Selasa, 30 Juni 2009

[daarut-tauhiid] Menjadi Mukmin



أَعُوذُ بِا*للّٰهِ* السَّمِيـعِ الْعَلِيمِ مِنَ الشَّيْطٰنِ الرَّخِيْمِ
بِسْمِ *اللّٰهِ* الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
(Bismillahir-rohmanir-rohiym) MENJADI MUTTAQINKarunia, 06/07/1430
(30/06/2009)
Seorang muslim yang telah mencapai derajat mukmin mendapat kekhususan
dalam ajaran Islam. Allah memerintahkan ibadah shoum (puasa) khusus hanya
untuk mukmin, bukan muslim. Dan dalam perintah-perintah kepada mukmin itu,
Allah memberikan tujuan "la'allakum tattaqun", agar kalian menjadi orang
yang bertaqwa. Bahkan dalam surat Ash-Shu'araa Allah mengulang-ulang kalimat
"fattaqullaha wa athiiuun", maka bertaqwalah pada Allah dan taatlah
kepadaku, karena sangat eratnya antara taqwa dan taat.
Pentingnya derajat taqwa ini adalah salah satu syarat untuk mendapatkan
cinta Allah. Dalam surat At-Tawbah:7 dipengakhiran ayat Allah menerangkan
bahwa "innallaha yuhibbul-muttaqin", sesungguhnya Allah mencintai muttaqin.
Dan di surat Yunus:62-64, Allah memberikan kabar gembira akan janji
kemenangan dariNya di dunia dan di akhirat, dan janji itu hanya untuk mukmin
yang mencapai derajat taqwa, yang mereka tidak akan pernah merasa khawatir
ataupun bersedih hati. Dan bagi Allah, manusia yang paling mulia adalah yang
paling bertaqwa (Al-Hujurot:13).
Lalu sebenarnya sifat seperti apakah taqwa itu? Dalam sebuah riwayat Ummar
ibn Khathab ra. pernah bertanya kepada Ubay ibn Ka'ab ra. mengenai taqwa.
Jawab Ubay, "Apakah kita tidak pernah berjalan di tempat yang penuh duri?"
Jawab Ummar, "Ya." Ubay bertanya, "Lalu kita berbuat apa?" Jawab Ummar,
"Saya sangat waspada dan bersungguh-sungguh menyelamatkan diri dari duri
itu." Itulah contoh taqwa. Dan berikut ini beberapa hadits yang
menggambarkan sifat taqwa:
"Tinggalkanlah sesuatu yang meragukanmu untuk mengambil sesuatu yang tidak
meragukanmu, karena hal yang benar itu membuat ketenangan/kemantapan hati,
sedang kebohongan membawa keraguan." (HR. Tarmidzi)
"Siapa yang menjaga dirinya dari yang syubhat (meragukan), maka dia telah
menjaga kebersihan untuk ad-din dan pribadinya. Dan siapa yang terjerumus
dalam syubhat, maka dia telah terjerumus dalam hal yang haram. Seperti
seorang penggembala yang menggembala di sekitar hima (batas tempat
penggembalaan), maka dia hampir menerobosnya. Dan sungguh hima Allah itu
apa-apa yang dilarangNya." (HR. Bukhori-Muslim)
"Seorang hamba tidak dapat mencapai derajat muttaqin, sampai dia mau
meninggalkan sesuatu yang tidak berdosa, karena takut terhadap apa yang
berdosa." (HR. Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Al-Hakim. dishohihkan oleh
As-Suyuti)

--
-------------------
Karunia
-------------------

Duhai Dzat Penggenggam Jiwaku,
tundukkan wajahku bersama mereka yang Kau ridhai, hanya padaMu
bariskan kami di belakang panji Al-Hamd dengan cahaya di dahi dan kaki kami

[Non-text portions of this message have been removed]

__._,_.___
====================================================
Pesantren Daarut Tauhiid - Bandung - Jakarta - Batam
====================================================
Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
====================================================
       website:  http://dtjakarta.or.id/
====================================================
Recent Activity
Visit Your Group
Give Back

Yahoo! for Good

Get inspired

by a good cause.

Y! Toolbar

Get it Free!

easy 1-click access

to your groups.

Yahoo! Groups

Start a group

in 3 easy steps.

Connect with others.

.

__,_._,___

Tidak ada komentar: