Messages In This Digest (20 Messages)
- 1a.
- Re: (Inspirasi) Terima Kasih Sudah Mengajarkan Aku--Kang Dhani From: ayya fadilla
- 1b.
- Re: (Inspirasi) Terima Kasih Sudah Mengajarkan Aku--Kang Dhani From: fil_ardy
- 1c.
- Re: (Inspirasi) Terima Kasih Sudah Mengajarkan Aku--Kang Dhani From: patisayang
- 1d.
- Re: (Inspirasi) Terima Kasih Sudah Mengajarkan Aku--Kang Dhani From: Ramaditya Skywalker
- 1e.
- Re: (Inspirasi) Terima Kasih Sudah Mengajarkan Aku--Kang Dhani From: fil_ardy
- 2.
- OT: My list of Yahoo Groups :) From: ukhti hazimah
- 3a.
- [rampai] Renungan Indah From: Mujiarto Karuk
- 3b.
- Re: [rampai] Renungan Indah From: Ramaditya Skywalker
- 3c.
- Re: [rampai] Renungan Indah From: Mujiarto Karuk
- 4a.
- Si Burung Merak From: ukhti hazimah
- 4b.
- Re: Si Burung Merak From: patisayang
- 4c.
- Re: Si Burung Merak From: ukhti hazimah
- 5a.
- Re: (Inspirasi) Terima Kasih Sudah Mengajarkan Aku Untuk Menjadi Dew From: patisayang
- 5b.
- Re: (Inspirasi) Terima Kasih Sudah Mengajarkan Aku Untuk Menjadi Dew From: Ramaditya Skywalker
- 6.
- Menjadi Ksatria Jedi Part 4 - Aku dan Guruku From: Ramaditya Skywalker
- 7a.
- Emang "dewasa" itu enak ya? d/h Re: [sekolah-kehidupan] Re: (Inspira From: Nursalam AR
- 7b.
- Re: Emang "dewasa" itu enak ya? d/h Re: [sekolah-kehidupan] Re: (In From: veby
- 7c.
- Re: Emang "dewasa" itu enak ya? d/h Re: [sekolah-kehidupan] Re: (Ins From: Ramaditya Skywalker
- 7d.
- Emang "dewasa" itu enak ya? d/h Re: [sekolah-kehidupan] Re: (Inspir From: novi_ningsih
- 7e.
- Re: Emang "dewasa" itu enak ya?--Mas Veby From: bujang kumbang
Messages
- 1a.
-
Re: (Inspirasi) Terima Kasih Sudah Mengajarkan Aku--Kang Dhani
Posted by: "ayya fadilla" ayyathea@yahoo.co.id ayyathea
Sat Aug 8, 2009 4:04 am (PDT)
hmmm...membaca tulisan Kang Dhani
sy jd ketawa sendiri
kok bisa ya mengkategorikan Fiyan hanya melalui poin-poin itu aja....hehehe
sampai sepuluh lagi...
kurang banyak tuh Kang....
atau saran sy Kang Dhani jd cenayang atu ahli nujum aja
abisnya bisa sebegitunya...
lha sy aja biasa-biasa aja selama ini berkawan dgn Fiyan
Kang Dhani gak belajar dari kejadian sebelum acara Milad SK ya
saling beradu argumen sm Bang Nursalam...
nah ketauan mana yang lebih dewasa...
jgn hanya bisa menilai orang aja.
ya, Kang Dhani memang perfect dihadapan Sahabat SK
tetapi seperfect apapun orang pasti ada setitik noda ato cela
jangan hanya Fiyan toh aja dibuat kategori kedewasaan...hahaha
maaf ya Kang cuman share aja....
--- Pada Sab, 8/8/09, dayat, cendana2000 <dayat_xxx@yahoo.com > menulis:
Dari: dayat, cendana2000 <dayat_xxx@yahoo.com >
Judul: Re: [sekolah-kehidupan] Re: (Inspirasi) Terima Kasih Sudah Mengajarkan Aku Untuk Menjadi Dewasa
Kepada: sekolah-kehidupan@yahoogroups. com
Tanggal: Sabtu, 8 Agustus, 2009, 12:48 PM
bisa jadi kedewasaan seseoarng akan terliahat saat dia menanggapi perkataan seseoarng yang menyatakan bahwa dia tidak dewasa atau childis.
saat ada orang bilang kita tidak dewasa, mana yang lebih dewasa?
- mengajukan banyak sanggahan atau alasan agar pandangan dia berubah sehingga mencabut tuduhanya
- hanya diam, tenang, menanggapinya hanya dengan sebuah senyuman
- atau kita balik serang dia dengan memaparkan wacana2 yg menyudutkan dia bahwa dia juga belum dewasa, atau paling tidak membuat dia merasa bahwa dirinya tidak berhak menvonis orang lain tidak dewasa
mari kita belajar untuk lebih dewasa dalam menilai orang, dan juga mari kita coba untuk lebih dewasa dalam menerima kritik dan penilaian orang...
karena dewasa itu hanya satu "benda", tapi akan berubah jadi bermacam-macam
"benda" saat dilihat dari kaca mata yang berbeda.
New Email addresses available on Yahoo!
Get the Email name you've always wanted on the new @ymail and @rocketmail.
Hurry before someone else does!
Lebih aman saat online. Upgrade ke Internet Explorer 8 baru dan lebih cepat yang dioptimalkan untuk Yahoo! agar Anda merasa lebih aman. Gratis. Dapatkan IE8 di sini!
http://downloads.yahoo.com/ id/internetexplo rer/ - 1b.
-
Re: (Inspirasi) Terima Kasih Sudah Mengajarkan Aku--Kang Dhani
Posted by: "fil_ardy" fil_ardy@yahoo.com fil_ardy
Sat Aug 8, 2009 6:21 am (PDT)
Wah jangan ketawa sendiri ah :D ntar keterusan lagi :p
10 kaatagori itu karena terbatasnya ruang dan waktu,
sahabat sejati itu menampar sahabatnya dari depan, bukan
dari belakang. 10 point itu kan survey berdasarkan tulisan
beliau, yang terakhir :), masih banyak point2 yang tidak --perlu--
saya sebutkan tentang betapa dewasanya, Fiyan. Bahkan saya merasa
fiyan berhak diberi kesempatan.
Wah maaf, cenayang atau ahli nujum itu pekerjaan yang dilarang
agama,haram hukumnya.Masa ente ga tahu sih :p, berarti ente
bukan sahabat yang baik, masa menyarankan orang untuk menjadi
ahli nujum atau cenayang :p, astaghfirullah...
ah, ente sok tau deh, ga tahu kan apa yang sebenarnya terjadi tentang
adu argumen itu :p.. hehehe. Saya memang belum dewasa sepenuhnya tuh, bahkan merasa masih kekanak-kanakan. Tapi saya ga ngaku2 dewasa :D
Tidak ada juga yang menganggap saya perfect, bahkan di depan sahabat2 SK sekalipun.
Btw, kita kenalan dulu ah :) Masa belum apa2 ente dah sok akrab gitu sama saya:) atau janga2 kita emang dah kenal, tapi ente pake alamat email orang. Nah ini tanda2 orang ga dewasa. Hehehe, piss!
Terlepas dari itu semua, di awal saya sudah minta maaf sama fiyan, jika saya memang menyinggung perasaannya. Diterima atau tidak kan itu bisa jadi tolak ukur kedewasaan, kan?
Jadi tolong, siapapun ente, di SK ini kita saling menasihati, bukan saling memusuhi.
Mohon maaf kepada semuanya,
DANI
--- In sekolah-kehidupan@yahoogroups. , ayya fadilla <ayyathea@..com .> wrote:
>
> hmmm...membaca tulisan Kang Dhani
> sy jd ketawa sendiri
> kok bisa ya mengkategorikan Fiyan hanya melalui poin-poin itu aja....hehehe
> sampai sepuluh lagi...
> kurang banyak tuh Kang....
> atau saran sy Kang Dhani jd cenayang atu ahli nujum aja
> abisnya bisa sebegitunya...
> lha sy aja biasa-biasa aja selama ini berkawan dgn Fiyan
> Kang Dhani gak belajar dari kejadian sebelum acara Milad SK ya
> saling beradu argumen sm Bang Nursalam...
> nah ketauan mana yang lebih dewasa...
> jgn hanya bisa menilai orang aja.
> ya, Kang Dhani memang perfect dihadapan Sahabat SK
> tetapi seperfect apapun orang pasti ada setitik noda ato cela
> jangan hanya Fiyan toh aja dibuat kategori kedewasaan...hahaha
> maaf ya Kang cuman share aja....
- 1c.
-
Re: (Inspirasi) Terima Kasih Sudah Mengajarkan Aku--Kang Dhani
Posted by: "patisayang" patisayang@yahoo.com patisayang
Sat Aug 8, 2009 12:42 pm (PDT)
Ayya sayang, seorang 'teman' sah-sah saja membela temannya. Tapi please, pakai cara elegan. Kenapa musti bawa-bawa nama orang lain di luar konteks pembicaraan dan kisah lama yang sudah ditutup lembarannya? Yang belum tentu juga kita tahu dan paham duduk masalah sebenarnya.
Ayya sayang, seorang 'teman' juga akan membela temannya dengan tetap fokus ke kelebihan si teman, bukannya lantas ganti menyerang si pemberi masukan. Itu namanya melebarkan masalah dan justru nggak akan ada habis-habisnya.
Please dua point di atas jangan diulang lain kali kau membela 'teman'.
Ayya, seorang 'teman' yang baik justru lebih bisa melihat kekurangan sahabat atau temannya itu dibanding kelebihan atau biasa-biasanya dia. Dan jika memang dia 'teman ' yang baik, dia akan menguatkan si 'teman' dengan mengambil nilai positif dari penilaian teman-teman 'teman'nya yang lain itu.
So, Ayya sayang, aku tak bermaksud membela siapapun. Tapi siapapun bisa berkaca siapa dewasa siapa tidak tanpa perlu pembelaan segudang 'teman'.
salam,
Indar
yang belum melihat perubahan sikap dari 3 tahun lalu tapi memilih diam.
--- In sekolah-kehidupan@yahoogroups. , ayya fadilla <ayyathea@..com .> wrote:
>
> hmmm...membaca tulisan Kang Dhani
> sy jd ketawa sendiri
> kok bisa ya mengkategorikan Fiyan hanya melalui poin-poin itu aja....hehehe
> sampai sepuluh lagi...
> kurang banyak tuh Kang....
> atau saran sy Kang Dhani jd cenayang atu ahli nujum aja
> abisnya bisa sebegitunya...
> lha sy aja biasa-biasa aja selama ini berkawan dgn Fiyan
> Kang Dhani gak belajar dari kejadian sebelum acara Milad SK ya
> saling beradu argumen sm Bang Nursalam...
> nah ketauan mana yang lebih dewasa...
> jgn hanya bisa menilai orang aja.
> ya, Kang Dhani memang perfect dihadapan Sahabat SK
> tetapi seperfect apapun orang pasti ada setitik noda ato cela
> jangan hanya Fiyan toh aja dibuat kategori kedewasaan...hahaha
> maaf ya Kang cuman share aja....
>
> --- Pada Sab, 8/8/09, dayat, cendana2000 <dayat_xxx@...> menulis:
>
> Dari: dayat, cendana2000 <dayat_xxx@...>
> Judul: Re: [sekolah-kehidupan] Re: (Inspirasi) Terima Kasih Sudah Mengajarkan Aku Untuk Menjadi Dewasa
> Kepada: sekolah-kehidupan@yahoogroups. com
> Tanggal: Sabtu, 8 Agustus, 2009, 12:48 PM
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
> bisa jadi kedewasaan seseoarng akan terliahat saat dia menanggapi perkataan seseoarng yang menyatakan bahwa dia tidak dewasa atau childis.
> saat ada orang bilang kita tidak dewasa, mana yang lebih dewasa?
>
> - mengajukan banyak sanggahan atau alasan agar pandangan dia berubah sehingga mencabut tuduhanya
> - hanya diam, tenang, menanggapinya hanya dengan sebuah senyuman
> - atau kita balik serang dia dengan memaparkan wacana2 yg menyudutkan dia bahwa dia juga belum dewasa, atau paling tidak membuat dia merasa bahwa dirinya tidak berhak menvonis orang lain tidak dewasa
>
> mari kita belajar untuk lebih dewasa dalam menilai orang, dan juga mari kita coba untuk lebih dewasa dalam menerima kritik dan penilaian orang...
> karena dewasa itu hanya satu "benda", tapi akan berubah jadi bermacam-macam
> "benda" saat dilihat dari kaca mata yang berbeda.
>
>
>
>
>
>
> New Email addresses available on Yahoo!
>
> Get the Email name you've always wanted on the new @ymail and @rocketmail.
>
> Hurry before someone else does!
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
> Lebih aman saat online. Upgrade ke Internet Explorer 8 baru dan lebih cepat yang dioptimalkan untuk Yahoo! agar Anda merasa lebih aman. Gratis. Dapatkan IE8 di sini!
> http://downloads.yahoo.com/ id/internetexplo rer/
>
- 1d.
-
Re: (Inspirasi) Terima Kasih Sudah Mengajarkan Aku--Kang Dhani
Posted by: "Ramaditya Skywalker" ramavgm@gmail.com
Sat Aug 8, 2009 3:26 pm (PDT)
"Kalau jadi senayang dan ahli nujum itu haram, jadi Jedi haram nggak ya?"
On 8/9/09, patisayang <patisayang@yahoo.com > wrote:
> Ayya sayang, seorang 'teman' sah-sah saja membela temannya. Tapi please,
> pakai cara elegan. Kenapa musti bawa-bawa nama orang lain di luar konteks
> pembicaraan dan kisah lama yang sudah ditutup lembarannya? Yang belum tentu
> juga kita tahu dan paham duduk masalah sebenarnya.
>
> Ayya sayang, seorang 'teman' juga akan membela temannya dengan tetap fokus
> ke kelebihan si teman, bukannya lantas ganti menyerang si pemberi masukan.
> Itu namanya melebarkan masalah dan justru nggak akan ada habis-habisnya.
>
> Please dua point di atas jangan diulang lain kali kau membela 'teman'.
>
> Ayya, seorang 'teman' yang baik justru lebih bisa melihat kekurangan sahabat
> atau temannya itu dibanding kelebihan atau biasa-biasanya dia. Dan jika
> memang dia 'teman ' yang baik, dia akan menguatkan si 'teman' dengan
> mengambil nilai positif dari penilaian teman-teman 'teman'nya yang lain itu.
>
> So, Ayya sayang, aku tak bermaksud membela siapapun. Tapi siapapun bisa
> berkaca siapa dewasa siapa tidak tanpa perlu pembelaan segudang 'teman'.
>
> salam,
> Indar
> yang belum melihat perubahan sikap dari 3 tahun lalu tapi memilih diam.
>
> --- In sekolah-kehidupan@yahoogroups. , ayya fadilla <ayyathea@..com .> wrote:
>>
>> hmmm...membaca tulisan Kang Dhani
>> sy jd ketawa sendiri
>> kok bisa ya mengkategorikan Fiyan hanya melalui poin-poin itu
>> aja....hehehe
>> sampai sepuluh lagi...
>> kurang banyak tuh Kang....
>> atau saran sy Kang Dhani jd cenayang atu ahli nujum aja
>> abisnya bisa sebegitunya...
>> lha sy aja biasa-biasa aja selama ini berkawan dgn Fiyan
>> Kang Dhani gak belajar dari kejadian sebelum acara Milad SK ya
>> saling beradu argumen sm Bang Nursalam...
>> nah ketauan mana yang lebih dewasa...
>> jgn hanya bisa menilai orang aja.
>> ya, Kang Dhani memang perfect dihadapan Sahabat SK
>> tetapi seperfect apapun orang pasti ada setitik noda ato cela
>> jangan hanya Fiyan toh aja dibuat kategori kedewasaan...hahaha
>> maaf ya Kang cuman share aja....
>>
>> --- Pada Sab, 8/8/09, dayat, cendana2000 <dayat_xxx@...> menulis:
>>
>> Dari: dayat, cendana2000 <dayat_xxx@...>
>> Judul: Re: [sekolah-kehidupan] Re: (Inspirasi) Terima Kasih Sudah
>> Mengajarkan Aku Untuk Menjadi Dewasa
>> Kepada: sekolah-kehidupan@yahoogroups. com
>> Tanggal: Sabtu, 8 Agustus, 2009, 12:48 PM
>>
>>
>>
>>
>>
>>
>>
>>
>>
>>
>>
>>
>> bisa jadi kedewasaan seseoarng akan terliahat saat dia
>> menanggapi perkataan seseoarng yang menyatakan bahwa dia tidak dewasa atau
>> childis.
>> saat ada orang bilang kita tidak dewasa, mana yang lebih dewasa?
>>
>> - mengajukan banyak sanggahan atau alasan agar pandangan dia berubah
>> sehingga mencabut tuduhanya
>> - hanya diam, tenang, menanggapinya hanya dengan sebuah senyuman
>> - atau kita balik serang dia dengan memaparkan wacana2 yg menyudutkan dia
>> bahwa dia juga belum dewasa, atau paling tidak membuat dia merasa bahwa
>> dirinya tidak berhak menvonis orang lain tidak dewasa
>>
>> mari kita belajar untuk lebih dewasa dalam menilai orang, dan juga mari
>> kita coba untuk lebih dewasa dalam menerima kritik dan penilaian orang...
>> karena dewasa itu hanya satu "benda", tapi akan berubah jadi
>> bermacam-macam
>> "benda" saat dilihat dari kaca mata yang berbeda.
>>
>>
>>
>>
>>
>>
>> New Email addresses available on Yahoo!
>>
>> Get the Email name you've always wanted on the new @ymail and @rocketmail.
>>
>> Hurry before someone else does!
>>
>>
>>
>>
>>
>>
>>
>>
>>
>>
>>
>>
>>
>>
>>
>>
>>
>>
>>
>>
>>
>>
>>
>>
>>
>> Lebih aman saat online. Upgrade ke Internet Explorer 8 baru dan
>> lebih cepat yang dioptimalkan untuk Yahoo! agar Anda merasa lebih aman.
>> Gratis. Dapatkan IE8 di sini!
>> http://downloads.yahoo.com/ id/internetexplo rer/
>>
>
>
>
--
"Ramaditya Skywalker: The Indonesian game music lover"
- Eko Ramaditya Adikara
http://www.ramaditya.com
- 1e.
-
Re: (Inspirasi) Terima Kasih Sudah Mengajarkan Aku--Kang Dhani
Posted by: "fil_ardy" fil_ardy@yahoo.com fil_ardy
Sat Aug 8, 2009 6:46 pm (PDT)
kalo mas Rama jadi Jedinya
saya jadi the force-nya deh
hehehe. Kalo sekedera hobby
sih ya nda papa, asal jangan
jadi jedi beneran aja. heuheu
DANI
--- In sekolah-kehidupan@yahoogroups. , Ramaditya Skywalker <ramavgm@...com > wrote:
>
> "Kalau jadi senayang dan ahli nujum itu haram, jadi Jedi haram nggak ya?"
>
- 2.
-
OT: My list of Yahoo Groups :)
Posted by: "ukhti hazimah" sinthionk@yahoo.com sinthionk
Sat Aug 8, 2009 5:30 am (PDT)
Hi everyone,
Hope this is ok to post here... You can see a list of my groups on Grouply at
the link below. Maybe you'll find some you want to join.
ukhti
Here's the link:
http://www.grouply.com/register? tmg=3452168& amp;vt=84479846
====================
This message was posted by a fellow group member who uses Grouply instead of
email to access this group. Grouply blocks additional invitations from being
sent to this group by anyone for 30 days. Group owners can permanently block
future invitations. For more on how Grouply maintains privacy and protects you,
see http://blog.grouply.com/ .protect/
- 3a.
-
[rampai] Renungan Indah
Posted by: "Mujiarto Karuk" mkaruk@yahoo.com mkaruk
Sat Aug 8, 2009 8:52 am (PDT)
W.S.
Rendra
Seringkali aku berkata,
Ketika semua orang memuji milikku
Bahwa sesungguhnya ini
hanyalah titipan
Bahwa mobilku hanyalah
titipan-Nya
Bahwa rumahku hanyalah titipan-Nya
Bahwa hartaku hanyalah titipan-Nya
Bahwa putraku hanyalah titipan-Nya
Tetapi, mengapa aku tak pernah bertanya
: mengapa Dia menitipkan padaku ???
Untuk apa Dia menitipkan ini padaku ???
Dan kalau bukan milikku, apa yang harus
kulakukan untuk milik-Nya itu ???
Adakah aku memiliki hak atas sesuatu yang bukan milikku ?
Mengapa hatiku justru terasa berat, ketika
titipan itu diminta kembali oleh-Nya ?
Ketika diminta kembali, kusebut itu sebagai musibah
Kusebut itu sebagai ujian, kusebut itu sebagai petaka
Kusebut itu sebagai panggilan apa saja untuk melukiskan kalau itu adalah derita
Ketika aku berdoa, kuminta titipan yang cocok dengan hawa nafsuku
Aku ingin lebih banyak harta, ingin lebih banyak mobil,
lebih banyak popularitas, dan
kutolak sakit, kutolak kemiskinan, seolah semua
"derita" adalah hukum bagiku
Seolah keadilan dan kasih-Nya harus berjalan seperti matematika :
aku rajin beribadah, maka selayaknyalah derita menjauh
dariku, dan nikmat dunia kerap menghampiriku.
Kuperlakukan Dia seolah mitra dagang, dan bukan kekasih
Kuminta Dia membalas "perlakuan baikku", dan menolak keputusan-Nya
yang tak sesuai keinginanku
Gusti, padahal tiap hari kuucapkan, hidup dan matiku hanya untuk beribadah.
"Ketika langit dan bumi bersatu, bencana dan keberuntungan sama
saja".....
Semoga bermanfaat..!!!
- 3b.
-
Re: [rampai] Renungan Indah
Posted by: "Ramaditya Skywalker" ramavgm@gmail.com
Sat Aug 8, 2009 9:03 am (PDT)
Dear all,
Renungan di atas memberi kita pelajaran untuk dapat lebih ikhlas dan
legawa dalam menyikapi segala yang datang dan pergi di hadapan kita.
Barangkali tak akan sempurna, tapi setidaknya renungan itu dapat
meringankan beban hati kita yang selama ini mungkin telah keliru
menganggap barang titipan itu sebagai HM alias hak milik.
Insya Allah segalanya akan lebih ringan saat kita berserah pada yang
punya. Karena, satu-satunya hak yang kita miliki adalah cinta-Nya...
On 8/8/09, Mujiarto Karuk <mkaruk@yahoo.com > wrote:
> W.S.
> Rendra
>
>
>
> Seringkali aku berkata,
>
> Ketika semua orang memuji milikku
>
> Bahwa sesungguhnya ini
>
> hanyalah titipan
>
> Bahwa mobilku hanyalah
> titipan-Nya
>
> Bahwa rumahku hanyalah titipan-Nya
>
> Bahwa hartaku hanyalah titipan-Nya
>
> Bahwa putraku hanyalah titipan-Nya
>
> Tetapi, mengapa aku tak pernah bertanya
> : mengapa Dia menitipkan padaku ???
>
> Untuk apa Dia menitipkan ini padaku ???
> Dan kalau bukan milikku, apa yang harus
> kulakukan untuk milik-Nya itu ???
>
> Adakah aku memiliki hak atas sesuatu yang bukan milikku ?
>
> Mengapa hatiku justru terasa berat, ketika
> titipan itu diminta kembali oleh-Nya ?
>
> Ketika diminta kembali, kusebut itu sebagai musibah
>
> Kusebut itu sebagai ujian, kusebut itu sebagai petaka
>
> Kusebut itu sebagai panggilan apa saja untuk melukiskan kalau itu adalah
> derita
>
> Ketika aku berdoa, kuminta titipan yang cocok dengan hawa nafsuku
>
> Aku ingin lebih banyak harta, ingin lebih banyak mobil,
>
> lebih banyak popularitas, dan
>
> kutolak sakit, kutolak kemiskinan, seolah semua
>
> "derita" adalah hukum bagiku
>
> Seolah keadilan dan kasih-Nya harus berjalan seperti matematika :
>
> aku rajin beribadah, maka selayaknyalah derita menjauh
>
> dariku, dan nikmat dunia kerap menghampiriku.
>
> Kuperlakukan Dia seolah mitra dagang, dan bukan kekasih
>
> Kuminta Dia membalas "perlakuan baikku", dan menolak keputusan-Nya
> yang tak sesuai keinginanku
>
> Gusti, padahal tiap hari kuucapkan, hidup dan matiku hanya untuk beribadah.
>
> "Ketika langit dan bumi bersatu, bencana dan keberuntungan sama
> saja".....
>
>
> Semoga bermanfaat..!!!
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
--
"Ramaditya Skywalker: The Indonesian game music lover"
- Eko Ramaditya Adikara
http://www.ramaditya.com
- 3c.
-
Re: [rampai] Renungan Indah
Posted by: "Mujiarto Karuk" mkaruk@yahoo.com mkaruk
Sat Aug 8, 2009 9:15 am (PDT)
Aamiin Yarobbal Alamiin
Salam
Mujiarto Karuk
--- On Sat, 8/8/09, Ramaditya Skywalker <ramavgm@gmail.com > wrote:
From: Ramaditya Skywalker <ramavgm@gmail.com >
Subject: Re: [sekolah-kehidupan] [rampai] Renungan Indah
To: sekolah-kehidupan@yahoogroups. com
Date: Saturday, August 8, 2009, 11:02 PM
Dear all,
Renungan di atas memberi kita pelajaran untuk dapat lebih ikhlas dan
legawa dalam menyikapi segala yang datang dan pergi di hadapan kita.
Barangkali tak akan sempurna, tapi setidaknya renungan itu dapat
meringankan beban hati kita yang selama ini mungkin telah keliru
menganggap barang titipan itu sebagai HM alias hak milik.
Insya Allah segalanya akan lebih ringan saat kita berserah pada yang
punya. Karena, satu-satunya hak yang kita miliki adalah cinta-Nya...
On 8/8/09, Mujiarto Karuk <mkaruk@yahoo. com> wrote:
> W.S.
> Rendra
>
>
>
> Seringkali aku berkata,
>
> Ketika semua orang memuji milikku
>
> Bahwa sesungguhnya ini
>
> hanyalah titipan
>
> Bahwa mobilku hanyalah
> titipan-Nya
>
> Bahwa rumahku hanyalah titipan-Nya
>
> Bahwa hartaku hanyalah titipan-Nya
>
> Bahwa putraku hanyalah titipan-Nya
>
> Tetapi, mengapa aku tak pernah bertanya
> : mengapa Dia menitipkan padaku ???
>
> Untuk apa Dia menitipkan ini padaku ???
> Dan kalau bukan milikku, apa yang harus
> kulakukan untuk milik-Nya itu ???
>
> Adakah aku memiliki hak atas sesuatu yang bukan milikku ?
>
> Mengapa hatiku justru terasa berat, ketika
> titipan itu diminta kembali oleh-Nya ?
>
> Ketika diminta kembali, kusebut itu sebagai musibah
>
> Kusebut itu sebagai ujian, kusebut itu sebagai petaka
>
> Kusebut itu sebagai panggilan apa saja untuk melukiskan kalau itu adalah
> derita
>
> Ketika aku berdoa, kuminta titipan yang cocok dengan hawa nafsuku
>
> Aku ingin lebih banyak harta, ingin lebih banyak mobil,
>
> lebih banyak popularitas, dan
>
> kutolak sakit, kutolak kemiskinan, seolah semua
>
> "derita" adalah hukum bagiku
>
> Seolah keadilan dan kasih-Nya harus berjalan seperti matematika :
>
> aku rajin beribadah, maka selayaknyalah derita menjauh
>
> dariku, dan nikmat dunia kerap menghampiriku.
>
> Kuperlakukan Dia seolah mitra dagang, dan bukan kekasih
>
> Kuminta Dia membalas "perlakuan baikku", dan menolak keputusan-Nya
> yang tak sesuai keinginanku
>
> Gusti, padahal tiap hari kuucapkan, hidup dan matiku hanya untuk beribadah.
>
> "Ketika langit dan bumi bersatu, bencana dan keberuntungan sama
> saja".....
>
>
> Semoga bermanfaat.. !!!
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
--
"Ramaditya Skywalker: The Indonesian game music lover"
- Eko Ramaditya Adikara
http://www.ramadity a.com
- 4a.
-
Si Burung Merak
Posted by: "ukhti hazimah" ukhtihazimah@yahoo.com ukhtihazimah
Sat Aug 8, 2009 9:46 am (PDT)
Willibrordus Surendra Broto Rendra, yang familiar dengan panggilan WS. Rendra. Ataupun oleh kaum sastra dikenal dengan julukan si Burung Merak. Saya tidak pernah bersentuhan secara langsung dengan beliau, bahkan hingga saat ini, saya hanya mengenal 2 buah karya puisinya. Saya yang terbilang tidak terlalu bisa memahami puisi, dibuat terpesona dengan kesederhanaan kata, yang sama sekali tidak menggugurkan kedalaman makna, terasa membalut kedua puisi ini. Lewat dua puisi ini saya mendapat renungan yang amat mendalam. Lewat puisi yang berjudul "Sering Kali Aku Berkata", beliau menuangkan kegelisahan atas kemunafikan seorang hamba.
Sering kali aku berkata
[WS. Rendra]
Sering kali aku berkata,
ketika orang memuji milikku,
bahwa sesungguhnya ini hanya titipan,
bahwa mobilku hanya titipan-Nya,
bahwa rumahku hanya titipan-Nya,
bahwa hartaku hanya titipan-Nya,
bahwa anakku hanya titipan-Nya,
tetapi,
mengapa aku tak pernah bertanya,
mengapa Dia menitipkannya padaku?
untuk apa Dia menitipkan ini padaku?
dan kalau bukan milikku,
apa yang harus kulakukan
untuk milik-Nya ini?
adakah aku memiliki hak atas
sesuatu yang bukan milikku?
mengapa hatiku justru terasa berat,
ketika titipan
itu diminta kembali oleh-Nya ?
Ketika diminta kembali,
kusebut itu sebagai musibah,
kusebut itu sebagai ujian,
kusebut itu sebagai petaka,
kusebut dengan panggilan apa saja
untuk melukiskan bahwa itu adalah "derita".
ketika aku berdoa,
kuminta titipan yang cocok
dengan hawa nafsuku,
aku ingin lebih banyak harta,
ingin lebih banyak mobil,
lebih banyak rumah,
lebih banyak popularitas, dan kutolak sakit,
kutolak kemiskinan,
Seolah .
semua "derita" adalah hukuman bagiku.
Seolah .
keadilan dan kasih-Nya harus
berjalan seperti matematika
aku rajin beribadah,
maka selayaknyalah derita menjauh dariku,
dan Nikmat dunia kerap menghampiriku.
kuperlakukan Dia seolah mitra dagang,
dan bukan Kekasih.
kuminta Dia membalas "perlakuan baikku",
dan menolak keputusan-Nya yang tak
sesuai keinginanku,
Gusti,
padahal tiap hari kuucapkan,
hidup dan matiku hanyalah untuk beribadah.
"ketika langit dan bumi bersatu,
bencana dan keberuntungan sama saja"
***
Satu lagi puisi yang membuat saya terpikat adalah "Sajak Seorang Tua Untuk Istrinya". Saya lupa bagaimana awal mula percakapan yang tiba-tiba membuat seorang teman menawariku mp3 yang berisikan audio pembacaan Sajak Seorang Tua Untuk Istrinya oleh WS. Rendra. Suara lantang, ekspresif sekaligus berjiwa adalah "rasa" yang saya dapat ketika mendengarkan beliau berpuisi. Puisi--yang menurut saya--romantis ini, memberikan lecutan semangat, bahwa kita bukan debu meski kita telah reyot, tua renta dan kelabu, Kita adalah kepribadian, Dan harga kita adalah kehormatan kita...
Sajak Seorang Tua Untuk Istrinya
[WS. Rendra]
Aku tulis sajak ini, untuk menghibur hatimu
Sementara kau kenangkan encokmu
Kenangkanlah pula masa remaja kita yang gemilang
Dan juga masa depan kita, yang hampir rampung
Dan dengan lega akan kita lunaskan
Kita tidaklah sendiri dan terasing dengan nasib kita
Karena soalnya adalah hukum sejarah kehidupan
Suka duka kita bukanlah istimewa
Karena setiap orang mengalaminya
Hidup tidaklah untuk mengeluh dan mengaduh
Hidup adalah untuk mengolah hidup
Bekerja membalik tanah
Memasuki rahasia langit dan samudra
Serta mencipta dan mengukir dunia
Kita, menyandang tugas
Karena tugas adalah tugas
Bukannya demi sorga atau neraka
Tetapi demi kehormatan seorang manusia!
Karena sesungguhnya, kita bukan debu
Meski kita telah reyot, tua renta dan kelabu
Kita adalah kepribadian
Dan harga kita adalah kehormatan kita...
Tolehlah lagi kebelakang
Ke masa silam yang tak seorangpun kuasa menghapuskannya
Lihatlah! Betapa tahun tahun kita penuh warna
Sembilan puluh tahun yang dibelai napas kita
Sembilan puluh tahun yang selalu bangkit
Melewatkan tahun tahun lama yang porak poranda
Dan kenangkanlah pula,
Bagaimana kita dahulu tersenyum senantiasa
Menghadapi langit dan bumi
Dan juga...nasib kita
Kita tersenyum bukanlah karena bersandiwara
Bukan karena senyuman adalah satu kedok
Tetapi karena senyuman adalah satu sikap
Sikap kita untuk Tuhan, manusia sesama, nasib, dan...kehidupan
Lihatlah! Sembilan puluh tahun penuh warna
Kenangkanlah, bahwa kita telah selalu menolak menjadi korban
Kita menjadi goyah dan bongkok
Karena usia nampaknya lebih kuat dari kita
Tapi, bukan karena kita telah terkalahkan!
Aku tulis sajak ini, untuk menghibur hatimu
Sementara kamu kenangkan encokmu
Kenangkanlah pula,
Bahwa kita ditantang seratus dewa!
:sinta:
"Keindahan selalu hadir saat manusia berpikir positif"
BloG aKu & buKu
http://jendelakumenatapdunia. blogspot. com
BloG RaMe-RaMe
http://sinthionk.multiply. com
BloG PenGuMPuL CataTaN
http://sinthionk.rezaervani. com
YM : SINTHIONK
- 4b.
-
Re: Si Burung Merak
Posted by: "patisayang" patisayang@yahoo.com patisayang
Sat Aug 8, 2009 12:25 pm (PDT)
Wik, kereennnn Sin. Thanks banyak ya. Yap, akupun mendapat pencerahan dari baris-baris kalimat ini.
Jadi mbayangin, bisa sampai ke usia tua dan encoken nggak ya? :)
salam,
Indar
yang juga tak pernah bersentuhan langsung dengan beliau.
ada tulisan bagus Cak Nun tentang beliau di Kompas kemarin.
--- In sekolah-kehidupan@yahoogroups. , ukhti hazimah <ukhtihazimah@com ...> wrote:
>
> Sering kali aku berkata
> [WS. Rendra]
>
> Sering kali aku berkata,
> ketika orang memuji milikku,
> bahwa sesungguhnya ini hanya titipan,
> bahwa mobilku hanya titipan-Nya,
> bahwa rumahku hanya titipan-Nya,
> bahwa hartaku hanya titipan-Nya,
> bahwa anakku hanya titipan-Nya,
>
> tetapi,
>
> mengapa aku tak pernah bertanya,
> mengapa Dia menitipkannya padaku?
> untuk apa Dia menitipkan ini padaku?
> dan kalau bukan milikku,
> apa yang harus kulakukan
> untuk milik-Nya ini?
>
> adakah aku memiliki hak atas
> sesuatu yang bukan milikku?
> mengapa hatiku justru terasa berat,
> ketika titipan
> itu diminta kembali oleh-Nya ?
>
> Ketika diminta kembali,
> kusebut itu sebagai musibah,
> kusebut itu sebagai ujian,
> kusebut itu sebagai petaka,
> kusebut dengan panggilan apa saja
> untuk melukiskan bahwa itu adalah "derita".
>
> ketika aku berdoa,
> kuminta titipan yang cocok
> dengan hawa nafsuku,
> aku ingin lebih banyak harta,
> ingin lebih banyak mobil,
> lebih banyak rumah,
> lebih banyak popularitas, dan kutolak sakit,
> kutolak kemiskinan,
>
> Seolah .
>
> semua "derita" adalah hukuman bagiku.
>
> Seolah .
>
> keadilan dan kasih-Nya harus
> berjalan seperti matematika
>
> aku rajin beribadah,
> maka selayaknyalah derita menjauh dariku,
> dan Nikmat dunia kerap menghampiriku.
> kuperlakukan Dia seolah mitra dagang,
> dan bukan Kekasih.
>
> kuminta Dia membalas "perlakuan baikku",
> dan menolak keputusan-Nya yang tak
> sesuai keinginanku,
>
> Gusti,
> padahal tiap hari kuucapkan,
> hidup dan matiku hanyalah untuk beribadah.
> "ketika langit dan bumi bersatu,
> bencana dan keberuntungan sama saja"
>
> ***
>
> Sajak Seorang Tua Untuk Istrinya
> [WS. Rendra]
>
> Aku tulis sajak ini, untuk menghibur hatimu
> Sementara kau kenangkan encokmu
> Kenangkanlah pula masa remaja kita yang gemilang
> Dan juga masa depan kita, yang hampir rampung
> Dan dengan lega akan kita lunaskan
>
> Kita tidaklah sendiri dan terasing dengan nasib kita
> Karena soalnya adalah hukum sejarah kehidupan
> Suka duka kita bukanlah istimewa
> Karena setiap orang mengalaminya
>
> Hidup tidaklah untuk mengeluh dan mengaduh
> Hidup adalah untuk mengolah hidup
> Bekerja membalik tanah
> Memasuki rahasia langit dan samudra
> Serta mencipta dan mengukir dunia
> Kita, menyandang tugas
>
> Karena tugas adalah tugas
> Bukannya demi sorga atau neraka
> Tetapi demi kehormatan seorang manusia!
>
> Karena sesungguhnya, kita bukan debu
> Meski kita telah reyot, tua renta dan kelabu
> Kita adalah kepribadian
> Dan harga kita adalah kehormatan kita...
>
> Tolehlah lagi kebelakang
> Ke masa silam yang tak seorangpun kuasa menghapuskannya
> Lihatlah! Betapa tahun tahun kita penuh warna
> Sembilan puluh tahun yang dibelai napas kita
> Sembilan puluh tahun yang selalu bangkit
> Melewatkan tahun tahun lama yang porak poranda
>
> Dan kenangkanlah pula,
> Bagaimana kita dahulu tersenyum senantiasa
> Menghadapi langit dan bumi
> Dan juga...nasib kita
>
> Kita tersenyum bukanlah karena bersandiwara
> Bukan karena senyuman adalah satu kedok
> Tetapi karena senyuman adalah satu sikap
> Sikap kita untuk Tuhan, manusia sesama, nasib, dan...kehidupan
>
> Lihatlah! Sembilan puluh tahun penuh warna
> Kenangkanlah, bahwa kita telah selalu menolak menjadi korban
> Kita menjadi goyah dan bongkok
> Karena usia nampaknya lebih kuat dari kita
> Tapi, bukan karena kita telah terkalahkan!
>
> Aku tulis sajak ini, untuk menghibur hatimu
> Sementara kamu kenangkan encokmu
> Kenangkanlah pula,
> Bahwa kita ditantang seratus dewa!
>
>
>
- 4c.
-
Re: Si Burung Merak
Posted by: "ukhti hazimah" ukhtihazimah@yahoo.com ukhtihazimah
Sat Aug 8, 2009 7:06 pm (PDT)
Iya mbk, kuakui ni puisi keren...buatku yang kemampuan mencerna puisinya rada cethek, puisi ini ngasih makna yang mancep jep dah huehehehe.... kisah, puisi atau apapun tentang romantika masa tua lebih menyenangkan buat dinikmati daripada masa muda.
btw, judul tulisan'e cak nun opo tho mbak? aku buka kompas online, buanyaaaaaaaaakkk tulisan tentang Rendra
:sinta:
"Keindahan selalu hadir saat manusia berpikir positif"
BloG aKu & buKu
http://jendelakumenatapdunia. blogspot. com
BloG RaMe-RaMe
http://sinthionk.multiply. com
BloG PenGuMPuL CataTaN
http://sinthionk.rezaervani. com
YM : SINTHIONK
--- On Sat, 8/8/09, patisayang <patisayang@yahoo.com > wrote:
From: patisayang <patisayang@yahoo.com >
Subject: [sekolah-kehidupan] Re: Si Burung Merak
To: sekolah-kehidupan@yahoogroups. com
Date: Saturday, August 8, 2009, 7:24 PM
Wik, kereennnn Sin. Thanks banyak ya. Yap, akupun mendapat pencerahan dari baris-baris kalimat ini.
Jadi mbayangin, bisa sampai ke usia tua dan encoken nggak ya? :)
salam,
Indar
yang juga tak pernah bersentuhan langsung dengan beliau.
ada tulisan bagus Cak Nun tentang beliau di Kompas kemarin.
- 5a.
-
Re: (Inspirasi) Terima Kasih Sudah Mengajarkan Aku Untuk Menjadi Dew
Posted by: "patisayang" patisayang@yahoo.com patisayang
Sat Aug 8, 2009 1:14 pm (PDT)
Dini hari ini rencanaku mau nulis tentang seorang ibu yang diajarkan untuk dewasa oleh anak-anaknya. Tapi, membaca postingan tentang kedewasaan ini ada sesuatu yang menggelitik hati.
Ada beberapa point yang kusepakati, kutangkap dan ingin kubagi.
1. Dewasa itu bukanlah sesuatu menurut anggapan kita sendiri. Dewasa adalah dengan berkaca pada orang lain. Sebanyak mungkin, lalu dengan legowo menerima merah putih hitam biru hasilnya. Tidak lantas membuat pembelaan diri. Kita tak pernah tahu siapa diri kita, sikap kita, hingga orang lain yang mengatakannya karena mereka bisa lebih obyektif sekaligus subyektif melihatnya.
Contoh, aku tak pernah merasa tomboy. Tapi orang di sekitarku bilang begitu demi melihat ketidaklaziman tingkah perempuan yang kutunjukkan misal suka manjat pohon, dll.
2. Sudah dewasa adalah bisa mengubah sikap dari 3 tahun lalu yang sekiranya kurang positif di mata orang lain. Dan ini butuh jiwa besar untuk menerima kritikan terlebih dahulu. Penerimaan itu dengan segenap hati, direnungkan, lalu diamalkan. Bukan sekedar kata-kata maaf di akhir tulisan.
3. Dewasa adalah berbicara sesuai konteks yang dibicarakn, bukannya melebar kemana-mana. Apalagi membawa-bawa nama orang lainyang belum tentu orangnya senang dibawa-bawa.
4. Dewasa adalah juga membiarkan saja si childish merasa sok dewasa jika apa yang kita katakan justru akan membuatnya meradang. Ada sesuatu yang bisa kita ubah, ada pula yang sebaiknya kita diamkan bahkan dihindari saja.--> pada beberapa kasus aku memilih untuk diam dan menghindar. `Wadah' orang memang tak sama, Bro.
5. Dewasa adalah sebaiknya memberi masukan positif meski dalam bentuk kritikan tidak di depan orang lain.
6. Dewasa adalah bisa melihat diri dengan cara pandang positif. Bukannya merendahkan diri dengan `siapa saya' di satu sisi tapi tak bisa menerima `siapa saya' di mata orang lainnya.
7. Dewasa adalah bisa juga membaca apa yang tersirat. Misal, jika ada seorang perempuan mengatakan `kata teman-teman', itu bisa dibaca dia pun sebenarnya merasakan sama, hanya tak ingin menyakiti hati orang yang diajaknya bicara ini pengalaman dan pengetahuanku sebagai seorang perempuan lho. Kalau laki-laki, setahuku nggak bakalan atas nama orang lain dalam menyampaikan pendapatnya.
8. Dewasa adalah mempergunakan ilmu atau pengetahuannya untuk kebaikannya, kemanfaatannya. Bukan untuk melegitimasi tindakan atau pembelaan diri semata.
Sudah, segitu aja. Mohon dibaca dengan hati. It's because I love you full! :)
salam,
Indar yang lagi kedinginan meski topiknya hangat n sudah ditemani satu mug kopi jahe.
--- In sekolah-kehidupan@yahoogroups. , fiyan arjun <fiyanarjun@com ...> wrote:
>
> *Terima Kasih Sudah Mengajarkan Aku Untuk Menjadi Dewasa*
>
> *Fiyan `Anju' Arjun*
>
> * *
>
- 5b.
-
Re: (Inspirasi) Terima Kasih Sudah Mengajarkan Aku Untuk Menjadi Dew
Posted by: "Ramaditya Skywalker" ramavgm@gmail.com
Sat Aug 8, 2009 3:32 pm (PDT)
Insya Allah apa yang telah disampaikan Mbak Indar dan rekan-rekan bisa
berguna buat kita semua. Namanya teman, mari kita saling mengingatkan.
Btw, mau ditemenin nggak, Mbak Indar?
On 8/9/09, patisayang <patisayang@yahoo.com > wrote:
> Dini hari ini rencanaku mau nulis tentang seorang ibu yang diajarkan untuk
> dewasa oleh anak-anaknya. Tapi, membaca postingan tentang kedewasaan ini ada
> sesuatu yang menggelitik hati.
>
> Ada beberapa point yang kusepakati, kutangkap dan ingin kubagi.
>
> 1. Dewasa itu bukanlah sesuatu menurut anggapan kita sendiri. Dewasa adalah
> dengan berkaca pada orang lain. Sebanyak mungkin, lalu dengan legowo
> menerima merah putih hitam biru hasilnya. Tidak lantas membuat pembelaan
> diri. Kita tak pernah tahu siapa diri kita, sikap kita, hingga orang lain
> yang mengatakannya karena mereka bisa lebih obyektif sekaligus subyektif
> melihatnya.
> Contoh, aku tak pernah merasa tomboy. Tapi orang di sekitarku bilang begitu
> demi melihat ketidaklaziman tingkah perempuan yang kutunjukkan misal suka
> manjat pohon, dll.
>
> 2. Sudah dewasa adalah bisa mengubah sikap dari 3 tahun lalu yang sekiranya
> kurang positif di mata orang lain. Dan ini butuh jiwa besar untuk menerima
> kritikan terlebih dahulu. Penerimaan itu dengan segenap hati, direnungkan,
> lalu diamalkan. Bukan sekedar kata-kata maaf di akhir tulisan.
>
> 3. Dewasa adalah berbicara sesuai konteks yang dibicarakn, bukannya melebar
> kemana-mana. Apalagi membawa-bawa nama orang lainyang belum tentu
> orangnya senang dibawa-bawa.
>
>
> 4. Dewasa adalah juga membiarkan saja si childish merasa sok dewasa jika apa
> yang kita katakan justru akan membuatnya meradang. Ada sesuatu yang bisa
> kita ubah, ada pula yang sebaiknya kita diamkan bahkan dihindari saja.-->
> pada beberapa kasus aku memilih untuk diam dan menghindar. `Wadah' orang
> memang tak sama, Bro.
>
> 5. Dewasa adalah sebaiknya memberi masukan positif meski dalam bentuk
> kritikan tidak di depan orang lain.
>
> 6. Dewasa adalah bisa melihat diri dengan cara pandang positif. Bukannya
> merendahkan diri dengan `siapa saya' di satu sisi tapi tak bisa menerima
> `siapa saya' di mata orang lainnya.
>
>
> 7. Dewasa adalah bisa juga membaca apa yang tersirat. Misal, jika ada
> seorang perempuan mengatakan `kata teman-teman', itu bisa dibaca dia pun
> sebenarnya merasakan sama, hanya tak ingin menyakiti hati orang yang
> diajaknya bicara ini pengalaman dan pengetahuanku sebagai seorang
> perempuan lho. Kalau laki-laki, setahuku nggak bakalan atas nama orang lain
> dalam menyampaikan pendapatnya.
>
> 8. Dewasa adalah mempergunakan ilmu atau pengetahuannya untuk kebaikannya,
> kemanfaatannya. Bukan untuk melegitimasi tindakan atau pembelaan diri
> semata.
>
> Sudah, segitu aja. Mohon dibaca dengan hati. It's because I love you full!
> :)
>
> salam,
> Indar yang lagi kedinginan meski topiknya hangat n sudah ditemani satu mug
> kopi jahe.
>
>
> --- In sekolah-kehidupan@yahoogroups. , fiyan arjun <fiyanarjun@com ...>
> wrote:
>>
>> *Terima Kasih Sudah Mengajarkan Aku Untuk Menjadi Dewasa*
>>
>> *Fiyan `Anju' Arjun*
>>
>> * *
>>
>
>
>
--
"Ramaditya Skywalker: The Indonesian game music lover"
- Eko Ramaditya Adikara
http://www.ramaditya.com
- 6.
-
Menjadi Ksatria Jedi Part 4 - Aku dan Guruku
Posted by: "Ramaditya Skywalker" ramavgm@gmail.com
Sat Aug 8, 2009 3:34 pm (PDT)
--
"Ramaditya Skywalker: The Indonesian game music lover"
- Eko Ramaditya Adikara
http://www.ramaditya.com
Original link (artikel dan gambar):
http://ramaditya.multiply. com/photos/ album/29/ Menjadi_Ksatria_ Jedi_Part_ 4_Guruku. ..
Aku dan guruku, Jedi Knight dan Jedi Master, kini berdiri tegak saling
berhadapan dengan lightsaber menyala terang di genggaman tangan.
Dengan semangat
berkobar-kobar, aku siap menerima pelajaran berikutnya dari guruku.
Dengan ketenangan yang sungguh anggun, guruku pun siap memberikan
bimbingan terbaiknya
untukku...
Latihan pun dimulai...!
Aku menerjang maju. Dengan segenap tenaga, kuayunkan lightsaberku ke
arah tubuh mungil guruku. Namun, yang dituju tetap berdiri tenang
tanpa bergeming
sedikit pun. Tiba-tiba, saat lightsaberku hendak membabat tubuhnya,
dengan gerakan secepat kilat, lightsaber guruku berputar satu kali dan
membentuk benteng
pertahanan horizontal, yang membuat dua lightsaber bertemu dan saling
mendorong di udara. Seketika itu juga, cahaya biru lightsaberku dan
ungu lightsaber
guruku menari di langit malam, disertai suara dengungan keras dan
percikan energi listrik yang timbul akibat aksi dorong-mendorong dua
sumber energi yang
sama-sama punya kemampuan lebih dari cukup untuk meluluh lantakkan apa
pun yang menghalangi pergerakannya.
Begitulah kira-kira gambaran fiksi latihan yang diberikan guruku
padaku. Sebuah simbolisasi penggemblengan fisik dan mental yang
menurutku paling rinci
menggambarkan betapa apa yang diajarkan oleh guruku adalah hal yang
tidak mudah dan menuntut kekuatan serta ketangguhan besar. Sebuah
pelajaran, yang menurut
petuah guruku, adalah untuk kebaikan dan keberhasilanku...
"Ya, sudah ada kemajuan. Kau adalah orang yang cepat belajar,"
komentar guruku sambil menepuk-nepuk pundakku saat kami menyudahi
sebuah latihan di suatu
malam. Aku tersenyum, bukan karena bangga atas apa yang telah
kuperoleh, tapi bersyukur karena aku telah dipertemukan dengan seorang
Jedi Master seperti
dia. Seorang yang sangat kucintai sekaligus kukagumi, yang telah
menjadikan aku "berubah" dari aku yang dulu, sebelum bertemu
dengannya.
Aku teringat akan masa-masa pertama latihanku. Di saat itu, guruku
yang paling antusias menurunkan salah satu jurus andalannya. Sebuah
jurus yang telah
merubah penampilan fisikku menjadi jauh lebih baik.
"Biar kupotong rambutmu dengan gaya yang berbeda. Oh ya, kenakan topi
ini untuk memberi sentuhan gaya sekaligus melindungi rambutmu saat kau
di perjalanan!
Kalau pergi sambil santai, kenakan kaus dan celana jeans. Tapi ingat!
Tanggalkan topi saat bertemu dengan orang yang kau hormati, dan
setelan kemeja plus
celana bahan adalah pilihan terbaik," jelas guruku sambil mengolesi
rambutku dengan gel. Setelah selesai, tangannya ganti membubuhkan
bedak dingin dan
mengusapkannya ke wajahku. "Wah, tampan! Nanti kita cari sepatu yang
cocok untukmu," lanjutnya sambil tertawa kecil.
Pada latihan yang lain lagi, guruku banyak memberikan petunjuk tentang
bagaimana seharusnya aku bersikap di hadapan khalayak ramai.
"Perhatikan posisi
tubuh dan gerak-gerikmu, keduanya harus mencerminkan bahwa kau seorang
pria, mulai dari bahasa tubuh, cara makan, hingga tertawa pun harus
sopan dan sesuai
tempatnya," tutur guruku sambil memperagakan gerakan-gerakan yang
boleh dan tidak boleh aku lakukan. "Kau juga harus menjaga cara
bicaramu, karena aku
tak ingin kau terjerumus akibat salah ucap. Ingat, kau sekarang sudah
bukan lagi Jedi Padawan yang baru belajar, tapi Jedi Knight yang mulai
dikenal banyak
orang," lanjut guruku sambil menggenggam tanganku erat-erat.
Latihan yang menyenangkan? Siapa bilang? Itu hanyalah satu dari jurus
termudah yang diturunkan guruku, yang sama sekali bukan bagian dari
latihan yang
sering membuatku mengerang dan mengejang.
Saat berlatih jurus yang lebih sulit lagi, salah satunya adalah
bersikap dewasa dengan menahan diri dari sifat egois, guruku tak
segan-segan bicara tegas
dan keras di hadapanku, tak peduli dirinya wanita dan aku pria. Tak
jarang kami terlibat perdebatan sengit, bahkan saling adu keyakinan
satu sama lain.
Dengan alasan ingin memberikan yang terbaik untukku, guruku terus
melontarkan serangan-serangan berupa kata-kata bijak dan
kalimat-kalimat nasehat, yang
terasa seperti sabetan lightsaber yang membuat tubuhku menjerit
menahan sakit, berbarengan dengan mulutku yang berusaha menahan balik,
bahkan tak jarang
beradu serang dengan argumentasi pribadiku, yang berusaha
mempertahankan apa yang menurutku adalah benar.
"Kau hanyalah wanita! Beraninya kau menyerangku seperti itu! Aku pun
punya keyakinan sendiri, akan apa yang menurutku benar!" Aku berteriak
lantang, yang
jika digambarkan dalam bentuk pertarungan, seperti seorang petarung
yang tengah menyerang membabi buta dengan penuh kemarahan dan
kebencian.
"Aku tak mungkin melukaimu, dan aku hanya mengingatkanmu! Tapi,
situasi dan kondisi yang terkadang menempatkan kita pada posisi di
mana kita harus bersikap
dewasa menyikapi apa pun yang terjadi. Kita memang individu yang punya
hak, tapi kita pun tak hidup sendiri! Kumohon, mengertilah," teriak
guruku sambil
berusaha menahan dorongan energi negatif yang memancar dari lightsaber
di tanganku, yang begitu dekat berpijar di wajahnya, yang nyaris
menghanguskan paras
manis dan rambut suteranya.
"Maafkan aku... Aku terpaksa..." Usai berkata demikian, dengan
menyentak lightsabernya yang dari tadi menahan lightsaberku, guruku
melemparkanku hingga
jatuh tak sadarkan diri.
Aku terlempar, namun kesakitan yang ditimbulkan akibat hentakan
kekuatan guruku membuat pendaratan itu terasa begitu lama dan
menyakitkan. "Ini... Untuk
kebaikanku? Untuk kebaikanku? Untuk kebaikanku?" Pertanyaan itu terus
bergema, mengalir berbarengan dengan air mata yang menetes membasahi
lukaku dan menghantarkanku
pada kegelapan. Perlahan-lahan, kegelapan itu pun mulai menutupi
pandanganku, tanda kesadaran yang membuatku merasakan kehidupan mulai
sirna dan berganti
dengan kehampaan yang sunyi. Aku pun jatuh pingsan...
Saat aku terjaga, kudapati tubuhku telah sembuh dari luka-luka akibat
latihan tadi. Itu sama sekali tak membuatku terkejut, karena kutahu
guruku yang selalu
menyembuhkan luka itu setiap kali kami selesai latihan. Yang membuatku
terkejut adalah ketika telingaku menangkap suara tangis dari sisi
tubuhku, ketika
mataku menangkap sesosok wanita berparas manis dan berambut sutera
tengah bersimpuh di sampingku. Guruku... Dia... Menangis...?
Kupandangi tubuh guruku yang bergetar hebat menahan isakan dan air
matanya yang menderai hebat. Di sela-sela tangisnya, dengan susah
payah guruku menguntai
do'a kebaikan, meminta pertolongan pada gurunya, maha guru dari semua
yang ada dalam hidup ini, guru dari guruku, juga guru untuk kita
semua. Tuhan...
Seketika itu juga, aku tersadar betapa selama ini aku telah banyak
membebani dan menyakiti guruku, yang ternyata juga seorang manusia
biasa, yang tak luput
dari luka dan air mata, yang tak dapat menghindari kesedihan dan
penderitaan, yang tak mampu berbohong bahwa dirinya pun punya rasa
sayang dan cinta, dan...yang
tak dapat memilih bahwa dirinya ada untuk kebahagiaan orang banyak.
Entah sudah berapa besar dan banyak energi yang dikeluarkannya hanya
untukku, untuk
seorang murid yang sering melawannya, untuk seorang individu yang
membuatnya harus mengorbankan kepentingannya dan juga orang banyak.
Ternyata...selama ini lightsaberku telah melukainya...
Kupeluk tubuh guruku erat-erat. Kubelai paras manis dan rambut
suteranya. Dua hal itu, yang biasanya dilakukan guruku untuk memberi
ketenangan dan kasih
sayang pada fisik dan mentalku yang haus akan kedua hal tersebut.
"Maafkan aku, Jedi Master... Maafkan aku, guru... Sekarang aku
mengerti akan makna yang
tersirat dalam setiap pelajaranmu... Maafkan aku yang begitu tega
memaksakan diri untuk menjadi muridmu, untuk memilikimu, untuk
mencintaimu...," bisikku
lirih, dan aku pun ikut menangis.
Selebihnya, di bawah bimbingan guruku, aku terus berlatih dengan
gigih. Aku belajar banyak hal, mulai dari jurus-jurus kehidupan
sederhana seperti menjaga
sikap dan penampilan, memaknai rasa sayang dan cinta, hingga ilmu
pamungkas milik guruku; Menerima apa pun dengan ikhlas dan menyikapi
kehilangan dengan
lapang dada, sebuah jurus yang hingga kini masih belum dapat kukuasai.
Satu hal, aku dapat merasakan betapa guruku sangat peduli dan
menyayangiku...
Aku dan guruku. Jedi Knight dan Jedi Master. Lightsaber biru dan
lightsaber ungu. Diriku yang penuh kekuatan dan optimisme. Dirinya
yang elegan dan bijaksana.
"Ya. Sudah ada kemajuan. Kau adalah orang yang cepat belajar." Aku
tersadar dari lamunanku dan kembali ke masa kini, tepat saat guruku
menyelesaikan komentarnya
tadi. Sebuah komentar yang membuatku yakin dan percaya bahwa aku dapat
terus menjadi muridnya, menerima pelajaran-pelajaran yang
diberikannya, dan yang
terpenting, mengerti bahwa Tuhan telah merencanakan pertemuan ini
untuk menjadikan aku lebih baik...
"Wahai Jedi Master, guruku yang baik... Saat kau membaca catatanku
ini, aku ingin kau tahu betapa aku sangat bersyukur atas pertemuan
kita, betapa aku
sangat menghormati ilmu pengetahuan yang telah kau turunkan padaku,
betapa aku sangat menghargai apa-apa saja yang telah kau berikan,
betapa aku sangat
bahagia dapat mencoba mencintai dan menyayangi seseorang yang dipilih
oleh hatiku, dan sekaligus merasa sedih karena aku takut kalau energi
negatifku,
yang pastinya, akan kembali melukaimu dalam latihan-latihan mendatang.
Hanya ucapan terima kasih dan do'a kebaikan yang dapat kuberikan
sebagai tanda balas
budi untukmu. Guruku, apa pun yang terjadi, bila suatu hari kebaikan
menghantarkan aku menjadi seorang Jedi Master, atau kejahatan
menyeretku menjadi seorang
Sith, aku ingin kau tahu bahwa aku akan selalu berusaha menjadi
seorang Jedi Master, karena itu pilihanku. Sampai kapan pun, aku akan
selalu mengingatmu
sebagai salah satu guru besar dalam hidupku."
- 7a.
-
Emang "dewasa" itu enak ya? d/h Re: [sekolah-kehidupan] Re: (Inspira
Posted by: "Nursalam AR" nursalam.ar@gmail.com
Sat Aug 8, 2009 5:25 pm (PDT)
Hehe...seru juga ya ternyata tanggapan-tanggapan atas tulisan Fiyan. *Well*,
jika kita semua bermain dalam satu persepsi yang sama, menari dalam satu
tepukan gendang yang satu bahwa dewasa itu lekat dengan sesuatu yang
"keren", "hebat" dan "memang sudah semestinya" maka perdebatan yang ada
adalah wajar adanya. Karena apa yang boleh dibilang sebagai akar konfliknya
adalah sama ya persepsi tadi.
Tapi, *let's think out of the box*, dengan satu pertanyaan mendasar: Emang
"dewasa" itu enak ya? Mari belajar dari legenda sang kanak-kanak abadi,
Peter Pan. Mengapa ia tidak mau menjadi dewasa? Baginya, dewasa itu berat,
penuh beban tanggung jawab. Makanya ia memilih tak mau bertambah usia agar
masih bisa bermain-main dengan Tinker Bell dan kawan-kawan sepermainan
kanak-kanak yang lain. Dan bebas dari tanggung jawab bekerja, mengurus anak
(jika sudah menikah) dll. Jika "dewasa" itu sebuah kekuatan yang besar maka
bersamanya ada tanggung jawab yang besar pula. Ini perkataan Spiderman juga
lho, Fiyan:).
Dibilang dewasa juga tidak selalu enak kok. Pernah suatu ketika saya
menjodohkan seorang kawan yang soleh, cukup baik pekerjaannya (dalam artian
gaji lumayan) dan tampang tidak mengecewakan dengan seorang akhwat (wanita
muslimah) yang lama melajang. Tapi sang akhwat menolak. Apa katanya? "Maaf,
Mas, habis dia terlihat terlalu dewasa sih."
Atau pengalaman rekan sekantor saya dulu ketika saya masih kerja kantoran.
Betapa ia -- yang berbeda usia 10 tahun dari usia istrinya -- paling malas
jika harus kondangan ke pernikahan rekan-rekan sebaya istri. Sebab,
menurutnya, biasanya ada satu komentar klasik dari rekan-rekan sang istri.
Apakah itu? "Suamimu dewasa ya?":)).
*So, guys*, sebetulnya diskusi tentang "dewasa" dan "kedewasaan" ini akan
lebih menarik dan produktif apabila tidak digiring -- baik dengan statement
langsung, deduksi, konklusi atau apapun teknik psikologis yang lain -- pada
pernyataan saling serang atau pembelaan yang kontraproduktif. Bumbu pemanis
semisal sapaan "sayang" atau "yang baik" takkan sangkil jika substansinya
masih senada.
Jika sekalipun kita sepakat bermain dalam persepsi yang sama -- bahwa dewasa
itu "sudah semestinya" dan "hebat" -- tetap perdebatan takkan berujung
tuntas. Karena, seperti *tagline* iklan Nokia tahun 2000-an yang
memperlihatkan Bill Clinton bermain air sambil sibuk main game di HP Nokia,
ada "jiwa kanak-kanak dalam diri tiap manusia". *Homo luden*, makhluk yang
bermain, itulah sebutan lain untuk manusia selain homo *sapiens* (makhluk
yang berpikir). Nah, manifestasi "*homo luden*" tsb tidak hanya dalam bentuk
senang bermain pedang-pedangan seperti kebiasaan Rama tapi juga menjelma
dalam bentuk-bentuk yang menurut orang "dewasa" adalah "tidak serius" --
karena *beyond their habit* -- atau dalam bahasa "dewasa" disebut
sebagai *childish
*atau "kekanak-kanakan". Singkatnya, menjadi dewasa itu bukan sesuatu yang
final (*becoming*) atau ajeg seiring pertambahan usia, ia adalah proses
bahkan pertarungan untuk "menjadi" dalam diri tiap orang. Makanya manusia
dalam bahasa Inggris adalah "*human being*" bukan "*human becoming*".
Bahkan, sekadar contoh, para capres kita -- yang kita sepakat mereka
"dewasa" secara usia pun -- bisa muncul sifat kanak-kanaknya. Misalnya,
Megawati yang menangis saat berpidato dan menyesali mengapa ibu-ibu tidak
memilihnya. Atau bahkan seorang SBY yang dicitrakan bijak ketika saat masa
kampanye ia mengeluh bahwa "ia dikeroyok". *Sorry to say it* -- dengan
permohonan maaf untuk para pendukung capres tsb di milis ini. Ini sekadar
contoh bahwa tema "dewasa" adalah tema luas yang bahkan, rasanya, tak
sanggup dirangkum dalam kuis sepuluh atau sekian poin -- apalagi kuis di
Facebook,hahaha:)). Di bangku perkuliahan saja, kawan saya yang mahasiswa
psikologi harus belajar berbuku-buku tebal tentang tema "*adulthood*" dan "*
maturity*" dan ambil sekian SKS dalam beberapa semester untuk lulus dan --
dianggap -- paham soal "kedewasaan". Itu hanya untuk sisi kognitif apatah
lagi untuk sisi aplikatifnya, wuah, panjang nian tuh,guys!!
So, untuk para moderator seperti Kang Dani dan Mbak Indar dll, agar utas (*
thread*) diskusi ini tetap membuat nyaman di "rumah yang nyaman" ini
sebaiknya diarahkan pada hal-hal yang lebih berbau "asah-asih-asuh" seperti
visi besar milis ini dengan tidak menyakiti atau membela siapapun. Risiko
sebuah milis curhat seperti SK ya memang seperti ini -- di mana kisah
pribadi jadi domain publik -- tapi di sinilah moderator berfungsi, sebagai
peredam bukan penyulut. Dan saya lihat di awal sebetulnya Rama sudah
menyambut dan menggiring "bola liar" Fiyan ke arah yang pas. Sayang kemudian
bola tsb muntah kemana-mana.
Lagian, buat Fiyan, nggak selalu jadi atau dianggap dewasa itu enak kok:).
Tabik,
Nursalam AR
- bapak 1 anak yang awet muda tapi sering dianggap "dewasa" ;)) -
On 8/9/09, patisayang <patisayang@yahoo.com > wrote:
>
>
>
> Ayya sayang, seorang 'teman' sah-sah saja membela temannya. Tapi please,
> pakai cara elegan. Kenapa musti bawa-bawa nama orang lain di luar konteks
> pembicaraan dan kisah lama yang sudah ditutup lembarannya? Yang belum tentu
> juga kita tahu dan paham duduk masalah sebenarnya.
>
> Ayya sayang, seorang 'teman' juga akan membela temannya dengan tetap fokus
> ke kelebihan si teman, bukannya lantas ganti menyerang si pemberi masukan.
> Itu namanya melebarkan masalah dan justru nggak akan ada habis-habisnya.
>
> Please dua point di atas jangan diulang lain kali kau membela 'teman'.
>
> Ayya, seorang 'teman' yang baik justru lebih bisa melihat kekurangan
> sahabat atau temannya itu dibanding kelebihan atau biasa-biasanya dia. Dan
> jika memang dia 'teman ' yang baik, dia akan menguatkan si 'teman' dengan
> mengambil nilai positif dari penilaian teman-teman 'teman'nya yang lain itu.
>
> So, Ayya sayang, aku tak bermaksud membela siapapun. Tapi siapapun bisa
> berkaca siapa dewasa siapa tidak tanpa perlu pembelaan segudang 'teman'.
>
> salam,
> Indar
> yang belum melihat perubahan sikap dari 3 tahun lalu tapi memilih diam.
>
> --- In sekolah-kehidupan@yahoogroups. <sekolah-kehidupan%com 40yahoogroups. com>,
> ayya fadilla <ayyathea@...> wrote:
> >
> > hmmm...membaca tulisan Kang Dhani
> > sy jd ketawa sendiri
> > kok bisa ya mengkategorikan Fiyan hanya melalui poin-poin itu
> aja....hehehe
> > sampai sepuluh lagi...
> > kurang banyak tuh Kang....
> > atau saran sy Kang Dhani jd cenayang atu ahli nujum aja
> > abisnya bisa sebegitunya...
> > lha sy aja biasa-biasa aja selama ini berkawan dgn Fiyan
> > Kang Dhani gak belajar dari kejadian sebelum acara Milad SK ya
> > saling beradu argumen sm Bang Nursalam...
> > nah ketauan mana yang lebih dewasa...
> > jgn hanya bisa menilai orang aja.
> > ya, Kang Dhani memang perfect dihadapan Sahabat SK
> > tetapi seperfect apapun orang pasti ada setitik noda ato cela
> > jangan hanya Fiyan toh aja dibuat kategori kedewasaan...hahaha
> > maaf ya Kang cuman share aja....
> >
> > --- Pada Sab, 8/8/09, dayat, cendana2000 <dayat_xxx@...> menulis:
> >
> > Dari: dayat, cendana2000 <dayat_xxx@...>
> > Judul: Re: [sekolah-kehidupan] Re: (Inspirasi) Terima Kasih Sudah
> Mengajarkan Aku Untuk Menjadi Dewasa
> > Kepada: sekolah-kehidupan@yahoogroups. <sekolah-kehidupan%com 40yahoogroups. com>
> > Tanggal: Sabtu, 8 Agustus, 2009, 12:48 PM
> >
> >
> >
> >
> >
> >
> >
> >
> >
> >
> >
> >
> > bisa jadi kedewasaan seseoarng akan terliahat saat dia menanggapi
> perkataan seseoarng yang menyatakan bahwa dia tidak dewasa atau childis.
> > saat ada orang bilang kita tidak dewasa, mana yang lebih dewasa?
> >
> > - mengajukan banyak sanggahan atau alasan agar pandangan dia berubah
> sehingga mencabut tuduhanya
> > - hanya diam, tenang, menanggapinya hanya dengan sebuah senyuman
> > - atau kita balik serang dia dengan memaparkan wacana2 yg menyudutkan dia
> bahwa dia juga belum dewasa, atau paling tidak membuat dia merasa bahwa
> dirinya tidak berhak menvonis orang lain tidak dewasa
> >
> > mari kita belajar untuk lebih dewasa dalam menilai orang, dan juga mari
> kita coba untuk lebih dewasa dalam menerima kritik dan penilaian orang...
> > karena dewasa itu hanya satu "benda", tapi akan berubah jadi
> bermacam-macam
> > "benda" saat dilihat dari kaca mata yang berbeda.
> >
> >
> >
> >
> >
> >
> > New Email addresses available on Yahoo!
> >
> > Get the Email name you've always wanted on the new @ymail and
> @rocketmail.
> >
> > Hurry before someone else does!
> >
> >
> >
> >
> >
> >
> >
> >
> >
> >
> >
> >
> >
> >
> >
> >
> >
> >
> >
> >
> >
> >
> >
> >
> >
> > Lebih aman saat online. Upgrade ke Internet Explorer 8 baru dan lebih
> cepat yang dioptimalkan untuk Yahoo! agar Anda merasa lebih aman. Gratis.
> Dapatkan IE8 di sini!
> > http://downloads.yahoo.com/ id/internetexplo rer/
> >
>
>
>
--
"Open up your mind and fly!"
Nursalam AR
Penerjemah, Penulis & Editor
0813-10040723
021-92727391
www.nursalam.multiply. com
www.facebook.com/nursalam. ar
- 7b.
-
Re: Emang "dewasa" itu enak ya? d/h Re: [sekolah-kehidupan] Re: (In
Posted by: "veby" vbi_djenggotten@yahoo.com vbi_djenggotten
Sat Aug 8, 2009 5:43 pm (PDT)
wah...
iya, saya cuman pingin ngluarin uneg2 aja, ketika udah "di-cap" sebagai orang dewasa, rasanya berat banget...padahal rasanya saya gak dewasa2 juga...masih seneng maen sana-sini...guyon "pethengkelan" gak karuan...
tapi ada lagi satu momen di mana saya merasa tidak pernah jadi dewasa,
yaitu ketika berkumpul bersama keluarga inti ...
meski udah punya 1 momongan, sepertinya saya masih aja kayak anak2 di hadapan mereka,
soalnya beda usia saya dengan kakak terdekat lumayan jauh...
jadi kultur anak bungsu yang melekat berpuluh tahun masih aja belum menjadikan saya merasa dewasa...hehehehe...tapi minimal, dari ketidak dewasaan itu, alhamdulillaah bisa disalurkan dalam bentuk komik...hehehehe, ...
setelah saya pikir2...ternyata dewasa itu bukanlah sesuatu yang telah dicapai, sulit untuk menyepakati makna dewasa...
bagi saya, kedewasaan merupakan barang abstrak yang hanya bisa dijadikan sebagai jalan untuk "mencapai", kedewasaan bukan proses akhir, tapi lebih ke arah proses...
halah...isuk2 ngomong opo to aku....
sekian
moga eska tetep hangat...
wassalam...
--- On Sat, 8/8/09, Nursalam AR <nursalam.ar@gmail.com > wrote:
From: Nursalam AR <nursalam.ar@gmail.com >
Subject: Emang "dewasa" itu enak ya? d/h Re: [sekolah-kehidupan] Re: (Inspirasi) Terima Kasih Sudah Mengajarkan Aku--Kang Dhani
To: sekolah-kehidupan@yahoogroups. com
Date: Saturday, August 8, 2009, 5:24 PM
Hehe...seru juga ya ternyata tanggapan-tanggapan atas tulisan Fiyan. Well, jika kita semua bermain dalam satu persepsi yang sama, menari dalam satu tepukan gendang yang satu bahwa dewasa itu lekat dengan sesuatu yang "keren", "hebat" dan "memang sudah semestinya" maka perdebatan yang ada adalah wajar adanya. Karena apa yang boleh dibilang sebagai akar konfliknya adalah sama ya persepsi tadi.
Tapi, let's think out of the box, dengan satu pertanyaan mendasar: Emang "dewasa" itu enak ya? Mari belajar dari legenda sang kanak-kanak abadi, Peter Pan. Mengapa ia tidak mau menjadi dewasa? Baginya, dewasa itu berat, penuh beban tanggung jawab. Makanya ia memilih tak mau bertambah usia agar masih bisa bermain-main dengan Tinker Bell dan kawan-kawan sepermainan kanak-kanak yang lain. Dan bebas dari tanggung jawab bekerja, mengurus anak (jika sudah menikah) dll. Jika "dewasa" itu sebuah kekuatan yang besar maka bersamanya ada tanggung jawab yang besar pula. Ini perkataan Spiderman juga lho, Fiyan:).
Dibilang dewasa juga tidak selalu enak kok. Pernah suatu ketika saya menjodohkan seorang kawan yang soleh, cukup baik pekerjaannya (dalam artian gaji lumayan) dan tampang tidak mengecewakan dengan seorang akhwat (wanita muslimah) yang lama melajang. Tapi sang akhwat menolak. Apa katanya? "Maaf, Mas, habis dia terlihat terlalu dewasa sih."
Atau pengalaman rekan sekantor saya dulu ketika saya masih kerja kantoran. Betapa ia -- yang berbeda usia 10 tahun dari usia istrinya -- paling malas jika harus kondangan ke pernikahan rekan-rekan sebaya istri. Sebab, menurutnya, biasanya ada satu komentar klasik dari rekan-rekan sang istri. Apakah itu? "Suamimu dewasa ya?":)).
So, guys, sebetulnya diskusi tentang "dewasa" dan "kedewasaan" ini akan lebih menarik dan produktif apabila tidak digiring -- baik dengan statement langsung, deduksi, konklusi atau apapun teknik psikologis yang lain -- pada pernyataan saling serang atau pembelaan yang kontraproduktif. Bumbu pemanis semisal sapaan "sayang" atau "yang baik" takkan sangkil jika substansinya masih senada.
Jika sekalipun kita sepakat bermain dalam persepsi yang sama -- bahwa dewasa itu "sudah semestinya" dan "hebat" -- tetap perdebatan takkan berujung tuntas. Karena, seperti tagline iklan Nokia tahun 2000-an yang memperlihatkan Bill Clinton bermain air sambil sibuk main game di HP Nokia, ada "jiwa kanak-kanak dalam diri tiap manusia". Homo luden, makhluk yang bermain, itulah sebutan lain untuk manusia selain homo sapiens (makhluk yang berpikir). Nah, manifestasi "homo luden" tsb tidak hanya dalam bentuk senang bermain pedang-pedangan seperti kebiasaan Rama tapi juga menjelma dalam bentuk-bentuk yang menurut orang "dewasa" adalah "tidak serius" -- karena beyond their habit -- atau dalam bahasa "dewasa" disebut sebagai childish atau "kekanak-kanakan". Singkatnya, menjadi dewasa itu bukan sesuatu yang final (becoming) atau ajeg seiring pertambahan usia, ia adalah proses bahkan pertarungan untuk "menjadi" dalam diri tiap orang. Makanya manusia dalam bahasa
Inggris adalah "human being" bukan "human becoming".
Bahkan, sekadar contoh, para capres kita -- yang kita sepakat mereka "dewasa" secara usia pun -- bisa muncul sifat kanak-kanaknya. Misalnya, Megawati yang menangis saat berpidato dan menyesali mengapa ibu-ibu tidak memilihnya. Atau bahkan seorang SBY yang dicitrakan bijak ketika saat masa kampanye ia mengeluh bahwa "ia dikeroyok". Sorry to say it -- dengan permohonan maaf untuk para pendukung capres tsb di milis ini. Ini sekadar contoh bahwa tema "dewasa" adalah tema luas yang bahkan, rasanya, tak sanggup dirangkum dalam kuis sepuluh atau sekian poin -- apalagi kuis di Facebook,hahaha: )). Di bangku perkuliahan saja, kawan saya yang mahasiswa psikologi harus belajar berbuku-buku tebal tentang tema "adulthood" dan "maturity" dan ambil sekian SKS dalam beberapa semester untuk lulus dan -- dianggap -- paham soal "kedewasaan". Itu hanya untuk sisi kognitif apatah lagi untuk sisi aplikatifnya, wuah, panjang nian tuh,guys!!
So, untuk para moderator seperti Kang Dani dan Mbak Indar dll, agar utas (thread) diskusi ini tetap membuat nyaman di "rumah yang nyaman" ini sebaiknya diarahkan pada hal-hal yang lebih berbau "asah-asih-asuh" seperti visi besar milis ini dengan tidak menyakiti atau membela siapapun. Risiko sebuah milis curhat seperti SK ya memang seperti ini -- di mana kisah pribadi jadi domain publik -- tapi di sinilah moderator berfungsi, sebagai peredam bukan penyulut. Dan saya lihat di awal sebetulnya Rama sudah menyambut dan menggiring "bola liar" Fiyan ke arah yang pas. Sayang kemudian bola tsb muntah kemana-mana.
Lagian, buat Fiyan, nggak selalu jadi atau dianggap dewasa itu enak kok:).
Tabik,
Nursalam AR
- bapak 1 anak yang awet muda tapi sering dianggap "dewasa" ;)) -
On 8/9/09, patisayang <patisayang@yahoo. com> wrote:
Ayya sayang, seorang 'teman' sah-sah saja membela temannya. Tapi please, pakai cara elegan. Kenapa musti bawa-bawa nama orang lain di luar konteks pembicaraan dan kisah lama yang sudah ditutup lembarannya? Yang belum tentu juga kita tahu dan paham duduk masalah sebenarnya.
Ayya sayang, seorang 'teman' juga akan membela temannya dengan tetap fokus ke kelebihan si teman, bukannya lantas ganti menyerang si pemberi masukan. Itu namanya melebarkan masalah dan justru nggak akan ada habis-habisnya.
Please dua point di atas jangan diulang lain kali kau membela 'teman'.
Ayya, seorang 'teman' yang baik justru lebih bisa melihat kekurangan sahabat atau temannya itu dibanding kelebihan atau biasa-biasanya dia. Dan jika memang dia 'teman ' yang baik, dia akan menguatkan si 'teman' dengan mengambil nilai positif dari penilaian teman-teman 'teman'nya yang lain itu.
So, Ayya sayang, aku tak bermaksud membela siapapun. Tapi siapapun bisa berkaca siapa dewasa siapa tidak tanpa perlu pembelaan segudang 'teman'.
salam,
Indar
yang belum melihat perubahan sikap dari 3 tahun lalu tapi memilih diam.
--- In sekolah-kehidupan@ yahoogroups. com, ayya fadilla <ayyathea@...> wrote:
>
> hmmm...membaca tulisan Kang Dhani
> sy jd ketawa sendiri
> kok bisa ya mengkategorikan Fiyan hanya melalui poin-poin itu aja....hehehe
> sampai sepuluh lagi...
> kurang banyak tuh Kang....
> atau saran sy Kang Dhani jd cenayang atu ahli nujum aja
> abisnya bisa sebegitunya. ..
> lha sy aja biasa-biasa aja selama ini berkawan dgn Fiyan
> Kang Dhani gak belajar dari kejadian sebelum acara Milad SK ya
> saling beradu argumen sm Bang Nursalam...
> nah ketauan mana yang lebih dewasa...
> jgn hanya bisa menilai orang aja.
> ya, Kang Dhani memang perfect dihadapan Sahabat SK
> tetapi seperfect apapun orang pasti ada setitik noda ato cela
> jangan hanya Fiyan toh aja dibuat kategori kedewasaan.. .hahaha
> maaf ya Kang cuman share aja....
>
> --- Pada Sab, 8/8/09, dayat, cendana2000 <dayat_xxx@.. .> menulis:
>
> Dari: dayat, cendana2000 <dayat_xxx@.. .>
> Judul: Re: [sekolah-kehidupan] Re: (Inspirasi) Terima Kasih Sudah Mengajarkan Aku Untuk Menjadi Dewasa
> Kepada: sekolah-kehidupan@ yahoogroups. com
> Tanggal: Sabtu, 8 Agustus, 2009, 12:48 PM
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
> bisa jadi kedewasaan seseoarng akan terliahat saat dia menanggapi perkataan seseoarng yang menyatakan bahwa dia tidak dewasa atau childis.
> saat ada orang bilang kita tidak dewasa, mana yang lebih dewasa?
>
> - mengajukan banyak sanggahan atau alasan agar pandangan dia berubah sehingga mencabut tuduhanya
> - hanya diam, tenang, menanggapinya hanya dengan sebuah senyuman
> - atau kita balik serang dia dengan memaparkan wacana2 yg menyudutkan dia bahwa dia juga belum dewasa, atau paling tidak membuat dia merasa bahwa dirinya tidak berhak menvonis orang lain tidak dewasa
>
> mari kita belajar untuk lebih dewasa dalam menilai orang, dan juga mari kita coba untuk lebih dewasa dalam menerima kritik dan penilaian orang...
> karena dewasa itu hanya satu "benda", tapi akan berubah jadi bermacam-macam
> "benda" saat dilihat dari kaca mata yang berbeda.
>
>
>
>
>
>
> New Email addresses available on Yahoo!
>
> Get the Email name you've always wanted on the new @ymail and @rocketmail.
>
> Hurry before someone else does!
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
> Lebih aman saat online. Upgrade ke Internet Explorer 8 baru dan lebih cepat yang dioptimalkan untuk Yahoo! agar Anda merasa lebih aman. Gratis. Dapatkan IE8 di sini!
> http://downloads. yahoo.com/ id/internetexplo rer/
>
--
"Open up your mind and fly!"
Nursalam AR
Penerjemah, Penulis & Editor
0813-10040723
021-92727391
www.nursalam. multiply. com
www.facebook. com/nursalam. ar
- 7c.
-
Re: Emang "dewasa" itu enak ya? d/h Re: [sekolah-kehidupan] Re: (Ins
Posted by: "Ramaditya Skywalker" ramavgm@gmail.com
Sat Aug 8, 2009 6:00 pm (PDT)
Dear,
Sebelumnya salam kenal dari saya...
Well, kalau saya pribadi menilai jadi dewasa atau tidak bukanlah
sebuah hal yang mutlak untuk segala situasi dan kondisi. Akan lebih
pas bila menjadi dewasa dan kanak-kanak dapat ditempatkan pada tempat
yang semestinya.
Contohnya, seperti sudah saya tuliskan di e-mail saya sebelumnya,
bahwa hobby / kegemaran saya menuntut diri saya jadi seperti
anak-anak. Saat saya menggenggam lightsaber, mengayunkannya sambil
sesekali berdesis dan menirukan suara sabetan pedang, dan sebagainya,
oh believe me nobody will marry me! Begitu pula saat saya tengah
mengajar anak-anak SD / SMP / SMA yang biasanya masih dianggap
anak-anak, maka saya akan menjadi seperti mereka, bermain dan tampil
childish, karena saya rasa itulah saat yang paling tepat untuk menjadi
pribadi demikian. Nah, begitu pula untuk saat-saat di mana kita harus
menjadi pribadi yang dewasa, vise versa saja.
Nah, untuk Mas Nursalam, boleh saya beropini?
Menurut saya, contoh yang Mas berikan tentang penolakan akibat sang
wanita berpendapat bahwa sang lelaki terlihat terlalu dewasa
memerlukan alasan tambahan dari pihak wanita itu. Pada e-mail
sebelumnya saya sudah bilang kalau tiap orang punya standarisasi
kedewasaan dan variabel-variabel pendukung yang beranekaragam, yang
akan membedakan penilaian satu dengan yang lain. Nah, "Kelihatan
terlalu dewasa" dari segi penampilannya, cara berpikirnya, atau
apanya, nih? Wah, kalau seandainya sang wanita menghendaki pria yang
tidak dewasa dari segi penampilan, I BELIEVE I AM THE MOST APPROPRIATE
MAN FOR HER, karena di usia saya yang segini saya masih suka nampang
dan gaya kok! Tapi, bukankah menjalani sebuah rumah tangga dibutuhkan
pengetahuan dan kesiapan akan tanggungjawab dan beban hidup? Saya rasa
semakin matang seseorang, memang akan disertai dengan semakin banyak
beban dan tanggungjawab hidupnya, namun saya rasa dia juga akan
semakin siap menghadapi semua itu. Dalam video game saja semakin
tinggi levelnya musuh dan rintangannya akan semakin berat, tapi dengan
pengalaman si pemain berdasar pada level-level yang sudah dia
tamatkan, dan dengan adanya lebih banyak persenjataan di level-level
berikutnya kan membuat dia siap menghadapi musuh yang sesuai.
Soal kondangan itu, lagi-lagi saya berpendapat bahwa perlu ada
kejelasan kenapa cewek-cewek tidak mau karena menganggap pria itu
terlalu dewasa. Mungkin sikapnya yang KUPER atau kurang bisa bergaul?
Kalau kita kembalikan lagi ke statement saya bahwa bersikap itu ada
tempatnya, dengan kata lain "luwes" maka hal semacam itu saya rasa
dapat diminimalisir. Dan, buat saya, dewasa itu punya makna yang luas,
salah satunya adalah luwes dan bisa membawakan diri. Hehehe, saya
pribadi pun tidak akan malu-malu teriak-teriak atau lompat-lompat di
DUFAN bersama rekan-rekan berumur seandainya saya kesana, ya karena
memang disitulah tempatnya untuk jadi muda, so untuk apa berkemeja
batik plus dasi dan celana bahan?
Mengenai soal Peter Pan, well, kalau menurut saya kita hendaknya
melihat bahwa secara real hidup kita tentunya akan penuh dengan beban
dan tanggungjawab. Hanya saja Allah tahu bahwa manusia pun butuh
proses, oleh karenanya kita berproses dari BALITA, anak-anak, remaja,
dewasa, dan seterusnya. Kalau kita ingin menerapkan prinsip Peter Pan
sepertinya agak sulit juga, karena mau atau tidak mau kita akan
berurusan dengan beban dan tanggungjawab. Jadi, menurut saya, yang
paling asyik ya kalau kita bisa luwes, kapan bisa tampil dewasa dan
kapan bisa tampil kanak-kanak.
Saya rasa, menjadi dewasa memang sudah semestinya, tapi menjadi dewasa
bukan berarti kita ini orang hebat, kok. Malah karena terkadang orang
yang punya sikap dewasa cenderung mengalah saat berargumen atau
berdebat misalnya, mereka justru jadi bulan-bulanan karena lebih
memilih diam daripada terjadi umbar energi yang tidak perlu. So, dalam
keadaan demikian mereka justru kelihatan merana, kok.
So, saya setuju bahwa diskusi dalam mailing list ini hendaknya penuh
asah asih asuh di mana kita dapat saling berbagi pendapat untuk saling
memajukan satu sama lain. Oh ya, sebelum telat saya juga ingin minta
maaf apabila saya sebagai warga baru disini mungkin terlalu banyak
komentar, karena menurut saya dalam sebuah mailing list kita dapat
menyampaikan opini secara bebas bertanggungjawab, dan apa yang saya
lakukan sangatlah murni untuk sharing dan tidak melakukan pembelaan
kepada siapa pun. Jadi, mohon dimaafkan.
Salam hangat,
Ramaditya Skywalker
On 8/9/09, Nursalam AR <nursalam.ar@gmail.com > wrote:
> Hehe...seru juga ya ternyata tanggapan-tanggapan atas tulisan Fiyan. *Well*,
> jika kita semua bermain dalam satu persepsi yang sama, menari dalam satu
> tepukan gendang yang satu bahwa dewasa itu lekat dengan sesuatu yang
> "keren", "hebat" dan "memang sudah semestinya" maka perdebatan yang ada
> adalah wajar adanya. Karena apa yang boleh dibilang sebagai akar konfliknya
> adalah sama ya persepsi tadi.
>
>
> Tapi, *let's think out of the box*, dengan satu pertanyaan mendasar: Emang
> "dewasa" itu enak ya? Mari belajar dari legenda sang kanak-kanak abadi,
> Peter Pan. Mengapa ia tidak mau menjadi dewasa? Baginya, dewasa itu berat,
> penuh beban tanggung jawab. Makanya ia memilih tak mau bertambah usia agar
> masih bisa bermain-main dengan Tinker Bell dan kawan-kawan sepermainan
> kanak-kanak yang lain. Dan bebas dari tanggung jawab bekerja, mengurus anak
> (jika sudah menikah) dll. Jika "dewasa" itu sebuah kekuatan yang besar maka
> bersamanya ada tanggung jawab yang besar pula. Ini perkataan Spiderman juga
> lho, Fiyan:).
>
>
> Dibilang dewasa juga tidak selalu enak kok. Pernah suatu ketika saya
> menjodohkan seorang kawan yang soleh, cukup baik pekerjaannya (dalam artian
> gaji lumayan) dan tampang tidak mengecewakan dengan seorang akhwat (wanita
> muslimah) yang lama melajang. Tapi sang akhwat menolak. Apa katanya? "Maaf,
> Mas, habis dia terlihat terlalu dewasa sih."
>
>
> Atau pengalaman rekan sekantor saya dulu ketika saya masih kerja kantoran.
> Betapa ia -- yang berbeda usia 10 tahun dari usia istrinya -- paling malas
> jika harus kondangan ke pernikahan rekan-rekan sebaya istri. Sebab,
> menurutnya, biasanya ada satu komentar klasik dari rekan-rekan sang istri.
> Apakah itu? "Suamimu dewasa ya?":)).
>
>
> *So, guys*, sebetulnya diskusi tentang "dewasa" dan "kedewasaan" ini akan
> lebih menarik dan produktif apabila tidak digiring -- baik dengan statement
> langsung, deduksi, konklusi atau apapun teknik psikologis yang lain -- pada
> pernyataan saling serang atau pembelaan yang kontraproduktif. Bumbu pemanis
> semisal sapaan "sayang" atau "yang baik" takkan sangkil jika substansinya
> masih senada.
>
>
> Jika sekalipun kita sepakat bermain dalam persepsi yang sama -- bahwa dewasa
> itu "sudah semestinya" dan "hebat" -- tetap perdebatan takkan berujung
> tuntas. Karena, seperti *tagline* iklan Nokia tahun 2000-an yang
> memperlihatkan Bill Clinton bermain air sambil sibuk main game di HP Nokia,
> ada "jiwa kanak-kanak dalam diri tiap manusia". *Homo luden*, makhluk yang
> bermain, itulah sebutan lain untuk manusia selain homo *sapiens* (makhluk
> yang berpikir). Nah, manifestasi "*homo luden*" tsb tidak hanya dalam bentuk
> senang bermain pedang-pedangan seperti kebiasaan Rama tapi juga menjelma
> dalam bentuk-bentuk yang menurut orang "dewasa" adalah "tidak serius" --
> karena *beyond their habit* -- atau dalam bahasa "dewasa" disebut
> sebagai *childish
> *atau "kekanak-kanakan". Singkatnya, menjadi dewasa itu bukan sesuatu yang
> final (*becoming*) atau ajeg seiring pertambahan usia, ia adalah proses
> bahkan pertarungan untuk "menjadi" dalam diri tiap orang. Makanya manusia
> dalam bahasa Inggris adalah "*human being*" bukan "*human becoming*".
>
>
> Bahkan, sekadar contoh, para capres kita -- yang kita sepakat mereka
> "dewasa" secara usia pun -- bisa muncul sifat kanak-kanaknya. Misalnya,
> Megawati yang menangis saat berpidato dan menyesali mengapa ibu-ibu tidak
> memilihnya. Atau bahkan seorang SBY yang dicitrakan bijak ketika saat masa
> kampanye ia mengeluh bahwa "ia dikeroyok". *Sorry to say it* -- dengan
> permohonan maaf untuk para pendukung capres tsb di milis ini. Ini sekadar
> contoh bahwa tema "dewasa" adalah tema luas yang bahkan, rasanya, tak
> sanggup dirangkum dalam kuis sepuluh atau sekian poin -- apalagi kuis di
> Facebook,hahaha:)). Di bangku perkuliahan saja, kawan saya yang mahasiswa
> psikologi harus belajar berbuku-buku tebal tentang tema "*adulthood*" dan "*
> maturity*" dan ambil sekian SKS dalam beberapa semester untuk lulus dan --
> dianggap -- paham soal "kedewasaan". Itu hanya untuk sisi kognitif apatah
> lagi untuk sisi aplikatifnya, wuah, panjang nian tuh,guys!!
>
>
> So, untuk para moderator seperti Kang Dani dan Mbak Indar dll, agar utas (*
> thread*) diskusi ini tetap membuat nyaman di "rumah yang nyaman" ini
> sebaiknya diarahkan pada hal-hal yang lebih berbau "asah-asih-asuh" seperti
> visi besar milis ini dengan tidak menyakiti atau membela siapapun. Risiko
> sebuah milis curhat seperti SK ya memang seperti ini -- di mana kisah
> pribadi jadi domain publik -- tapi di sinilah moderator berfungsi, sebagai
> peredam bukan penyulut. Dan saya lihat di awal sebetulnya Rama sudah
> menyambut dan menggiring "bola liar" Fiyan ke arah yang pas. Sayang kemudian
> bola tsb muntah kemana-mana.
>
>
> Lagian, buat Fiyan, nggak selalu jadi atau dianggap dewasa itu enak kok:).
>
> Tabik,
>
> Nursalam AR
> - bapak 1 anak yang awet muda tapi sering dianggap "dewasa" ;)) -
>
>
> On 8/9/09, patisayang <patisayang@yahoo.com > wrote:
>>
>>
>>
>> Ayya sayang, seorang 'teman' sah-sah saja membela temannya. Tapi please,
>> pakai cara elegan. Kenapa musti bawa-bawa nama orang lain di luar konteks
>> pembicaraan dan kisah lama yang sudah ditutup lembarannya? Yang belum
>> tentu
>> juga kita tahu dan paham duduk masalah sebenarnya.
>>
>> Ayya sayang, seorang 'teman' juga akan membela temannya dengan tetap fokus
>> ke kelebihan si teman, bukannya lantas ganti menyerang si pemberi masukan.
>> Itu namanya melebarkan masalah dan justru nggak akan ada habis-habisnya.
>>
>> Please dua point di atas jangan diulang lain kali kau membela 'teman'.
>>
>> Ayya, seorang 'teman' yang baik justru lebih bisa melihat kekurangan
>> sahabat atau temannya itu dibanding kelebihan atau biasa-biasanya dia. Dan
>> jika memang dia 'teman ' yang baik, dia akan menguatkan si 'teman' dengan
>> mengambil nilai positif dari penilaian teman-teman 'teman'nya yang lain
>> itu.
>>
>> So, Ayya sayang, aku tak bermaksud membela siapapun. Tapi siapapun bisa
>> berkaca siapa dewasa siapa tidak tanpa perlu pembelaan segudang 'teman'.
>>
>> salam,
>> Indar
>> yang belum melihat perubahan sikap dari 3 tahun lalu tapi memilih diam.
>>
>> --- In
>> sekolah-kehidupan@yahoogroups. <sekolah-kehidupan%com 40yahoogroups. com>,
>> ayya fadilla <ayyathea@...> wrote:
>> >
>> > hmmm...membaca tulisan Kang Dhani
>> > sy jd ketawa sendiri
>> > kok bisa ya mengkategorikan Fiyan hanya melalui poin-poin itu
>> aja....hehehe
>> > sampai sepuluh lagi...
>> > kurang banyak tuh Kang....
>> > atau saran sy Kang Dhani jd cenayang atu ahli nujum aja
>> > abisnya bisa sebegitunya...
>> > lha sy aja biasa-biasa aja selama ini berkawan dgn Fiyan
>> > Kang Dhani gak belajar dari kejadian sebelum acara Milad SK ya
>> > saling beradu argumen sm Bang Nursalam...
>> > nah ketauan mana yang lebih dewasa...
>> > jgn hanya bisa menilai orang aja.
>> > ya, Kang Dhani memang perfect dihadapan Sahabat SK
>> > tetapi seperfect apapun orang pasti ada setitik noda ato cela
>> > jangan hanya Fiyan toh aja dibuat kategori kedewasaan...hahaha
>> > maaf ya Kang cuman share aja....
>> >
>> > --- Pada Sab, 8/8/09, dayat, cendana2000 <dayat_xxx@...> menulis:
>> >
>> > Dari: dayat, cendana2000 <dayat_xxx@...>
>> > Judul: Re: [sekolah-kehidupan] Re: (Inspirasi) Terima Kasih Sudah
>> Mengajarkan Aku Untuk Menjadi Dewasa
>> > Kepada:
>> > sekolah-kehidupan@yahoogroups. <sekolah-kehidupan%com 40yahoogroups. com>
>> > Tanggal: Sabtu, 8 Agustus, 2009, 12:48 PM
>> >
>> >
>> >
>> >
>> >
>> >
>> >
>> >
>> >
>> >
>> >
>> >
>> > bisa jadi kedewasaan seseoarng akan terliahat saat dia menanggapi
>> perkataan seseoarng yang menyatakan bahwa dia tidak dewasa atau childis.
>> > saat ada orang bilang kita tidak dewasa, mana yang lebih dewasa?
>> >
>> > - mengajukan banyak sanggahan atau alasan agar pandangan dia berubah
>> sehingga mencabut tuduhanya
>> > - hanya diam, tenang, menanggapinya hanya dengan sebuah senyuman
>> > - atau kita balik serang dia dengan memaparkan wacana2 yg menyudutkan
>> > dia
>> bahwa dia juga belum dewasa, atau paling tidak membuat dia merasa bahwa
>> dirinya tidak berhak menvonis orang lain tidak dewasa
>> >
>> > mari kita belajar untuk lebih dewasa dalam menilai orang, dan juga mari
>> kita coba untuk lebih dewasa dalam menerima kritik dan penilaian orang...
>> > karena dewasa itu hanya satu "benda", tapi akan berubah jadi
>> bermacam-macam
>> > "benda" saat dilihat dari kaca mata yang berbeda.
>> >
>> >
>> >
>> >
>> >
>> >
>> > New Email addresses available on Yahoo!
>> >
>> > Get the Email name you've always wanted on the new @ymail and
>> @rocketmail.
>> >
>> > Hurry before someone else does!
>> >
>> >
>> >
>> >
>> >
>> >
>> >
>> >
>> >
>> >
>> >
>> >
>> >
>> >
>> >
>> >
>> >
>> >
>> >
>> >
>> >
>> >
>> >
>> >
>> >
>> > Lebih aman saat online. Upgrade ke Internet Explorer 8 baru dan lebih
>> cepat yang dioptimalkan untuk Yahoo! agar Anda merasa lebih aman. Gratis.
>> Dapatkan IE8 di sini!
>> > http://downloads.yahoo.com/ id/internetexplo rer/
>> >
>>
>>
>>
>
>
>
> --
> "Open up your mind and fly!"
>
> Nursalam AR
> Penerjemah, Penulis & Editor
> 0813-10040723
> 021-92727391
> www.nursalam.multiply. com
> www.facebook.com/nursalam. ar
>
--
"Ramaditya Skywalker: The Indonesian game music lover"
- Eko Ramaditya Adikara
http://www.ramaditya.com
- 7d.
-
Emang "dewasa" itu enak ya? d/h Re: [sekolah-kehidupan] Re: (Inspir
Posted by: "novi_ningsih" novi_ningsih@yahoo.com novi_ningsih
Sat Aug 8, 2009 9:25 pm (PDT)
ikut nimbrung, ahhh :D
dewasa... seolah jadi kata yang "berat", ya? :D
entah kenapa, kata dewasa jadi momok buat saya yang kebetulan bernasib sama kayak Veby yang juga anak bungsu... Mau setua apapun umur, hehe, akan selalu dianggap anak kecil, hehe... Mau berusaha sedewasa apapun, tetep jadi "anak kecil" yang katanya identik dengan ambekan, dll... Apalagi saya cenderung dipandang suka becanda alias jarang serius :D
Sampai saya berpikir, saya mau jadi diri sendiri aja :D karena terkadang cukup capek juga, ya... kalau harus "memaksakan diri". Entah karena tuntutan dari diri sendiri atau karena tuntutan dari pihak luar... :) Tetapi terus berusaha menjadi lebih baik, dan itu tak ada yang bisa mengukurnya :D
Saya sepakat dengan mas Rama, mas Nursalam, kang dani, mbak indar soal pemaparan mereka soal "dewasa". Baca satu-satu membuat saya jadi berpikir lebih dewasa, halah :D.
Maksudnya saya jadi mendapatkan banyak hal dari asal kata "dewasa" itu... Jazakumullah, makasi, banyak, tararengkyu... lho :D
Semangat :)
Maaf lahir batin juga buat semua, setengah bulan menjelang ramadhan, oy :)
salam
Novi
--- In sekolah-kehidupan@yahoogroups. , veby <vbi_djenggotten@com ...> wrote:
>
> wah...
>
> iya, saya cuman pingin ngluarin uneg2 aja, ketika udah "di-cap" sebagai orang dewasa, rasanya berat banget...padahal rasanya saya gak dewasa2 juga...masih seneng maen sana-sini...guyon "pethengkelan" gak karuan...
>
> tapi ada lagi satu momen di mana saya merasa tidak pernah jadi dewasa,
> yaitu ketika berkumpul bersama keluarga inti ...
> meski udah punya 1 momongan, sepertinya saya masih aja kayak anak2 di hadapan mereka,
> soalnya beda usia saya dengan kakak terdekat lumayan jauh...
> jadi kultur anak bungsu yang melekat berpuluh tahun masih aja belum menjadikan saya merasa dewasa...hehehehe...tapi minimal, dari ketidak dewasaan itu, alhamdulillaah bisa disalurkan dalam bentuk komik...hehehehe, ...
>
> setelah saya pikir2...ternyata dewasa itu bukanlah sesuatu yang telah dicapai, sulit untuk menyepakati makna dewasa...
>
> bagi saya, kedewasaan merupakan barang abstrak yang hanya bisa dijadikan sebagai jalan untuk "mencapai", kedewasaan bukan proses akhir, tapi lebih ke arah proses...
> halah...isuk2 ngomong opo to aku....
>
> sekian
> moga eska tetep hangat...
> wassalam...
>
>
>
>
>
>
> --- On Sat, 8/8/09, Nursalam AR <nursalam.ar@...> wrote:
>
> From: Nursalam AR <nursalam.ar@...>
> Subject: Emang "dewasa" itu enak ya? d/h Re: [sekolah-kehidupan] Re: (Inspirasi) Terima Kasih Sudah Mengajarkan Aku--Kang Dhani
> To: sekolah-kehidupan@yahoogroups. com
> Date: Saturday, August 8, 2009, 5:24 PM
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
> Hehe...seru juga ya ternyata tanggapan-tanggapan atas tulisan Fiyan. Well, jika kita semua bermain dalam satu persepsi yang sama, menari dalam satu tepukan gendang yang satu bahwa dewasa itu lekat dengan sesuatu yang "keren", "hebat" dan "memang sudah semestinya" maka perdebatan yang ada adalah wajar adanya. Karena apa yang boleh dibilang sebagai akar konfliknya adalah sama ya persepsi tadi.
>
>
>
> Tapi, let's think out of the box, dengan satu pertanyaan mendasar: Emang "dewasa" itu enak ya? Mari belajar dari legenda sang kanak-kanak abadi, Peter Pan. Mengapa ia tidak mau menjadi dewasa? Baginya, dewasa itu berat, penuh beban tanggung jawab. Makanya ia memilih tak mau bertambah usia agar masih bisa bermain-main dengan Tinker Bell dan kawan-kawan sepermainan kanak-kanak yang lain. Dan bebas dari tanggung jawab bekerja, mengurus anak (jika sudah menikah) dll. Jika "dewasa" itu sebuah kekuatan yang besar maka bersamanya ada tanggung jawab yang besar pula. Ini perkataan Spiderman juga lho, Fiyan:).
>
>
>
> Dibilang dewasa juga tidak selalu enak kok. Pernah suatu ketika saya menjodohkan seorang kawan yang soleh, cukup baik pekerjaannya (dalam artian gaji lumayan) dan tampang tidak mengecewakan dengan seorang akhwat (wanita muslimah) yang lama melajang. Tapi sang akhwat menolak. Apa katanya? "Maaf, Mas, habis dia terlihat terlalu dewasa sih."
>
>
>
> Atau pengalaman rekan sekantor saya dulu ketika saya masih kerja kantoran. Betapa ia -- yang berbeda usia 10 tahun dari usia istrinya -- paling malas jika harus kondangan ke pernikahan rekan-rekan sebaya istri. Sebab, menurutnya, biasanya ada satu komentar klasik dari rekan-rekan sang istri. Apakah itu? "Suamimu dewasa ya?":)).
>
>
>
> So, guys, sebetulnya diskusi tentang "dewasa" dan "kedewasaan" ini akan lebih menarik dan produktif apabila tidak digiring -- baik dengan statement langsung, deduksi, konklusi atau apapun teknik psikologis yang lain -- pada pernyataan saling serang atau pembelaan yang kontraproduktif. Bumbu pemanis semisal sapaan "sayang" atau "yang baik" takkan sangkil jika substansinya masih senada.
>
>
>
> Jika sekalipun kita sepakat bermain dalam persepsi yang sama -- bahwa dewasa itu "sudah semestinya" dan "hebat" -- tetap perdebatan takkan berujung tuntas. Karena, seperti tagline iklan Nokia tahun 2000-an yang memperlihatkan Bill Clinton bermain air sambil sibuk main game di HP Nokia, ada "jiwa kanak-kanak dalam diri tiap manusia". Homo luden, makhluk yang bermain, itulah sebutan lain untuk manusia selain homo sapiens (makhluk yang berpikir). Nah, manifestasi "homo luden" tsb tidak hanya dalam bentuk senang bermain pedang-pedangan seperti kebiasaan Rama tapi juga menjelma dalam bentuk-bentuk yang menurut orang "dewasa" adalah "tidak serius" -- karena beyond their habit -- atau dalam bahasa "dewasa" disebut sebagai childish atau "kekanak-kanakan". Singkatnya, menjadi dewasa itu bukan sesuatu yang final (becoming) atau ajeg seiring pertambahan usia, ia adalah proses bahkan pertarungan untuk "menjadi" dalam diri tiap orang. Makanya manusia dalam bahasa
> Inggris adalah "human being" bukan "human becoming".
>
>
>
> Bahkan, sekadar contoh, para capres kita -- yang kita sepakat mereka "dewasa" secara usia pun -- bisa muncul sifat kanak-kanaknya. Misalnya, Megawati yang menangis saat berpidato dan menyesali mengapa ibu-ibu tidak memilihnya. Atau bahkan seorang SBY yang dicitrakan bijak ketika saat masa kampanye ia mengeluh bahwa "ia dikeroyok". Sorry to say it -- dengan permohonan maaf untuk para pendukung capres tsb di milis ini. Ini sekadar contoh bahwa tema "dewasa" adalah tema luas yang bahkan, rasanya, tak sanggup dirangkum dalam kuis sepuluh atau sekian poin -- apalagi kuis di Facebook,hahaha: )). Di bangku perkuliahan saja, kawan saya yang mahasiswa psikologi harus belajar berbuku-buku tebal tentang tema "adulthood" dan "maturity" dan ambil sekian SKS dalam beberapa semester untuk lulus dan -- dianggap -- paham soal "kedewasaan". Itu hanya untuk sisi kognitif apatah lagi untuk sisi aplikatifnya, wuah, panjang nian tuh,guys!!
>
>
>
> So, untuk para moderator seperti Kang Dani dan Mbak Indar dll, agar utas (thread) diskusi ini tetap membuat nyaman di "rumah yang nyaman" ini sebaiknya diarahkan pada hal-hal yang lebih berbau "asah-asih-asuh" seperti visi besar milis ini dengan tidak menyakiti atau membela siapapun. Risiko sebuah milis curhat seperti SK ya memang seperti ini -- di mana kisah pribadi jadi domain publik -- tapi di sinilah moderator berfungsi, sebagai peredam bukan penyulut. Dan saya lihat di awal sebetulnya Rama sudah menyambut dan menggiring "bola liar" Fiyan ke arah yang pas. Sayang kemudian bola tsb muntah kemana-mana.
>
>
>
> Lagian, buat Fiyan, nggak selalu jadi atau dianggap dewasa itu enak kok:).
>
> Tabik,
>
> Nursalam AR
> - bapak 1 anak yang awet muda tapi sering dianggap "dewasa" ;)) -
>
>
> On 8/9/09, patisayang <patisayang@yahoo. com> wrote:
>
>
>
>
>
> Ayya sayang, seorang 'teman' sah-sah saja membela temannya. Tapi please, pakai cara elegan. Kenapa musti bawa-bawa nama orang lain di luar konteks pembicaraan dan kisah lama yang sudah ditutup lembarannya? Yang belum tentu juga kita tahu dan paham duduk masalah sebenarnya.
>
>
> Ayya sayang, seorang 'teman' juga akan membela temannya dengan tetap fokus ke kelebihan si teman, bukannya lantas ganti menyerang si pemberi masukan. Itu namanya melebarkan masalah dan justru nggak akan ada habis-habisnya.
>
>
> Please dua point di atas jangan diulang lain kali kau membela 'teman'.
>
> Ayya, seorang 'teman' yang baik justru lebih bisa melihat kekurangan sahabat atau temannya itu dibanding kelebihan atau biasa-biasanya dia. Dan jika memang dia 'teman ' yang baik, dia akan menguatkan si 'teman' dengan mengambil nilai positif dari penilaian teman-teman 'teman'nya yang lain itu.
>
>
> So, Ayya sayang, aku tak bermaksud membela siapapun. Tapi siapapun bisa berkaca siapa dewasa siapa tidak tanpa perlu pembelaan segudang 'teman'.
>
> salam,
> Indar
> yang belum melihat perubahan sikap dari 3 tahun lalu tapi memilih diam.
>
>
> --- In sekolah-kehidupan@ yahoogroups. com, ayya fadilla <ayyathea@> wrote:
> >
>
> > hmmm...membaca tulisan Kang Dhani
> > sy jd ketawa sendiri
> > kok bisa ya mengkategorikan Fiyan hanya melalui poin-poin itu aja....hehehe
> > sampai sepuluh lagi...
> > kurang banyak tuh Kang....
>
> > atau saran sy Kang Dhani jd cenayang atu ahli nujum aja
> > abisnya bisa sebegitunya. ..
> > lha sy aja biasa-biasa aja selama ini berkawan dgn Fiyan
> > Kang Dhani gak belajar dari kejadian sebelum acara Milad SK ya
>
> > saling beradu argumen sm Bang Nursalam...
> > nah ketauan mana yang lebih dewasa...
> > jgn hanya bisa menilai orang aja.
> > ya, Kang Dhani memang perfect dihadapan Sahabat SK
> > tetapi seperfect apapun orang pasti ada setitik noda ato cela
>
> > jangan hanya Fiyan toh aja dibuat kategori kedewasaan.. .hahaha
> > maaf ya Kang cuman share aja....
> >
> > --- Pada Sab, 8/8/09, dayat, cendana2000 <dayat_xxx@ .> menulis:
> >
> > Dari: dayat, cendana2000 <dayat_xxx@ .>
>
> > Judul: Re: [sekolah-kehidupan] Re: (Inspirasi) Terima Kasih Sudah Mengajarkan Aku Untuk Menjadi Dewasa
> > Kepada: sekolah-kehidupan@ yahoogroups. com
>
> > Tanggal: Sabtu, 8 Agustus, 2009, 12:48 PM
> >
> >
> >
> >
> >
> >
> >
> >
> >
> >
> >
> >
> > bisa jadi kedewasaan seseoarng akan terliahat saat dia menanggapi perkataan seseoarng yang menyatakan bahwa dia tidak dewasa atau childis.
>
> > saat ada orang bilang kita tidak dewasa, mana yang lebih dewasa?
> >
> > - mengajukan banyak sanggahan atau alasan agar pandangan dia berubah sehingga mencabut tuduhanya
> > - hanya diam, tenang, menanggapinya hanya dengan sebuah senyuman
>
> > - atau kita balik serang dia dengan memaparkan wacana2 yg menyudutkan dia bahwa dia juga belum dewasa, atau paling tidak membuat dia merasa bahwa dirinya tidak berhak menvonis orang lain tidak dewasa
> >
> > mari kita belajar untuk lebih dewasa dalam menilai orang, dan juga mari kita coba untuk lebih dewasa dalam menerima kritik dan penilaian orang...
>
> > karena dewasa itu hanya satu "benda", tapi akan berubah jadi bermacam-macam
> > "benda" saat dilihat dari kaca mata yang berbeda.
> >
> >
> >
> >
> >
> >
> > New Email addresses available on Yahoo!
>
> >
> > Get the Email name you've always wanted on the new @ymail and @rocketmail.
> >
> > Hurry before someone else does!
> >
> >
> >
> >
> >
> >
> >
> >
> >
>
> >
> >
> >
> >
> >
> >
> >
> >
> >
> >
> >
> >
> >
> >
> >
> >
> > Lebih aman saat online. Upgrade ke Internet Explorer 8 baru dan lebih cepat yang dioptimalkan untuk Yahoo! agar Anda merasa lebih aman. Gratis. Dapatkan IE8 di sini!
>
> > http://downloads. yahoo.com/ id/internetexplo rer/
> >
>
>
>
>
>
> --
> "Open up your mind and fly!"
>
> Nursalam AR
> Penerjemah, Penulis & Editor
> 0813-10040723
>
> 021-92727391
> www.nursalam. multiply. com
> www.facebook. com/nursalam. ar
>
- 7e.
-
Re: Emang "dewasa" itu enak ya?--Mas Veby
Posted by: "bujang kumbang" bujangkumbang@yahoo.co.id bujangkumbang
Sun Aug 9, 2009 1:53 am (PDT)
assalam....
pkbr Mas Veby...
moga baik-baik aja...
ternyata rumah ente di Ciputat ya...
Ciputat sih kan ane seih mampie ke temapt kost teman ane....
benar nggak rumahnya diCiputat?
makasih ya Mas atas tanggapannya....
ya, sejak saya baca tulisan Sahabat ESKA sy sedang lagi cari kedewasaan smp sekarang
tapi dalam satu hal ini sy tak mau membela diri apalagi menyalahkan siapa-siapa
karena saya sadar diri siapa saya ini?
membela diri juga salah apalagi salah....
ya, mungkin disini ujian jd orang yang merasa "disalahkan'
terima kasih
salam buat anak istri di rumah...
--- Pada Ming, 9/8/09, veby <vbi_djenggotten@yahoo.com > menulis:
Dari: veby <vbi_djenggotten@yahoo.com >
Judul: Re: Emang "dewasa" itu enak ya? d/h Re: [sekolah-kehidupan] Re: (Inspirasi) Terima Kasih Sudah Mengajarkan Aku--Kang Dhani
Kepada: sekolah-kehidupan@yahoogroups. com
Tanggal: Minggu, 9 Agustus, 2009, 7:43 AM
wah...
iya, saya cuman pingin ngluarin uneg2 aja, ketika udah "di-cap" sebagai orang dewasa, rasanya berat banget...padahal rasanya saya gak dewasa2 juga...masih seneng maen sana-sini... guyon "pethengkelan" gak karuan...
tapi ada lagi satu momen di mana saya merasa tidak pernah jadi dewasa,
yaitu ketika berkumpul bersama keluarga inti ...
meski udah punya 1 momongan, sepertinya saya masih aja kayak anak2 di hadapan mereka,
soalnya beda usia saya dengan kakak terdekat lumayan jauh...
jadi kultur anak bungsu yang melekat berpuluh tahun masih aja belum menjadikan saya merasa dewasa...hehehehe. ..tapi minimal, dari ketidak dewasaan itu, alhamdulillaah bisa disalurkan dalam bentuk komik...hehehehe, ...
setelah saya pikir2...ternyata dewasa itu bukanlah sesuatu yang telah dicapai, sulit untuk menyepakati makna dewasa...
bagi
saya, kedewasaan merupakan barang abstrak yang hanya bisa dijadikan sebagai jalan untuk "mencapai", kedewasaan bukan proses akhir, tapi lebih ke arah proses...
halah...isuk2 ngomong opo to aku....
sekian
moga eska tetep hangat...
wassalam...
--- On Sat, 8/8/09, Nursalam AR <nursalam.ar@ gmail.com> wrote:
From: Nursalam AR <nursalam.ar@ gmail.com>
Subject: Emang "dewasa" itu enak ya? d/h Re: [sekolah-kehidupan] Re: (Inspirasi) Terima Kasih Sudah Mengajarkan Aku--Kang Dhani
To: sekolah-kehidupan@ yahoogroups. com
Date: Saturday, August 8, 2009, 5:24 PM
Hehe...seru juga ya ternyata tanggapan-tanggapan atas tulisan Fiyan. Well, jika kita semua bermain dalam satu persepsi yang sama, menari dalam satu tepukan gendang yang satu bahwa dewasa itu lekat dengan sesuatu yang "keren", "hebat" dan "memang sudah semestinya" maka perdebatan yang ada adalah wajar adanya. Karena apa yang boleh dibilang sebagai akar konfliknya adalah sama ya persepsi tadi.
Tapi, let's think out of the box, dengan satu pertanyaan mendasar: Emang "dewasa" itu enak ya? Mari belajar dari legenda sang kanak-kanak abadi, Peter Pan. Mengapa ia tidak mau menjadi dewasa? Baginya, dewasa itu berat, penuh beban tanggung jawab. Makanya ia memilih tak mau bertambah usia agar masih bisa bermain-main dengan Tinker Bell dan kawan-kawan sepermainan kanak-kanak yang lain. Dan bebas dari tanggung jawab bekerja, mengurus anak (jika sudah menikah) dll. Jika "dewasa" itu sebuah kekuatan yang besar maka bersamanya ada tanggung jawab yang besar pula. Ini perkataan Spiderman juga lho, Fiyan:).
Dibilang dewasa juga tidak selalu enak kok. Pernah suatu ketika saya menjodohkan seorang kawan yang soleh, cukup baik pekerjaannya (dalam artian gaji lumayan) dan tampang tidak mengecewakan dengan seorang akhwat (wanita muslimah) yang lama melajang. Tapi sang akhwat menolak. Apa katanya? "Maaf, Mas, habis dia terlihat terlalu dewasa sih."
Atau pengalaman rekan sekantor saya dulu ketika saya masih kerja kantoran. Betapa ia -- yang berbeda usia 10 tahun dari usia istrinya -- paling malas jika harus kondangan ke pernikahan rekan-rekan sebaya istri. Sebab, menurutnya, biasanya ada satu komentar klasik dari rekan-rekan sang istri. Apakah itu? "Suamimu dewasa ya?":)).
So, guys, sebetulnya diskusi tentang "dewasa" dan "kedewasaan" ini akan lebih menarik dan produktif apabila tidak digiring -- baik dengan statement langsung, deduksi, konklusi atau apapun teknik psikologis yang lain -- pada pernyataan saling serang atau pembelaan yang kontraproduktif. Bumbu pemanis semisal sapaan "sayang" atau "yang baik" takkan sangkil jika substansinya masih senada.
Jika sekalipun kita sepakat bermain dalam persepsi yang sama -- bahwa dewasa itu "sudah semestinya" dan "hebat" -- tetap perdebatan takkan berujung tuntas. Karena, seperti tagline iklan Nokia tahun 2000-an yang memperlihatkan Bill Clinton bermain air sambil sibuk main game di HP Nokia, ada "jiwa kanak-kanak dalam diri tiap manusia". Homo luden, makhluk yang bermain, itulah sebutan lain untuk manusia selain homo sapiens (makhluk yang berpikir). Nah, manifestasi "homo luden" tsb tidak hanya dalam bentuk senang bermain pedang-pedangan seperti kebiasaan Rama tapi juga menjelma dalam bentuk-bentuk yang menurut orang "dewasa" adalah "tidak serius" -- karena beyond their habit -- atau dalam bahasa "dewasa" disebut sebagai childish atau "kekanak-kanakan" . Singkatnya, menjadi dewasa itu bukan sesuatu yang final (becoming) atau ajeg seiring pertambahan
usia, ia adalah proses bahkan pertarungan untuk "menjadi" dalam diri tiap orang. Makanya manusia dalam bahasa Inggris adalah "human being" bukan "human becoming".
Bahkan, sekadar contoh, para capres kita -- yang kita sepakat mereka "dewasa" secara usia pun -- bisa muncul sifat kanak-kanaknya. Misalnya, Megawati yang menangis saat berpidato dan menyesali mengapa ibu-ibu tidak memilihnya. Atau bahkan seorang SBY yang dicitrakan bijak ketika saat masa kampanye ia mengeluh bahwa "ia dikeroyok". Sorry to say it -- dengan permohonan maaf untuk para pendukung capres tsb di milis ini. Ini sekadar contoh bahwa tema "dewasa" adalah tema luas yang bahkan, rasanya, tak sanggup dirangkum dalam kuis sepuluh atau sekian poin -- apalagi kuis di Facebook,hahaha: )). Di bangku perkuliahan saja, kawan saya yang mahasiswa psikologi harus belajar berbuku-buku tebal tentang tema "adulthood" dan "maturity" dan ambil sekian SKS dalam beberapa semester untuk lulus dan -- dianggap -- paham soal "kedewasaan" . Itu hanya untuk sisi kognitif apatah lagi untuk sisi
aplikatifnya, wuah, panjang nian tuh,guys!!
So, untuk para moderator seperti Kang Dani dan Mbak Indar dll, agar utas (thread) diskusi ini tetap membuat nyaman di "rumah yang nyaman" ini sebaiknya diarahkan pada hal-hal yang lebih berbau "asah-asih-asuh" seperti visi besar milis ini dengan tidak menyakiti atau membela siapapun. Risiko sebuah milis curhat seperti SK ya memang seperti ini -- di mana kisah pribadi jadi domain publik -- tapi di sinilah moderator berfungsi, sebagai peredam bukan penyulut. Dan saya lihat di awal sebetulnya Rama sudah menyambut dan menggiring "bola liar" Fiyan ke arah yang pas. Sayang kemudian bola tsb muntah kemana-mana.
Lagian, buat Fiyan, nggak selalu jadi atau dianggap dewasa itu enak kok:).
Tabik,
Nursalam AR
- bapak 1 anak yang awet muda tapi sering dianggap "dewasa" ;)) -
On 8/9/09, patisayang <patisayang@yahoo. com> wrote:
Ayya sayang, seorang 'teman' sah-sah saja membela temannya. Tapi please, pakai cara elegan. Kenapa musti bawa-bawa nama orang lain di luar konteks pembicaraan dan kisah lama yang sudah ditutup lembarannya? Yang belum tentu juga kita tahu dan paham duduk masalah sebenarnya.
Ayya sayang, seorang 'teman' juga akan membela temannya dengan tetap fokus ke kelebihan si teman, bukannya lantas ganti menyerang si pemberi masukan. Itu namanya melebarkan masalah dan justru nggak akan ada habis-habisnya.
Please dua point di atas jangan diulang lain kali kau membela 'teman'.
Ayya, seorang 'teman' yang baik justru lebih bisa melihat kekurangan sahabat atau temannya itu dibanding kelebihan atau biasa-biasanya dia. Dan jika memang dia 'teman ' yang baik, dia akan menguatkan si 'teman' dengan mengambil nilai positif dari penilaian teman-teman 'teman'nya yang lain itu.
So, Ayya sayang, aku tak bermaksud membela siapapun. Tapi siapapun bisa berkaca siapa dewasa siapa tidak tanpa perlu pembelaan segudang 'teman'.
salam,
Indar
yang belum melihat perubahan sikap dari 3 tahun lalu tapi memilih diam.
--- In sekolah-kehidupan@ yahoogroups. com, ayya fadilla <ayyathea@...> wrote:
>
> hmmm...membaca tulisan Kang Dhani
> sy jd ketawa sendiri
> kok bisa ya mengkategorikan Fiyan hanya melalui poin-poin itu aja....hehehe
> sampai sepuluh lagi...
> kurang banyak tuh Kang....
> atau saran sy Kang Dhani jd cenayang atu ahli nujum aja
> abisnya bisa sebegitunya. ..
> lha sy aja biasa-biasa aja selama ini berkawan dgn Fiyan
> Kang Dhani gak belajar dari kejadian sebelum acara Milad SK ya
> saling beradu argumen sm Bang Nursalam...
> nah ketauan mana yang lebih dewasa...
> jgn hanya bisa menilai orang aja.
> ya, Kang Dhani memang perfect dihadapan Sahabat SK
> tetapi seperfect apapun orang pasti ada setitik noda ato cela
> jangan hanya Fiyan toh aja dibuat kategori kedewasaan.. .hahaha
> maaf ya Kang cuman share aja....
>
> --- Pada Sab, 8/8/09, dayat, cendana2000 <dayat_xxx@.. .> menulis:
>
> Dari: dayat, cendana2000 <dayat_xxx@.. .>
> Judul: Re: [sekolah-kehidupan] Re: (Inspirasi) Terima Kasih Sudah Mengajarkan Aku Untuk Menjadi Dewasa
> Kepada: sekolah-kehidupan@ yahoogroups. com
> Tanggal: Sabtu, 8 Agustus, 2009, 12:48 PM
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
> bisa jadi kedewasaan seseoarng akan terliahat saat dia menanggapi perkataan seseoarng yang menyatakan bahwa dia tidak dewasa atau childis.
> saat ada orang bilang kita tidak dewasa, mana yang lebih dewasa?
>
> - mengajukan banyak sanggahan atau alasan agar pandangan dia berubah sehingga mencabut tuduhanya
> - hanya diam, tenang, menanggapinya hanya dengan sebuah senyuman
> - atau kita balik serang dia dengan memaparkan wacana2 yg menyudutkan dia bahwa dia juga belum dewasa, atau paling tidak membuat dia merasa bahwa dirinya tidak berhak menvonis orang lain tidak dewasa
>
> mari kita belajar untuk lebih dewasa dalam menilai orang, dan juga mari kita coba untuk lebih dewasa dalam menerima kritik dan penilaian orang...
> karena dewasa itu hanya satu "benda", tapi akan berubah jadi bermacam-macam
> "benda" saat dilihat dari kaca mata yang berbeda.
>
>
>
>
>
>
> New Email addresses available on Yahoo!
>
> Get the Email name you've always wanted on the new @ymail and @rocketmail.
>
> Hurry before someone else does!
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
> Lebih aman saat online. Upgrade ke Internet Explorer 8 baru dan lebih cepat yang dioptimalkan untuk Yahoo! agar Anda merasa lebih aman. Gratis. Dapatkan IE8 di sini!
> http://downloads. yahoo.com/ id/internetexplo rer/
>
--
"Open up your mind and fly!"
Nursalam AR
Penerjemah, Penulis & Editor
0813-10040723
021-92727391
www.nursalam. multiply. com
www.facebook. com/nursalam. ar
Nikmati chatting lebih sering di blog dan situs web. Gunakan Wizard Pembuat Pingbox Online. http://id.messenger.yahoo.com/ pingbox/
Need to Reply?
Click one of the "Reply" links to respond to a specific message in the Daily Digest.
MARKETPLACE
Change settings via the Web (Yahoo! ID required)
Change settings via email: Switch delivery to Individual | Switch format to Traditional
Visit Your Group | Yahoo! Groups Terms of Use | Unsubscribe
Tidak ada komentar:
Posting Komentar