Selasa, 29 September 2009

[daarut-tauhiid] Delapan Tanda Orang Ikhlas Tazkiyatun Nufus 25/8/2009 | 04 Ramadhan 1430 H | Hits: 4,893 Oleh: Mochamad Bugi

 

Dua Syarat Amal
dakwatuna.com – Amal yang kita lakukan akan
diterima Allah jika memenuhi dua rukun. Pertama, amal itu harus
didasari oleh keikhlasan dan niat yang murni: hanya mengharap keridhaan
Allah swt. Kedua, amal perbuatan yang kita lakukan itu harus sesuai
dengan sunnah Nabi saw.
Syarat pertama menyangkut masalah batin. Niat ikhlas artinya saat
melakukan amal perbuatan, batin kita harus benar-benar bersih.
Rasulullah saw. bersabda, "Innamal a'maalu bin-niyyaat,
sesungguhnya amal perbuatan itu tergantung niatnya." (Bukhari dan
Muslim).. Berdasarkan hadits itu, maka diterima atau tidaknya suatu amal
perbuatan yang kita lakukan oleh Allah swt. sangat bergantung pada niat
kita.
Sedangkan syarat yang kedua, harus sesuai dengan syariat Islam. Syarat ini menyangkut segi lahiriah. Nabi saw. berkata, "Man 'amala 'amalan laisa 'alaihi amrunaa fahuwa raddun, barangsiapa yang mengerjakan suatu perbuatan yang tidak pernah kami diperintahkan, maka perbuatan itu ditolak." (Muslim).
Tentang dua syarat tersebut, Allah swt. menerangkannya di sejumlah
ayat dalam Alquran. Di antaranya dua ayat ini. "Dan barangsiapa yang
menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang dia orang yang berbuat
kebaikan, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang
kokoh…." (Luqman: 22). "Dan siapakah yang lebih baik agamanya daripada
orang yang ikhlas menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang dia pun
mengerjakan kebaikan…." (An-Nisa: 125)
Yang dimaksud dengan "menyerahkan diri kepada Allah" di dua ayat di
atas adalah mengikhlaskan niat dan amal perbuatan hanya karena Allah
semata. Sedangkan yang yang dimaksud dengan "mengerjakan kebaikan" di
dalam ayat itu ialah mengerjakan kebaikan dengan serius dan sesuai
dengan sunnah Rasulullah saw.
Fudhail bin Iyadh pernah memberi komentar tentang ayat 2 surat Al-Mulk, "Liyabluwakum ayyukum ahsanu 'amala,
supaya Allah menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik
amalnya." Menurutnya, maksud "yang lebih baik amalnya" adalah amal yang
didasari keikhlasan dan sesuai dengan sunnah Nabi saw.
Seseorang bertanya kepadanya, "Apa yang dimaksud dengan amal yang
ikhlas dan benar itu?" Fudhail menjawab, "Sesungguhnya amal yang
dilandasi keikhlasan tetapi tidak benar, tidak diterima oleh Allah swt.
Sebaliknya, amal yang benar tetapi tidak dilandasi keikhlasan juga
tidak diterima oleh Allah swt. Amal perbuatan itu baru bisa diterima
Allah jika didasari keikhlasan dan dilaksanakan dengan benar. Yang
dimaksud 'ikhlas' adalah amal perbuatan yang dikerjakan semata-mata
karena Allah, dan yang dimaksud 'benar' adalah amal perbuatan itu
sesuai dengan tuntunan Rasulullah saw." Setelah itu Fudhail bin Iyad
membacakan surat Al-Kahfi ayat 110, "Barangsiapa yang mengharapkan
perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaknya ia mengerjakan amal yang
saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam beribadah
kepada Tuhannya."
Jadi, niat yang ikhlas saja belum menjamin amal kita diterima oleh
Allah swt., jika dilakukan tidak sesuai dengan apa yang digariskan
syariat. Begitu juga dengan perbuatan mulia, tidak diterima jika
dilakukan dengan tujuan tidak mencari keridhaan Allah swt.
Delapan Tanda Keikhlasan
Ada delapan tanda-tanda keikhlasan yang bisa kita gunakan untuk
mengecek apakah rasa ikhlas telah mengisi relung-relung hati kita.
Kedelapan tanda itu adalah:
1. Keikhlasan hadir bila Anda takut akan popularitas
Imam Ibnu Syihab Az-Zuhri berkata, "Sedikit sekali kita melihat
orang yang tidak menyukai kedudukan dan jabatan. Seseorang bisa menahan
diri dari makanan, minuman, dan harta, namun ia tidak sanggup menahan
diri dari iming-iming kedudukan. Bahkan, ia tidak segan-segan
merebutnya meskipun harus menjegal kawan atau lawan." Karena itu tak
heran jika para ulama salaf banyak menulis buku tentang larangan
mencintai popularitas, jabatan, dan riya.
Fudhail bin Iyadh berkata, "Jika Anda mampu untuk tidak dikenal oleh
orang lain, maka laksanakanlah. Anda tidak merugi sekiranya Anda tidak
terkenal. Anda juga tidak merugi sekiranya Anda tidak disanjung ornag
lain. Demikian pula, janganlah gusar jika Anda menjadi orang yang
tercela di mata manusia, tetapi menjadi manusia terpuji dan terhormat
di sisi Allah."
Meski demikian, ucapan para ulama tersebut bukan menyeru agar kita mengasingkan diri dari khalayak ramai (uzlah).
Ucapan itu adalah peringatan agar dalam mengarungi kehidupan kita tidak
terjebak pada jerat hawa nafsu ingin mendapat pujian manusia. Apalagi,
para nabi dan orang-orang saleh adalah orang-orang yang popular. Yang
dilarang adalah meminta nama kita dipopulerkan, meminta jabatan, dan
sikap rakus pada kedudukan. Jika tanpa ambisi dan tanpa meminta kita
menjadi dikenal orang, itu tidak mengapa. Meskipun itu bisa menjadi
malapetaka bagi orang yang lemah dan tidak siap menghadapinya.
2. Ikhlah ada saat Anda mengakui bahwa diri Anda punya banyak kekurangan
Orang yang ikhlas selalu merasa dirinya memiliki banyak kekurangan.
Ia merasa belum maksimal dalam menjalankan segala kewajiban yang
dibebankan Allah swt. Karena itu ia tidak pernah merasa ujub dengan
setiap kebaikan yang dikerjakannya. Sebaliknya, ia cemasi apa-apa yang
dilakukannya tidak diterima Allah swt. karena itu ia kerap menangis.
Aisyah r.a. pernah bertanya kepada Rasulullah saw. tentang maksud
firman Allah: "Dan orang-ornag yang mengeluarkan rezeki yang dikaruniai
kepada mereka, sedang hati mereka takut bahwa mereka akan kembali
kepada Tuhan mereka." Apakah mereka itu orang-orang yang mencuri,
orang-orang yang berzina, dan para peminum minuman keras, sedang mereka
takut akan siksa dan murka Allah 'Azza wa jalla? Rasulullah saw.
menjawab, "Bukan, wahai Putri Abu Bakar. Mereka itu adalah orang-orang
yang rajin shalat, berpuasa, dan sering bersedekah, sementera mereka
khawatir amal mereka tidak diterima. Mereka bergegas dalam menjalankan
kebaikan dan mereka orang-orang yang berlomba." (Ahmad).
3. Keikhlasan hadir ketika Anda lebih cenderung untuk menyembunyikan amal kebajikan
Orang yang tulus adalah orang yang tidak ingin amal perbuatannya
diketahui orang lain. Ibarat pohon, mereka lebih senang menjadi akar
yang tertutup tanah tapi menghidupi keseluruhan pohon. Ibarat rumah,
mereka pondasi yang berkalang tanah namun menopang keseluruhan bangunan.
Suatu hari Umar bin Khaththab pergi ke Masjid Nabawi. Ia mendapati
Mu'adz sedang menangis di dekat makam Rasulullah saw. Umar menegurnya,
"Mengapa kau menangis?" Mu'adz menjawab, "Aku telah mendengar hadits
dari Rasulullah saw. bahwa beliau bersabda, 'Riya sekalipun hanya
sedikit, ia termasuk syirik. Dan barang siapa memusuhi kekasih-kekasih
Allah maka ia telah menyatakan perang terhadap Allah. Sesungguhnya
Allah menyukai orang-orang yang baik, takwa, serta tidak dikenal.
Sekalipun mereka tidak ada, mereka tidak hilang dan sekalipun mereka
ada, mereka tidak dikenal. Hati mereka bagaikan pelita yang menerangi
petunjuk. Mereka keluar dari segala tempat yang gelap gulita." (Ibnu
Majah dan Baihaqi)
4. Ikhlas ada saat Anda tak masalah ditempatkan sebagai pemimpin atau prajurit
Rasulullah saw. melukiskan tipe orang seperti ini dengan berkataan,
"Beruntunglah seorang hamba yang memegang tali kendali kudanya di jalan
Allah sementara kepala dan tumitnya berdebu. Apabila ia bertugas
menjaga benteng pertahanan, ia benar-benar menjaganya. Dan jika ia
bertugas sebagai pemberi minuman, ia benar-benar melaksanakannya."
Itulah yang terjadi pada diri Khalid bin Walid saat Khalifah Umar
bin Khaththab memberhentikannya dari jabatan panglima perang. Khalid
tidak kecewa apalagi sakit hati. Sebab, ia berjuang bukan untuk Umar,
bukan pula untuk komandan barunya Abu Ubaidah. Khalid berjuang untuk
mendapat ridha Allah swt.
5. Keikhalasan ada ketika Anda mengutamakan keridhaan Allah daripada keridhaan manusia
Tidak sedikit manusia hidup di bawah bayang-bayang orang lain. Bila
orang itu menuntun pada keridhaan Allah, sungguh kita sangat beruntung.
Tapi tak jarang orang itu memakai kekuasaannya untuk memaksa kita
bermaksiat kepada Allah swt. Di sinilah keikhlasan kita diuji. Memilih
keridhaan Allah swt. atau keridhaan manusia yang mendominasi diri kita?
Pilihan kita seharusnya seperti pilihan Masyithoh si tukang sisir anak
Fir'aun. Ia lebih memilih keridhaan Allah daripada harus menyembah
Fir'aun.
6. Ikhlas ada saat Anda cinta dan marah karena Allah
Adalah ikhlas saat Anda menyatakan cinta dan benci, memberi atau
menolak, ridha dan marah kepada seseorang atau sesuatu karena kecintaan
Anda kepada Allah dan keinginan membela agamaNya, bukan untuk
kepentingan pribadi Anda. Sebaliknya, Allah swt. mencela orang yang
berbuat kebalikan dari itu. "Dan di antara mereka ada orang yang
mencela tentang (pembagian) zakat. Jika mereka diberi sebagian
daripadanya, mereka bersenang hati, dan jika mereka tidak diberi
sebagian daripadanya, dengan serta merta mereka menjadi marah."
(At-Taubah: 58)
7. Keikhalasan hadir saat Anda sabar terhadap panjangnya jalan
Keikhlasan Anda akan diuji oleh waktu. Sepanjang hidup Anda adalah
ujian. Ketegaran Anda untuk menegakkan kalimatNya di muka bumi meski
tahu jalannya sangat jauh, sementara hasilnya belum pasti dan kesulitan
sudah di depan mata, amat sangat diuji. Hanya orang-orang yang
mengharap keridhaan Allah yang bisa tegar menempuh jalan panjang itu.
Seperti Nabi Nuh a.s. yang giat tanpa lelah selama 950 tahun berdakwah.
Seperti Umar bin Khaththab yang berkata, "Jika ada seribu mujahid
berjuang di medan juang, aku satu di antaranya. Jika ada seratus
mujahid berjuang di medan juang, aku satu di antaranya. Jika ada
sepuluh mujahid berjuang di medan juang, aku satu di antaranya. Jika
ada satu mujahid berjuang di medan juang, itulah aku!"
8. Ikhlas ada saat Anda merasa gembira jika kawan Anda memiliki kelebihan
Yang paling sulit adalah menerima orang lain memiliki kelebihan yang
tidak kita miliki. Apalagi orang itu junior kita. Hasad. Itulah sifat
yang menutup keikhlasan hadir di relung hati kita. Hanya orang yang ada
sifat ikhlas dalam dirinya yang mau memberi kesempatan kepada orang
yang mempunyai kemampuan yang memadai untuk mengambil bagian dari
tanggung jawab yang dipikulnya. Tanpa beban ia mempersilakan orang yang
lebih baik dari dirinya untuk tampil menggantikan dirinya. Tak ada rasa
iri. Tak ada rasa dendam. Jika seorang leader, orang seperti ini tidak
segan-segan membagi tugas kepada siapapun yang dianggap punya kemampuan.

Bersenang-senang di Yahoo! Messenger dengan semua teman. Tambahkan mereka dari email atau jaringan sosial Anda sekarang! http://id.messenger.yahoo.com/invite/

[Non-text portions of this message have been removed]

__._,_.___
====================================================
Pesantren Daarut Tauhiid - Bandung - Jakarta - Batam
====================================================
Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
====================================================
       website:  http://dtjakarta.or.id/
====================================================
Recent Activity
Visit Your Group
Give Back

Yahoo! for Good

Get inspired

by a good cause.

Y! Toolbar

Get it Free!

easy 1-click access

to your groups.

Yahoo! Groups

Start a group

in 3 easy steps.

Connect with others.

.

__,_._,___

Tidak ada komentar: