Messages In This Digest (1 Message)
- 1.
- NLP States For Writing Dan Trance-Writing From: Ikhwan Sopa
Message
- 1.
-
NLP States For Writing Dan Trance-Writing
Posted by: "Ikhwan Sopa" ikhwan.sopa@gmail.com ikhwansopa
Mon Jul 4, 2011 9:42 pm (PDT)
<http://1.bp.blogspot. >com/-nAQ8glhreus /ThKOluhwdPI/ AAAAAAAACD0/ DOblZYHIa5E/ s1600/writing. jpg
Dear all.
Beberapa hari yang lalu saya mengisi sebuah sesi NLP bersama komunitas
NeoNLP. Acara itu mengusung topik "*The Essentials Of NLP*". Di ujung acara
saya menyampaikan konsep "*Manajemen Pikiran Dan Perasaan*" - sekedar
perkenalan terkait dengan buku yang telah saya tulis dengan judul yang sama.
Ketika saya menerima tawaran kombinasi yang menarik ini, saya
*merasa*senang, dan Saya
*berpikir*,
*"Peluang apa yang dapat saya manfaatkan untuk berbagi manfaat dan inspirasi
bagi orang banyak, dengan sebuah event yang dikemas dan dikombinasikan
dengan unik seperti ini?"*
Saya kemudian memutuskan untuk berbagi inspirasi tentang bagaimana *NLP *dan
*hypnosis *sangat membantu saya dalam setiap tahap dan proses penulisan buku
tersebut. Saya sadari atau tidak saya sadari, dengan keterlibatan intensif
saya dalam dunia NLP dan hypnosis, sedikit atau banyak, pastilah keduanya
mewarnai proses kerja saya dalam menulis buku tersebut. Sesi NeoNLP beberapa
hari yang lalu itu, ternyata tidak cukup menampung berbagai hal yang menurut
saya menarik untuk saya sharing. Jadi, saya sharing di sini untuk makin
melengkapi. Semoga bermanfaat.
*NLP STATES FOR WRITING*
States NLP ini menindaklanjuti usulan stances yang ditawarkan Stuart Tan,
seorang Trainer NLP. State-state ini banyak saya gunakan dalam proses
menulis "Manajemen Pikiran Dan Perasaan".
*1. Outcome State*
Saya membayangkan, "Manajemen Pikiran Dan Perasaan" menjelma menjadi
sebentuk *ilmu baru*.
Saya membayangkan, buku "Manajemen Pikiran Dan Perasaan" menjadi *sentral *dari
serentetan buku yang terkait. Dalam benak saya sekarang, sudah ada empat
atau lima judul "Manajemen" yang siap meluap keluar menjadi buku-buku juga.
Buku kedua yang mengikuti buku pertama ini, "Manajemen Pertanyaan" kini
sedang dalam tahap pematangan setelah draftnya saya selesaikan beberapa hari
yang lalu.
Saya membayangkan *training-training* terkait yang menindaklanjuti berbagai
buku itu, yang semoga menjadi khasanah penambah kekayaan ilmu pemberdayaan
diri dan manusia.
Saya membayangkan berseliwerannya para *praktisi*, para *master practitioner
*, dan para *trainer *"Manajemen Pikiran Dan Perasaan" di seantero wilayah
Indonesia dan bahkan di seluruh dunia. Saya tidak tahu persis tentang kapan
saya dapat merealisasikan semua itu.
Saya membayangkan, bagaimana buku saya menjadi *manual* pemberdayaan diri di
*divisi HRD* berbagai perusahaan dan organisasi.
Saya membayangkan, bagaimana buku saya menjadi *rujukan *di berbagai
perguruan tinggi dan sekolah-sekolah.
Saya membayangkan, bagaimana buku saya menjadi *pegangan sehari-hari* setiap
orang yang berkeinginan terus meningkatkan keberdayaan dirinya.
Outcome di atas, dari sudut pandang NLP masih terbilang sebagai outcome yang
lemah (belum menjadi *wellformed outcome* khususnya dari segi timing, namun
dari segi yang lain, sensory acuity dan imajinasi misalnya, insya Allah saya
selalu hidup dalam state outcome ini).
Dengan hidup di dalam outcome state inilah saya:
*- Menetapkan judul "Manajemen Pikiran Dan Perasaan"*
Dengan harapan diberi kesempatan untuk merealisasikannya menjadi *skill* dan
*ilmu pemberdayaan diri* yang bermanfaat bagi banyak orang dan bagi diri
saya sendiri. Bagi saya pribadi, pengembangan diri dan pemberdayaan manusia,
mestilah sedekat mungkin dengan fenomena manusia itu sendiri. Dan di mata
saya, fenomena terdekat itu adalah *pikiran* dan *perasaan*.
*- Mendisain cover buku dengan warna putih dan dengan gambar tangan wanita*
Gambar yang saya pilih untuk dikontraskan dengan keseluruhan cover yang
berwarna putih itu, adalah gambar sebuah tangan. Sebuah tangan yang
menggenggam buku itu sebagaimana seseorang sedang memegangnya. Saya
membayangkan efeknya ketika buku itu dipajang sendirian, dan saya
membayangkan ketika buku itu dipajang berjejer.
Saya memilih gambar tangan seorang wanita. Kata "Manajemen" dan "Pikiran"
cenderung bernuansa *maskulin*. Itu sebabnya saya memilih tangan wanita yang
*feminin*, untuk mencerminkan "Perasaan".
Secara maknawi, saya pribadi menterjemahkan dan mengidentikkan "*manajemen*"
dengan "*kekuatan tangan yang mengatur*". Menurut saya, itulah cerminan dan
representasi yang paling sederhana dan paling mengena tentang "manajemen".
Sebuah tangan adalah cerminan dari kekuatan untuk mengatur.
*- Memilih judul bab*
Saya menetapkan judul bab dengan model *persuasi langsung* dalam bentuk
pernyataan-pernyataan yang menguatkan. Dalam hal ini, apa yang menurut saya
menguatkan, adalah "menjawab" apa-apa yang ditanyakan oleh *higher
self*dari rata-rata orang. Dengan kata lain, judul bab yang saya
tetapkan adalah
didasarkan pada bentuk-bentuk *afirmasi *yang sebenarnya disadari atau tidak
disadari *telah diyakini* oleh rata-rata orang.
Secara redaksional, saya memanfaatkan pola-pola favorit saya, yaitu "*yes
factor*" dan "*wow effect*", yaitu ungkapan-ungkapan yang secara langsung
akan di-"*ya*"-kan oleh banyak orang, atau ungkapan-ungkapan yang secara
langsung akan *mengejutkan *orang yang membacanya. Minimal, saya mencoba
untuk mengaktivasi fenomena pembelajaran yang paling mendasar, yaitu
munculnya pertanyaan "*masak sih?*" di kepala orang yang membacanya.
Dalam buku-buku selanjutnya, seluruh bab dalam buku "Manajemen Pikiran Dan
Perasaan" saya geser persepsinya menjadi bentuk-bentuk "*kecerdasan*"
sebagai konsekuensi intisari dari setiap skill dan ilmu. Saya bahkan
membayangkan, bahwa suatu saat segala bentuk "kecerdasan" itu menjadi
elemen-elemen yang terkuantifikasi alias dapat diukur dan dapat dihitung
alias dimatematiskan. Ini juga telah saya seeding di sini:
http://qacomm.com/docs/ Manajemen- Pikiran-Dan- Perasaan. pdf
*- Menuliskannya dengan writer's state*
Di awal tahun 2010, saya mempublikasi sebuah resolusi bahwa saya akan
menulis setidaknya satu buku pengembangan diri. Sampai dengan bulan
September 2010 kalau tidak salah, saya belum berhasil menulis satu
halamanpun dari buku ini. Saya berpikir, pasti ada yang salah.
Setelah saya telusuri, kesalahan saya adalah pada *positioning *diri. Sampai
bulan itu, saya ternyata masih memposisikan diri sebagai trainer, pembicara,
dan motivator. Dengan positioning seperti itu, saya menomorduakan proses
menulis. Artinya, saya menomorduakan posisi saya sebagai seorang penulis.
Saya kemudian mengganti positioning saya untuk sementara. Saya menetapkan
waktu sebulan untuk memasuki posisi sebagai seorang penulis.
Permintaan-permintaan bicara dan training di bulan itu saya tolak, dan
bahkan training publik yang rutin saya gelar pun saya hentikan sementara.
Dengan positioning ini, saya Alhamdulillah berhasil menyelesaikan penulisan
buku ini dalam waktu kurang lebih satu bulan.
*- Memposisikan diri sebagai "marketer*
Saya menetapkan diri bahwa saya adalah *bagian *dari tim penjual buku ini.
Tanpa bermaksud menggantikan posisi toko buku, saya menyadari bahwa ketika
buku ini terbit, tugas saya selaku penulis bukan justru *selesai*, tapi
malah *baru mulai*. Sejauh yang saya ingat, dari 3000 eksemplar cetakan
pertama, saya pribadi Alhamdulillah telah menjual hampir 500 eksemplar.
Pilihan ini sedikit berkontradiksi dengan konsep "best seller" yang
benchmarknya adalah omzet toko buku. Namun demikian, outcome saya bukanlah
semata-mata best seller.
*- Menyiapkan situs **http://pikiranperasaan.org*
Sebagai wadah nasional bagi para praktisi, para master practitioner, para
trainer, dan para provider training-training "Manajemen Pikiran Dan
Perasaan" di masa depan. http://pikiranperasaan.org
*- Menyiapkan situs **http://thoughts-feelings- management. org*
Sebagai wadah global bagi para praktisi, para master practitioner, para
trainer, dan para provider training-training "Manajemen Pikiran Dan
Perasaan" di masa depan. *
*http://thoughts-feelings- <http://thoughts-management. org feelings- >management. org/
*- Menggelar training pioneer*
Info tentang ini telah saya note-kan di sini:
http://blog.qacomm.com/ 2011/06/pendafta ran-certified- practitioner. html
*2. Confrontational State*
Jika kita cermati, berbagai persoalan yang terjadi di dalam kehidupan kita,
cenderung kita diselesaikan ketika berbagai persoalan itu mencapai *titik
emosional tertentu*. Di titik tertentu itu, berbagai persoalan akan mulai
kita persepsi sebagai persoalan yang sifatnya *pribadi*. Apapun itu, ketika
ia mulai memasuki wilayah pribadi, maka sesuatu itu akan mulai "*ada rasanya
*".
Jika kita menganggapnya terlalu pribadi maka persoalan itu akan menjadi
blunder akibat sikap dan perilaku kita yang terlalu emosional, dan jika kita
menganggapnya kurang pribadi maka kita akan menjadi kurang emosional dan
terlalu dingin dalam menanggapi berbagai hal. Jika seimbang, maka kita akan
mendapatkan kekuatan emosional yang sangat besar.
Kondisi emosional yang intensitasnya "pas" ini, di sisi "kiri" akan semakin
menajamkan kita dari segi *konten *penulisan, dan di sisi kanan akan semakin
menghaluskan kita dari segi *struktur *penulisan.
Dalam banyak hal, state ini akan sanga membantu ketika kita mulai terjebak
di dalam fenomena "*writer's block*".
Berbulan-bulan sebelum buku saya terbit, saya melakukan berbagai bentuk
diskusi dan sharing dengan sebanyak mungkin orang. Saya menyiapkan diri
untuk dihadapkan pada segala situasi yang mungkin emosional. Sampai pada
tingkat tertentu, saya bahkan secara eksplisit meminta mereka untuk "*
membantai*" saya. Thanks buat para sahabat yang sempat terlibat dengan
proses ini bersama saya.
*3. Curiosity State*
Dalam banyak hal, state ini cenderung memberdayakan. Inti dari curiosity
state adalah mengajukan *pertanyaan-pertanyaan* di seputar topik dan
pokok-pokok pikiran dari bahan tulisan. Dalam hal ini, kita *mempacing *dan
melakukan *mind reading* terkait dengan berbagai proses yang berlangsung di
kepala para pembaca ketika membaca buku kita itu nantinya.
State ini sangat membantu kita dalam menciptakan aliran tulisan yang makin
halus dan dalam mengkreasi berbagai "kejutan yang direncanakan".
*4. Three Things Factual State*
Kecenderungan dari rata-rata kita, adalah *menuntaskan *sesuatu yang menurut
kita sudah cukup jelas. Dengan kata lain, ketika di hadapan kita sudah
tersedia *tiga hal penting yang faktual dan mendasar* maka secara alamiah
kita akan terdorong untuk melengkapi dan menyelesaikannya. Menyediakan tiga
hal yang demikian, adalah ibarat memberikan *clue *dalam bentuk tiga potong
puzzle untuk melengkapi seluruh koleksi puzzle. Ini berlaku bagi penulis dan
sekaligus bagi pembaca.
*5. Frivolity State*
State ini adalah penguatan bagi sisi "*kiri*" dan sekaligus "*kanan*" kita.
Kita mengkreasi hubungan-hubungan yang kurang serius tapi cukup *menarik*dan
*inspiratif*. Misalnya hubungan antara pecel lele dan kualitas hubungan
dengan pasangan. Hubungan antara pilihan minuman dengan tingkat kebahagiaan.
Atau, hubungan antara jenis sepatu yang dipakai dan proyeksi keberhasilan.
Intiya, frivolity adalah ketidakseriusan yang mampu menggelitik pikiran.
Alias, keseriusan yang sudah berlevel *meta*.
*6. Polarity State*
Ketika kita berharap bahwa tulisan kita menjadi faktor *pengaya *dari yang
sudah ada, atau bahkan ketika kita berharap bahwa tulisan kita adalah
sesuatu yang *baru dan menyegarkan*, maka kita perlu melengkapinya dengan
segala sudut pandang yang secara argumentatif berpihak kepada pengayaan dan
penyegaran itu. Dengan kata lain, kita perlu menyiapkan diri untuk segala
bentuk kebutuhan argumentasi, yang akan muncul belakangan mengikuti lahirnya
tulisan. Kuncinya, ada pada *riset* dan pemahaman yang semakin *dalam*.
*TRANCE WRITING*
*Note**: *Jangan gunakan *channeling*. Bisa-bisa, bukan Anda yang menulis.
Saya menggunakan teknik ini pada proses-proses yang sangat menuntut kinerja
sisi "*kanan*" dari otak saya. Saya menggunakannya untuk menulis
bagian-bagian story telling yang "ngarang banget" seperti cerita tentang Chu
Wan Fei dalam Bab 16 buku saya. Cerita itu adalah cerita "penyempurnaan
dendam" ala cerita silat Kho Ping Ho atau gaya-gaya film silat Hongkong.
Yang saya tahu, saya sudah sangat sering membaca komik silat dan sering pula
menonton film silat. Film-film yang pertama kali saya tonton di antaranya
film-film silat yang dibintangi oleh Chen Kuan Tay, Yasuaki Kurata, atau Ti
Lung (he...he...he.. nyeplos aja nih, masih ingat padahal ketika itu saya
masih TK. Saya sering diajak salah satu Om saya ke bioskop waktu itu.)
Dengan semua khasanah itu dalam memori saya, bagaimana saya dapat
mengalirkannya keluar menjadi tulisan? Dengan *trance*!
Saya melakukannya dengan skrip yang sederhana. Berikut ini adalah skrip yang
menurut saya jauh lebih baik. Dari Susan Gold.
*"... dan kini setelah Anda sudah menyatu dengan sang penulis dalam diri
Anda, Anda boleh membayangkan tentang pikiran bawah sadar Anda. Pikiran
bawah sadar Anda adalah sebuah gudang raksasa dari segala pengalaman,
ingatan, dan pengetahuan - atas segala hal yang telah pernah Anda dengar,
lihat, cium, sentuh, dan rasakan. Bayangkan betapa lengkapnya semua itu
sebagai sumber-sumber yang boleh Anda manfaatkan. Semua itu terakumulasi dan
terus terakumulasi di gudang raksasa pikiran bawah sadar Anda...*
*... dan sekarang, entah bagaimana... potongan-potongan memori itu mulai
mengambang dan muncul ke permukaan... memunculkan segala detil yang khas dan
menarik perhatian, yang mengingatkan Anda betapa banyaknya detil yang selama
ini nyaris terlupakan...*
*... dan jika Anda mengingat-ingat impian-impian Anda... Anda tahu persis
bagaimana kreatifnya pikiran bawah sadar Anda melakukan pengolahan ulang
atas berbagai pengalaman menjadi gambaran-gambaran baru yang kreatif,
fantastis, dan orisinil....*
*... sekarang.. Anda dapat mengakses gambaran-gambaran yang boleh Anda
manfaatkan ke dalam tulisan Anda...*
*... Anda boleh mengosongkan pikiran Anda untuk diisi sepenuhnya oleh
gambaran-gambaran itu... atau Anda boleh membayangkan sebuah kanvas lukisan
yang masih kosong yang boleh Anda lukis... atau Anda dapat membayangkan
selembar kertas yang kosong...*
*... jika Anda telah siap, Anda membolehkan gambaran-gambaran itu mengalir.
Semua gambaran itu bisa datang dari segala arah panca indera Anda dengan
segala bentuknya. Gambaran itu juga bisa datang dalam bentuk aliran
kata-kata... bolehkanlah semuanya mengalir sebagaimana adanya... izinkan
rasa ingin tahu diri Anda semakin menguat dan semakin menguat... biarkan
semuanya mengalir.. satu gambaran diikuti gambaran berikutnya... bolehkan
semua itu mengisi pikiran Anda.*
*(120 detik)*
*Sekarang... biarkan semua gambaran itu memudar. Nanti Anda akan dengan
mudah dapat memanggilnya kembali...*
*... Berikan waktu kepada pikiran Anda untuk merambah ke seluruh tubuh Anda
dan menciptakan memori tentang apa yang Anda rasakan sekarang... rasakanlah
bagaimana panca indera Anda terstimulasi dan bereaksi... rasakanlah
kreatifitas Anda semakin meningkat... bawalah sensasi ini ketika Anda keluar
dari perjalanan bawah sadar Anda... dengan rileks dan kreatif...*
*... pada hitungan kelima... Anda kembali ke tingkat kesadaran penuh dan
membuka mata Anda. Dengan terbukanya mata Anda, Anda tetap membawa sensasi
ini dan mulai memunculkan kembali segala gambaran yang baru saja
terlintas... ketika Anda siap, Anda boleh mulai menulis non stop untuk
beberapa menit menterjemahkan semuanya ke dalam kata-kata dan tulisan. Jika
Anda merasa perlu mengambil jeda di dalam aliran ini, Anda boleh memilih
suatu huruf atau kata sebagai huruf atau kata yang Anda tulis paling akhir..
dan membolehkannya menjadi awalan untuk kalimat Anda berikutnya...*
...satu... dua.. tiga... empat.. lima...
1. Kembali ke "sini" dan membuka mata.
2. Menyadari dan merasakan tangan Anda dan ingin menulis.
3. Rileks dan tetap merasakan kreatifitas yang tinggi, penuh energi, dan
fokus.
4. Mulailah menulis.
Dalam kondisi yang seperti itulah, saya memutuskan nama-nama yang menjadi
pemeran dalam cerita saya, "Chu Wan Fei", "Paman Wei", "Bibi Wu", "Ur Guan
Pat". Saya membayangkan panorama gurun "Than", mata air "Zum" dan
seterusnya. Saya membayangkan kejadian-kejadian dan intrik-intrik. Saya
membayangkan setting sejarah... dan seterusnya... Saya membayangkan keadaan
dan situasi, iklim dan cuaca, suara angin dan riuhnya perang... dan
seterusya.... Saya membayangkan fisik dan emosional mereka, saya
mendengarkan kata-kata mereka... dan seterusnya...
Note: Beberapa pakar menganjurkan untuk menggunakan alat tulis tradisional
seperti pulpen. Siapa tahu, Anda mungkin perlu menggambar - sesuatu yang
sulit dilakukan dengan keyboard.
Semoga bermanfaat.
Ikhwan Sopa
Master Coach MPdP
Master Trainer E.D.A.N.
Master Trainer NNLP
Founder, Penulis
"Manajemen Pikiran Dan
Perasaan<http://www.penerbitzaman.com/ >code.php? index=Katalog& op=tampilbuku& bid=118
"
"Manajemen Pertanyaan"
Need to Reply?
Click one of the "Reply" links to respond to a specific message in the Daily Digest.
Change settings via the Web (Yahoo! ID required)
Change settings via email: Switch delivery to Individual | Switch format to Traditional
Visit Your Group | Yahoo! Groups Terms of Use | Unsubscribe
Tidak ada komentar:
Posting Komentar