Dalam menegakan kebenaran dari Allah SWT, salah satu yang harus kita perangi adalah diri kita sendiri. Allah mengilhami manusia dengan kebaikan dan keburukan. Keburukan dalam diri kita adalah hasrat untuk bekerja dengan setan. Al-Qur`an menjelaskan kedua sisi jiwa kita tersebut,
"Dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya)
Kita harus waspada terhadap sisi keburukan yang ada dalam diri kita sendiri dan selalu menjaga hati dalam menentang bahaya dari dalam diri. Mengabaikan sisi keburukan jiwa kita tidak akan menolong kita lepas dari keburukannya. Akan tetapi, kita harus menyucikan jiwa seperti yang diajarkan dalam Al-Qur`an.
Dengan demikian, kaum mukminin tidak pernah menyatakan bahwa diri mereka suci, tetapi tetap berhati-hati terhadap hasutan dan kesia-siaan jiwa mereka. Pengakuan Yusuf a.s., "Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya, Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyayang," (TQS. Yusuf: 53) harus selalu diingat sebagai contoh yang baik untuk bersikap dengan tepat.
Manusia seharusnya mengawasi kelemahan jiwanya dan berbuat kebaikan serta mengekang nafsu, sebagaimana sebuah ayat tegaskan, "
manusia itu menurut tabiatnya kikir
." (TQS.an-Nisaa`
Satu-satunya cara mencapai keselamatan adalah dengan mengekang atau memanage nafsu,
"
Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang yang beruntung." (TQS. al-Hasyr: 9)
"Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya surgalah tempat tinggal(nya)
Perjuangan melawan hawa nafsu adalah pertempuran yang terbesar bagi seorang muslim. Mereka harus membatasi emosi dan keinginannya, yang mana yang dapat diterima dan yang mana yang tidak dapat diterima. Ia harus melawan dorongan nafsu dalam jiwanya, seperti keegoisan, iri hati, sombong, dan serakah.
Jiwa kita mempunyai kecenderungan untuk menyenangi hasrat dan keinginan yang sia-sia. Mereka membisikkan kepada kita bahwa kita akan merasa puas ketika kita memperoleh harta lebih dan mendapatkan status yang lebih tinggi dalam masyarakat. Walaupun demikian, semua kesenangan ini tidak pernah memuaskan orang-orang yang beriman dalam arti yang sebenarnya. Semakin banyak harta yang kita miliki, semakin besar keinginan untuk memiliki yang lebih banyak lagi. Dengan beragam cara, jiwa kita mengarahkan kita agar berbuat seperti halnya binatang buas yang tidak pernah merasa puas.
Jiwa kita akan merasa puas jika menyerahkan diri kita sepenuhnya hanya kepada Allah, tidak kepada hawa nafsu yang rendah. Kita diciptakan untuk menyembah Allah, "
Ingatlah, hanya dengan mengingat Allahlah hati kita menjadi tenteram." (TQS. ar-Ra'd: 28). Tidak ada lagi yang dapat memberikan ketenangan dan kepuasan pada diri setiap muslim selain itu.
Itulah sebabnya, orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya memiliki kepuasan jiwa. Hal ini terjadi karena mereka menjauhkan diri dari kejahatan, melawan nafsu jiwa mereka, dan membaktikan diri hanya kepada Allah.
"Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam jamaah hamba-hamba-
Kesimpulannya :
Sebagai manusia biasa kita harus bisa mengenali diri kita sendiri. Tekan terus sisi buruk, dan kembangkan sisi yang baik. Nafsu sangat dibutuhkan manusia, kata kuncinya adalah pengendalian diri. Contoh simpelnya adalah : sudah tahu kalo menunda-nunda zakat akan menyusahkan diri, kenapa nggak sekarang juga walau hanya sedikit.
Sudah tahu, mempunyai nafsu terhadap lawan jenis. Kenapa ndak menikah saja? umur cukup, rizki ada malah pacaran bergaul bebas. Padahal Zina termasuk dosa besar dan wajib `dijauhi' apalagi cedak-cedak gitu :)
Sem0ga bermanfaat :)
- Admin-
http://www.mta-
Pesantren Daarut Tauhiid - Bandung - Jakarta - Batam
====================================================
Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
====================================================
website: http://dtjakarta.or.id/
====================================================
Change settings via the Web (Yahoo! ID required)
Change settings via email: Switch delivery to Daily Digest | Switch format to Traditional
Visit Your Group | Yahoo! Groups Terms of Use | Unsubscribe
Tidak ada komentar:
Posting Komentar