Hal ini dikarenakan rasa malu, minder atau khawatir dianggap tidak bermasyarakat. 
 
Padahal justru pada masa-masa seperti itu seseorang yang menerapkan
Sunnah akan mendapatkan pahala besar, lima puluh kali lipat pahala para
shahabat Rosulullah sholallohu 'alaihi wasallam. Ini sesuai dengan sabda beliau :
"Sesungguhnya dibelakang kalian nanti ada hari-hari sabar bagi
orang-orang yang pada waktu itu berpegang dengan apa yang kalian ada di
atasnya. Mereka akan mendapatkan pahala lima puluh kali dari kalian.
Para shahabat bertanya : 'Wahai nabi Alloh, apakah lima puluh kali
pahalanya dari mereka ?' Beliau menjawab : 'Bahkan dari kalian'." [HR. Marwazi dalam As-Sunnah]
 
Dalam riwayat lain disebutkan bahwa Rosulullah sholallohu 'alaihi wasallam bersabda :
"Sesungguhnya dibelakang kalian ada hari-hari dimana orang yang
sabar ketika itu seperti memegang bara api. Mereka yang mengamalkan
Sunnah pada hari itu akan mendapatkan pahala lima puluh kali dari kalian yang mengamalkan amalan tersebut." Para shahabat bertanya :
"Mendapatkan pahala lima puluh kali dari kita atau dari mereka ?"
Rosulullah menjawab : "Bahkan lima puluh kali pahala dari kalian."  [HR. Tirmidzi, Abu Dawud, Ibnu Majah, Ibnu Hibban dan Hakim. Dishohihkan oleh Imam Hakim dan disepakati oleh Dzahabi ; lihat Dlaruratul Ihtimam, Syaikh Abdus Salam bin Barjas, hal.49]
 
Berkata Syaikhul Islam ibn Taimiyah : "Tidak mengapa kita meninggalkan suatu perkara yang mustahab (tidak wajib), tetapi kita tetap tidak boleh meninggalkan keyakinan
di-Sunnah-kannya amalan tsb. Karena mengenali Sunnah-nya amalan tsb
merupakan fardhu kifayah agar tidak hilang sedikitpun dari agama ini." [Majmu' Fatawa juz IV hal.436]
 
Semoga Alloh merahmati Ibnul Qoyyim ketika dia berkata : "Kalau semua perkara yang mustahab ditinggalkan, maka akan hilanglah Sunnah-sunnah
Rosulullah dan akan lenyap garis-garisnya serta sirna jejak-jejaknya.
Betapa banyak amalan-amalan yang dilaksanakan menyelisihi Sunnah yang
jelas, sesuai dengan bertambah jauhnya zaman sampai sekarang. Setiap
waktu ada Sunnah yang ditinggalkan dan dikerjakan yang selainnya,
begitulah seterusnya. Akhirnya kau lihat sedikit sekali Sunnah yang dikerjakan, itupun dalam keadaan tidak sempurna… [ I'lamul Muwaqi'in, 2/395 ; Lihat Dlaruratul Ihtimam, Syaikh Abdussalam bin Barjas, hal.86]
 
Demikianlah, jika manusia dibiarkan meninggalkan perkara yang Sunnah, kemudian kita juga tidak mau menegakkannya karena masyarakat tidak
mengerjakannya, niscaya akan matilah Sunnah dan tidak dikenal lagi oleh
masyarakat. Suatu saat kelak ketika ada yang mengerjakan Sunnah tsb akan dianggap sebagai orang yang mengerjakan kebid'ahan.
 
Sebagai contoh, Sunnah yang telah diperintahkan oleh Alloh, dilakukan oleh Rosulullah sholallohu 'alaihi wasallam, para shahabat dan para
Ulama yang setelahnya, yaitu Sunnah Ta'addud atau Poligami.
Betapa kerasnya manusia -bahkan kaum muslimin sendiri- yang menentang
Sunnah ini. Orang yang melakukannya seakan-akan dia adalah orang jahat
yang melakukan suatu aib yang besar. Padahal asal perintah Alloh dalam
masalah perkawinan adalah untuk berpoligami. Kecuali mereka yang tidak
mampu untuk berbuat adil, maka diberi keringanan untuk beristri satu
saja.
 
Ini adalah salah satu bukti tentang satu perkara Sunnah yang jika
ditinggalkan oleh kebanyakan kaum muslimin dalam kurun waktu yang lama,
maka manusia akan mengingkari Sunnah tsb, seperti pengingkaran mereka
terhadap suatu kebid'ahan atau bahkan lebih dari itu.
 
Memang orang yang memulai menghidupkan suatu Sunnah pada masa umat
meninggalkannya akan mendapatkan resiko yang berat, sebagaimana yang
telah disebutkan dalam riwayat diatas. Orang yang mengerjakannya seperti orang yang memegang bara api. Jika dipegang tangan terbakar, namun jika dilepaskan kita akan tersesat jauh dari jalan Rosulullah. Namun resiko
itu sesuai dengan pahalanya yang besar, yaitu limapuluh kali para
shahabat.
 
Disamping itu, agama ini memang bermula dengan keasingan dan pada
saatnya akan kembali asing seperti permulaannya. Jika dengan alasan
masih asing, kemudian kita meninggalkan Sunnah  maka akan lenyaplah
Islam. Rosulullah telah mengkhabarkan akan asingnya agama ini pada
mulanya dan akan kembali menjadi asing pada saatnya. Namun beliau juga
sekaligus memberikan kabar gembira bagi orang-orang yang terasing karena menjalankan agama ini.
"Sesungguhnya Islam bermula dengan keasingan dan akan kembali
asing seperti permulannya, maka berbahagialah orang-orang yang asing."  [HR. Muslim]
 
Untuk itu, janganlah perasaan asing, malu, takut, dll menjadikan kita meninggalkan Sunnah. Kita harus ingat bahwa Sunnah adalah Islam, dan
Islam tidak lain melainkan kumpulan Sunnah-sunnah. Sebagaimana dikatakan oleh Imam al Barbahari dalam bukunya, Syarhus Sunnah : "Islam adalah Sunnah dan Sunnah adalah Islam. Tidak akan tegak salah satunya kecuali dengan yang lainnya."
 
Jika berkurang satu Sunnah maka berkuranglah kesempurnaan Islam,
begitulah seterusnya hingga akan hilanglah Islam secara keseluruhan.
Berkata Abdullah ibn Dailami : "Sesungguhnya awal pertama hilangnya
agama ini adalah ditinggalkannya Sunnah. Agama ini akan hilang satu
Sunnah demi satu Sunnah seperti hilangnya tali satu kekuatan demi
kekuatan." [Ushul I'tiqod Ahlussunnah, Al-Lalikai 1/93]
 
Oleh karena itulah Ahlul Bid'ah dikatakan oleh para Ulama sebagai
orang yang ikut andil dalam menghancurkan Islam. Karena dengan
kebid'ahan yang mereka lakukan, maka ada Sunnah yang tergeser. Semakin
banyak bid'ah dikerjakan, semakin banyak pula Sunnah yang hilang, hingga hancurlah Islam.
 
Sedangkan Ibnu Taimiyah dalam Iqtidha'-nya menyatakan bahwa orang-orang yang mematikan Sunnah itu ada dua jenis. Pertama orang-orang yang mengerjakan kebid'ahan-kebid'ahan dan yang kedua orang-orang yang tidak mau menghidupkan Sunnah.
 
Ketahuilah, bahwa disamping resiko yang akan dihadapi oleh orang yang memulai menghidupkan Sunnah, ada pula maslahat bagi agama yang besar, yaitu hidupnya Sunnah. Adapun mafsadah atau resiko yang dihadapinya hanyalah bersifat pribadi. Tentunya
maslahat agama harus lebih diutamakan daripada maslahat pribadi.
 
Dengarkanlah apa yang diucapkan oleh Imam Asy-Syatibi berikut : "Aku
ragu dan berulang kali menghitung antara menerapkan Sunnah dengan
konsekuensi menyelisihi kebiasaan manusia yang tentunya akan mendapatkan resiko seperti apa yang telah didapatkan oleh orang yang menyelisihi
adat kebiasaan kaumnya ; apalagi kalau mereka menganggap apa yang biasa
mereka lakukan tidak lain adalah Sunnah ; namun disamping resiko yang
berat itu ada pahala yang besar. Atau aku memilih untuk mengikuti
kebiasaan mereka dengan konsekuensi menyelisihi Sunnah dan menyelisihi
jalan Salafush Shalih hingga aku digolongkan termasuk
orang-orang yang menyimpang -Na'udzubillahi min dzalik-. Namun karena
aku mencocoki kebiasaan manusia akan dianggap sebagai orang yang bisa
bermasyarakat dan tidak termasuk orang yang menyelisihi adat. Akhirnya aku berpendapat bahwa kebinasaan dalam mengikuti Sunnah adalah
KESELAMATAN, dan bahwasanya manusia tidak akan bisa mencukupi aku dari
Alloh sedikitpun." [Dlaruratul Ihtimam, Syaikh Abdussalam bin Barjas hal.88]
 
 
-diringkas dari Buletin Manhaj Salaf no.20/th.1 13 Muharram 1425 H/5 Maret 2004 oleh Al-Ustadz Muhammad Umar As-Sewed ; yang dikumpulkan dalam Buku "Kumpulan Risalah Ilmiah Dakwah Salafiyah" Penerbiat Media Ahlus Sunnah-
 
http://ummfulanah.wordpress.com/2009/06/29/tegakkan-sunnah-walaupun-seluruh-manusia-meninggalkannya/

Walhamdulillaah

Wassalamu'alaikum warohmatulloohi wabarokatuhu

Wassalamu'alaykum wa Rohmatulloohi wa Barokatuhu

[Non-text portions of this message have been removed]

__._,_.___
Recent Activity:
====================================================
Pesantren Daarut Tauhiid - Bandung - Jakarta - Batam
====================================================
Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
====================================================
       website:  http://dtjakarta.or.id/
====================================================
.

__,_._,___

Tidak ada komentar: