Kamis, 02 Agustus 2012

[daarut-tauhiid] Chairul Tanjung: Mengapa umat Islam lemah dalam bidang ekonomi?

AsSalaamu alaikum waRahmatuLlaahi waBarakatuh.

Chairul Tanjung adalah pengusaha muslim Indonesia dengan kekayaan sekitar
$2.1 billion menurut majalah Forbes:

http://www.forbes.com/lists/2011/80/indonesia-billionaires-11_Chairul-Tanjung_3BJC.html


Ia adalah juga Wakil Ketua Dewan Penasehat Majlis Ulama Indonesia (MUI)
Pusat.

Ada kutipan menraik dari artikel lama di bawah:

"Lantas mengapa umat Islam lemah dalam bidang ekonomi? Menurut pengalaman
Chairul Tanjung, umat Islam secara kultural tidak diarahkan sebagai
manusia yang akrab dengan kehidupan ekonomi atau dunia usaha. Masalah yang
dihadapi umat Islam memang menyangkut semangat entrepreneurship,
kewirausahaan yang terbilang sangat lemah."


WaSsalaamu alaikum waRahmatuLlaahi waBarakatuh

Ahmad Syamil
Arkansas State University

http://www.linkedin.com/in/asyamil2



========================================


http://madina.co.id/index.php/kolom/refleksi/8089-chairul-tanjung-dan-tv-dakwah.html

Chairul Tanjung dan TV Dakwah

Written by admin


Oleh Drs. Usman Yatim, M.Pd, M.Sc.



Pengusaha sukses Chairul Tanjung tampil sebagai pembicara dalam
Musyawarah Nasional Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang digelar di Jakarta,
25 – 28 Juli 2010. Kehadiran Chairul Tanjung di depan para ulama, zuama
dan cendekiawan muslim dari seluruh provinsi itu sungguh menarik perhatian.
Apalagi dia berbicara secara blak-blakan dengan bahasa yang mudah dicerna.

Chairul Tanjung berbicara terkait tema munas yang mengedepankan peran
ulama dalam perbaikan akhlak dan pemberdayaan ekonomi umat. Sebagai
pengusaha tentu saja Chairul Tanjung banyak bicara terkait bidangnya dan
memang pemandu acara Prof Dr Yunahar Ilyas yang didampingi, H Amidhan dan
Dr Anwar Abbas, mengarahkan tentang bagaimana upaya meningkatkan ekonomi
umat.

Menurut Chairul, umat Islam walaupun mayoritas di negeri ini memang harus
diakui jauh tertinggal dalam bidang ekonomi. Dilihat dari pengusaha yang
sukses saja, apalagi katagori konglomerat, dari kalangan Islam sangat
sedikit. Sementara bila penduduk Indonesia disebut berjumlah sekitar 80%
maka dari segi ekonomi hanya menguasai sekitar 20%. Inilah kenyataan yang
dihadapi umat sehingga tidaklah salah bila angka kemiskinan memang
mayoritas dari pemeluk Islam.

Lantas mengapa umat Islam lemah dalam bidang ekonomi? Menurut pengalaman
Chairul Tanjung, umat Islam secara kultural tidak diarahkan sebagai
manusia yang akrab dengan kehidupan ekonomi atau dunia usaha. Masalah yang
dihadapi umat Islam memang menyangkut semangat entrepreneurship,
kewirausahaan yang terbilang sangat lemah.

Lantas Chairul Tanjung yang lahir di Jakarta, 16 Juni 1962 menjelaskan
pengalaman masa kecilnya. Dia meminta dirinya jangan dilihat sekarang yang
dikenal luas sebagai usahawan sukses bersama perusahaan yang dipimpinnya
Para Group. Lingkungan masa kecilnya tidaklah akrab dengan dunia usaha,
bahkan boleh dibilang dia cenderung diminta menjauhi dengan apa yang
disebut dengan uang. Padahal, lanjutnya, orang dari keturunan China sudah
sejak kanak-kanak dikenalkan dengan uang lewat usaha berdagang. "Masa kecil
saya tidak diarahkan berbisnis karena ayah saya adalah seorang wartawan,"
tuturnya.

Diceritakan oleh Chairul, dia baru memulai berbisnis ketika ia kuliah dari
Jurusan Kedokteran Gigi Universitas Indonesia. Dia berdagang karena tekad
untuk tidak mau menyusahkan orangtua dalam membiayai kuliahnya.
Diingatkannya, dalam berbisnis itu modal dalam arti uang bukanlah yang
utama, melainkan terpenting adalah tekad yang dimiliki untuk berhasil.

Dalam berbisnis atau berusaha, Chairul sempat jatuh bangun, meski akhirnya
ia dapat sukses membangun bisnisnya seperti sekarang. Sebagaimana diketahui
perusahaan konglomerasi milik Chairul, Para Group, kini menjadi sebuah
perusahaan bisnis membawahi beberapa perusahaan lain seperti Trans TV, Bank
Mega, dan terakhir dia menguasai bisnis ritel Carrefour.

Chairul mengatakan, masa kecilnya tidaklah akrab dalam lingkungan dunia
usaha. Bahkan boleh dibilang di kampung tempat kelahirannya di salah satu
kawasan Jakarta, hanya dia yang menjadi pengusaha. Sedangkan dari sekian
banyak temannya masa kecil dulu, hanya seorang yang dia kenal memiliki
kehidupan terbilang layak tapi itupun hanya sebagai sopir. Diakui Chairul,
pendidikanlah yang berperan dalam menjadikan kehidupannya seperti sekarang
ini.

Charul berpendapat, jika umat Islam mau memajukan kehidupan ekonomi maka
selain faktor pendidikan, hal yang utama adalah mengubah pola pikir.
Perbaikan akhlak, membangun semangat wirausaha, terkait dengan pola pikir.
"Selama pola pikir, mindset belum berubah, jangan harap kita dapat
meningkatkan kehidupan ekonomi umat," kata Chairul Tanjung yang menurut
majalah Forbes memiliki total kekayaan 1 miliar dolar AS.

Kehadiran Chairul Tanjung dalam Munas MUI VIII yang dibuka Presiden SBY dan
ditutup Wapres Boediono itu sungguh sangat mencerahkan. Apalagi ketika dia
mengatakan, untuk mengubah mindset umat Islam diperlukan peran media massa.
Dalam hal ini, Chairul Tanjung menyatakan siap untuk mendukung MUI dalam
mewujudkan televisi dakwah. "Saya siap menjadi mediator, duduk bersama
untuk TV dakwah itu," ucapnya.

Chairul Tanjung mengatakan, umat Islam seharusnya dapat memiliki stasiun
televisi untuk dakwah, apalagi kalau hanya tv lokal yang ditempatkan di
tiap provinsi atau bahkan sebagian tingkat kabupaten. "Saya siap membantu,
dengan catatan bila telah punya izin frekuensi," katanya lagi.

Masalah izin frekuensi dianggap Chairul Tanjung cukup serius dalam
mewujudkan stasiun televisi. Namun diingatkannya, izin frekuensi itu
tidaklah sulit bagi MUI untuk mendapatkannya, apalagi bila benar-benar mau
merealisasikannya. Masalah yang ada, katanya, justru terkait dengan tekad,
kemauan yang keras. Diingatkannya, dulu umat Islam melalui ICMI (Ikatan
Cendekiawan Muslim Indonesia) sudah memiliki izin frekuensi, malah untuk
tv nasional. Nyatanya, izin frekuensi itu sudah dijual dan kini menjadi
Stasiun TV Global.

Dikemukakannya, dapat saja alasan yang diajukan karena faktor modal tapi
itu bukan satu-satunya hambatan. "Semua itu soal ikhtiar kita. Harus
diakui, memang segala sesuatu bukan sekadar membalikkan telapak tangan.
Kita harus mau berjuang untuk mewujudkan apa yang kita mau. Tapi, izin
frekuensi itu sekarang termasuk asset dan kalau sudah ada jangan sampai
dijual lagi," ujar Chairul Tanjung.

Tampaknya, mendengar apa yang disampaikan Chairul Tanjung, umat Islam
melalui MUI memang sudah seyogyanya dapat mengelola TV dakwah. Janji
Chairul Tanjung yang siap membantu harusnya dapat mendorong segenap umat
Islam, terutama MUI, untuk segera merealisasikannya. Chairul Tanjung telah
menyatakan, bukan saja sebagai mediator dalam mengurus izin frekuensi
tetapi juga siap dalam membantu sumberdaya manusianya.

Bahkan sebagaimana dikatakan Prof Din Syamsuddin, bantuan Chairul Tanjung
tentulah tidak sekadar sebagai mediator tetapi juga dukukungan lain sampai
terwujudnya TV dakwah tersebut. Chairul Tanjung layak dipercaya mengingat
dia terbilang sukses dalam dunia media, terutama dilihat dari kehadiran
stasiun Trans TV dan Trans 7.

Kini Chairul Tanjung oleh peserta Munas MUI telah didudukkan sebagai Wakil
Ketua Dewan Penasehat MUI Pusat. Artinya, peran dia dalam mewujudkan TV
dakwah benar-benar sangat diharapkan. Mudah-mudahan saja dengan
keberadaannya dalam MUI bersama pengusaha lainnya, termasuk beberapa tokoh
media massa yang ada, upaya mewujudkan TV dakwah tidak lagi sekadar wacana
atau angan-angan, melainkan benar-benar menjadi kenyataan. Semoga!


[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------------------

====================================================
Pesantren Daarut Tauhiid - Bandung - Jakarta - Batam
====================================================
Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
====================================================
website: http://dtjakarta.or.id/
====================================================Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/daarut-tauhiid/

<*> Your email settings:
Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
http://groups.yahoo.com/group/daarut-tauhiid/join
(Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
daarut-tauhiid-digest@yahoogroups.com
daarut-tauhiid-fullfeatured@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
daarut-tauhiid-unsubscribe@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/

Tidak ada komentar: