Selasa, 11 Juni 2013

[daarut-tauhiid] Hadits-Hadits Seputar Bulan Sya’ban

Hadits-Hadits Seputar Bulan Sya'ban

*leh: Al-Ustadz Dzulqarnain bin Muhammad Sunusi Al-Atsary*

Silih bergantinya hari dan bulan adalah suatu kebahagiaan tersendiri bagi
setiap muslim. Betapa tidak, Allah telah melimpahkan berbagai rahmat dan
kemurahan-Nya kepada umat Islam, berupa kebaikan dan amalan *sholih* yang
disyari'atkan pada hari-hari atau bulan-bulan itu. Dalam sepekan misalnya,
ada hari Jum'at yang padanya terdapat sejumlah keutamaan, ada Senin dan
Kamis yang merupakan waktu puasa sunnah yang telah dimaklumi keutamaannya.
Demikian pula di berbagai bulan ada sejumlah keutamaan padanya, seperti
bulan Ramadhan, bulan Dzul Hijjah dan lain-lainnya. Maka sudah sepatutnya
bagi seorang muslim untuk mengenal dan mengetahui apa yang dituntunkan
agamanya di saat menyongsong bulan-bulan tersebut agar kehidupannya -*insyâ'
Allah*- menjadi suatu yang sangat berarti dan penuh kebahagiaan di dunia
yang fana ini dan sangat bermakna untuk akhiratnya kelak. Namun jangan
lupa, bahwa di masa ini sangat banyak terjadi bentuk ritual ibadah yang
sama sekali tidak memiliki dasar tuntunannya dalam syari'at kita, karena
itu haruslah dibedakan antara hal yang dituntunkan dengan hal yang tidak
ada tuntunannya bahkan merupakan perkara baru dalam agama alias bid'ah.
Seluruh hal ini harus diperhatikan agar "maksud memetik nikmat" tidak
berubah menjadi "menuai petaka"*1*.

Berkenaan dengan datangnya bulan Sya'ban 1427H, maka berikut ini kami
ketengahkan kepada para pembaca yang budiman, beberapa hadits yang
berkaitan dengan bulan Sya'ban. Diuraikannya hadits-hadits shohih yang
berkaitan dengan bulan Sya'ban ini adalah dalam rangka mengingatkan bahwa
hadits-hadits tersebut sepatutnya diamalkan, adapun dijelaskannya
hadits-hadits yang lemah adalah dalam rangka menyampaikan nasehat untuk
kaum muslimin agar menghindarinya. Semoga Allah mencurahkan taufiq dan
'inâyah-Nya kepada kita semua.

*Beberapa Hadits Shohih Seputar Sya'ban*

*Hadits Pertama*

ßóÇäó ÑóÓõæúáõ Çááåö Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÚóáóì Âáöåö æóÓóáøóãó íóÕõæúãõ
ÍóÊøóì äóÞõæúáõ áÇó íõÝúØöÑõ æóíõÝúØöÑõ ÍóÊøóì äóÞõæúáõ áÇó íóÕõæúãõ ÝóãóÇ
ÑóÃóíúÊõ ÑóÓõæúáó Çááåö Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÚóáóì Âáöåö æóÓóáøóãó
ÇÓúÊóßúãóáó ÕöíóÇãó ÔóåúÑò ÅöáÇøó ÑóãóÖóÇäó æóãóÇ ÑóÃóíúÊõåõ ÃóßúËóÑó
ÕöíóÇãð ãöäúåõ Ýöíú ÔóÚúÈóÇäó

*"Adalah Rasulullah shollallâhu 'alaihi wa 'alâ âlihi wa sallam berpuasa
hingga kami berkata bahwa beliau tidak akan berbuka, dan beliau berbuka
hingga kami berkata bahwa beliau tidak akan/pernah berpuasa, maka saya
tidak pernah melihat Rasulullah shollallâhu 'alaihi wa 'alâ âlihi wa sallam
menyempurnakan puasa sebulan selain bulan Ramadhan dan tidaklah saya
melihat paling banyaknya beliau berpuasa di bulan Sya'ban."*

Takhrijul Hadits

Dikeluarkan oleh Al-Bukhâry no. 1969, Muslim no. 1156, Abu Dâud no. 2434,
An-Nasâ'i 4/151 dan Ibnu Majah no. 1710 dari 'Aisyah *radhiyallâhu 'anhâ*.

Fiqih Hadits

Hadits di atas, menunjukkan bahwa Rasulullah *shollallâhu 'alaihi wa 'alâ
âlihi wa sallam* tidak pernah berpuasa sebulan penuh kecuali pada bulan
Ramadhan, sebab hal tersebut merupakan puasa wajib terhadap kaum muslimin.
Adapun puasa sunnah maka kebanyakan puasa beliau adalah pada bulan Sya'ban.

*Hadits Kedua*

ãóÇ ÑóÃóíúÊõ ÇáäøóÈöíøó Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÚóáóì Âáöåö æóÓóáøóãó
íóÕõæúãõ ÔóåúÑóíúäö ãóÊóÊóÇÈöÚóíúäö ÅöáÇøó ÔóÚúÈóÇäó æóÑóãóÖóÇäó

*"Saya tidak pernah melihat Nabi shollallâhu 'alaihi wa 'alâ âlihi wa
sallam berpuasa dua bulan berturut-turut kecuali pada Sya'ban dan Ramadhan."
*

Takhrijul Hadits

Hadits di atas, dikeluarkan oleh Abu Dâud no. 2336, At-Tirmidzy no. 735,
An-Nasâ'i 4/151, 200, Ad-Dârimy 2/29 dan lain-lainnya dari Ummu
Salamah *radhiyallâhu
'anhâ*. Dan sanadnya *shohih*.

Fiqih Hadits

Hadits di atas, lebih mempertegas bahwa Nabi* shollallâhu 'alaihi wa 'alâ
âlihi wa sallam* paling banyak berpuasa di bulan Sya'ban. Bukan artinya
beliau puasa Sya'ban sebulan penuh sebagaimana yang kadang dipahami dari
konteks hadits di atas, karena orang yang berpuasa di kebanyakan hari pada
suatu bulan, oleh orang Arab, dikatakan dia telah berpuasa sebulan penuh.
Maka tidak ada pertentangan antara hadits ini dengan hadits-hadits
sebelumnya. Demikian keterangan Imam Ibnul Mubarak *rahimahullâh* dalam
mengkompromikan antara dua hadits di atas.*2*

Adapun Syaikh 'Abdul 'Aziz bin Baz *rahimahullâh*, beliau berpendapat bahwa
dua hadits di atas menunjukkan bahwa Rasulullah *shollallâhu 'alaihi wa
'alâ âlihi wa sallam* pada sebagian tahun beliau berpuasa Sya'ban sebulan
penuh dan pada sebagian lainnya beliau hanya berpuasa pada kebanyakan saja.*
3*

*Hadits Ketiga*

Fari Usamah bin Zaid *radhiyallâhu 'anhu*, beliau berkata kepada Rasulullah
*shollallâhu 'alaihi wa 'alâ âlihi wa sallam*, "Wahai Rasulullah, saya
tidak pernah melihat engkau berpuasa dalam suatu bulan sebagaimana engkau
berpuasa pada bulan Sya'ban?" Maka beliau menjawab,

Ðóáößó ÔóåúÑñ íóÛúÝõáõ ÇáäøóÇÓõ Úóäúåõ Èóíúäó ÑóÌóÈ æóÑóãóÖóÇäó æóåõæó
ÔóåúÑñ ÊõÑúÝóÚõ Ýöíåö ÇáÃóÚúãóÇáõ Åöáóì ÑóÈøö ÇáúÚóÇáóãöíäó ÝóÃõÍöÈøõ Ãóäú
íõÑúÝóÚõ Úóãóáöíú æóÃóäóÇ ÕóÇÆöãñ

*"Itu adalah bulan antara Rajab dan Ramadhan yang manusia lalai darinya.
Dan ia adalah bulan yang padanya segala amalan akan diangkat kepada Rabbul
'Alamin. Maka saya senang amalanku diangkat sementara saya sedang berpuasa."
*

Takhrijul Hadits

Hadits ini dikeluarkan oleh Ahmad 5/201, Ibnu Abu Syaibah 2/347, An-Nasâ'i
4/201, Ath-Thahawy dalam *Syarah Ma'âny Al-Atsâr* 2/82, Al-Baihaqy
dalam *Syu'bul
Imân* 3/377 dan Abu Nu'aim dalam *Al-Hilyah* 9/18. Dan sanadnya dihasankan
oleh Syaikh Al-Albany dalam *Irwâ'ul Ghalîl* 4/103 dan *Tamâmul Minnah*hal. 412.

Fiqih Hadits

Berkata Ibnu Rajab *rahimahullâh*, "Nabi *shollallâhu 'alaihi wa 'alâ âlihi
wa sallam* telah menyebutkan bahwa tatkala (bulan Sya'ban) dihimpit oleh
dua bulan yang agung; bulan Harom (Rajab) dan bulan Puasa (Ramadhan), maka
manusia pun sibuk dengan keduanya sehingga (Sya'ban) terlalaikan. Dan
banyak manusia yang menyangka bahwa puasa Rajab lebuh *afdhal* dari puasa
(Sya'ban) karena ia adalah bulan haram, dan hakikatnya tidak demikian."*4*

Dan dari hadits di atas, para ulama juga memetik dua hikmah kenapa
Nabi *shollallâhu
'alaihi wa 'alâ âlihi wa sallam* banyak berpuasa di bulan Sya'ban, yaitu
karena banyak manusia yang lalai darinya dan beliau senang amalan beliau
terangkat sedangkan beliau dalam keadaan berpuasa.

Dan sebagian ulama menyebutkan bahwa hikmah dari puasa Sya'ban adalah
sebagai latihan guna menghadapi puasa Ramadhan. Tatkala seseorang telah
merasakan manis dan lezatnya berpuasa di bulan Sya'ban, maka ia akan masuk
pada bulan Ramadhan dalam keadaan penuh semangat dan kesiapan serta telah
terbiasa untuk berpuasa.*5*

*Hadits Keempat*

íóØøóáöÚõ Çááåõ Åöáóì ÎóáúÞöåö áóíáóÉó ÇáäøöÕúÝö ãöäú ÔóÚúÈóÇäó ÝóíóÛúÝöÑõ
áöÌóãöíúÚö ÎóáúÞöåö ÅöáÇøó ãõÔúÑößñ Ãóæú ãóÔóÇÍöäñ

*"Allah melihat kepada makhluk-Nya pada malam nishfu (pertengahan) Sya'ban
lalu mengampuni seluruh makhluk-Nya kecuali orang musyrik dan orang yang
bertikai."*

Hadits di atas dikeluarkan oleh sejumlah Imam Ahli Hadist dari hadits Abu
Bakr Ash-Shiddîq, Mu'âdz bin Jabal, Abu Tsa'labah Al-Khusyany, 'Aisyah, Abu
Hurairah, 'Abdullah bin 'Amr bin 'Ash, Abu Musa Al-'Asy'ary, 'Auf bin
Mâlik, 'Utsmân bil Abil 'Ash dan Abu Umâmah Al-Bâhily *radhiyallâhu 'anhum*,
Dan hadits di atas dishohîhkan oleh Syaikh Al-Albany dari seluruh jalannya.*
6*

Hadits di atas adalah satu-satunya hadits *shohîh**7* yang menunjukkan
keutamaan malam nishfu Sya'ban. Dan hal ini berlaku bagi mereka yang
mempunyai kebiasaan beribadah pada malam hari yang bertepatan dengan malam
nishfu Sya'ban. Ini bukanlah berarti bahwa diizinkan untuk melakukan
ibadah-ibadah khusus yang tidak pernah dilakukan pada hari-hari lainnya
sebagaimana kebiasaan sebagian manusia yang menghidupkan malam nishfu
Sya'ban secara khusus.

Tidak pernah dinukil dari Nabi *shollallâhu 'alaihi wa 'alâ âlihi wa
sallam*dan para shahabatnya ada yang menghidupkan malam nishfu Sya'ban
secara
khusus dengan melaksanakan shalat lail dengan melebihkan malam-malam
lainnya, apalagi melakukan ritual-ritual khusus yang sama sekali tidak ada
tuntunannya dalam agama kita.*8*

*Hadits-Hadits Lemah Seputar Sya'ban*

*Hadits Pertama*

ßóÇäó ÑóÓõæúáõ Çááåö Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÚóáóì Âáöåö æóÓóáøóãó ÅöÐóÇ
ÏóÎóáó ÑóÌóÈó ÞóÇáó Çááøóåõãøó ÈóÇÑößú áóäóÇ Ýöíú ÑóÌóÈó
æóÔóÚúÈóÇäóæóÈóáøöÛúäóÇ ÑóãóÖóÇäó

*"Adalah Nabi **shollallâhu 'alaihi wa 'alâ âlihi wa sallam bila beliau
telah memasuki bulan Rajab beliau berdoa: 'Ya Allah, berkahilah untuk kami
bulan Rajab dan Sya'ban dan sampaikanlah kami ke bulan Ramadhan."*

Hadits di atas dikeluarkan oleh Ahmad 1/259, Ath-Thabarâny dalam
*Al-Ausath*4/no. 3939 dan dalam
*Ad-Du'â'* no. 911, Al-Baihaqy dalam *Syu'abul Imân* 3/375 dan Abu Nu'aim
dalam *Al-Hilyah* 6/269 dari jalan Zâ'idah bin Abi Ar-Ruqâd dari Ziyâd
An-Numairy dari Anas bin Malik *radhiyallâhu 'anhu*. Zâ'idah bin Abi
Ar-Ruqâd menurut Imam Al-Bukhâry *munkarul hadits*, dan Ziyâd An-Numairy
juga lemah sebagaimana yang diterangkan oleh Imam Adz-Dzahaby dalam *Mizânul
I'tidâl*. Dan hadits di atas dilemahkan pula oleh Syaikh Al-Albâny
dalam *Dho'îful
Jami'*.

*Hadits Kedua*

ßóÇäó ÑóÓõæúáõ Çááåö Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÚóáóì Âáöåö æóÓóáøóãó íóÕõæúãõ
ãöäú ßõáøö ÔóåúÑò ËóáÇóËóÉó ÃóíøóÇãò ÝóÑõÈøóãóÇ ÃóÎóÑó Ðóáößó ÍóÊøóì
íóÌúÊóãöÚó Úóáóíúåó Õóæúãõ ÇáÓøóäóÉö æóÑõÈøóãóÇ ÃóÎøóÑóåõ ÍóÊøóì íóÕõæúãõ
ÔóÚúÈóÇäõ

*"Adalah Rasulullah **shollallâhu 'alaihi wa 'alâ âlihi wa sallam biasa
berpuasa tiga hari dalam sebulan. Dan kadang beliau mengakhirkan hal
tersebut hingga terkumpul puasa setahun, dan kadang beliau akhirkan hingga
beliau berpuasa Sya'ban."*

Hadits di atas dikeluarkan oleh Ath-Thabarâny dalam *Al-Ausath* 2/no. 2098.
Dan dalam sanadnya ada 'Abdurrahman Ibnu Abi Lailah dan beliau *dha'îful
hadîts* (lemah haditsnya). Demikian keterangan Al-Haitsamy dalam *Majma'
Az-Zawâ'id* 3/441 dan Ibnu Hajar dalam *Fathul Bâry* 4/214.

*Hadits Ketiga*

ÑóÌóÈõ ÔóåúÑõ Çááåö æóÔóÚúÈóÇäõ ÔóåúÑöí æóÑóãóÖóÇäõ ÔóåúÑõ ÃõãøóÊöìú

*"Rajab adalah bulannya Allah, Sya'ban adalah bulanku, dan Ramadhan adalah
bulannya umatku."*

Derajat Hadits

Hadits ini dikeluarkan oleh Al-Baihaqy dalam *Syu'abul Imân* 3/374 dari
jalan Nûh bin Abi Maryam dari Zaid Al-'Ammy dari Yazid Ar-Raqâsyi dari Anas
bin Mâlik *radhiyallâhu 'anhu*. Berkata Al-Baihaqy setelah meriwayatkannya,
"Sanad ini sangatlah mungkar." Dan Al-Hafizh Ibnu Hajar dalam *Tabyîn
Al-Ujab* telah menegaskan bahwa hadits ini adalah hadits palsu dari
kedustaan Nuh bin Abi Maryam.

Dan Syaikh Al-Albany dalam *Adh-Dha'îfah* no. 4400 menyebutkan bahwa
Al-Ashbahâny dalam *At-Targhîb* membawakan riwayat lain dengan sanad yang *
mursal* dari AL-Hasan Al-Bashry. Dan demikian pula disebutkan oleh
Asy-Syaukâny dalam *Nailul Authâr* 4/331, 621 dikeluarkan oleh Abul Fath
Ibnu Abil Fawâris.

*Hadits Keempat*

ÝóÖúáõ ÑóÌóÈó Úóáóì ÓóÇÆöÑö ÇáÔøõåõæúÑö ßóÝóÖúáö ÇáúÞõÑúÂäö Úóáóì ÓóÇÆöÑö
ÇáÃóÐúßóÇÑö¡ æóÝóÖúáõ ÔóÚúÈóÇäó Úóáóì ÓóÇÆöÑö ÇáÔøõåõæúÑö ßóÝóÖúáö
ãõÍóãøóÏò Úóáóì ÓóÇÆöÑö ÇáÃóäúÈöíóÇÁö¡ æóÝóÖúáõ ÑóãóÖóÇäó Úóáóì ÓóÇÆöÑö
ÇáÔøõåõæúÑö ßóÝóÖúáö Çááåö Úóáóì ÚöÈóÇÏöåö

*"Keutamaan Rajab terhadap bulan-bulan yang lain adalah seperti keutamaan
Al-Qur'ân terhadap dzikir-dzikir selainnya, dan keutamaan Sya'ban terhadap
bulan-bulan selainnya adalah seperti keutamaan Muhammad terhadap nabi-nabi
selainnya, dan keutamaan Ramadhan terhadap bulan-bulan selainnya adalah
seperti keutamaan Allah terhadap segenap hamba-Nya."*

Derajat Hadits

Hadits di atas adalah hadits palsu. Demikian keterangan Al-Hafizh Ibnu
Hajar dalam *Tabyîn Al-Ujab* sebagaimana dalam *Kasyful Khafa'* karya
Al-Ajlûny 2/85 dan *Al-Mashnû' fi Ma'rifah Al-Hadits Al-Maudhû'* karya 'Ali
Qâri' hal. 128.

*Hadits Kelima*

ÓõÆöáó ÇáäøóÈöíøõ Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÚóáóì Âáöåö æóÓóáøóãó Ãóíøõ
ÇáÕøóæúãö ÃóÝúÖóáõ ÈóÚúÏó ÑóãóÖóÇäó¿ ÝóÞóÇáó ÔóÚúÈóÇäõ áöÊóÚúÙöíúãö
ÑóãóÖóÇäó¡ Þöíúáó ÝóÃóíøõ ÇáÕøóÏóÞóÉö ÃóÝúÖóáõ¿ ÞóÇáó ÕóÏóÞóÉñ Ýöíú
ÑóãóÖóÇäó

*"Nabi **shollallâhu 'alaihi wa 'alâ âlihi wa sallam ditanya, 'Puasa apakah
afdhol* setelah Ramadhan?' Beliau menjawab, 'Sya'ban, untuk mengagungkan
Ramadhan.' Kemudian ditanyakan lagi, 'Shodaqah apakah yang afdhol?' Beliau
menjawab, 'Shodaqah pada bulan Ramadhan.'"*

Derajat Hadits

Dikeluarkan oleh At-Tirmidzy no. 663 dan Al-Baihaqy dalam *Syu'abul
Imân*dari Anas bin Malik
*radhiyallâhu 'anhu*. Dan dalam sanadnya ada Shodaqah bin Musa dan
beliau *dho'îful
hadîts*. Hadits ini dilemahkan oleh At-Tirmidzy, As-Suyuthy dan Al-Albany.*9
* Demikian pula dilemahkan oleh Al-Hâfizh Ibnu Hajar*10* dan beliau
menganggap bahwa hadits di atas menyelisihi hadits Abu Hurairah riwayat
Muslim no. 1163 dengan lafazh,

*ÃóÝúÖóáõ ÇáÕøöíóÇãö ÈóÚúÏó ÑóãóÖóÇäó ÔóåúÑõ Çááåö ÇáúãõÍóÑøóãõ æóÃóÝúÖóáõ
ÇáÕøóáÇóÉö ÈóÚúÏó ÇáúÝóÑöíúÖóÉö ÕøóáÇóÉõ Çááøóíúáö*

*"Sebaik-baik puasa setelah Ramadhan adalah bulan Allah Al-Muharram, dan
sebaik-baik shalat setelah shalat wajib adalah shalat lail."*

Bulan Al-Muharram yang diinginkan dalam hadits mungkin bulan Muharram yang
merupakan awal bulan dalam penanggalan Islam dan mungkin juga seluruh bulan
harom dalam Islam yaitu Dzul Qa'dah, Dzul Hijjah, Muharram dan Rajab.*11*

*Hadits Keenam*

ßóÇäó ÑóÓõæúáõ Çááåö Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÚóáóì Âáöåö æóÓóáøóãó íóÕõæúãõ
ÍóÊøóì äóÞõæúáõ áÇó íõÝúØöÑõ æóíõÝúØöÑõ ÍóÊøóì äóÞõæúáõ áÇó íóÕõæúãõ
æóßóÇäó ÃóßúËóÑó Ýöíú ÔóÚúÈóÇäó ÝóÞõáúÊõ íóÇ ÑóÓõæúáõ Çááåö ãóÇáöíú ÃóÑóì
ÃóßúËóÑó ÕöíóÇãößó Ýöíú ÔóÚúÈóÇäó ÝóÞóÇáó íóÇ ÚóÇÆöÔóÉõ Åöäøóåõ ÔóåúÑñ
íõäúÓóÎõ áöãóáóßö ÇáúãóæúÊö ãöäú íóÞúÈóÖõ ÝóÃõÍöÈøõ Ãóäú áÇó íõäúÓóÎó ÇÓúãöíú
ÅöáÇøó æóÃóäóÇ ÕóÇÆöãñ

*"Adalah Rasulullah **shollallâhu 'alaihi wa 'alâ âlihi wa sallam berpuasa
hingga kami berkata bahwa beliau tidak (akan/pernah) berbuka, dan beliau
berbuka hingga kami berkata bahwa beliau tidak (akan/pernah) berpuasa, dan
kebanyakan puasa beliau pada bulan Sya'ban. Maka saya berkata, 'Wahai
Rasulullah, kenapa saya melihat kebanyakan puasamu (adalah) pada bulan
Sya'ban?' Beliau berkata, 'Wahai 'Aisyah, ia adalah bulan yang dituliskan
untuk malaikat maut siapa yang akan dicabut nyawanya, maka saya senang
namaku ditulis sedang saya dalam keadaan berpuasa.'"*

Derajat Hadits

Hadits di atas disebutkan oleh Ibnu Abi Hatim dalam *Al-Ilal* 1/250-251
dari hadits 'Aisyah *radhiyallâhu 'anhâ*. Beliau menanyakan kedudukan
hadits ini kepada ayahnya, Abu Hatim -salah seorang pakar *Ilalul
hadits*di masanya-. Maka Abu Hatim berkomentar bahwa hadits tersebut
adalah hadits
yang mungkar.

*Hadits Ketujuh*

ÎóãúÓõ áóíóÇáò áÇó ÊõÑóÏøõ Ýöíúåöäøó ÇáÏøóÚúæóÉõ: Ãóæøóáõ áóíúáóÉò ãöäú
ÑóÌóÈ¡ æóáóíúáóÉõ ÇáäøöÕúÝö ãöäú ÔóÚúÈóÇäó¡ æóáóíúáóÉõ ÇáúÌõãõÚóÉö¡
æóáóíúáóÉõ ÇáúÝöØúÑö¡ æóáóíúáóÉõ ÇáäøóÍúÑö

*"Ada lima malam yang tidak tertolak padanya doa: awal malam pada bulan
Rajab, malam nishfu Sya'ban, malam Jum'at, mala 'Iedul Fitri dan malam
'Iedul Adha."*

Derajat Hadits

Dikeluarkan oleh Ibnu 'Asâkir dan Ad-Dailamy dari hadits Abu Umâmah
Al-Bâhily *radhiyallâhu 'anhu*. Demikian keterangan Syaikh Al-Albâny dalam *
Adh-Dha'îfah* no. 1452 dan beliau memvonis hadits di atas sebagai hadits *
maudhû'* (palsu).

*Hadits Kedelapan*

ÅöÐóÇ ßóÇäóÊú áóíúáóÉó ÇáäøöÕúÝö ãöäú ÔóÚúÈóÇäó ÝóÞõæúãõæúÇ áóíúáóåóÇ
æóÕõæúãõæúÇ äóåóÇÑóåóÇ. ÝóÅöäøó Çááåó íóäúÒöáõ ÝöíúåóÇ áöÛõÑõæúÈö ÇáÔøóãúÓö
Åöáóì ÓóãóÇÁö ÇáÏøõäúíóÇ ÝóíóÞõæúáõ ÃóáÇó ãöäú ãóÓúÊóÛúÝöÑò áöíú ÝóÃóÛúÝöÑó
áóåõ ÃóáÇó ãöäú ãõÓúÊóÑúÒöÞò ÝóÃóÑúÒõÞóåó ÃóáÇó ãõÈúÊóáóì ÝóÃõÚóÇÝöíóåõ
ÃóáÇó ßóÐóÇ ÃóáÇó ßóÐóÇ ÍóÊøóì íóØúáõÚó ÇáúÝóÌúÑõ

*"Bila datang malam nishfu Sya'ban maka lakukanlah Qiyam Lail dan puasa
pada siang harinya, karena ketika matahari terbenam Allah turun pada malam
itu ke langit dunia dan berkata, 'Adakah yang memohon ampun kepada-Ku,
niscaya Aku akan mengampuninya, adakah yang memohon rezki, niscaya Aku akan
memberikannya, adakah yang tertimpa penyakit, niscaya Aku akan
menyembuhkannya, adakah…, adakah… hingga terbit fajar.'"*

Derajat Hadits

Dikeluarkan oleh Ibnu Mâjah no. 1388, Al-Baihaqy dalam *Syu'abul
Imân*3/378, Al-Mizzy dalam Tahdzîbul Kamâl. Seluruh ulama sepakat akan
lemahnya
hadits di atas. Namun Syaikh Al-Albâny dalam *Adh-Dha'îfah* no. 2132
berpendapat bahwa sanad hadits di atas adalah palsu, karena Ibnu Abi Sarbah
-salah seorang perawinya- telah dicap oleh Ahmad bin Hanbal dan Yahya bin
Ma'in sebagai pemalsu hadits.

*Hadits Kesembilan*

ãóäú ÃóÍúíóÇ áóíúáóÊóí ÇáúÚöíúÏóíúäö æóáóíúáóÉó ÇáäøöÕúÝö ãöäú ÔóÚúÈóÇäó
áóãú íóãõÊú ÞóáúÈõåõ íóæúãó ÊóãõæúÊõ ÇáúÞõáõæúÈõ

*"Siapa yang menghidupkan malam dua 'Ied dan malam nishfu Sya'ban, niscaya
hatinya tidak akan mati pada hari semua hati menjadi mati."*

Derajat Hadits

Hadits di atas dikeluarkan oleh Ibnu Jauzy dalam *Al-'Ilal
Al-Mutanâhiyah*2/71-72 dari shahabat Kurdûs
*radhiyallâhu 'anhu*. Demikian pula disebutkan oleh Al-Hâfizh Ibnu Hajar
dalam *Al-Ishôbah* 5/585 dan Ibnu Atsîr dalam *Usudul Ghâbah* 1/931.
Al-Hâfizh menyatakan bahwa Marwân bin Salîm -salah seorang perawinya-
adalah seorang rawi yang *matrûk* (ditinggalkan haditsnya) dan *muttaham
bil kadzib* (dituduh berdusta). Dalam *Lisânul Mizân* pada biografi 'Isa
bin Ibrahim bin Thahmân -salah seorang perawi hadits di atas- Ibnu Hajar
menghukumi hadits di atas sebagai hadits yang mungkar lagi *mursal*.

ÅöÐóÇ ßóÇäó ÇáäøöÕúÝõ ãöäú ÔóÚúÈóÇäó ÝóáÇó Õóæúãó ÍóÊøóì íóÌöíúÆó ÑóãóÖóÇäõ

*"Apabila masuk pertengahan dari bulan Sya'ban maka tidak ada lagi puasa
hingga datangnya bulan Ramadhan."*

Derajat Hadits

Hadits di atas dikeluarkan oleh 'Abdurrazzâq 4/161, Ibnu Abi Syaibah 2/284,
Ahmad 2/442, Ad-Dârimy 2/29, Abu Dâud no. 2337, Ibnu Mâjah no. 1651, Ibnu
Hibbân no. 3589, 3591, Ad-Dâruquthny 2/191, Ath-Thâhawy dalam *Syarah
Ma'âny Al-Atsâr* 2/82, Ibnu Ady dalam *Al-Kâmil* 5/280, Ath-Thabarâny dalam
*Al-Ausath* 7/no. 6863 dan dalam *Musnad Asy-Syamiyyîn* no. 1827,
Al-Baihaqy 4/209 dan Al-Khathib 8/48.

Terjadi silang pendapat di kalangan para ulama tentang kedudukan hadits di
atas. Kesimpulan dari apa yang disebutkan oleh Ibnu Rajab*12*, Ibnu Qayyim
Al-Jauziyah*13*, Ibnu Hajar*14*, dan Al-'Ainy*15* bahwa hadits dishohihkan
oleh At-Tirmidzy, Ath-Thâhawy, Ibnu Hibban, Al-Hakim, Ibnu 'Abdil Barr,
Ibnu Asakir dan Ibnu Hazm. Di versi lain, hadits di atas telah dilemahkan
oleh sejumlah ulama yang lebih besar dan lebih berilmu dari mereka dimana
mereka berkata bahwa hadits di atas adalah hadits yang mungkar. Demikian
komentar Imam Ahmad, 'Abdurrahman bin Mahdi, Abu Zur'ah Ar-Razy dan
Al-Atsram serta diikuti oleh Abu Ya'la Al-Khalily*16* dan
Az-Zarkasyi*17*dan lainlainnya. Imam Ahmad berkata bahwa hadits di
atas adalah hadits yang
paling mungkar yang diriwayatkan oleh Al-'Alâ' bin 'Abdurrahman.

Dan *insya' Allah* pendapat para ulama yang melemahkannya ini yang paling
tepat, karena mereka mereka itulah yang merupakan rujukan dan acuan dalam
masalah kedudukan dan derajat sebuah hadits.

*Hadits Kesebelas*

íóÇ Úóáöíøõ ãóäú Õóáøóì áóíúáóÉó ÇáäøöÕúÝö ãöäú ÔóÚúÈóÇäó ãöÆóÉó ÑóßúÚóÉò
ÈöÃóáúÝö Þõáú åõæó Çááåõ ÃóÍóÏñ ÞóÖóì Çááåõ áóÊåõ ßóáøó ÍóÇÌóÉò ØóáóÈóåóÇ
Êöáúßó ÇááøóíúáóÉó

*"Wahai 'Ali, siapa yang shalat malam nishfu Sya'ban seratus raka'at dengan
(membaca) 'Qul Huwallâhu Ahad' seribu (kali) maka Allah akan menunaikan
seluruh hajat yang dia minta pada malam itu."*

Derajat Hadits

Hadits ini disebutkan oleh Ibnul Qayyim dalam *Al-Manâr Al-Munîf* hal. 78
dan Asy-Syaukâny dalam *Al-Fawâ'id Al-Majmû'ah* hal. 50-51 sebagai hadits
yang *maudhû'* (palsu). Dan baca pula lafazh yang mirip dengannya
dalam *Lisânul
Mizân* karya Al-Hâfizh Ibnu Hajar pada biografi Muhammad bin Sa'îd
Ath-Thabary.

Berkata Syaikh Ibnu Baz *rahimahullâh*, *"Adapun (hadits-hadits) yang
menjelaskan tentang shalat pada malam (nishfu Sya'ban) seluruhnya adalah
maudhû' (palsu) sebagaimana yang diingatkan oleh banyak ulama."18*

Dan Syaikh Ibnu 'Utsaimin menjelaskan bahwa orang yang melakukan shalat
pada malam nishfu Sya'ban ada tiga tingkatan:

*Satu:* *Orang yang melakukan kebiasaan shalatnya sebagaimana hari-hari
lainnya, tanpa meyakini adanya keutamaan khusus bagi orang yang melakukan
shalat pada malam nishfu Sya'ban. Yang seperti ini tidak mengapa, karena
tidak ada padanya bentuk bid'ah dalam agama.*

*Dua:* *Ia melakukan shalat pada malam nishfu Sya'ban tidak pada selainnya.
Ini adalah bid'ah dalam agama, karena Nabi **shollallâhu 'alaihi wa 'alâ
âlihi wa sallam** dan para shahabatnya tidak pernah melakukannya dan tidak
mencontohkannya.*

*Tiga:* *Ia melakukan shalat dengan jumlah raka'at tertentu pada setiap
tahun. Ini lebih besar bid'ahnya dan lebih jauh dari Sunnah ketimbang yang
kedua. Karena hadits-hadits tentang hal tersebut semuanya maudhû' (palsu).19
*

*Hadits Kedua Belas*

ãóäú ÞóÑóÃó áóíúáóÉó ÇáäøöÕúÝö ãöäú ÔóÚúÈóÇäó ÃóáúÝó ãóÑøóÉò Þõáú åõæó
Çááåõ ÃóÍóÏñ ÈóÚóËó Çááåõ Åöáóíúåö ãöÆóÉó ÃóáúÝö ãóáóßò íõÈóÔøöÑõæúäóåõ

*"Siapa yang membaca pada malam nishfu Sya'ban 'Qul Huwallâhu Ahad' seribu
kali, niscaya Allah akan mengutus untuknya seratus ribu malaikat memberi
kabar gembira kepadanya."*

Derajat Hadits

Hadits ini disebutkan oleh Al-Hâfizh Ibnu Hajar dalam *Lisânul Mizân* pada
biografi Muhammad bin 'Abd bin 'Amir As-Samaqandy sebagai salah satu
bentuk/(contoh) hadits palsunya. Dan disebutkan pula oleh Ibnul Qayyim
dalam *Al-Manâr Al-Munîf* hal. 78.

*Hadits Ketiga Belas*

ãóäú Õóáøóì áóíúáóÉó ÇáäøöÕúÝö ãöäú ÔóÚúÈóÇäó ËöäúÊóíú ÚóÔóÑó ÑóßúÚóÉð
íöÞúÑóÃõ Ýöíú ßõáøö ÑóßúÚóÉò ËóáÇóËöíúäó ãóÑøóÉð Þõáú åõæó Çááåõ ÃóÍóÏñ
ÔõÝøöÚó Ýöíú ÚóÔóÑóÉò ÞóÏö ÇÓúÊóæúÌõÈõæúÇ ÇáäøóÇÑó

*"Siapa yang shalat pada malam nishfu Sya'ban 12 raka'at, pada setiap
raka'at ia membaca 'Qul Huwallâhu Ahad' tiga puluh kali, niscaya Allah akan
mengizinkannya untuk memberi syafa'at kepada sepuluh orang yang telah wajib
masuk neraka."*

Derajat Hadits

Hadits ini disebutkan oleh Ibnul Qayyim dalam *Al-Manâr Al-Munîf* hal. 78
sebagai hadits yang *maudhû'* (palsu).

Berkata Ibnul Qayyim *rahimahullâh*, "Yang mengherankan, ada sebagian orang
yang telah menghirup harumnya ilmu Sunnah tertipu dengan igauan ini dan
melakukan shalat itu. Padahal shalat tersebut hanya diada-adakan setelah
empat ratus tahun (munculnya/lahirnya) Islam dan munculnya di Baitul
Maqdis, kemudian dipalsukanlah sejumlah hadits tentangnya."

*Hadits Keempat Belas*

ãóäú ÃóÍúíóÇ ÇááøóíóÇáöíó ÇáúÎóãúÓó æóÌóÈóÊú áóåõ ÇáúÌóäøóÉõ: áóíúáóÉõ
ÇáÊøóÑúæöíóÉö¡ æóáóíúáóÉõ ÚóÑóÝóÉó¡ æóáóíúáóÉõ ÇáäøóÍúÑö¡ æóáóíúáóÉõ
ÇáúÝöØúÑö¡ æóáóíúáóÉõ ÇáäøöÕúÝö ãöäú ÔóÚúÈóÇäó

*"Siapa yang menghidupkan malam-malam yang lima (ini), maka wajib baginya
surga: malam Tarwiyah*, malam 'Arafah, malam 'Iedul Adha, malam 'Iedul
Fitri dan malam nishfu Sya'ban."*

Derajat Hadits

Hadits di atas dikeluarkan oleh Al-Ashbahâny dari Mu'âdz bin Jabal, dan
dianggap sebagai hadits palsu oleh Syaikh Al-Albâny dalam *Dha'îf At-Targhîb
* no. 667.

*Bid'ah-bid'ah Seputar Sya'ban*

Sebagai tambahan faedah terhadap penyebutan hadits-hadits di atas, maka
berikut ini beberapa keterangan para ulama berkaitan dengan sejumlah bid'ah
yang berkembang di tengah kaum muslimin pada bulan Sya'ban*20*:

1. Merayakan malam nishfu Sya'ban.

2. Mengkhususkan shalat seratus raka'at pada malam nishfu Sya'ban dengan
membaca surah Al-Ikhlash sebanyak seribu kali. Shalat ini dinamakan *shalat
Alfiyah*.

3. Mengkhususkan shalat pada malam nishfu Sya'ban dan berpuasa pada siang
harinya.

4. Mengkhususkan doa pada malam nishfu Sya'ban.

5. Shalat enam raka'at dengan maksud menolak bala, dipanjangkan umur dan
berkecukupan.

6. Seluruh doa yang dibaca ketika memasuki bulan Rajab, Sya'ban dan
Ramadhan. Karena semua bersumber dari hadits yang lemah.

7. Menghidupkan api dan lilin pada malam nishfu Sya'ban.

8. Berziarah ke kuburan pada malam nishfu Sya'ban dan menghidupkan api di
sekitarnya. Dan kadang para perempuan juga ikut keluar.

9. Mengkhususkan membaca surah Yasin pada malam nishfu Sya'ban.

10. Mengkhususkan berziarah kubur pada bulan Rajab, Sya'ban, Ramadhan dan
pada hari 'Ied.

11. Mengkhususkan bershodaqah bagi ruh yang telah meninggal pada tiga bulan
tersebut.

12. Meyakini bahwa malam nishfu Sya'ban adalah malam Lailatul Qadri.

13. Membuat makanan pada hari nishfu Sya'ban kemudian membagikannya kepada
fakir miskin dengan anggapan makanan untuk kedua orang tua yang meninggal

*Footnote:*

1 Baca pembahasan Bid'ah dan Bahayanya dalam majalah An-Nashihah vol. 06
pada Rubrik Manhaj.

2 Keterangan Ibnul Mubarak disebutkan oleh Imam At-Tirmidzy setelah
membawakan hadits di atas. Dan baca juga *Fathul Bâry* 4/214.

3 *Majmu' Fatâwâ* beliau 15/416.

4 *Lathô'if Al-Ma'ârif*, hal. 138 karya Ibnu Rajab.

5 *Lathô'if Al-Ma'ârif*, hal. 138 karya Ibnu Rajab.

6 Baca *Silsilah Ahâdîts As-Shohîhah*, no. 1144 dan risalah "*Husnul Bayân
fimâ Warada fi Lailah An-Nishf min Sya'bân*" karya Masyhûr Hasan Salmân.

7 Kebanyakan para ulama menganggap bahwa tidak ada satu hadits pun yang *
shohîh* berkaitan dengan keutamaan Nishfu Sya'ban. Di antara mereka yang
menganggap seperti itu, Al-Hafizh Ibnu Dihyah, Abu Bakr Ibnul 'Araby,
Al-Qurthuby, Jamalauddin Al-Qasimy, Syaikh Ibnu Baz, Syaikh Ibnu 'Utsaimin
dan lain-lainnya. Dan sebagian penulis di masa ini ada yang tidak
menyetujui Syaikh Al-Albany dalam menshohihkan hadits di atas. Kami dalam
permasalahan kali ini belum sempat untuk lebih meneliti masalah ini. Semoga
Allah memudahkannya di waktu lain.

8 Akan datang penjelasan tentang bid'ah-bid'ah seputar Sya'ban.

*** *Afdhol* dalam bahasa Arab bermakna "paling utama" atau "lebih utama".

9 Baca *Irwâ'ul Ghalîl* 3/397.

10 *Fathul Bâry* 4/214.

11 Demikian keterangan Ibnu Taimiyah sebagaimana yang dinukil oleh
muridnya, Ibnu Qayyim dalam *I'lâmul Muwaqqi'în* 4/293.

12 *Lathô'if Al-Ma'ârif*, hal. 151 karya Ibnu Rajab.

13 *Al-Furûsiyah*,* *hal 247.

14 *Fathul Bâry* 4/129.

15 *'Umdah Al-Qâri'* 11/85.

16 *Al-Irsyâd* 1/218, karya Al-Khalîly dan beliau menyebutkan bahwa hadits
di atas termasuk hadits-hadits yang Al-'Alâ' bersendirian dalam
meriwayatkannya dan tidak ada pendukungnya.

17 *An-Nukat 'alâ Muqaddimah Ibnu Ash-Sholâh*, karya Az-Zarkasyi 1/364-365.

18 Risalah yang ketiga tentang hukum merayakan nishfu Sya'ban dari buku
beliau *At-Tahdzîr min Al-Bida'*, hal. 22.

19 Diringkas dari *Fatâwâ* beliau pada jilid 20.

*** Malam *Tarwiyah* adalah malam menjelang hari *Tarwiyah* yang jatuh pada
tanggal 8 Dzulhijjah setiap tahunnya.

20 Disarikan dari buku *Mu'jam Al-Bida'*, hal. 299-301 dan *Al-Bida'
Al-Hauliyah*, hal. 300-304.

*(Dinukil dari Majalah An-Nashihah Vol. 11 Th. 1/ 1427H/2006M, kategori:
Hadits, judul: **Hadits-Hadits Seputar Bulan Sya'ban**, hal. 46-52, **untuk
http://akhwat.web.id**)*


--

*

=Rony Setyo Hariyono,ST=
Suplier dan Distributor Aneka Produk Herbal & Pengobatan Islami
www.supergrosirherbal.com <http://www.nabawiherba.com/>

http://thibbunnabawi.wordpress.com
*


[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------------------

====================================================
Pesantren Daarut Tauhiid - Bandung - Jakarta - Batam
====================================================
Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
====================================================
website: http://dtjakarta.or.id/
====================================================Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/daarut-tauhiid/

<*> Your email settings:
Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
http://groups.yahoo.com/group/daarut-tauhiid/join
(Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
daarut-tauhiid-digest@yahoogroups.com
daarut-tauhiid-fullfeatured@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
daarut-tauhiid-unsubscribe@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/

Tidak ada komentar: