Minggu, 20 November 2011

[daarut-tauhiid] Kisah Sahabat Nabi: Mush'ab bin Umair, Duta Islam yang Pertama

Kisah Sahabat Nabi: Mush'ab bin Umair, Duta Islam yang Pertama


REPUBLIKA.CO.ID, Mush'ab bin Umair salah seorang diantara para sahabat
Nabi. Ia seorang remaja Quraisy terkemuka, gagah dan tampan, penuh
dengan jiwa dan semangat kemudaan. Para ahli sejarah melukiskan
semangat kemudaannya dengan kalimat: "Seorang warga kota Makkah yang
mempunyai nama paling harum."

Mush'ab lahir dan dibesarkan dalam kesenangan, dan tumbuh dalam
lingkungannya. Mungkin tak seorang pun di antara anak-anak muda Makkah
yang beruntung dimanjakan oleh kedua orang tuanya sebagaimana yang
dialami Mush'ab bin Umair.

Mungkinkah kiranya anak muda yang serba kecukupan, biasa hidup mewah
dan manja, menjadi buah-bibir gadis-gadis Makkah dan menjadi bintang
di tempat-tempat pertemuan, akan meningkat menjadi tamsil dalam
semangat kepahlawanan?

Suatu hari, anak muda ini mendengar berita yang telah tersebar luas di
kalangan warga Makkah mengenai Muhammad Al-Amin, yang mengatakan
dirinya telah diutus Allah sebagai pembawa berita suka maupun duka,
sebagai dai yang mengajak umat beribadah kepada Allah Yang Maha Esa.

Di antara berita yang didengarnya ialah bahwa Rasulullah bersama
pengikutnya biasa mengadakan pertemuan di suatu tempat yang terhindar
jauh dari gangguan gerombolan Quraisy dan ancaman-ancamannya, yaitu di
bukit Shafa di rumah Arqam bin Abil Arqam.

Maka pada suatu senja, didorong oleh kerinduannya, pergilah ia ke
rumah Arqam menyertai rombongan itu. Di tempat itu Rasulullah SAW
sering berkumpul dengan para sahabatnya, mengajarkan mereka ayat-ayat
Alquran dan mengajak mereka beribadah kepada Allah Yang Maha Akbar.

Baru saja Mush'ab mengambil tempat duduknya, ayat-ayat Alqur'an mulai
mengalir dari kalbu Rasulullah bergema melalui kedua bibirnya dan
sampai ke telinga, meresap di hati para pendengar. Di senja itu
Mush'ab pun terpesona oleh untaian kalimat Rasulullah yang tepat
menemui sasaran di kalbunya.

Khunas binti Malik yakni ibunda Mush'ab, adalah seorang yang
berkepribadian kuat dan pendiriannya tak dapat ditawar atau diganggu
gugat, Ia wanita yang disegani bahkan ditakuti. Ketika Mush'ab memeluk
Islam, tiada satu kekuatan pun yang ditakuti dan dikhawatirkannya
selain ibunya sendiri.

Bahkan walau seluruh penduduk Makkah beserta berhala-berhala para
pembesar dan padang pasirnya berubah rupa menjadi suatu kekuatan yang
menakutkan yang hendak menyerang dan menghancurkannya, tentulah
Mush'ab akan menganggapnya enteng. Tapi tantangan dari ibunya, bagi
Mush'ab tidak dapat dianggap kecil. Ia pun segera berpikir keras dan
mengambil keputusan untuk menyembunyikan keislamannya sampai terjadi
sesuatu yang dikehendaki Allah.

Demikianlah ia senantiasa bolak-balik ke rumah Arqam menghadiri
majelis Rasulullah, sedang hatinya merasa bahagia dengan keimanan dan
sedia menebusnya dengan amarah murka ibunya yang belum mengetahui
berita keislamannya.

Tetapi di kota Makkah tiada rahasia yang tersembunyi, apalagi dalam
suasana seperti itu. Mata kaum Quraisy berkeliaran di mana-mana
mengikuti setiap langkah dan menyelusuri setiap jejak. Kebetulan
seorang yang bernama Utsman bin Thalhah melihat Mush'ab memasuki rumah
Arqam secara sembunyi. Kemudian pada hari yang lain dilihatnya pula ia
shalat seperti Muhammad SAW. Secepat kilat ia mendapatkan ibu Mush'ab
dan melaporkan berita yang dijamin kebenarannya.

Berdirilah Mush'ab di hadapan ibu dan keluarganya serta para pembesar
Makkah yang berkumpul di rumahnya. Dengan hati yang yakin dan pasti
dibacakannya ayat-ayat Alquran yang disampaikan Rasulullah untuk
mencuci hati nurani mereka, mengisinya dengan hikmah dan kemuliaan,
kejujuran dan ketakwaan.

Ketika sang ibu hendak membungkam mulut putranya dengan tamparan
keras, tiba-tiba tangan yang terulur bagai anak panah itu surut dan
jatuh terkulai, ketika melihat cahaya yang membuat wajah putranya
berseri cemerlang itu kian berwibawa. Karena rasa keibuannya, ibunda
Mush'ab tak jadi menyakiti putranya. Dibawalah puteranya itu ke suatu
tempat terpencil di rumahnya, lalu dikurung dan dipenjarakannya dengan
rapat.

Demikianlah beberapa lama Mush'ab tinggal dalam kurungan sampai saat
beberapa orang Muslimin hijrah ke Habasyah. Mendengar berita hijrah
ini Mush'ab pun mencari muslihat, dan berhasil mengelabui ibu dan
penjaga-penjaganya, lalu pergi ke Habasyah melindungkan diri. Ia
tinggal di sana bersama saudara-saudaranya kaum Muslimin, lalu pulang
ke Makkah. Kemudian ia pergi lagi hijrah kedua kalinya bersama para
sahabat atas titah Rasulullah dan karena taat kepadanya.

Pada Suatu hari ia tampil di hadapan beberapa orang Muslimin yang
sedang duduk sekeliling Rasulullah SAW. Demi memandang Mush'ab, mereka
menundukkan kepala dan memejamkan mata, sementara beberapa orang
matanya basah karena duka. Mereka melihat Mush'ab memakai jubah usang
yang bertambal-tambal, padahal belum lagi hilang dari ingatan
mereka—pakaiannya sebelum masuk Islam—tak ubahnya bagaikan kembang di
taman, berwarna-warni dan menghamburkan bau yang wangi.

Adapun Rasulullah, menatapnya dengan pandangan penuh arti, disertai
cinta kasih dan syukur dalam hati. Pada kedua bibirnya tersungging
senyuman mulia, seraya berkata, "Dahulu aku lihat Mush'ab ini tak ada
yang mengimbangi dalam memperoleh kesenangan dari orang tuanya,
kemudian ditinggalkannya semua itu demi cintanya kepada Allah dan
Rasul-Nya."

Suatu saat Mush'ab dipilih Rasulullah untuk melakukan suatu tugas maha
penting saat itu. Ia menjadi duta atau utusan Rasul ke Madinah untuk
mengajarkan agama Islam kepada orang-orang Anshar yang telah beriman
dan berbaiat kepada Rasulullah di bukit Aqabah. Di samping itu, ia
juga mempersiapkan kota Madinah untuk menyambut hijrah Rasulullah
sebagai peristiwa besar.

Sebenarnya, di kalangan sahabat ketika itu masih banyak yang lebih
tua, lebih berpengaruh dan lebih dekat hubungan kekeluargaannya dengan
Rasulullah daripada Mush'ab. Tetapi Rasulullah menjatuhkan pilihannya
kepada Mush'ab. Dan bukan tidak menyadari sepenuhnya bahwa beliau
telah memikulkan tugas amat penting ke atas pundak pemuda itu dan
menyerahkan kepadanya tanggung jawab nasib Agama Islam di kota
Madinah.

Mush'ab memikul amant itu dengan bekal karunia Allah kepadanya, berupa
pikiran yang cerdas dan budi yang luhur. Dengan sifat zuhud, kejujuran
dan kesungguhan hati, ia berhasil melunakkan dan menawan hati penduduk
Madinah hingga mereka berduyun-duyun masuk Islam. Ketika tiba di
Madinah pertama kali, ia mendapati kaum Muslimin tidak lebih dari dua
belas orang, yakni hanya orang-orang yang telah baiat di bukit Aqabah.
Namun beberapa bulan kemudian, meningkatlah jumlah orang-orang yang
memenuhi panggilan Allah dan Rasul-Nya.

Mush'ab memahami tugas dengan sepenuhnya, hingga tak terlanjur
melampaui batas yang telah diterapkan. Ia sadar bahwa tugasnya adalah
menyeru kepada Allah, menyampaikan berita gembira lahirnya suatu agama
yang mengajak manusia mencapai hidayah Allah, membimbing mereka ke
jalan yang lurus. Akhlaknya mengikuti pola hidup Rasulullah SAW yang
diimaninya yang mengemban kewajiban hanya menyampaikan belaka.
Demikianlah duta Rasulullah yang pertama itu telah mencapai hasil
gemilang yang tiada taranya, suatu keberhasilan yang memang wajar dan
layak diperolehnya.

Dalam Perang Uhud, Mush'ab bin Umair adalah salah seorang pahlawan dan
pembawa bendera perang. Ketika situasi mulai gawat karena kaum
Muslimin melupakan perintah Nabi, maka ia mengacungkan bendera
setinggi-tingginya dan bertakbir sekeras-kerasnya, lalu maju menyerang
musuh. Targetnya, untuk menarik perhatian musuh kepadanya dan
melupakan Rasulullah SAW. Dengan demikian ia membentuk barisan tentara
dengan dirinya sendiri.

Tiba-tiba datang musuh bernama Ibnu Qumaiah dengan menunggang kuda,
lalu menebas tangan Mush'ab hingga putus, sementara Mush'ab
meneriakkan, "Muhammad itu tiada lain hanyalah seorang Rasul, yang
sebelumnya telah didahului oleh beberapa Rasul."

Maka Mush'ab memegang bendera dengan tangan kirinya sambil membungkuk
melindunginya. Musuh pun menebas tangan kirinya itu hingga putus pula.
Mush'ab membungkuk ke arah bendera, lalu dengan kedua pangkal lengan
meraihnya ke dada sambil berucap, "Muhammad itu tiada lain hanyalah
seorang Rasul, dan sebelumnya telah didahului oleh beberapa Rasul."

Lalu orang berkuda itu menyerangnya ketiga kali dengan tombak, dan
menusukkannya hingga tombak itu pun patah. Mush'ab pun gugur, dan
bendera jatuh. Ia gugur sebagai bintang dan mahkota para syuhada.

Rasulullah bersama para sahabat datang meninjau medan pertempuran
untuk menyampaikan perpisahan kepada para syuhada. Ketika sampai di
tempat terbaringnya jasad Mush'ab, bercucuranlah dengan deras air
matanya.

Tak sehelai pun kain untuk menutupi jasadnya selain sehelai burdah.
Andai ditaruh di atas kepalanya, terbukalah kedua belah kakinya.
Sebaliknya bila ditutupkan di kakinya, terbukalah kepalanya. Maka
Rasulullah SAW bersabda, "Tutupkanlah ke bagian kepalanya, dan kakinya
tutuplah dengan rumput idzkhir!"

Kemudian sambil memandangi burdah yang digunakan untuk kain penutup
itu, Rasulullah berkata, "Ketika di Makkah dulu, tak seorang pun aku
lihat yang lebih halus pakaiannya dan lebih rapi rambutnya
daripadanya. Tetapi sekarang ini, dengan rambutmu yang kusut masai,
hanya dibalut sehelai burdah."

Setelah melayangkan pandang, ke arah medan laga serta para syuhada,
kawan-kawan Mush'ab yang tergeletak di atasnya, Rasulullah berseru,
"Sungguh, Rasulullah akan menjadi saksi nanti di hari kiamat, bahwa
kalian semua adalah syuhada di sisi Allah!"

Kemudian sambil berpaling ke arah sahabat yang masih hidup, Rasulullah
bersabda, "Hai manusia, berziarahlah dan berkunjunglah kepada mereka,
serta ucapkanlah salam! Demi Allah yang menguasai nyawaku, tak seorang
Muslim pun sampai hari kiamat yang memberi salam kepada mereka, pasti
mereka akan membalasnya."

Redaktur: cr01
Sumber: 101 Sahabat Nabi karya Hepi Andi Bastoni

http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/khazanah/11/08/23/lqdi5w-kisah-sahabat-nabi-mushab-bin-umair-duta-islam-yang-pertama


------------------------------------

====================================================
Pesantren Daarut Tauhiid - Bandung - Jakarta - Batam
====================================================
Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
====================================================
website: http://dtjakarta.or.id/
====================================================Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/daarut-tauhiid/

<*> Your email settings:
Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
http://groups.yahoo.com/group/daarut-tauhiid/join
(Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
daarut-tauhiid-digest@yahoogroups.com
daarut-tauhiid-fullfeatured@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
daarut-tauhiid-unsubscribe@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/

Tidak ada komentar: