Kamis, 24 November 2011

[daarut-tauhiid] Pesantren Nyaris Dibakar, Kumandang Adzan Tak Terdengar di Batakte

Pesantren Nyaris Dibakar, Kumandang Adzan Tak Terdengar di Batakte

*Kupang (voa-islam) – *Sungguh berat tantangan dakwah di kelurahan Batakte,
Kupang Barat, Nusa Tenggara Timur. Di wilayah ini, tempat Pesantren
Hidayatullah berdiri, umat Islam yang minoritas harus beradaptasi dengan
lingkungan yang banyak dihuni oleh masyarakat Kristen. Di Batakte, adzan
dilarang menggunakan speaker. Jika nekad, siap-siap saja akan ada batu
melayang ke arah bangunan masjid dan pesantren.

"Kami disini hanya menggunakan toa ke dalam, suara azan tak sampai keluar.
Pernah dicoba, tapi berbuah lemparan batu oleh masyarakat yang tinggal di
wilayah sekitar sini. Begitu kami azan dengan *toa* yang hanya bisa
didengar oleh jamaah di dalam ruangan masjid, toh aman-aman saja," ujar
Pimpinan Pesantren Hidayatullah Ustadz Usman Mamang saat disambangi *voa-Islam
*ketika melakukan perjalanan Jurnalistik ke Kupang.

Para da'i di Batakte, seperti dikatakan Ustadz Usman, memang harus kuat
mental dan banyak bersabar. Diakuinya, para da'i menjadi tak leluasa ketika
berdakwah di tengah masyarakat yang mayoritas beragama Kristen. "Ketika
para da'i masuk dan melakukan pendekatan dengan mereka yang non-muslim,
kami dituduh melakukan Islamisasi. Namun, yang namanya pendakwah, tentu
harus siap menghadapi resiko yang akan terjadi. Saat qurban Idul Adha
kemarin, kami bagi-bagikan daging kambing kepada warga Kristen di sekitar
sini."

Bagi masyarakat setempat, keberadaan pesantren Hidayatullah di Batakte
dianggap ancaman buat mereka. Tak heran, bila pesantren ini sempat digugat
keberadaannya di wilayah Batakte. Saat Pilkada (Pemilihan Kepala Daerah) di
Kupang, ada politikus yang ingin memanfaatkan situasi dengan menggugat
Pesantren Hidayatullah.

"Yang jelas, kami sudah urus sertifikasinya ke Badan Pertanahan Nasional
(BPN), namun menurut tradisi di sini, meskipun telah memiliki sertifikat,
tetap harus ada upacara pelepasan hak dari yang punya tanah," jelas Usman.

Masyarakat di sini tidak pernah membayangkan, pesantren Hidayatullah kian
berkembang dan menjadi besar seperti sekarang ini. Ketika komplek pesantren
kian besar, masyarakat Kristen di sini nampak kaget dan sangat terpukul,
kok bisa ada pesantren di tengah komunitas mereka yang mayoritas non Muslim.

Begitu juga, jika ada muallaf di Batakte, selalu ada yang merasa heran
seraya berkata, "Hebat juga kamu ya jadi orang Islam." Maknanya, kok bisa
menjadi muslim di tengah-tengah komunitas Kristen.

*Kekurangan Tenaga Da'I *

Dikatakan Usman Mamang, Pesantren Hidayatullah di Kupang didirikan oleh
Ustadz Abdullah Azzam --jebolan Intitute Teknologi Surabaya (ITS) -- tahun
1992. Sebelum pesantren ini berdiri di Batakte, rumah kost Azzam di Kota
Kupang dijadikan tempat anak-anak belajar TPA (Taman Pendidikan Al Qur'an).
Karena jumlah santri terus meningkat, maka diupayakanlah untuk mencari
lahan kosong untuk didirikan institusi pendidikan pesantren. Menariknya,
seorang anggota polisi yang tinggal di Kupang memberikan tanah wakafnya di
Kecamatan Kupang Barat, Kelurahan Batakte, wilayah dimana Pesantren
Hidayatullah akhirnya berdiri.

Pesantren Hidayatullah terdiri dari dua komplek, masing-masing Asrama Putri
seluas 6000 meter persegi, dan komplek Asrama Putra seluas 8 hektar
(sekitar 1 km dari asrama putri). Saat ini santri yang belajar di pesantren
ini datang dari 14 kabupaten yang ada di NTT, diantaranya: Attambua, Flores
Timur, Alor, Bejawa, Ende, Rote dan wilayah lain. Banyak mullaf yang
belajar Islam di pesantren Hidayatullah.

Bicara tantangan dakwah di Kupang, dikatakan Usman, memang belum sepenuhnya
optimal. Namun, untuk di perkotaan sudah banyak da'I yang diturunkan.
Sedangkan di pelosok, ada banyak muslim, namun kurang pembinaan.

Pernah terjadi, di pedalaman SoE, saat bulan puasa, seorang bapak dari
rumahnya datang memasuki masjid untuk shalat tanpa berwudhu terlebih dulu.
Ketika ditanya, kenapa bapak tidak wudhu dahulu? Lalu dijawabnya, saya
tidak tahu cara berwudhu. Kemudian diajarilah bapak itu oleh ustadz dari
Hidayatullah bagaimana cara berwudhu sebelum melakukan shalat.

"Kami juga menjumpai seorang warga muslim yang masih saja memelihara babi.
Ketika ditanya, kenapa bapak sebagai muslim masih memelihara babi? Lalu
dengan entengnya menjawab, bukankah yang diharamkan hanya memakan babi,
bukan memeliharanya. Seperti itulah kondisi masyarakat Muslim di pedalaman
Kupang yang kurang dengan pembinaan," cerita Usman.

Suatu ketika, ada raja (kepala suku) non muslim, ketika makan daging babi,
badannya menjadi gatal-gatal. Lalu disuruhlah salah seorang kaumnya untuk
ke kota, agama apa yang mengharamkan daging babi? Lalu didapatlah
jawabannya, yakni Islam. Sejak itulah, kepala suku masuk Islam dengan
mengucapkan kalimah syahadat.

Tak lama kemudian, Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) Kupang memberi
kesempatan kepala suku yang bernama Gunawan Isoe itu naik haji ke Tanah
Suci. Sepulang dari haji, ia syahadatkan seluruh kaumnya di pedalaman
Kampung SoE, sekitar dua jam dari Kupang. Dari beberapa kampung, ada
sekitar 15.000 jiwa yang disyahadatkan. Sang Raja yang juga menjabat
sebagai Camat setempat, kemudian dipecat oleh Bupati yang memimpin di
wilayah tersebut, dikarenakan sang raja telah memeluk Islam.

Kurangnya pembinaan dakwah memang dirasakan di NTT, khususnya Kupang dan
sekitarnya. Di sebuah kampung, ada sebuah masjid yang dibangun secara
permanen. Di tempat masjid itu berada, terdapat 150 KK yang beragama
Islam. Namun ironisnya, masjid itu tidak terlihat lagi, jamaah yang shalat
Jum'at. Ketika ditanya kenapa begitu? Mereka beralasan, karena tidak ada
khatibnya, akhirnya mereka shalat Dzuhur masing-masing.

"Dulu, kami sering ke kampung itu. Bahkan, kami sempat mengirim alumni
aliyah Pesantren Hidayatullah untuk memberi pembinaan kepada masyarakat
sekitar. Sejak itu, mulai hidup shalat secara berjamaah, juga pelaksanaan
shalat Jum'at plus khutbahnya. Begitu santri kembali pulang ke kampung
halamannya, Jumat berikutnya tak ada lagi jamaah yang datang untuk
melaksanakan shalat Jum'at. Ironis memang," ungkap Usman.

Diakui Usman, kami memang kekurangan tenaga da'i. Dari sisi pendanaan,
sebetulnya sudah ada donator yang akan memberi sokongan materi, namun
hingga saat ini belum ada tenaga yang akan dikirim. Hidayatullah sendiri
sudah melakukan upaya dan kerjasama dengan beberapa ormas Islam, seperti
DDII dan Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) di Kupang untuk pengkaderan dai.

"Satu hal, harus ada penguatan untuk para dai yang akan diterjunkan.
Kadang, setelah sampai di sana, ada tawaran duniawi yang lebih menggiurkan.
Dan nyatanya, tak sedikit yang memilih tawaran itu. Mereka cemas dengan
masa depannya," tukas Usman yang sudah empat tahun memimpin Hidayatullah.
Sebelumnya ia ditugaskan ke Aceh, saat tsunami menerjang Kota Rencong itu.

*Imbas Kerusuhan Kupang 1998*

Pada saat Tragedi Kupang tahun 1998, Batakte termasuk wilayah yang
disatroni para perusuh. Bayangkan, jalan menuju pesantren, telah diblokade
oleh kelompok salibis. Yang boleh melalui jalan itu harus bisa menyanyikan
lagu Yesus atau gereja. Akibatnya, dengan sangat terpaksa, rekan-rekan
Hidayatullah harus berpura-pura menyanyikan lagu Kristen tersebut.

Tidak hanya itu, pesantren Hidayatullah nyaris saja dibakar oleh kelompok
massa Kristen yang ketika itu diangkut dengan menggunakan dua truk dan
menggunakan ikat kepala berwarna merah. Untung saja, Allah masih menjaga
dan melindungi saudara muslim di Batakte.

"Teman-teman kami di Kota Kupang mengira, pesantren ini sudah habis
dibakar. Mengingat di Kota Kupang, banyak masjid, toko dan pemukiman muslim
yang dilempari batu dan dibakar. Pernah, selama sebulan, setiap kali
shalat Jumat, masjid yang berada di komplek pesantren ini mendapatkan
penjagaan aparat. Termasuk saat melakukan shalat Idul Fitri maupun Idul
Adha."

Yang pasti, kerusuhan Kupang 1998 telah merepotkan umat Islam di Batakte.
Bayangkan, dalam suasana mencekam dan tak punya pasokan makanan,
teman-teman di Hidayatullah harus membagi sebutir telur kepada delapan
orang untuk makan.

Peristiwa Temanggung dan Ambon, juga berimbas ke Batakte. Ada isu yang
disebarkan lewat SMS, bahwa akan ada kerusuhan besar di Kupang, menyerupai
Tragedi Kupang 1998. Saat itu, ada masyarakat muslim Bugis di Kupang yang
siap berjihad sampai mati, jika Batakte menjadi sasaran perusuh. "Hingga
saat ini kami sering kontak Ketua MUI Kupang untuk mendapatkan informasi
terkini.

Satu hal yang membanggakan, kini bangunan masjid semakin bertambah
mengalahkan jumlah gereja yang ada di Kupang dan sekitarnya. Hal itu bisa
dirasakan, ketika kumandang azan mulai bersahut-sahutan di beberapa wilayah
di Kupang. Inikah yang menggentarkan kaum Salibis, sampai-sampai melarang
adzan di Batakte dengan menggunakan *loud speaker.*

Bahkan, jumlah pemilih muslim di Kupang saat Pilkada sudah mencapai 80.000
suara. Jika mau, bisa saja Pemimpin daerah di Kota Kupang akan tampil dari
kalangan Muslim. Jika keinginan itu diwujudkan, kaum Salibis di Kupang,
sudah pasti akan lebih paranoid lagi. *(Desastian).*


[Non-text portions of this message have been removed]

------------------------------------

====================================================
Pesantren Daarut Tauhiid - Bandung - Jakarta - Batam
====================================================
Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
====================================================
website: http://dtjakarta.or.id/
====================================================Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/daarut-tauhiid/

<*> Your email settings:
Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
http://groups.yahoo.com/group/daarut-tauhiid/join
(Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
daarut-tauhiid-digest@yahoogroups.com
daarut-tauhiid-fullfeatured@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
daarut-tauhiid-unsubscribe@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/

Tidak ada komentar: