Senin, 03 Juni 2013

[daarut-tauhiid] Rezeki Mencari Kita

Rezeki Mencari Kita
By Admin Islampos on May 30, 2013

[image: burung] <http://islampos.com/wp-content/uploads/2013/05/burung.jpg>

"*Sesungguhnya rezeki itu mencari seorang hamba lebih kerap daripada apa
yang dicari oleh ajalnya,*" (Riwayat Thabrani melalui Abu Daud).

SUNGGUH luar biasa Allah SWT menjamin hamba-hambaNya di alam semesta ini.
Dalam hadist ini jelas, rezeki pasti datang lebih banyak ketimbang maut
yang datang hanya sekali. Ada hal menarik dari redaksional "rezeki mencari
seorang hamba", jika kita telusuri ini kebalikan dari pemikiran awam, bahwa
selama ini banyak yang menggunakan ungkapan: carilah rezeki yang bertebaran
di muka bumi. Artinya, kita harus aktif menjemput rezeki, yang dijanjikan
Allah bisa datang dari mana saja, yang tidak kita sangka. "*Dan memberinya
rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang
bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya.
Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya
Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.*" (Q.S At Thalaaq
: 3)

Hadist itu menegaskan bahwa "rezeki juga mencari seorang hamba", bukan
hanya luar biasa, tapibisa juga menjadi semakin sulit. Dalam hal ini
kesulitannya rezeki tak pernah mengatakan akan turun di mana, rezeki juga
tak bilang kapan dan akan datang. Memang ada rezeki yang sudah jelas
mengatakan turun di mana dan kapan, yakni gaji bulanan kita—itu pun jika
kita bekerja tetap dan dibayar bulanan.

Harus kita yakini pula bahwa rezeki kita dalam satu rumah tak akan
dikurangi oleh Allah SWT, walaupun yang bekerja hanya satu orang saja
misalnya. Dan juga dalam setiap rezeki yang kita terima ada sebagian
merupakan haknya istri, anak-anak, kerabat, anak yatim piatu, dan fakir
miskin. Haknya orang lain itu bisa berupa nafkah buat anak istri,
selebihnya bisa infak, sedekah, atau hadiah. Wajib hukumnya kita menjaga
rezeki kita agar tak hilang atau jatuh kepada yang tidak berhak.

Bukannya tak bersyukur dengan rezeki "pasti" yang Allah berikan melalui
gaji bulanan, seringkali kita tak cukup dengan gaji bulanan. Sehingga masih
harus mencari rezeki selain gaji. Rezeki selain gaji bisa juga ada yang
pasti, misalnya mereka yang bekerja part time, atau bekerja berdasar
pesanan per pekerjaan atau lewat perniagaan. Seringkali lebih banyak rezeki
yang tak pasti, seperti dari hasil usaha. Siapa yang bisa menjamin setiap
bulan usaha kita memberikan rezeki yang sama dengan bulan lalu?

Rasulullah SAW bersabda "*Janganlah kamu merasa bahwa rezekimu terlambat
datangnya, kerana sesungguhnya tidaklah seorang hamba akan mati, hingga
telah datang kepadanya rezeki terakhir (yang telah ditentukan) untuknya,
maka tempuhlah jalan yang baik dalam mencari rezeki, iaitu dengan mengambil
yang halal dan meninggalkan yang haram.*" (Riwayat Ibnu Majah). Hadist itu
menegaskan bahwa Allah jelas akan memberikan rezeki kepada setiap orang
tanpa menguranginya hingga ajal datang, yang disebutkan hadist ini sebagai
"rezeki terakhir".

Upaya untuk menjemput rezeki "yang belum pasti" itu adalah dengan ikhtiar
yang baik, agar rezeki yang datang pun halal. Selain itu juga didukung
dengan doa. Amalan lain yang dituntun Nabi adalah shalat Dhuha, yang di
antara fadhilahnya adalah untuk membuka pintu rezeki kita. Doa dan salat
Dhuha ibarat ponsel, menelepon "sang rezeki" untuk janjian di mana kita
bertemu. Percaya atau tidak, sering kali panggilan rezeki dari ponsel doa
dan Dhuha itu, lebih sering terjawab daripada tidak.

Inilah hikmah bahwa "rezeki" tidak bisa dilihat dengan wadag, utamanya agar
kita selalu bersyukur, selalu berikhtiar dan selalu ingat bahwa di antara
rezeki kita ada bagian atau hak orang lain. Sejatinya, rezeki itu ada
pintunya di langit. Diriwayatkan dari Anas bin Malik r.a., bahwa Nabi
Muhammad SAW bersabda, *"Seorang hamba memiliki dua pintu di langit. Pintu
yang menjadi keluarnya rezeki dan pintu yang menjadi masuknya amal dan
perkataan baiknya. Jika ia meninggal dunia, dua pintu langit itu akan
merasa kehilangan dan akan menangisinya." Kemudian SAW membaca ayat, 'Maka
langit dan bumi tidak menangisi mereka.' Disebutkan demikian, kerana mereka
tidak memiliki amal soleh di atas muka bumi yang membuat bumi menangisi
kematian mereka (Fir'aun dan bala tentaranya). Dan mereka juga tidak
memiliki amalan dan perkataan yang baik, yang naik ke langit sehingga
langit itu tidak merasa kehilangan dan tidak pula menangisi
mereka",."* (Riwayat
Abu Ya'la dan At-Tirmidzi).

Subhanallah. Marilah kita perbanyak doa dan salat dhuha agar kita bisa
selalu berkomunikasi dengan "sang rezeki", agar pintu rezeki di langit
mudah dibukakan kepada kita. Doa dan Dhuha akan mempermudah "rezeki mencari
kita". Agar rezeki tak kesulitan mencari kita, apalagi sampai pintu rezeki
menangis. Bisa jadi selama ini pintu rezeki selalu melihat kita, sementara
kita tak melihatnya. Wa'allahu alam bi shawab. [spesies]

http://islampos.com/rezeki-mencari-kita-60777/


[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------------------

====================================================
Pesantren Daarut Tauhiid - Bandung - Jakarta - Batam
====================================================
Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
====================================================
website: http://dtjakarta.or.id/
====================================================Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/daarut-tauhiid/

<*> Your email settings:
Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
http://groups.yahoo.com/group/daarut-tauhiid/join
(Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
daarut-tauhiid-digest@yahoogroups.com
daarut-tauhiid-fullfeatured@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
daarut-tauhiid-unsubscribe@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/

Tidak ada komentar: