Kamis, 03 November 2011

[daarut-tauhiid] Keterikatan: Mengosongkan Hati

Salam,

Sekadar sharing tulisan muhasabah ... semoga bermanfaat.

salam,
--
Satriyo

"Don't be so quick to judge, you never know when you might just find
yourself walking in that person's shoes"

*Keterikatan: Mengosongkan Hati***

Oleh Yasmin Mogahed <http://www.yasminmogahed.com/author/admin/>, ditulis
pada 7 Desember, 2010


Sebelum anda dapat mengisi wadah, anda harus terlebih dulu memastikannya
kosong. Hati adalah wadah. Dan sebagaimana laiknya wadah, hati juga harus
kosong—sebelum dapat diisi. Tidak ada yang pernah berharap mengisi Allah ke
dalam hatinya selama wadahnya itu penuh dengan segala hal selain-Nya.

Mengosongkan hati tidak berarti tidak mencinta. Sebaliknya, cinta sejati,
seperti dikehendaki Allah swt, adalah paling murni ketika tidak didasari
pada ikatan yang salah. Proses awal mengosongkan hati dapat ditemui di
bagian awal *Syahadah*. Perhatikan bahwa syahadat dimulai dengan sebuah
penolakan kritis, suatu pengosongan yang amat penting. Sebelum kita
herharap menggapai tauhid sejati, sebelum kita dapat menegaskan keyakinan
kita kepada Rabb kita, kita lebih dulu menegaskan: "*la ilaaha*" (tidak ada
*ilah*). Yang disebut *ilah* adalah objek penyembahan. Tapi wajib memahami
bahwa *ilah* tidak sekadar sesuatu yang kita tujukan sembahyang kita. Yang
disebut *ilah* adalah apa yang menjadi titik pusat orbit hidup kita, apa
yang kita patuhi dan apa yang amat sangat penting bagi kita—di atas
segalanya.

*Ilah* adalah sesuatu yang untuknya kita hidup—dan tidak bisa hidup
tanpanya.

Jadi setiap orang – ateis, agnostik, Muslim, Kristen, Yahudi – memiliki
satu *ilah*. Siapa saja menyembah sesuatu. Bagi sebagian besar orang, apa
yang menjadi objek sesembahan adalah sesuatu dari kehidupan dunia ini, *
dunya*. Ada yang menyembah harta, lainnya status. Ada yang menyembah
ketenaran, lainnya menyembah nalarnya sendiri. Lainnya menyembah sesame.
Dan banyak, seperti digambarkan Al-Qur'an, menyembah diri mereka sendiri,
nafsu dan hasrat. Allah swt berfirman:

[image: 45:23]

" Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai
Tuhannya dan Allah membiarkannya berdasarkan ilmu-Nya[1] <#_ftn1> dan Allah
telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas
penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah
(membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?"
(Qur'an, 45:23 <http://www.quran.com/45/23>)

Benda-benda sesembahan ini adalah segala hal yang membuat kita terikat
padanya. Tapi benda yang mengikat kita ini bukan sekadar sesuatu yang kita
cintai. Keterikatan kita adalah karena hal-hal itu kita perlukan, dalam
makna yang sedalam-dalamnya. Jika kita kehilangannya, maka kita akan hancur
sehancur-hancurnya. Jika ada sesuatu—atau seseorang—selain Allah swt, yang
tidak bisa kita lepaskan, maka kita memiliki keterikatan yang palsu.
Mengapa Nabiyullah Ibrahim as diperintah untuk mengurbankan anaknya? Tidak
lain untuk membebaskannya. Membebaskannya dari keterikatan yang salah. Saat
ia bebas, sesuat yang ia cintai (bukan keterikatan) dikembalikan padanya.

Jika ada sesuatu—atau seseorang—yang kehilangannya akan benar-benar membuat
diri kita hancur, kita memiliki keterikatan palsu. Keterikatan palsu adalah
segala hal yang kita takuti kehilangannya sedemikian rupa nyaris seperti
menderita sakit. Atau segala hal yang jika kita bahkan merasakannya
beringsut pergi, kita akan segera kejar. Kita mengejarnya karena kehilangan
objek keterikatan menyebabkan kehancuran yang besar, dan besar kehancuran
itu setara dengan derajat keterikatan. Keterikatan ini dapat kepada uang,
harta benda, orang lain, pendapat, kenikmatan fisik, obat-obatan, symbol
status, karir kita, citra kita, bagaimana orang lain memandang kita,
penampilan fisik atau kecantikan kita, cara kita berpakaian atau
berpenampilan di muka orang, titel kita, jabatan kita, rasa mengendalikan,
atau kecerdasan dan rasio kita. Tapi sampai kita dapat lepas bebas dari
keterikatan palsu ini, kita tidak bisa mengosongkan wadah hati kita. Dan
jika kita tidak mengosongkan wadah kita, kita tidak dapat benar-benar
mengisinya dengan Allah swt.

Perjuangan untuk membebaskan hati kita dari seluruh keterikatan palsu ini,
perjuangan untuk mengosongkan wadah hati, adalah perjuangan terbesar dalam
hidup di dunia ini. Perjuangan itu adalah saripati dari tauhid. Mari kita
lihat bahwa, jika dikaji mendalam, kelima rukun Islam intinya adalah
tentang pelepasan diri yang memampukan kita untuk melepaskan diri:

*Syahadat*: Kesaksian iman ini adalah pengakuan iman secara verbal akan
pelepasan yang kita coba capai: bahwa satu-satunya hal yang kita sembah,
persembahan puncak, cinta, takut, dan harap adalah Allah swt. Hanya Allah
swt. Agar berhasil membebaskan diri dari segala keterikatan, selain kepada
Sang Khaliq, adalah perwujudan paling sebenarnya dari tauhid

*Shalat*: Lima kali sehari kita harus menarik diri dari dunia untuk
memusatkan perhatian pada Sang Khaliq, Pencipta kita, tujuan utama. Lima
kali sehari, kita melepaskan diri dari apapun yang kita lakukan di dunia
ini, dan beralih pada Allah swt. Shalat dapat saja diperintahkan sekali
sehari atau sepekan atau sekaligus lima waktu secara bersamaan. Tapi tidak.
Shalat disebar dalam periode sehari semalam. Jika seseorang melakukan
shalat mereka sesuai waktunya, tidak akan ada *kesempatan* untuk menjadi
terikat. Segera setelah kita mulai tenggelam dalam urusan dunia (pekerjaan
yang tengah kita lakukan, acara yang kita tonton, ujian yang kita
persiapkan, orang yang tidak bisa kita hilangkan dari pikiran kita), kita *
dipaksa* untuk melepaskannya dan mengalihkan perhatian kita kepada
satu-satunya objek keterikatan.

*Shaum*: Puasa adalah seluruhnya tentang pelepasan diri. Ia adalah
pelepasan dari makanan, minuman, keintiman seksual, perkataan yang sia-sia.
Dengan menahan diri dari diri fisik kita, kita memuliakan, mensucikan dan
meninggikan diri ruhani kita. Dengan puasa kita dipaksa melepaskan diri
dari segala kebutuhan, hasrat dan kenikmatan fisik.

*Zakat*: Zakat adalah tentang pelepasan diri kita dari uang dan
memberikannya demi Allah swt. Dengan memberikannya, kita dipaksa untuk
lepas dari keterikatan kita pada harta.

*Haji*: Haji adalah tindakan pelepasan diri yang paling menyeluruh dan
dalam. Seorang tamu Allah swt meninggalkan segalanya dalam hidupnya. Ia
meninggalkan keluarganya, rumahnya, gajinya yang enam digit, tempat tidur
yang nyaman, sepatu dan pakaian bermerk, semuanya ditukar dengan tidur di
tanah atau di tengah kerumunan dalam tenda dan hanya mengenakan dua helai
kain tak berjahit (ihram). Tidak ada symbol status dalam haji. Tidak ada
ihram bermerek Tommy Hilfiger, atau tenda berbintang lima. (Paket Haji yang
mengiklankan hotel bintang lima, sebenarnya bicara soal *sebelum* dan *
sesudah* Haji. Selama Haji, anda tidur di tenda di Mina, dan di tanah, di
bawah langit, di Muzdalifah).

Sadarlah bahwa Allah swt, dengan Kemaha Bijaksanaan dan Pengampunan-Nya,
tidak hanya meminta kita untuk melepaskan diri dari dunia—Dia memberitahu
kita juga cara persisnya. Di luar rukun Islam, bahkan pakaian kita
melahirkan pelepasan diri. Rasulullah memerintah kita untuk membedakan diri
kita, berbeda dari kerumunan, bahkan dalam penampilan kita. Dengan
mengenakan hijab, kopiah atau janggut, anda tidak bisa begitu saja
berbaur—bahkan jika kamu mau. Rasulullah berkata, "*Islam mulai** sebagai
sesuatu yang aneh, dan akan kembali menjadi sesuatu yang aneh seperti semula,
maka berikan kabar gembira kepada orang asing*." (HR Muslim)

Dengan menjadi "asing" bagi dunia ini, kita dapat hidup di dalamnya, tanpa
menjadi bagiannya. Dan melalui pelepasan diri itulah kita dapat
mengosongkan wadah hati kita dalam mempersiapkan diri bagi apa yang
memeliharanya dan menghidupkannya. Dengan mengosongkan hati kita, kita
menyiapkannya untuk santapan sejatinya:

Allah.

http://www.yasminmogahed.com/?s=vessel&x=9&y=7,
http://www.facebook.com/note.php?note_id=470876095823

------------------------------

[1] <#_ftnref1> Maksudnya Tuhan membiarkan orang itu sesat, karena Allah
telah mengetahui bahwa Dia tidak menerima petunjuk-petunjuk yang diberikan
kepadanya.


[Non-text portions of this message have been removed]

------------------------------------

====================================================
Pesantren Daarut Tauhiid - Bandung - Jakarta - Batam
====================================================
Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
====================================================
website: http://dtjakarta.or.id/
====================================================Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/daarut-tauhiid/

<*> Your email settings:
Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
http://groups.yahoo.com/group/daarut-tauhiid/join
(Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
daarut-tauhiid-digest@yahoogroups.com
daarut-tauhiid-fullfeatured@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
daarut-tauhiid-unsubscribe@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/

Tidak ada komentar: