Rabu, 26 Januari 2011

[daarut-tauhiid] Trs: Mujilem menjadi Inspirasi

 

Kepada Yth.
Bapak/Ibu
Yang dirahmati Allah

Assalamu'alaikum Wr. Wb.

Puji syukur kehadirat Allah atas limpahan rahmat dan hidayahNya kepada kita
semua, semoga Bapak/Ibu senantiasa diberikan kemudahan dalam menjalankan
aktifitas mulia, Amin.

Mbok Mujilem sebuah nama yang mungkin hanya biasa-biasa saja menurut
kita,akan tetapi sosok yang memiliki nama tersebut sungguh membuat kami semua
malu. Mbok Munjilem, anda telah membuat kami semua malu. Perempuan paruh baya
itu, bukan orang kaya. Ia sudah puluhan tahun menjadi pembantu Rumah tangga
dibilangan Pakubuwono, Kebayoran Baru,Jakarta Selatan. Tak tahu berapa gajinya
per bulan. Tapi, tiap awal bulan ia datang ke kantor Al-Azhar Peduli Ummat untuk
menunaikan zakat. Semula, dikira ia sebagai pengantar zakat majikannya. Nyatanya
itu murni zakatnya pribadi. Ditelusuri lebih jauh, dikampung halamnnya Jawa
Tengah, Munjilem juga bukan keluarga kaya. Untuk ukuran manusia biasa, bisa jadi
Mujilem justru lebih berhak menerima zakat.
"Setelah menunaikan zakat, saya merasa lebih tenang", kata Mujilem menyibak
rahasianya.

Hidup tenang bagi Mujilem, ukurannya amat sederhana. Sekaligus menyedak
hati-hati yang membatu. Ia memang tak mampu memberi makan orang lain dalam
jumlah banyak. Namun, zakat yang ditunaikan, bagi Mujilem menghadirkan
ketenangan hidup, mensucikan harta dan jiwa, serta memupus rasa bersalah ketika
ada anak manusia kelaparan dan kesusahan.
Mujilem bukan orang penting yang punya kewenangan mengatur negeri ini.
Hatinya gelisah, jika melihat ada anak manusia tak beruntung. Pengalaman hidup
susah di kampung halaman, memompa empatinya agar selalu ingat saat dalam
kesenangan.
Tak mudah menghidupkan nurani sedalam ini. Bahkan orang yang punya kelapangan
harta pun, cenderung mencintainya berlebihan. Berbagi, kadang dipandang malah
merugi. Menolong seorang fakir, bahkan dianggap sebagai sebab mengajarkan
kemalasan. Semua ditakar untung dan rugi, tiap yang dikeluarkan dituntut untuk
kembali.
Sebagian kita belum mampu memahami zakat sedalam Mujilem. Zakat masih dipahami
sekadar penggugur rukun Islam. Zakat ditunaikan lantaran belas kasihan pada
fakir miskin. Bahkan bagian dari promosi diri. Padahal, sebagai sebuah rukun,
ada dan tiada orang miskin, zakat tetap wajib ditunaikan.
Pengalaman Mbok Mujilem mengajarkan, kitalah sejatinya yang butuh zakat. Bukan
orang miskin dan kaum dhuafa itu. Ibarat orang yang makan, banyak menu lezat
disantap, halal dan diperoleh dari rezeki yang halal pula, tapi tak pernah
dikeluarkan. Maka, makanan yang halal itu mengendap di perut dan jadi penyakit.
Demikianlah zakat. Kita menunaikannya karena kita butuh harta kita suci, jiwa
kita bersih dan tenang, serta hidup kita berkah dan selamat. Itu yang dipahami
Mbok Mujilem. Di sisa usianya, ia ingin harta yang sedikit, menyehatkan dan
menyelamatkannya di dunia dan akhirat. Sebelum ajal menjemput dan akhirat
menagihnya. Wallahu'alam.

Al-Azhar Peduli Ummat
Komplek Masjid Agung Al-Azhar
Jl.Sisingamangaraja Kebayoran Baru
Jakarta Selatan 12110
Tlp.021-722 1504 Fax.726 5241
www.alazharpeduli.com
YM. al_azharpeduli

[Non-text portions of this message have been removed]

__._,_.___
Recent Activity:
====================================================
Pesantren Daarut Tauhiid - Bandung - Jakarta - Batam
====================================================
Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
====================================================
       website:  http://dtjakarta.or.id/
====================================================
.

__,_._,___

Tidak ada komentar: