Minggu, 30 Juni 2013

[daarut-tauhiid] Dampak Negatif Maksiat dan Dosa : Maksiat Mengkhianati Pelakunya Pada Saat Dibutuhkan

 

Dampak Negatif Maksiat dan Dosa :
Maksiat Mengkhianati Pelakunya Pada Saat Dibutuhkan

Di antara dampak maksiat adalah menghalangi pelakunya dalam memperoleh hal yang paling dibutuhkan oleh jiwanya. Setiap orang membutuhkan pengetahuan tentang perkara yang memberikan manfaat atau mudharat di dalam kehidupannya di dunia dan akhiratnya. Orang yang paling berilmu adalah yang mengetahui secara rinci tentang hal itu; sedangkan orang yang paling kuat serta paling cerdas adalah orang yang mampu menjaga diri dan keinginannya lalu menggunakan kemampuan itu untuk mendapatkan apa yang bermanfaat baginya dan menjauhkan sesuatu yang membahayakannya.
Dalam perkara ini, tingkatan manusia berbeda-beda dari segi pengetahuan, tekad dan kedudukan. Orang yang paling mengetahui adalah yang paling memahami sebab-sebab kebahagiaan dan kesengsaraan. Orang yang paling mendapat petunjuk adalah yang mengutamakan kebahagiaan daripada kesengsaraan. Adapun orang yang paling dungu adalah yang berbuat sebaliknya.
Dalam hal meraih pengetahuan tadi, maksiat mengkhianati seorang hamba dalam perkara yang paling dibutuhkan oleh jiwanya, serta mendahulukan bagian yang paling mulia, mahal dan kekal atas bagian yang paling rendah, jelek dan tidak kekal. Dosa dapat menghalanginya dari kesempurnaan ilmu tersebut, juga dari perhatian terhadap perkara yang paling utama untuk dikerjakan, serta berbuat sesuatu yang paling bermanfaat baginya di dunia dan di akhirat.
Apabila hamba tersebut terjatuh pada perkara yang dibenci dan ingin terlepas darinya, niscaya dia dikhianati oleh jiwa, hati, serta anggota tubuhnya. Pelaku maksiat ibarat orang yang membawa pedang berkarat sehingga tidak mau keluar dari sarungnya, padahal dia sedang menghadapi musuh yang ingin membunuhnya. Ia meletakkan tangannya pada gagang pedangnya dan berusaha keras untuk mencabutnya, tetapi pedang tersebut tetap tidak mau keluar dari sarungnya. Akibatnya, musuh segera mendatanginya dan memenangkan pertarungan dengan mudah.
Demikian pula dengan hati. Ia berkarat karena dosa dan mati oleh penyakit yang diakibatkan maksiat. Ia tidak berdaya ketika pemiliknya membawanya untuk memerangi musuh. Sungguh, seorang hambu itu maju, berperang, dan bertarung dengan hatinya, sedangkan anggota-anggota badan hanyalah mengikuti hati. Jika seorang hamba tidak memiliki kekuasaan terhadap seluruh anggota tubuhnya, maka bagaimana dia dapat melindungin diri?
Begitu juga halnya dengan jiwa. Maksiat dan syahwat membuatnya buruk. An-Nafs al-muthmainnah (jiwa yang tenteram) menjadi lemah ketika An-Nafs al-ammaarah (jiwa yang selalu mengajak kepada keburukan) menguat dan berkuasa. Setiap kali jiwa yang satu kuat maka jiwa yang lainnya melemah. Sehingg (dalam konteks ini), kekuasaan akan menjadi milik jiwa yang selalu mengajak kepada keburukan.
Tidak menutup kemungkinan bahwa an-nafs al-muthmainnah tersebut telah mati dan tidak mungkin lagi dihidupkan. Seperti itulah kematian di alam barzakh, yang tidak pula hidup di akhirat. Kehidupan yang ada tidak bermanfaat, melainkan hanya kepedihan yang hadir.
Intinya, ketika pelaku maksiat ditimpa musibah atau bencana, dia dikhianati oleh hati, lisan, dan anggota tubuhnya dalam perkara yang paling bermanfaat untuknya. Hatinya tidak bertawakal, tidak merendahkan diri, dan tidak kembali kepada Allah. Lisannya tidak mau mentaatinya untuk berzikir. Kalaupun dapat berzikir, dia tidak mampu menyatukan antara hati dan lisannya. Hatinya terpisah dari lisannya sehingga dzikir tidak membawa dampak positif baginya. Ditambah lagi, hati dan lisannya terhalang dari apa yang disebutnya dalam dzikir; hingga tidaklah dia berdoa atau berdzikir melainkan dengan hati yang lalai dan main-main. Setiap kali orang ini meminta anggota tubuhnya untuk membantunya dalam ketaatan, mereka menolak dan tidak mau tunduk kepadanya.
Semua dampak ini disebabkan oleh pengaruh dosa dan maksiat. Pelaku dosa itu seperti seseorang yang memiliki pasukan untuk melindunginya dari serangan musuh, tetapi dia mengabaikan, menyianyiakan, melemahkan, dan memutuskan jalur informasi mereka. Ironisnya tatakala musuh menyerang, dia ingin agar pasukan tersebut mengerahkan segala kemampuan mereka untuk melindunginya, tanpa didukung oleh adanya kekuatan pasukan tersebut.
Terdapat perkara lain yang lebih menakutkan dan menyakitkan, yaitu pelaku dosa dikhianati oleh hati dan lisannya ketika sedang mengalami sakaratul maut atau hendak berpulang menuju Allah; bahkan tidak jarang dia terhalangi dari mengucapkan syahadat, seperti yang banyak disaksikan.
Dikatakan kepada sejumlah orang yang sedang menjemput maut :
"Ucapkanlah : Laa ilaaha illallah."
Ada yang menjawab :" ah, ah, aku tidak bisa mengucapkannya."
Ada pula yang menjawab :"skak mati! Sekarang, aku telah mengalahkanmu (teringat ketika bermain catur)." Setelah mengucapkan hal itu, dia pun meninggal dunia.
Dikatakan oleh yang lain :"ucapkanlah " 'Laa ilaaha illallah,' tetapi dia justru melantunkan sya'ir di bawah ini lantas dia meninggal :
Duhai, siapakah wanita yang suatu hari bertanya dalam keletihan : "manakah jalan menuju tempat pemandian minjab?"
Ada yang ketika sakaratul maut mendendangkan lagu sampai dia menghembuskan napasnya yang terkahir.
Ada juga yang justru membantah :" apa yang kamu ucapkan itu tidak bermanfaat untukku sebab aku telah melakukan segala macam kemaksiatan." Setelah itu, dia meninggal tanpa sempat mengucapkan kalimat syahadat tersebut.
Adapula yang menjawab :"hal itu tidak bermanfaat untukku. Aku sendiri tidak ingat, apakah aku pernah melakukan shalat untuk Allah meskipun hanya sekali?" ia pun meninggal tanpa mengucapkan syahadat.
Ada diantara mereka yang menentang syahadat:"Aku kafir (mengingkari) terhadap yang kamu ucapkan."kemudian, meninggal dunia tanpa mengucapkannya.
Ada yang menjawab:"Setiap kali aku hendak mengucapkannya. Lisanku terhalang (kaku)."
Saya pernah diberitahu oleh orang yang pernah menghadiri sakaratul maut seorang pengemis. Menjelang ajalnya, pengemis tersebut berkata:"Recehannya, demi Allah, recehannya ...," hingga akhirnya meninggal.
Saya juga diberitahu oleh sebagian pedagang, bahwasanya ketika ada kerabatnya mengalami saskaratul maut dan di talqin (dituntun) dengan kalimat Laa ilaha illallah, dia malah berkata :"Barang ini murah, barang ini bagus, barang ini begini dan begitu ...," hingga akhirnya meninggal.
Subhannallah! Sudah banyak orang yang menyaksikan hal ini untuk dijadikan pelajaran. Padahal, yang tidak mereka ketahui dari keadaan orang-orang yang mengalami sakaratul maut masih jauh lebih banyak lagi.
Jika seorang hamba mampu dikuasai dan dikendalikan oleh syaithan untuk berbuat maksiat kepada Allah ketika kekuatan, pikiran dan daya ingatnya berada pada puncaknya, sehingga hati dan lisannya dilalaikan dari dzikir kepada Allah serta anggota-anggota tubuhnya dilalaikan dari ketaatan kepada-Nya; maka bagaimana pula ketika kekuatannya lemah, sementara hati dan jiwanya tersibukkan dengan rasa sakit sakaratul maut, ditambah lagi, syaithan telah mengumpulkan seluruh tekad, upaya dan kekuatannya untuk mengambil kesempatan di akhir amalnya ? kondisi syaithan yang paling kuat adalah pada waktu itu. Sebaliknya, kondisi orang hamba justru paling lemah pada saat tersebut. Maka siapa diantara mereka yang akan selamat ?
Pada saat itulah, ... : dapat dilihat bahwasanya Allah berfirman pada Surat Ibrahim ayat 27.
[cid:image001.jpg@01CE75EC.B2A3BD50]
Dengan demikian, bagaimana mungkin taufik untuk husnul khatimah (cara kematian yang baik) akan didapatkan oleh seseorang yang hatinya lalai dari dzikir kepada-Nya, yang selalu mengikuti hawa nafsunya, dan keadaannya yang melampaui batas ? Sungguh, orang yang hatinya lalai dari mengingat Allah Subhana wa Ta'ala sangat jauh dari husnul khatimah, tertawan oleh syahwatnya, lisannya kering dari dzikir kepada-Nya, dan anggota-anggota tubuhnya tidak mentaati perintah-Nya; bahkan dia selalu sibuk dengan maksiat. Maka jauhlah dia dari husnul khatimah.
Rasa takut kepada Su'ul khatimah (cara kematian yang buruk) telah mematahkan tulang punggung orang-orang yang bertakwa. Di sisi lain, orang-orang zalim yang berbuat keburukan seolah-olah mendapat jaminan keamanan dalam hal ini. Dapat dilihat pada surat Al Qolam ayat 39-40.

[cid:image002.jpg@01CE75EC.B2A3BD50]
[cid:image003.jpg@01CE75EC.B2A3BD50]

Hal itu sebagaimana yang dikatakan dalam syair :
Wahai orang yang merasa aman dengan perbuatannya yang tercela, apakah tandatangan (jaminan) untuk mendapatkan keamanan telah kau miliki ?
Engkau gabungkan dua perkara : rasa aman dan hawa nafsu, padahal satu dari keduanya membinasakan seseorang.
Orang-orang yang baik selalu berjalan dia atas jalan kekhawatiran, sementara jalan tersebut, untukmu, tidak pernah kau lewati.
Engkau lalai menanam di musin tanam karena kebodohan, lalu bagaimana mungkin ketika orang lain panen kau akan menuai ?
Beginilah, sungguh, suatu yang menakjubkan dirimu adalah berpaling dari kehidupan negeri abadi dengan kehidupan (dunia) yang akan kau tinggalkan.
Jadi, demi Allah, siapakah orang yang bodoh itu, engkaukah? Atau orang yang tertipu dalam jual beli yang segera ia ketahui.

Sumber : Kitab Ad-Daa' wa ad-dawaa', Pengarang : Imam Ibnu Qoyyim Al Jauziyyah.

***** This message may contain confidential and/or privileged information. If you are not the addressee or authorized to receive this for the addressee, you must not use, copy, disclose or take any action based on this message or any information herein. If you have received this communication in error, please notify us immediately by responding to this email and then delete it from your system. PT Pertamina (Persero) is neither liable for the proper and complete transmission of the information contained in this communication nor for any delay in its receipt. *****

[Non-text portions of this message have been removed]

__._,_.___
Reply via web post Reply to sender Reply to group Start a New Topic Messages in this topic (1)
Recent Activity:
====================================================
Pesantren Daarut Tauhiid - Bandung - Jakarta - Batam
====================================================
Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
====================================================
       website:  http://dtjakarta.or.id/
====================================================
.

__,_._,___

Tidak ada komentar: