Minggu, 20 November 2011

[daarut-tauhiid] Sejarah Hidup Muhammad SAW: Kemenangan yang Nyata

 

Sejarah Hidup Muhammad SAW: Kemenangan yang Nyata

REPUBLIKA.CO.ID, Muhammad SAW adalah Nabi dan Rasul Allah, bukanlah
manusia yang mengenal permusuhan, atau yang akan membangkitkan
permusuhan di kalangan umat manusia. Beliau bukan seorang tiran, bukan
manusia yang sok berkuasa.

Ketika Rasulullah memasuki Ka'bah, dilihatnya dinding-dinding Ka'bah
sudah penuh dengan lukisan dan gambar. Beliau memerintahkan supaya
gambar dan lukisan itu
dihancurkan. Demikian pula dengan berhala-berhala di sekeliling Ka'bah
yang disembah oleh Quraisy.

Dengan tongkat di tangannya, Rasulullah menunjuk berhala-berhala itu
seraya berkata: "Dan katakanlah: "Yang benar telah datang dan yang
batil telah lenyap." Sesungguhnya yang batil itu adalah sesuatu yang
pasti lenyap." (QS Al-Israa': 81)

Berhala-berhala itu kemudian dihancurkan pula. Dengan demikian, Rumah
Suci itu dapat dibersihkan.

Pihak Anshar dari Madinah menyaksikan semua kejadian itu. Mereka
melihat Rasulullah berdoa di atas gunung Shafa. Terbayang oleh mereka
sekarang bahwa beliau pasti akan meninggalkan Madinah dan kembali ke
tempat tumpah darahnya yang kini telah dibukakan Tuhan. Mereka berkata
satu sama lain, "Menurut pendapatmu, adakah Rasulullah akan menetap
di negerinya sendiri?"

Setelah selesai berdoa Rasulullah berkata kepada kaum Anshar,
"Berlindunglah kita kepada Allah! Hidup dan matiku akan bersama
kalian." Dengan demikian, beliau telah memberikan teladan kepada
orang-orang tentang keteguhannya memegang janji pada Baiat Aqabah,
serta kesetiannya kepada sahabat-sahabatnya yang seiring
sepenanggungan di kala menderita.

Setelah berhala-berhala itu dibersihkan dari Ka'bah, Nabi menyuruh
Bilal menyerukan azan dari atas Ka'bah. Kaum Muslimin mendirikan
shalat bersama, dan Rasulullah sebagai imam.

Setelah memasuki Makkah pun Rasulullah mengeluarkan perintah jangan
sampai ada pertumpahan darah dan jangan ada seorang pun yang dibunuh.
Tetapi setelah keadaan kembali aman dan tenteram, dan orang melihat
betapa Rasulullah berlapang dada dan memberikan pengampunan yang
begitu besar kepada mereka, ada beberapa orang sahabat yang minta
supaya mereka yang sudah dijatuhi hukuman mati juga diberi
pengampunan. Di antara mereka yang dijatuhi hukuman mati ada Abdullah
bin Abi As-Sarh, Ikrimah bin Abu Jahal, dan beberapa orang murtad
lainnya. Rasulullah mengampuni mereka semua.

Keesokan harinya setelah hari pembebasan itu ada seseorang dari pihak
Hudhail yang masih musyrik dibunuh oleh Khuza'ah. Nabi marah sekali
karena perbuatan itu, dan dalam khutbahnya di hadapan orang banyak
beliau berkata, "Wahai manusia sekalian, Allah telah menjadikan Makkah
ini tanah suci sejak Ia menciptakan langit dan bumi. Ia suci sejak
pertama, kedua dan ketiga, sampai hari kiamat."

"Oleh karena itu," lanjut beliau, "Orang yang beriman kepada Allah dan
kepada Hari Kemudian tidak dibenarkan mengadakan pertumpahan darah
atau menebang pohon di tempat ini. Tidak dibenarkan kepada siapa pun
sebelum aku, dan tidak dibenarkan kepada siapa pun sesudah aku ini.
Juga aku pun tidak dibenarkan marah kepada penghuni daerah ini hanya
untuk saat ini saja, kemudian ia kembali dihormati seperti sebelum
itu. Hendaklah kamu yang hadir ini memberitahukan kepada yang tidak
hadir. Kalau ada orang yang mengatakan kepadamu bahwa Rasulullah telah
berperang di tempat ini, katakanlah bahwa Allah telah membolehkan hal
itu kepada Rasul-Nya, tapi tidak kepada kamu sekalian."

Rasulullah menambahkan, "Wahai orang-orang Khuza'ah, lepaskanlah
tangan kalian dari pembunuhan, sebab sudah terlalu banyak; itu pun
kalau ada gunanya. Kalau kamu sudah membunuh orang, tentu aku juga
yang akan menebusnya. Barangsiapa ada yang dibunuh sesudah ucapanku
ini, maka keluarganya dapat memilih satu dari dua pertimbangan ini;
kalau mereka mau, dapat menuntut darah pembunuhnya, atau dengan jalan
diyat."

Sesudah itu, Rasulullah membayar diyat keluarga orang yang dibunuh
oleh Khuza'ah itu. Dengan khutbah itu serta sikapnya yang begitu
lapang dada dan suka memaafkan, hati penduduk langsung terpesona pada
Rasulullah. Dengan demikian orang-orang pun berbondong-bondong masuk
Islam.

"Barangsiapa beriman kepada Allah dan Hari Kemudian, hendaknya
menghancurkan setiap berhala dalam rumahnya," seru orang-orang.

Rasulullah tinggal di Makkah selama 15 hari, dan selama itu pula
beliau membangun Makkah, mengajari penduduknya hukum-hukum agama. Dan
selama itu pula regu-regu dakwah dikirimkan untuk mengajarkan Islam,
bukan untuk berperang. Mereka juga dikirim untuk menghancurkan
berhala-berhala tanpa pertumpahan darah.

Dalam waktu dua pekan selama beliau tinggal di Makkah, semua jejak
paganisme dapat dibersihkan. Jabatan dalam Rumah Suci yang sudah
pindah kepada Islam pada waktu itu ialah kunci Ka'bah, yang oleh Nabi
diserahkan kepada Utsman bin Talhah. Dan sesudah itu kepada
anak-anaknya, yang tidak boleh berpindah tangan. Sedang pengurusan air
Zamzam pada musim haji berada di tangan pamannya, Abbas bin Abdul
Muthalib.

Dengan demikian, seluruh Makkah sudah beriman, panji dan menara tauhid
sudah menjulang tinggi. Dan selama berabad-abad, dunia sudah pula
disinari cahayanya yang berkilauan.

Redaktur: cr01
Sumber: Sejarah Hidup Muhammad oleh Muhammad Husain Haekal

http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/khazanah/11/08/03/lpcfv6-sejarah-hidup-muhammad-saw-kemenangan-yang-nyata

__._,_.___
Recent Activity:
====================================================
Pesantren Daarut Tauhiid - Bandung - Jakarta - Batam
====================================================
Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
====================================================
       website:  http://dtjakarta.or.id/
====================================================
MARKETPLACE

Stay on top of your group activity without leaving the page you're on - Get the Yahoo! Toolbar now.

.

__,_._,___

Tidak ada komentar: