Rabu, 24 Desember 2008

[daarut-tauhiid] IBUMU BUKAN IBUKU (Seri Kelembutan Hati)

IBUMU BUKAN
IBUKU

 

Jakarta, Selasa 23 Desember
2008       

 

 

    Dalam rangka menyambut dan merayakan
Hari Ibu banyak pihak menggelar acara yang sangat bernuansa "Ibu". Dari yang
mengadakan seminar tentang peran serta ibu dalam pembentukan anak, lomba
memasak, pemberian penghargaan kepada kader pos yandu yang biasanya didominasi
kaum ibu-ibu sampai ungkapan-ungkapan spesial yang dipublikasikan secara
berulang-ulang dan yang mungkin hanya ada pada saat hari ibu ini saja
terjadinya. Meskipun tidak semeriah peringatan 17-an, namun setidaknya kita
diajak untuk melihat kembali peran besar yang telah dan akan selalu diberikan
oleh ibu kita - yah ibu yang telah melahirkan, melindungi dan membesarkan kita
dalam bimbingan dan naungan Alloh SWT - hingga seperti ini.

 

    Saya termasuk orang yang tidak pintar
mengekspresikan sesuatu - tidak terkecuali terhadap keluarga sendiri termasuk
ibu saya, bahkan kadang mereka melihat saya sebagai sesorang yang tidak
peka atau tidak perduli dengan sekitarnya. Namun saya pernah merasa sangat marah
sekali dengan orang-orang yang sebenarnya mampu memberikan sedikit
bantuan kepada ibu saya.

Saat itu saya dan ibu saya harus
melakukan perjalanan dari Blok M menuju Cililitan dengan menggunakan angkutan
umum berupa bis PPD bernomor 45. Bis ini yang sekarang jauh lebih bagus
ketimbang 5 - 10 tahun yang lalu dimana bangkunya masih menggunakan plastik dari
serat fiber yang dicetak dengan hanya ditopang oleh besi bulat yang dibentuk
sedemikian rupa untuk menyanggah plastik serat fiber tersebut sebagai tempat
duduk.

 

    Satu-satunya kesalahan kami saat itu
adalah kami naik bis tersebut tidak di dalam terminal Blok M tetapi di halte
perempatan Woltermongonsidi - STM Penerbangan atau tepatnya di depan KFC
sekarang. Hasilnya sudah bisa dipastikan kendaraan umum tersebut penuh dan
terpaksa kami harus berdiri. Saat itu di dalam bis belum banyak yang berdiri dan
kehadiran kami sebagai pendatang baru pada bis itu tidak membuat penumpang yang
sudah lebih dulu hadir merasa terganggu karena tidak membuat mereka makin
terhimpit dengan kehadiran kami sebagai penumpang seperti yang sering saya lihat
hampir di setiap pagi hari pas jam berangkat kerja dan sore hari usai jam
bekerja.

 

    Alhamdulillah kami berhasil masuk
dengan selamat tanpa tersandung dan tanpa meyenggol atau menginjak kaki-kaki
yang terpaksa menjulur dari sisi kiri dan kakan milik kaki-kaki penumpang yang
duduk, hanya saja masalah lainnya timbul - ibu saya merasa tidak nyaman
berpegangan pada besi bulat yang dipasang pada langit-langit bis karena membuat
lengannya aga tegak - cepat pegal katanya, sehingga ibu saya hanya berpegangan
pada besi bangku penumpang di belakang kepala penumpang lainnya. "Bu, rambut
saya nih..", kata remaja putri aga ketus ke ibu saya yang tidak sengaja memegang
beberapa helai rambutnya yang menyelip disela-sela jarinya. Remaja putri itu
langsung merapihkan rambutnya yang memang panjang dan dibiarkan tanpa diikat
sesaat setelah ibu saya melepas genggamannya pada besi di belakang kepala remaja
tersebut. "Eh...maaf dek", kata ibu saya seraya melepas pegangannya dan beralih
meraih lengan saya. Ibu saya mendorong lengan saya untuk bergeser menjauh dari
tempat tadi. "Ibu ga bisa pegangan ke atas makanya cari yang duduknya laki-laki
biar ga kena rambutnya lagi", bisiknya ke saya. Saya mengangguk dan kamipun
bergeser lebih dalam lagi.

 

    Belum sempat kami mendapat tempat
yang kami maksud, tiba-tiba supir bis rem mendadak dan ibu saya yang belum
sempat berpegangan terdorong ke depan membuat kakinya membentur besi kaki bangku
bis tersebut. "Ibu ga apa-apa ?", tanya saya setelah menahan tubuhnya agar tidak
jatuh. "Ga apa-apa", ujarnya.

Sesampainya di daerah Cawang, ibu saya
mengeluh tulang kakinya nyeri, rupanya kaki yang terbentur tadi menyebabkan kaki
kiri di depan betisnya membiru. "Ibu masih kuat berdiri ?", tanyaku khawatir.
"Iya ga apa-apa lagian sebentar lagi sampe Uki", ucapnya sekali lagi meyakinkan
ke saya. Saya yakin benar saat itu ibu saya sedang menahan sakit di kakinya,
karena saya beberapa kali melihat ibu aga membukukan badan sambil memijat-mijat
paha kirinya.

 

    Ada rasa penyesalan dalam diri ini,
kenapa saya menurut saja ketika ibu saya bilang "naik bis saja biar ngirit".
Kenapa bukan saya yang memutuskan untuk menggunakan angkutan umum yang lebih
aman untuk orang tua seusia ibu saya (saat itu menjelang usia 50th), seperti
naik taksi contohnya.

Dan yang lebih mirisnya lagi...kenapa
tidak ada satupun laki-laki kuat dan wanita-wanita perkasa yang masih sanggup
untuk berdiri walau satu jam lamanya, mempersilahkan ibu saya untuk menempati
tempat duduknya. Padahal sempat saya lihat beberapa anak muda sedang duduk
bahkan beberapa diantaranya asik mengobrol dengan teman sesamanya. Ada juga
wanita remaja yang tadi rambutnya terjepit jari-jari ibu saya atau seorang
wanita muda yang duduk di depan kiri remaja tersebut. Semua yang saya sebutkan
tadi berada tepat tidak jauh dari ibu saya berdiri. Kenapa ya...? Mungkin ibu
saya ini bukan ibu kandung mereka atau saudara wanita mereka, sehingga mereka
tidak mempunyai kewajiban untuk menghargainya. Mungkin yang ada dibenak mereka -
"lu naik bis umum bukan naik taksi, jadi harus siap resikonya".

 

    Hal yang sama
juga kadang dialami ibu-ibu yang sedang mengandung. Pernah saya melihatnya
sedang berdiri di dalam bis tanpa ada yang mau mempersilahkan untuk duduk
menempati tempat duduknya termasuk juga saya saat itu - karena saya juga
berdiri.

 

    Sudah sebegitu egoisnyakah kita...?
Sudah tertutupkah hati kita...? Sudah lupakah apa yang diajarkan guru-guru kita
saat kita kecil dulu untuk menghormati dan meghargai orang yang lebih tua dan
membantu orang yang membutuhkan bantuan...? Meskipun ibu saya bukan ibu mereka,
meskipun ibu saya bukan saudara wanita mereka dan meskipun ibu saya bukan
sesorang yang mereka kenal - tapi ibu saya tetap orang yang lebih tua dan kita
punya kewajiban atasnya.

 

 

 

Selamat Hari Ibu, ya
Bu...! - Maafkan saya belum bisa memberikan kebahagian sebagai cicilan yang
tidak akan pernah lunas atas segala kebaikan yang telah ibu
berikan.

 

   

heru
-----------------------------------
Kampanye mengembalikan Kelembutan Hati atas
sesama kita

[Non-text portions of this message have been removed]

__._,_.___
===================================================
Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
===================================================
       website:  http://dtjakarta.or.id/
===================================================
Recent Activity
Visit Your Group
Search Ads

Get new customers.

List your web site

in Yahoo! Search.

Y! Messenger

Group get-together

Host a free online

conference on IM.

Weight Loss Group

on Yahoo! Groups

Get support and

make friends online.

.

__,_._,___

Tidak ada komentar: