Messages In This Digest (7 Messages)
- 1.
- Fwd: I am finally became Boss From: woro kusumastuti
- 2.
- Artikel – Mengimbangi Dinamika Pergerakan Perusahaan From: Dadang Kadarusman
- 3.
- Artikel – Pejabat Ataukah Pemimpin? From: Dadang Kadarusman
- 4.
- Mengalahkan Rasa Takut From: suhardi
- 5.
- Artikel – Mari Menulis Dan Berbenah Diri From: Dadang Kadarusman
- 6.
- Steve Jobs dalam Sudut Pandang NLP From: NLP Into Action
- 7.
- Cara-Cara Instan :D From: Novi Khansa
Messages
- 1.
-
Fwd: I am finally became Boss
Posted by: "woro kusumastuti" endut_wrah2@yahoo.com woro4andry
Fri Nov 4, 2011 6:06 am (PDT)
<p>hi there!<br>I knew things couldnt get any worse I consider myself lucky to have found this now im in this for the long run you should consider trying it<br><a href="http://www.fraza.ua/aw.php? ">http://www.fraza.vedav& 52zaj=facebook. com&52jogy= mail.com& amp;u=http: //workathome59. net/esubmit/ bizopp_main. php ua/aw.php? </a><br>see you soon.</p>vedav& 52zaj=facebook. com&52jogy= mail.com& amp;u=http: //workathome59. net/esubmit/ bizopp_main. php
- 2.
-
Artikel – Mengimbangi Dinamika Pergerakan Perusahaan
Posted by: "Dadang Kadarusman" dkadarusman@yahoo.com dkadarusman
Fri Nov 4, 2011 4:56 pm (PDT)
Artikel – Mengimbangi Dinamika Pergerakan Perusahaan
Hore, Hari Baru! Teman-teman.
Apakah Anda bisa 'merasakan' adanya perubahan di perusahaan Anda? Saya sengaja memberi tanda petik (') pada kata merasakan untuk menekankan bahwa perubahan yang saya maksud bukanlah dari aspek fisik belaka. Perubahan dalam bentuk penerapan system baru atau kedatangan CEO baru tentu mudah untuk kita ketahui. Tapi tahukah Anda bahwa diperusahaan Anda sedang terjadi perubahan yang terjadi sedemikian halusnya sehingga hanya bisa disadari oleh mereka yang benar-benar bisa merasakannya? Orang yang tidak menyadari adanya perubahan itu sering kaget beberapa tahun kemudian. Lalu mereka mengatakan;"suasana kerja dikantor kita sudah tidak seperti dulu lagi..". Padahal, perubahan itu tidak terjadi begitu saja. Sebaliknya, orang yang menyadari adanya perubahan itu tidak akan kaget. Karena setiap hari, mereka merasakan dan melakukan penyesuaian terhadap perubahan yang sedang berlangsung. Mereka yang tidak sadar, sering merasa dipaksa untuk menerima
perubahan. Sedang mereka yang merasakannya sudah terbiasa mengikuti iramanya. Jika Anda boleh memilih, Anda ingin menjadi kelompok yang mana?
Saat sedang menunggu untuk boarding saya paling suka melihat pesawat terbang yang hendak take off dilandasan pacu. Setiap kali pesawat itu melintas, saya bisa merasakan betapa tingginya kecepatan gerak pesawat itu sehingga hanya dalam hitungan detik dia sudah menghilang dibalik awan. Anehnya, ketika saya berada didalam pesawat, saya tidak merasakan jika dia bergerak dengan kecepatan yang sedemikian tingginya. Mengapa ya? Oh, karena sekarang saya sudah menjadi bagian yang menyatu dengan tubuh pesawat itu. Ketika saya berada di luar pesawat, saya hanya menjadi penonton yang 'menyaksikan' pesawat terbang yang sedang bergerak sedemikian cepatnya. Sedangkan ketika berada dalam pesawat itu, saya adalah entitas yang bergerak sama cepatnya dengan pesawat itu. Seandainya saya berada di luar pesawat, lalu tubuh saya diikat ke pesawat. Tentu tubuh saya bisa hancur jika harus terbang mengikuti arah geraknya pesawat. Untuk bisa mengimbangi kecepatan pergerakan
di perusahaan, kita pun harus benar-benar menjadi bagian yang menyatu dengan perusahaan itu. Jika tidak, kita akan sangat tersiksa mengikutinya. Bagi Anda yang tertarik menemani saya belajar mengimbangi dinamika pergerakan perusahaan, saya ajak memulainya dengan memahami5 prinsip Natural Intelligence berikut ini:
1. Kapasitas diri yang terdayagunakan. Teman saya yang lulusan perguruan tinggi beken memiliki potensi tinggi. Dia bekerja di perusahaan biasa-biasa saja.Aktivitas kerjanya boleh dibilang santai-santai saja. Bahkan masih sempat membaca koran gossip atau bermain catur di jam kerja. Gajinya 'cukup' untuk kehidupan keluarganya. Pergi dan pulang kantor dengan 'nyaman' karena toh semua orang dikantornya juga begitu. Santai saja. Dia menyukai kenyamanan itu. Namun dalam hati dia sering bertanya; "Apa yang sudah saya capai dalam 10 tahun terakhir?" Pertanyaan itu semakin menjadi-jadi ketika teman saya itu bertemu dengan teman sekelas waktu kuliah dulu. Orangnya tidak lebih pintar dari dirinya. Bahkan, boleh dibilang 'tidak ada apa-apanya'. Tapi, mengapa dia bisa lebih sukses dari dirinya? Setidaknya, itulah yang tercermin dalam pencapaian fisik dan karirnya. Orang ini pergi pada saat hari masih gelap. Dan pulang juga setelah matahari
terbenam. Teman saya bertanya; "ngapain sih elu kerja banting tulang seperti itu?" Sebuah jawaban meluncur darinya; "Gua nggak banting tulang. Gua sedang mendayagunakan semua kemampuan yang gua miliki." Teman saya tertegun. Lalu dalam hatinya dia berbisik;"sudah sejauh mana saya mendayagunakan kapasitas diri yang saya miliki….?"
2. Konsekuensi bekerja di perusahaan bagus. Teman saya yang lain bekerja di perusahaan dengan reputasi tinggi. Kebanyakan temannya adalah mereka yang memiliki kinerja tinggi, ambisius dan mempunyai standar kerja yang tinggi. Tuntutan perusahaan pun sangat tinggi. Kenaikan target kinerja, tuntutan terhadap kualitas kerja, penerapan kedisiplinan, tegangan tinggi dalam komunikasi dengan berbagai pihak, dan macam-macam hal lainnya. Kebahagiaan karena diterima diperusahaan itu segera diliputi oleh pemandangan yang boleh dibilang 'mengerikan'. Tiba-tiba saja dia melihat dirinya begitu kecil diantara para raksasa yang berseliweran. Teman saya ini segera menarik nafas panjang. Lalu berusaha untuk menenangkan dirinya. "Hey, bukankah kamu sendiri yang ingin bekerja di perusahaan bagus ini?" begitu dia katakan kepada dirinya sendiri. Kenyataannya, tidak ada perusahaan bagus yang berkompromi dengan kualitas dan pencapaian. Mereka semua keras pada
kedisiplinan dan komitmen. "Maka, disinilah kamu sekarang!" teguran keras itu kembali membentur kalbunya. "Kamu bisa menghadapi semuanya, atau kamu pergi saja dari sini untuk mencari perusahaan yang kamu kira bisa membuat dirimu bekerja dengan gampang….." Teman saya itu lalu menyadari bahwa semua hal yang saat ini dihadapinya dikantor, adalah konsekuensi atas pilihannya sendiri untuk bekerja di perusahaan bagus. Maka untuk bisa bertahan di tempat yang bagus, pilihannya hanya satu. Yaitu; menjadi karyawan yang juga berkinerja bagus.
3. Generasi baru dengan kualifikasi baru. Sekarang teman saya sudah bekerja sekitar 10 tahun.Sejauh ini, dia sudah meraih pencapaian yang memuaskan. Bahkan beberapa kali mendapatkan penghargaan sebagai karyawan terbaik. Dia sudah merasa nyaman dengan iramanya. Bahkan, dia tidak bisa membayangkan bagaimana seandainya dia bekerja di perusahaan ecek-ecek. Bukannya bahagia, malah batinnya mungkin akan menjadi tersiksa. Namun, ada satu hal yang akhir-akhir ini sangat mengganggu dirinya. Perusahaan mulai rajin merekrut orang-orang baru. Perasaan gundah mulai mengusik hatinya. Ada orang yang baru masuk dengan standard pendidikan yang tinggi. Ada yang berpengalaman dari perusahaan yang lebih besar. Ada yang sangat akrab dengan atasannya. Ada juga yang membawa keahliannya untuk membangun dan menerapkan system yang baru. Sekarang, jantungnya mulai sering berdebar-debar. Beberapa teman seangkatannya, mulai mengundurkan dengan alasannya sendiri-sendiri.
"What will happen to me?" bisiknya. Lalu dia merenung dengan kesungguhan. "It is not about what will happen to you," begitu ia mendengar suara dari dalam dirinya. "It is about how you want it happen to you." Setelah merenung itu, dia menemukan bahwa semuanya itu terserah dirinya. Kehadiran orang baru adalah fitrah yang tidak bisa dihindari. Dirinyalah yang menentukan, apakah keadaan itu bisa menjadikan dirinya lebih baik, atau sebaliknya. Dan dia memilih untuk menjadikan keadaan itu sebagai pemacu kinerjanya. Sekarang, dia tidak lagi mengkhawatirkan kehadiran orang-orang baru yang membawa kualifikasi baru.
4. Lingkungan kerja kita terus berubah. Sejak terjadinya krisis ekonomi tahun 1998, dunia bisnis sudah berubah banyak. Krisis susulan tahun 2008 meluluhlantakkan struktur keuangan dunia sehingga bahkan perusahaan besar yang terbukti tangguh selama ratusan tahunpun bisa bangkrut dalam sekejap. Kabar baiknya, teman saya ini masih mempunyai pekerjaan dengan imbalan yang bagus di perusahaan yang besar pula. Kabar buruknya, krisis ekonomi dunia tidak benar-benar berakhir. Eropa dan Amerika, semakin ketar-ketir dengan perkembangan kondisi ekonomi mereka yang compang camping. Dan itu kemungkinan besar akan berimbas kepada keseluruhan kondisi perekonomian dunia. Akankah krisis berikutnya menyusul? Mungkin. Tetapi, jikapun itu terjadi; tak satupun perusahaan yang ingin menjadi korban. Oleh karenanya, setiap perusahaan yang ingin panjang umur tidak bisa lagi menerapkan prinsip business as usual. Karena menjalankan cara berbisnis seperti yang selama ini
mereka lakukan hanya akan menempatkan mereka pada posisi yang sangat rentan. Teman saya, merasakan betul dampaknya terhadap kebijakan perusahaan. Teman-temannya pun merasakan hal yang sama. Lalu mereka bernostalgia; "perusahaan kita tidak senyaman dulu lagi ya…?" Suatu sore, dia mendapatkan email antah berantah yang subjeknya didahului dengan kata 'Artikel'. Iseng-iseng dia membuka dan membaca email itu. Hatinya tersentak ketika dia membaca satu kalimat "Lingkungan kerja kita terus berubah." Seolah baru bangun dari tidur, dia mulai sadar. Iya ya, lingkungan kerja kita terus berubah. Betapa bodohnya saya yang menuntut keadaan untuk tetap sama seperti dulu. Sekarang, teman saya menemukan bahwa; dirinya, harus turut berubah.
5. Terus berkembang atau ikut tergusur. Teman saya memiliki tetangga yang sudah pensiun. Tidak disangka, ternyata beliau adalah pensiunan pejabat dari sebuah group perusahaan raksasa yang sangat bergengsi. 'Tidak disangka' karena keadaannya sekarang sungguh sangat kontras dengan kehidupan seorang pejabat perusahaan swasta. Beliau senang sekali kalau bercerita tentang mantan anak buahnya yang sekarang sudah pada sukses di perusahaan itu. Namun, wajahnya agak berubah setiap kali bercerita tentang bagaimana keputusan untuk pensiun dini diambilnya beberapa tahun lalu. Sebagai karyawan kunci, tidak diragukan peran penting beliau. Sampai tiba saatnya perusahaan menerapkan system kerja yang baru dengan teknologi yang jauh lebih canggih. "Saya sudah nyaman dengan cara kerja yang lama. Toh hasilnya juga bagus-bagus saja. Biar ajalah, orang-orang muda saja yang menjalankan teknologi baru," kilahnya. Dan ketika teknologi baru itu diterapkan
sepenuhnya, tidak ada lagi tempat untuk mereka yang tidak bersedia mempelajari dan menyesuaikan diri dengannya. Teman saya tercenung mendengar ceritanya. Dia tahu bahwa perkembangan itu terjadi disemua perusahaan yang ingin bertahan. Apalagi perusahaan yang bagus dan ambisius. Dia kembali membayangkan masa depannya. Sambil sesekali melihat kehidupan mantan pejabat perusahaan swasta beken itu. Teman saya berkata kepada dirinya sendiri;"Aku ingin masa depan yang lebih baik." Lalu dia menyadari bahwa untuk bisa mewujudkan itu, dia harus terus berkembang. Kalau tidak, dia hanya akan menjadi karyawan udzur, yang bisa kapan saja tergudzur.
Perusahaan tempat kita bekerja tidak ubahnya seperti sebuah pesawat terbang. Orang diluar mengatakan jika pesawat kita bergerak sedemikian cepatnya. Tetapi Anda, nyaman saja berada didalamnya. Itu karena Anda bergerak 'sama cepatnya' dengan pergerakan pesawat. Dalam konteks pekerjaan, itu berarti kesediaan kita untuk menyesuaikan diri kearah perubahan yang sedang berlangsung di perusahaan. Belajarlah untuk lebih peka pada dinamika yang terjadi di perusahaan Anda. Cepat atau lambat, Anda akan terampil untuk merasakan sekecil apapun perubahan yang terjadi didalamnya. Dengan begitu, Anda bisa berubah sedikit demi sedikit seirama dengan perubahan itu. Sepuluh tahun lagi pun Anda akan tetap menikmati proses itu. Ketika orang lain pusing dengan 'perubahan' yang terjadi dalam '10 tahun terakhir', Anda menilainya sebagai sebuah pertumbuhan alami yang terjadi sehari-hari. Jadi, jika ingin nikmat saat menjalani perubahan di perusahaan, maka Anda harus
belajar untuk merasakannya. Lalu menyesuaikan diri sejalan dengan perubahan, dan dinamika yang Anda rasakan.
Mari Berbagi Semangat!
DEKA - Dadang Kadarusman – 1 November2011
Penulis buku "Natural Intelligence Leadership"(Tahap editing di penerbit)
Catatan Kaki:
Perubahan di perusahaan hanya akan bisa dinikmati oleh orang-orang yang bersedia untuk secara utuh menyesuaikan dirinya dengan perusahaan. Mereka yang setengah-setengah? Hanya akan menjadikan dirinya terseret arus perubahan itu.
Silakan di-share jika naskah ini Anda nilai bermanfaat bagi yang lain, langsung saja; tidak usah minta izin dulu. Tapi tolong, jangan diklaim sebagai tulisan Anda sendiri supaya pahala Anda tidak berkurang karenanya.
Follow DK on Twitter @dangkadarusman
- 3.
-
Artikel – Pejabat Ataukah Pemimpin?
Posted by: "Dadang Kadarusman" dkadarusman@yahoo.com dkadarusman
Fri Nov 4, 2011 4:57 pm (PDT)
Artikel – Pejabat Ataukah Pemimpin?
Hore, Hari Baru! Teman-teman.
Semua orang ingin sekali menjadi pemimpin, betul? Tidak juga. Yang kita inginkan sebenarnya adalah menjadi 'pejabat tinggi', bukan menjadi 'pemimpin'. Di organsiasi bisnis misalnya, kita ingin menjadi Manager atau Direktur. Dalam pemerintahan, kita ingin menjadi Bupati atau Gubernur. Saat menginginkan jabatan itu, kita tidak benar-benar ingin menjadi pemimpin bagi umat atau orang-orang yang kita pimpin. Kita, lebih menginginkan kebanggaannya, prestisenya, dan fasilitas menggiurkannya. "Nggak juga tuch!" Saya senang jika Anda menyangkal seperti itu. Hal itu menunjukkan bahwa Anda memang berniat mengabdikan diri, bukan sekedar berambisi untuk meraih suatu posisi. Apakah itu penting? Bukan sekedar penting. Tapi juga menentukan apa yang kita lakukan selama memegang jabatan itu dan nasib kita sesudah selesai menjabatnya.
Ketika berkata "mengejar jabatan itu baik adanya," saya mendapatkan respon beragam. Tanggapan paling menarik datang dari para sahabat yang tidak sependapat. Meskipun saya dapat 'menjawabnya' dengan argument canggih, tetapi saya tidak berhenti memikirkannya. Mengapa kita sampai diwanti-wanti oleh Sang Nabi soal tidak mengejar jabatan, padahal dikesempatan lain beliau mengingatkan bahwa kita mesti berani tampil untuk menjadi pemimpin? "Setiap pribadi adalah pemimpin," katanya. Alhamdulillah, dari proses itu saya mendapatkan pemahaman tambahan. Terminologi kepemimpinan kita memang sudah dirancukan oleh nafsu untuk menguasai suatu kedudukan. Saya tidak tahu persis, apakah itu disebabkan karena sudah terjadi pergeseran peyoratif dari makna kepemimpinan. Atau memang dari dulu kita belum juga berhasil menerapkan konsepsi kepemimpinan itu secara utuh. Makanya, memimpin itu sama sekali berbeda makna dari menjabat. Proses pembelajaran saya masih belum
berakhir. Bagi Anda yang tertarik menemani saya belajar memahami makna kepemimpinan yang sebenarnya, saya ajak memulainya dengan memahami5 prinsip Natural Intelligence berikut ini:
1. Setiap pribadi adalah pemimpin. Kalimat ini adalah penegasan paling kuat bahwa meskipun saya atau Anda tidak memiliki jabatan apapun; kita adalah seorang pemimpin. Dasar argumennya adalah firman Tuhan dalam kitab suci, dan kodrat ini sudah dimulai sejak Tuhan menciptakan manusia pertama – yaitu Adam. Seseorang memiliki pilihan untuk berambisi atau tidak berambisi meraih suatu jabatan. Tapi untuk menjadi seorang pemimpin, sama sekali bukan pilihan. Itu kehendak dari Sang Pencipta. Masalahnya, mata kita masih dikaburkan oleh 'jabatan' sehingga kita sering merasa kecil atau menilai diri bukan siapa-siapa hanya karena kita tidak menduduki jabatan apa-apa. Padahal, justru sejak dilahirkan pun kita ini memang sudah menjadi pemimpin kok. Mengapa kualitas kepemimpinan itu tidak menonjol dalam perilaku kita? Itu karena kita lebih suka menunggu untuk mendayagunakannya 'nanti' kalau kita sudah mendapatkan jabatan. Sekarang? "Mengapa saya
harus berlagak bak seorang pemimpin?" Keliru. Karena kepemimpinan tidak berkaitan langsung dengan jabatan. Mari kita sadari bahwa di pundak kita ada amanah kepemimpinan yang dititipkan Tuhan. Jadi, mulai sekarang act like a leader suppose to be, meskipun kita tidak memegang jabatan apapun.
2. Berguru kepada pemimpin pilihan. Siapa pemimpin panutan yang paling Anda kagumi? Anda boleh menyebut nama mereka. Bahkan, pelatihan-pelatihan kepemimpinan sering mengacu kepada gaya kepemimpinan mereka. Pertanyaan saya; adakah terselip dalam daftar pemimpin panutan Anda itu nama para Nabi? Dalam pandangan saya, tidak ada pemimpin yang lebih patut untuk diteladani selain para Nabi. Tidak perlu mempermasalahkan Nabi saya atau Nabi Anda siapa. Faktanya, merekalah pemimpin sejati bagi segala umat. Saya pribadi, meyakini semua Nabi yang pernah diutus Tuhan untuk memimpin umatnya. Sebutkanlah nama Nabi suci Anda; maka saya akan mengimaninya. Para Nabi berbeda dari para raja. Sehingga semua Nabi adalah pemimpin, sedangkan para raja banyak yang menjadi symbol monopoli kekuasaan. Sampai hari ini, kita bisa melihat betapa jauh berbedanya karakter orang-orang yang meniru para raja dengan mereka yang mencontoh para Nabi. Para pengagum raja-raja memiliki
semangat yang sangat tinggi untuk merebut jabatan yang diincarnya, dengan cara apapun jika perlu. Dan setelah menjabat? Hmmh, kita melihat banyak fenomena tentang tingkah polah mereka. Di kantor-kantor pemerintahan. Maupun di ruang-ruang bergengsi perusahaan. Sebaliknya, para pencontoh Nabi. Mereka mengabdikan dirinya untuk kemaslahatan orang-orang yang dipimpinnya. Karena mereka sadar, bahwa kepemimpinan yang diembannya adalah amanah suci yang mesti dijaga kemurniannya. Kita bisa berguru nilai-nilai itu kepada pemimpin pilihan Tuhan, yang bergelar Nabi.
3. Memprioritaskan orang-orang yang kita pimpin. Setiap umat memiliki kisah indahnya masing-masing tentang Nabi-Nabi mereka. Dari kisah-kisah para Nabi itu, saya menemukan bahwa ternyata mereka selalu berada di garis paling depan dalam setiap urusan kebaikan. Ketika dizaman modern ini kita mengenal pemimpin-pemimpin sederhana yang terbebas dari belengggu hedonisme; kita bersimpati kepada mereka. Ketika menyaksikan para pejabat bergelimang kemewahan, kita hanya bisa mengurut dada. Begitu banyak pejabat yang ada di lingkungan kita. Tetapi, mungkin hanya sedikit sekali kita memiliki pemimpin yang bersedia berdiri dibarisan paling depan dalam memperjuangkan kesejahteraan dan kebaikan orang-orang yang dipimpinnya. Jika saat ini Anda tengah memegang suatu jabatan – mungkin supervisor, manager, atau direktur – mari mulai bertanya; sudahkah Anda meniru para Nabi dalam cara Anda memimpin anak buah Anda. Ataukan Anda masih meniru perilaku para raja
yang haus akan kekuasaan? Mudah saja untuk membedakannya. Para Nabi rela mengorbankan kepentingan dirinya demi mendahulukan kepentingan orang yang dipimpinnya. Sedangkan para raja yang memonopoli kekuasaannya, dicirikan oleh nafsunya untuk mengeruk keuntungan dari kedudukan yang dipegangnya. Mengutamakan kolega-kolega terdekatnya. Sekaligus mengamankan posisi itu untuk hanya diteruskan oleh orang-orang yang dikehendakinya. Mari meniru para Nabi yang memimpin dengan cara menempatkan kepentingan orang-orang yang dipimpinnya di pada prioritas yang paling tinggi.
4. Melakukan apa yang dikatakan. Salah satu masalah terbesar yang mengusik mental kita adalah jomplangnya antara perkataan dan perbuatan orang-orang yang menduduki jabatan tinggi. "Disiplin!" katanya. Tapi dia sendiri tidak disiplin. Ketika para CEO perusahaan raksasa di Amerika menyerukan "penghematan!" pada pos-pos pengeluaran perusahaan, kongres dan rakyat merasa senang. "Sudah insyaf, mereka…". Namun, ketika diketahui bahwa para CEO itu menolak untuk menghentikan fasilitas jet dan kapal pesiar sambil menghambur-haburkan dana talangan untuk bonus mereka sendiri; seluruh rakyat Amerika menjadi murka. Sungguh bertolak belakang perkataan dan perbuatan mereka. Anda tidak perlu meminta saya untuk bercerita tentang kondisi di Indonesia. Cukuplah kiranya jika kita saja yang memulai melakukan apa yang kita sendiri katakan. Mengharapkan orang lain begitu, belum tentu mau. Tapi jika kita sendiri yang melakukannya, semoga itu bisa
menjadi inspirasi bagi anak buah kita. Bahwa dalam memimpin mereka, kita tidak sekedar berbicara. Kita bersedia untuk melakukannya bersama mereka.
5. Mempertanggungjawabkan amanah kepemimpinan. Setiap pemimpin pasti dimintai tanggungjawab atas kepemimpinannya. Jangan tanya saya, apakah setiap pejabat juga akan dimintai pertanggungjawaban atas jabatan yang dipegangnya? Mari kita fokus saja kepada pemahaman bahwa jauh lebih baik melakukan amanah kepemimpinan kita sesuai dengan yang Tuhan inginkan daripada menantang resiko kelak kita dikenai pasal-pasal pelanggaran atas tuntunan-Nya. Anak buah kita, mungkin tidak tahu apa yang kita lakukan. Kalaupun ada anak buah yang mengetahuinya, belum tentu mereka berani mengingatkan kita untuk tidak mengulanginya. Kalau pun mereka berani mengingatkan, belum tentu kita mau mendengar seruannya. Tapi selama kita yakin ada Tuhan yang menyaksikan, masak sih kita masih PEDE untuk melakukan sesuatu yang tidak semestinya? Tentu Anda masih ingat ketika Presiden membacakan laporan pertanggungjawabann ya dihadapan MPR. Tidak sulit lho untuk mendapatkan persetujuan
atau penerimaan majlis atas kinerja presiden. Menangnya kalau MPR tidak setuju terus mantan Presiden itu harus diapain? CEO juga tidak rumit untuk membuat laporan pertanggungjawaban dihadapan share holder. Setidaknya, saya pernah ambil bagian dalam penyiapan dokumen pertanggungjawaban BOD dalam rapat pemegang saham. Ternyata tidak sulit-sulit amat. Jika kinerja sedang bagus, share holder sumeringah. Jika kinerja sedang buruk, selalu ada penjelasan mengapa bisa demikian. Diterima juga. Tapi sampai sekarang, saya belum tahu bagaimana caranya mengakali laporan pertanggungjawaban dihadapan Tuhan. Atas tampuk kepemimpinan yang saya emban.
Tampillah untuk menjadi seorang pemimpin. Karena boleh jadi, melalui Anda; Tuhan memberikan jalan terbaik untuk orang-orang yang Anda pimpin. Jika saat ini Anda sudah memegang jabatan atau posisi penting di perusahaan, maka pastikanlah untuk menjadi pemimpin bagi anak buah Anda. Jika saat ini Anda belum mendapatkan giliran untuk memegang jabatan tertentu, maka ingatlah; bahwa akar kepempinan itu sudah ada didalam diri Anda. Tidak perlu menunggu nanti untuk mengamalkannya. Karena Anda, bisa mendayagunakannya. Saat ini juga.
Mari Berbagi Semangat!
DEKA - Dadang Kadarusman – 2 November2011
Penulis buku "Natural Intelligence Leadership"(Tahap editing di penerbit)
Catatan Kaki:
Ada banyak cara untuk menjadi pejabat hebat. Namun untuk menjadi pemimpin, hanya ada cara yang disukai Tuhan.
Silakan di-share jika naskah ini Anda nilai bermanfaat bagi yang lain, langsung saja; tidak usah minta izin dulu. Tapi tolong, jangan diklaim sebagai tulisan Anda sendiri supaya pahala Anda tidak berkurang karenanya.
Follow DK on Twitter @dangkadarusman
- 4.
-
Mengalahkan Rasa Takut
Posted by: "suhardi" csd_suhardi@yahoo.com csd_suhardi
Fri Nov 4, 2011 4:57 pm (PDT)
Seorang pemuda mendatangi seorang yang bijak untuk meminta nasehat atas permasalahan yang sedang dihadapinya. Pemuda ini adalah seorang yang bekerja sebagai salesman yang menawarkan produk kepada calon konsumen.
Setelah mereka bertatap muka, orang bijak ini menanyakan, "Pemuda, bisakah Anda memberitahu saya maksud kedatangan Anda di sini?" Pemuda itu diam sebentar, lalu berkata, "Begini, saya ada sedikit masalah, dan berharap Bapak bisa membantu saya. Saya adalah seorang salesman yang mana penghasilan saya sangat bergantung pada penjualan. Jika pada hari tersebut saya tidak berhasil menutup penjualan apa pun, maka saya tidak akan punya uang sama sekali. Masalahnya saya memiliki rasa takut yang besar, takut untuk menawarkan barang dagangan saya. Hal inilah yang sangat mengganggu saya akhir-akhir ini. Ini membuat saya tidak begitu maksimal dalam pekerjaan saya. Apakah Bapak bisa memberi sedikit saran untuk saya?"
Mendengar keluhan salesman tersebut, orang bijak tadi merenung dan memikirkan sesuatu. Tak lama kemudian ia berkata, "Hai, pemuda! Sebenarnya masalahmu bukan masalah yang besar, semua orang juga punya masalah seperti ini. Hanya saja masalahmu sudah mempengaruhi kinerjamu, hingga kamu tidak bisa bekerja secara maksimal. Begini saja, saya akan membawamu ke beberapa tempat dan akan saya tunjukkan bahwa masalahmu tidaklah berarti apa-apa."
Ia pergi bersama dengan salesman tersebut ke sebuah café yang menjual segala macam mie. Ia menyuruh pemuda tersebut memesan makanan yang tidak ada, yaitu pizza, empek-empek, gulai kepala ikan dan jus durian. Pemuda tersebut melawan karena pasti akan ditertawakan. Orang bijak berujar, "Lakukan saja apa yang saya suruh. Nanti kamu akan tahu sendiri." Pelayan datang dan bertanya, "Mau pesan apa?" Keringatnya mulai mengalir karena takut. Kemudian dengan terbata-bata ia berkata, "Ma…mau pe…pesan pizza". "Oh, itu kita tak ada, yang lain?" Ia melanjutkan, "Kalau be…begitu pesan empek-empek." Pelayan mulai tersenyum, "Wah, kalau itu juga tak ada". Ia semakin takut, dan mukanya merah padam, "Saya pesan gulai ke…kepala ikan dan jus…jus durian." Pelayan tersebut mulai tersenyum kecil dan berkata, "Mas, kami hanya ada jual mie, yang lain tidak ada, apa mas tidak lihat di depan tadi?" Orang bijak memotong pembicaraan, "Oh. Kita salah, kalau begitu kami tidak jadi pesan, maafkan kami." "Tidak apa-apa. Terima kasih" ujar pelayan.
Kemudian mereka keluar dan menuju tempat lain, yaitu apotik. Orang bijak itu berkata, "Sekarang kamu pergi ke apotik itu dan beli mie instan. "Apaaaa!" kata pemuda itu. Orang bijak tersebut memaksanya pergi. Maka, ia pun pergi meskipun terpaksa. Setiap langkah membuat jantungnya seakan mau lepas saking takutnya. Sesampainya di apotik dan ditanya oleh pegawainya, "Mau beli apa?" Ia bengong dan diam. "Ada yang bisa dibantu?" Ia kaget dan sadar. Ia takut, tapi memberanikan diri bertanya, "Sa…sa…saya mau beli mie instan 1 kotak." "Ha..ha..ha. Aduh, jangan bercanda dong, ini kan apotik" ujar pelayan itu dengan senyum sambil menggaruk kepala. Ia membalas, "Oh. Saya salah tempat. Terima kasih." Ia pun pergi.
Orang bijak membawanya ke tempat terakhir dan berkata, "Ini yang terakhir." Ia membawa pemuda itu ke toko bahan bangunan dan memberi perintah, "Sekarang beli bubuk kopi 1 kilo!" Pemuda itu lemas, berkata, "Pak, tolong dong. Ini maksudnya apa sih?" "Lakukan dan nanti akan kujelaskan." Kata orang bijak itu. Pemuda itu menuju ke toko dan bertanya, "Pak, tolong bubuk kopi 1 kilo." Pegawai toko terdiam sebentar, memandangnya dengan tatapan aneh dan berkata, "Anda tidak salah nih, ini kan toko besi, kalau bubuk semen ada. Anda salah masuk." "Oh, iya ya. Maaf." Kata pemuda itu dan buru-buru pergi.
Mereka pun pergi dari toko dan orang bijak itu membawanya ke taman dan duduk. Ia bertanya, "Apakah Anda tahu maksud dari ini semua? Apakah Anda tahu mengapa saya menyuruh Anda melakukan hal-hal yang tak masuk akal?" Pemuda itu menggelengkan kepala. Ia menjawab, "Nak. Kamu lihat tadi. Walaupun kamu memesan yang aneh-aneh, mereka tetap tidak marah, kan? Mereka berpikir kamu hanya bercanda. Itulah yang terjadi padamu. Rasa takutmu terlalu berlebihan. Sebenarnya apa yang kamu takutkan itu jarang terjadi. Kamu memikirkan banyak hal yang kamu takutkan akan terjadi, tetapi kenyataannya itu tidak pernah terjadi. Masalahmu hanya terletak pada dirimu sendiri. Pikiranmu sendiri yang membuat dirimu menjadi takut, padahal belum tentu seperti itu kenyatannya. Semoga pengalamanmu tadi berguna untukmu."
Pemuda itu tersadar dan senyum menghiasi wajahnya. Ia berkata, "Terima kasih banyak, pak! Sekarang saya tahu, meskipun saya tadi meminta hal-hal yang aneh, mereka tidak marah. Seharusnya saya tidak boleh takut lagi, karena apa yang saya tawarkan itu masuk akal, bukan menawarkan barang yang aneh-aneh. Terima kasih, pak, hal ini membuat saya sadar."
Pesan kepada pembaca,
Setiap orang pasti memiliki yang namanya ketakutan. Ketakutanlah yang menjadi musuh setiap orang dalam usahanya meraih sukses. Untuk meraih sukses, pasti dibutuhkan action atau tindakan nyata untuk mewujudkannya. Sayangnya, rasa takut membuat sebagian orang berhenti. Kadang-kadang, rasa takut tersebut terlalu besarnya, sehingga mempengaruhi kinerja dan performa seseorang.
Perlu Anda ketahui bahwa orang yang sukses bukanlah orang yang tidak mempunyai rasa takut. Mereka juga memilikinya sama seperti Anda. Yang membedakan adalah, mereka tetap bertindak meskipun ketakutan muncul. Sedangkan orang-orang yang gagal membiarkan rasa takut menghentikan mereka. Mereka terlalu memikirkan akibat-akibat yang tak menyenangkan seperti takut ditolak, ditertawakan, diejek, atau dihina. Mereka memikirkan 1001 akibat negatifnya padahal apa yang mereka takutkan sering kali tidak pernah terjadi.
Rasa takut muncul dari pikiran Anda sendiri, Andalah yang membuat diri sendiri menjadi takut. Jangan biarkan rasa takut mempengaruhi Anda, tetapi taklukkan rasa takut Anda melalui tindakan, sehingga mental Anda akan menjadi semakin baik.
From: SUHARDI (Penulis buku motivasi "PATTERNS OF SUCCESS")
http://www.facebook.com/suhardi. inspirator. motivator
- 5.
-
Artikel – Mari Menulis Dan Berbenah Diri
Posted by: "Dadang Kadarusman" dkadarusman@yahoo.com dkadarusman
Fri Nov 4, 2011 4:57 pm (PDT)
Artikel – Mari Menulis Dan Berbenah Diri
Hore, Hari Baru! Teman-teman.
Bahkan seorang Manager atau Direktur pun perlu terampil menulis. Mengapa? Oh, begitu banyak manfaat dari aktivitas menulis. Antara lain melatih kita untuk berpikir runut, atau menata sesuatu secara lebih terstruktur. Perhatikan contoh sederhana ini: "Aku memanggil orang itu papa" dan "Orang itu memanggil aku papa". Kata-kata dalam kalimat itu sama semua. Hanya urutannya saja yang berbeda, namun maknanya bertolak belakang hingga 180 derajat. Dalam bisnis pun, runutan dan logika seperti itu berlaku. Demikian pula dalam kehidupan di luar bisnis. Berlatih menulis, berdampak besar kepada kemampuan kita dalam mengelola kehidupan kita sendiri. Maka boleh jadi, kini saatnya untuk belajar menuangkan gagasan lewat tulisan.
Banyak orang yang ingin 'bisa' menulis. Tetapi tidak tahu bagaimana melakukannya. Ini aneh. Soalnya, setiap saat jemari tangan kita menempel terus pada key board gadget komunikasi. Jadi, bukan tidak tahu bagaimana cara menulis. Melainkan tidak menyadari jika dirinya sudah bisa menulis. Jika Anda melihat saya sering menulis, bukan berarti saya sudah mahir menulis. Sapai hari ini, lebih dari seribu tulisan atau artikel saya sudah dipublikasikan. Tetapi, kemampuan menulis saya masih belum sampai ke puncaknya. Saya menyadari bahwa menulis itu adalah sebuah proses pembelajaran tiada henti. Bahkan bisa jadi, tulisan saya hari ini merupakan ralat dari hasil pemikiran saya dimasa lalu. Jadi lewat menulis, kita belajar untuk terus membenahi diri. Bagi Anda yang tertarik menemani saya belajar menulis untuk membenahi diri, saya ajak memulainya dengan memahami5 prinsip Natural Intelligence berikut ini:
1. Temukanlah kisahmu sendiri. Apa yang harus saya tulis? Itu pertanyaan yang sering menghalangi kita untuk menulis. Sederhana saja; temukan kisahmu sendiri yang bisa menginspirasi orang lain. Jika Anda anak orang kaya, tentu banyak orang yang ingin tahu seperti apa sih kehidupan orang kaya itu. Jika Anda anak orang miskin, banyak orang ingin tahu bagaimana cara Anda berhasil keluar dari kemiskinan. Jika Anda Manager atau Direktur, minimal bawahan Anda ingin mengetahui bagaimana cara Anda membangun karir. Kalau umur Anda 40 tahun, bisa dibayangkan betapa banyaknya kisah menarik untuk Anda tuangkan dalam sebuah karya tulis. Bahkan sekalipun selama 40 tahun itu Anda 'hanya' menjadi tukang menghayal. Banyak lho, orang yang ingin mengetahui 'halayan-halayan' Anda yang mengasyikan dan imajinatif. Sungguh, Anda memiliki begitu banyak kisah yang layak untuk ditulis. Dan karena hanya Anda pribadi yang memiliki kisah itu, maka tulisan Anda pasti
sangat unik sehingga tidak mungkin orang lain bisa menirunya.
2. Temukanlah keunikan tulisanmu sendiri. Menulis itu seperti mencantumkan tanda tangan. Selain goresan-goresannya yang khas, didalamnya juga tersimpan 'sidik jari' kita. Makanya, tulisan setiap orang memiliki keunikan. Masalahnya, banyak orang yang tergoda untuk meniru tulisan orang lain. Tidak perlu takut keunikan Anda akan ditolak oleh penerbit atau media cetak. Memang, banyak penerbit buku atau koran yang belum menghargai keunikan seorang penulis. Mereka masih terkungkung oleh pakem dan selera pasar, bahkan cenderung lalai terhadap aspek originalitasnya. Jadi, tidak heran jika ada penerbit buku besar dan koran terkenal yang kecolongan menerbitkan 'karya tulis' bagus yang belakangan diketahui sebagai hasil jiplakan. Bagi penulis yang baik, sikap penerbit seperti itu sangat mengesalkan. Tetapi sekarang, begitu banyak alternatif media yang bersedia menerima keunikan tulisan Anda. So, bangunlah keunikan tulisan Anda melampaui
pakem-pakem yang mengungkung dunia penerbitan umum. Karena dengan keunikan itu, Anda benar-benar memberi 'nilai tambah' kepada dunia. Bukan sekedar memenuhi semesta dengan sesuatu yang itu-itu saja.
3. Bangunlah kredibilitas pribadi. Bagi seorang penulis, kredibilitas itu boleh dibilang segala-galanya. Tanpa kredibilitas pribadi, harga diri seorang penulis menjadi sangat rendah sekali. Bagaimana cara seorang penulis membangun kredibilitasnya? Dengan tidak menjiplak tulisan orang lain. Ada professor yang diberhentikan dari institusi pendidikan bergengsi tempatnya memberi kuliah. Ada Doctor dari perguruan tinggi beken yang dicabut gelarnya. Ada pula pengarang yang dituntut karena melanggar hak cipta. Semua hal yang saya sebutkan ini terjadi karena orang-orang ini terbukti menjadi plagiator tulisan orang lain. Para penjiplak sering mengira bahwa kebiasaan buruknya tidak akan ketahuan. Mereka keliru. Saya mengetahui jika beberapa tulisan saya dijiplak oleh orang lain, lalu diklaim seolah itu tulisan mereka. Kemudian jiplakan itu dimuat di berbagai media bahkan dalam buku yang dicetak secara profesional. Dari mana saya tahu soal itu? Sebagian
besar diketahui karena ada sahabat-sahabat saya yang memberi tahu. "Kok ini mirip sekali dengan tulisanmu ya?" Begitu ketahuan suka menjiplak, kredibilitas seseorang langsung jatuh tersungkur. Bisakah Anda membayangkan; betapa hancurnya kredibilitas diri Anda jika sampai ketahuan Anda itu seorang penjiplak tulisan orang lain? Maka bangunlah kredibilitas Anda. Dan jagalah terus agar tidak ternoda.
4. Tulislah, maka jadilah dia sebuah tulisan. Bagaimana cara membuat sebuah tulisan? Gampang; tulislah. Sibukkan jemari tangan Anda untuk menulis. Maka otak Anda sudah tidak lagi disibukkan oleh kebingungan tentang apa yang akan Anda tulis. Menulis apa? Apapun yang Anda ingin tulis. Pokoknya ya tulis saja. Tentang kucing Anda. Tentang sepatu pink Anda. Tentang cinta Anda. Tentang kambing Anda. Tentang, apapun. Bukankah belum ada orang yang menulis tentang semua itu? Hmmh, tulisan Anda dijamin orisinil deh. Kalau ikut kursus menulis, boleh tidak? Oh, boleh saja. Jika Anda menilai itu akan membantu Anda untuk menjadi seorang penulis yang lebih baik. Tetapi, seperti belajar bahasa Inggris; Anda tidak akan menjadi pintar hanya dengan mengikuti kelas kursusnya. Anda harus mempraktekannya, bukan? So, jika Anda ingin mengetahui dan mengadopsi ilmu menulis saya, silakan ikuti. Ilmu menulis saya hanya satu kok, yaitu: Tulislah.
5. Panjangkanlah Umurmu. Orang yang panjang umur itu bukanlah mereka yang usianya mencapai ratusan tahun. Melainkan mereka yang meninggalkan sesuatu bagi dunia yang pernah ditinggalinya. Orang itu akan tetap dikenal setelah kematiannya selama peninggalannya masih dikenal orang. Anda meninggalkan apa? Perusahaan. Tanah. Rumah. Emas. Deposito. Itu bagus. Saya sih belum bisa meninggalkan semuanya itu. Selain butuh biaya besar, juga rentan habis dalam sekejap mata. Ada pula yang meninggalkan kepahlawanannya. Tapi saya juga tidak tahu bagaimana menjadi pahlawan di zaman ini. Tidak semua orang bisa memberikan peninggalan serupa itu. Tapi, mungkin kita semua bisa meninggalkan sesuatu lewat tulisan yang pernah kita buat. Berapa banyak nama yang Anda kenal, namun tidak pernah bertemu orangnya? Anda hanya mengenalnya lewat tulisan-tulisan yang menginspirasinya. Beberapa nama itu sudah pada meninggal. Tapi masih sering disebut-sebut di ruang kelas atau di
forum-forum khusus. Namanya mungkin sudah tidak lagi disebut. Tapi ilmu yang pernah ditebarkannya menjadi bagian dari kehidupan seseorang. Maka tulislah tentang sesuatu yang bernilai dari dalam diri Anda. Dan biarkan orang lain menikmatinya, lalu mengambil hikmah darinya. Dan menjadikannya bagian positif dalam kehidupannya. Semoga pesan, semangat, dan nilai-nilai yang Anda tebarkan menjadi sarana untuk memanjangkan umur Anda.
Di zaman ketika manusia belum mengenal tulisan, mereka bersusah payah mendokumentasikan sejarahnya dalam gambar dan simbol. Di zaman ketika kita sudah mahir menulis, mengapa kita tiba-tiba kebingungan harus menulis apa. Ayo, menulislah. Karena anak buah Anda membutuhkan inspirasi dari atasannya yang jarang bisa bertatap muka. Tulislah, karena ilmu Anda dibutuhkan orang lain. Tulislah karena seseorang membutuhkan inspirasi dari Anda. Tulislah. Karena bahkan Tuhan pun menuliskan semua tindakan dan perbuatan kita. Maka menulis, bisa dilakukan sambil berbenah diri.
Mari Berbagi Semangat!
DEKA - Dadang Kadarusman – 3 November2011
Penulis buku "Natural Intelligence Leadership"(Tahap editing di penerbit)
Catatan Kaki:
Jika Anda mulai menulis, pastikan tulisan itu mewakili keunikan kepribadian Anda.
Silakan di-share jika naskah ini Anda nilai bermanfaat bagi yang lain, langsung saja; tidak usah minta izin dulu. Tapi tolong, jangan diklaim sebagai tulisan Anda sendiri supaya pahala Anda tidak berkurang karenanya.
Follow DK on Twitter @dangkadarusman
- 6.
-
Steve Jobs dalam Sudut Pandang NLP
Posted by: "NLP Into Action" nlpintoaction@gmail.com
Fri Nov 4, 2011 4:58 pm (PDT)
Sumber
http://nlpintoaction.com/aplikasi- nlp/steve- jobs-dalam- sudut-pandang- nlp/
by Erni Julia Kok<http://nlpintoaction.com/direktori- >praktisi/ erni-julia- kok/
Steve Paul Jobs (lahir 24 Februari 1955 dan meninggal 5 Oktober 2011)
diakui sebagai inovator yang telah banyak menginspirasi orang-orang muda
lain di dunia. Ketika belajar di sekolah menengah di Cupertino, Steve
memanfaatkan waktu luang untuk menghadiri perkuliahan di The
Hewlett-Packard Company di Palo Alto. Saking sering hadir di sana, dia
menjadi terkenal, hal ini menyebabkan dia direkrut sebagai *summer student*.
Di sanalah, pada usia baru 13 tahun, Jobs bertemu Stephen Wozniak sesama
karyawan paruh waktu di musim panas. Keduanya segera menjadi konco pret dan
tidak lama kemudian Jobs mulai membantu Wozniak menjual penemuannya yang
ilegal�karena dapat dipasang pada telepon untuk digunakan menelepon jarak
jauh tanpa harus membayar. Di samping itu Jobs juga memanfaatkan waktu
luangnya untuk memperbaiki dan menjual sistem stereo.
Setamat sekolah menengah tahun 1972, Jobs kuliah di Reed College, Portland,
Oregon, tapi dia segera menyadari tidak berminat mencapai gelar sarjana.
Hanya bertahan satu semeter, Jobs berhenti. Walaupun demikian, dia bertahan
selama setahun dengan hanya mengikuti mata kuliah filosofi, fisika, dan
sastra. Dua tahun kemudian Jobs kembali ke California dan bergabung dengan
klub pehobi komputernya Wozniak (The Homebrew Computer Club). Selain itu,
Jobs mulai bekerja sebagai teknisi di Atari, perusahaan yang waktu itu
memproduksi video games.
Bekerja di Atari memungkinkan Jobs menabung cukup uang sehingga dia dapat
jalan-jalan ke India bersama seorang teman dari masa kuliah di Reed
College, Daniel Kottke�kemudian menjadi karyawan pertama Apple.
Sekembalinya ke California, Jobs mendapat tawaran dari Atari untuk membuat
atau lebih tepatnya menciptakan semacam papan sirkuit yang akan diinstal
pada mesin permainan �The Game Breakout�. Karena kurang paham tentang papan
sirkuit, Jobs mengajak Wozniak bekerja sama. Singkat cerita, pengalaman
bekerja sama di Atari ini berlanjut sebagai bibit yang menumbuhkan pohon
�Appel�, sebuah perusahaan yang paling sukses dan revolusioner di abab
ke-20.
*Pelajaran Yang Dapat Dipetk Dari Perjalanan Hidup Steve Jobs*
Bila kita memanfaatkan sudut pandang *NeuroLogical Levels*, saya menemukan
ternyata lebih mudah belajar dari pengalaman hidup dan filosofi seseorang.
Mari kita mulai dari level *environment* (lingkungan):
*Environment** (Lingkungan) *
Referensi lingkungan adalah kesempatan atau hambatan. Kesempatan bagi
seorang bisa menjadi hambatan atau ancaman bagi orang lainnya. Ketika Jobs
memutuskan untuk berbisnis, dia tidak meributkan apa yang tidak dipunyai,
tapi fokus pada apa yang ingin diperbuat. Jobs tidak memiliki keterampilan
merancang papan sirkuit, namun dia memiliki kejelian mata yang tidak
dimiliki Wozniak yang ahli merancang komputer. Maka melihat komputer
ciptaan Wozniak yang pertama, Jobs segera memikirkan rencana marketingnya.
Tidak memiliki modal bukan masalah pula, Jobs menjual mobil VW-nya dan
Wozniak menjual kalkulator yang dapat diprogram ciptaannya. Setelah
terkumpul modal US$ 1,300 dan menggunakan kamar tidur dan garasi Jobs,
keduanya membangun komputer personal Apple I. Hanya dalam waktu seminggu
Apple Company berdiri dan mereka berhasil menjual 50 unit Apple I. Semua
hambatan di lingkungan teratasi dan sukses demi sukses menyusul sebagai
�upah� atas usaha mereka. Dan saat itu Jobs baru berusia 21 tahun.
*Behavior (Perilaku):*
�The only way to do great work is to love what you do. If you haven�t found
it yet, keep looking. Don�t settle.�
Pernyataan di atas menunjukkan bahwa Jobs memilih melakukan apa yang
dicintainya. Hal yang sama dilakukannya adalah meninggalkan apa yang tidak
diminatinya seperti DO (*drop out*) dari kuliah. Menurut pengakuannya,
putus kuliah sempat menakutkan baginya, tapi dia tidak ingin membuang-buang
waktu melakukan sesuatu yang tidak dia sukai. Setelah meninggalkan bidang
studi utama, Jobs mengikuti kursus kaligrafi di mana dia belajar tipografi
Serif dan San Serif. Pada saat mempelajarinya, Jobs belum tahu akan
dimanfaatkan di mana keterampilan tersebut, namun seperti yang
dikatakannya: ��suatu ketika titik-titik dapat dihubungkan�� dan benar
saja, 10 tahun setelah mempelajari kaligrafi, di saat merancang The Mac,
Jobs mampu menggabungkan font tersebut ke dalamnya dan menghasilkan
tipografi komputer yang sangat bagus.
Orang besar sering membuktikan kebesarannya pada saat sedang terjatuh di
lembah kegagalan. Hal itu dialami juga oleh Jobs, dan dia membuktikan bahwa
dia dapat bangkit kembali. Pada usia 30 tahun, Jobs didepak keluar dari
perusahaan yang didirikannya sendiri oleh BoD di bawah pimpinan John
Scully, mantan CEO Pepsi Cola. Sebagai manusia, Jobs sempat merasa
terpuruk, malu di hadapan publik atas kegagalannya. Namun pelan-pelan, Jobs
bangkit, dia boleh saja kehilangan perusahaannya, pekerjaannya, tapi dia
masih memiliki sesuatu yang sangat berharga, semangat. Dengan itu dia
memutuskan untuk memulai dari awal. Dia menciptakan NeXT dan Pixar yang
sekaligus membuka jalan pulang baginya ketika NeXT akhirnya diakuisisi
Apple Company. Atas pengalaman tersebut Jobs dikutip mengatakan: *�I didn�t
see it then, but it turned out that getting fired from Apple was The best
thing that could have ever happened to me,�* Bagaimana bisa menjadi hal
terbaik ketika dia dipecat? Jobs menjelaskan: *�It freed me to enter one of
The most creative periods of my life.�*
Jelas sekali, Jobs menjadi besar bukan karena nasib baik semata atau anak
geng yang beruntung, tapi dia selalu terbuka untuk belajar dari pengalaman.
*�It was awful tasting medicine, but I guess The patient needed it,�* kata
Jobs. *�Sometimes life hits you in the head with a brick. Don�t lose faith.�
*
*Capability (Kemampuan):*
Kisah sukses Jobs adalah kisah sukses Silicon Valley yang menggiurkan, tapi
kisah yang tidak diceritakan�kisah kegagalan�lebih banyak lagi. Sejak usia
dini, Jobs belajar membuat sesuatu, melatih tangannya untuk menciptakan
sesuatu. Ketika remaja lain lebih suka dugem alias *hang out* and *do
nothing*, Jobs menghabiskan waktu luangnya dengan mengikuti perkuliahan di
The Hewlett Packard hingga dia direkruit sebagai tenaga kerja paruh waktu.
Banyak orang ingin memulai bisnis dan sebab itu mencari-cari dan
bertanya-tanya apa yang seharusnya dilakukan, Jobs melatih dirinya
menciptakan peluang, terutama menciptakan pasar bagi suatu produk. Begitu
mengetahui Wozniak baru saja menciptakan sebuah komputer, Jobs langsung
memikirkan cara memasarkannya. Jobs bermimpi dan merasa wajib untuk
mewujudkan impiannya.
Mungkin tidak banyak orang yang mengetahui cara Jobs untuk terus-menerus
�memeras� ide dari kepala-kepala stafnya, ya dia mengharuskan timnya
berargumentasi atau dipecat. Setiap ide harus dites dengan argumen dan
argumen hingga semua orang setuju bahwa ide tersebut dapat dilaksanakan.
Cara argumentasi ini terbukti sangat efektif dan hemat biaya. Bayangkan,
salah-satu pesaingnya, IBM harus membelanjakan 100 kali lipat untuk R&D.
Bagi Jobs, keberhasilan inovasi tidak ada hubungannya dengan ketersediaan
dana atau jumlah yang diinvestasikan. �Tidak ada hubungannya dengan uang
sama-sekali. Inovasi berhubungan dengan orang-orang yang ada di perusahaan
anda, bagaimana anda memimpin mereka menentukan apa yang akan anda
peroleh.� kata Jobs menegaskan.
Jobs adalah seorang jenius di bidang pemasaran yang mampu berpikir kreatif
dan dengan demikian melihat peluang dari segala sudut. Sebagai contoh, pada
tahun 2003, iTunes untuk Windows diluncurkan, Jobs mengandeng Pepsi
dan AOL untuk
melancarkan kampanye besar-besaran. Dalam satu *event* di San Francisco,
Jobs menghadirkan sederetan selebriti yang berpenampilan modern,
kerenuntuk mengendors produk tersebut. Dari
U2�s Bono sampai Dr. Dre sampai Mick Jagger, Jobs memahami bagaimana
membuat iTunes menarik bagi kaum muda. Malam kampanye itu ditutup Sarah
McLachlan membawakan dua lagu hitnya yang bisa diunduh secara ekslusif oleh
pengguna iTunes. Kampanye ini memperlihatkan visi Jobs bahwa komputer
adalah sesuatu yang sangat menarik dan kreatif serta kemampuannya merangkul
masa.
Bagaimana Jobs dapat terus berinovasi? Ternyata pada saat dia berusia 17
tahun, dia pernah membaca suatu kalimat bijaksana yang mengatakan: �Jika
anda menghadapi setiap hari baru seakan-akan itu merupakan hari terakhir
anda di dunia, pastinya akan terjadi demikian suatu hari.� Sejak itu, Jobs
setiap pagi berdiri di depan cermin dan bertanya kepada dirinya sendiri
apakah dia akan melakukan hal yang sama dengan apa yang dilakukannya pada
hari terakhirnya di dunia ini? Jawabannya seringkali tidak, dan begitu
banyak jawaban �tidak� maka Jobs tahu dia harus melakukan suatu perubahan,
melakukan suatu hal baru.
*Values and beliefs:*
Nilai-nilai dan keyakinan adalah bahan bakar di balik semangat, dan secara
spesifik apa yang dapat kita pelajari dari seorang Steve Jobs?
Tidak ada yang sepele, meskipun itu masih berupa titik-titik, dan Jobs
mengajak kita untuk percaya bahwa suatu saat, titik-titik akan tersambung
menjadi garis-garis. Setiap orang harus meyakini sesuatu dalam hidup
ini�keberanian, naluri anda, nasib, kehidupan, karma, apa saja. Pendekatan
ini tak pernah mengecewakan, dan membuat perbedaan dalam hidupku, kata
Jobs. Dia juga percaya bahwa segala sesuatu karena suatu tujuan, dan bahkan
ketika kita sulit melihat tujuannya pada saat ini, kita hanya perlu
menenangkan diri sejenak dan berkeyakinan teguh bahwa segalanya pasti ada
jalan keluarnya. Job juga sangat yakin bahwa memercayai keputusan yang
telah diambilnya sangat penting, meskipun sulit namun akan memberikan hasil
yang luar biasa.
Kebersediaan Jobs untuk mengambil jalan yang jarang dilalui orang lain
membawanya tiba lebih dahulu dibandingkan para pesaingnya.
Dogma terkadang dapat mengunci kreativitas, karena itu Jobs membagikan
nilai-nilai dan keyakinannya tentang hal ini. �Jangan terjebak oleh dogma,
maksud saya ialah hidup berpatokan pada pemikiran orang lain. � Selanjutnya
dia mengatakan: �Don�t let *the noise of others� opinions drown out your
own inner voice. Instead, everyone should have the courage to follow their
heart and intuition; they somehow already know what you truly want to
become.�*
Jobs menyadari betapa pentingnya waktu ketika dia didiagnosa mengidap
kanker pankreas pada tahun 2004 yang lalu. Dokternya memvonis umurnya
tinggal tiga atau empat bulan lagi. Untunglah, setelah diperiksa dengan
biopsy hari itu, kankernya ternyata jenis yang tidak umum dan dapat
disembuhkan melalui tindakan operasi.
*Identity (Identitas):*
Jobs dikenal sebagai perfeksionis yang selalu mengutamakan kesempurnaan.
Selain pengusaha yang sukses, Jobs merupakan �*family man*�. Siapakah
dirinya menurut seorang Jobs? Banyak *legacy* yang dapat kita jadikan
sumber inspirasi dan teladan. Saya teringat ketika membaca buku yang
ditulis John Scully 20 tahun lebih yang lalu, saat pertama saya mengenal
identitas Steve Jobs. Saya sangat menyenangi buku tersebut, tapi tetap
mengagumi sosok inovator Steve Jobs (walaupun waktu itu belum tahu dia akan
�come back� ke Apple Company).
*Spiritual atau Tujuan*
Mungkin pidatonya di depan wisudawan Stanford University musim panas 2005
yang lalu pantas kita baca dan renungkan sambil membaca doa mengiringi
perjalanannya ke dunia spirit. *�Remembering that I�ll be dead soon is the
most important tool I�ve ever encountered to help me make the big choices
in life. Because almost everything � all external expectations, all pride,
all fear of embarrassment or failure � these things just fall away in the
face of death, leaving only what is truly important.�*
Memanfaatkan waktu untuk kehidupan personal dan profesional telah
dibuktikan oleh Steve Jobs dengan menghasilkan berbagai inovasi baru dan
membawa Apple Company di puncak kesuksesan tujuh tahun terakhir ini.
Semestinya dia juga telah mewujudkan berbagai mimpi menjadi kenyataan.
Sejak dihadapkan pada maut, Jobs telah mendapatkan aspirasi baru tentang
apa yang dapat dicapainya dalam hidup ini. *�Remembering that you are going
to die is the best way I know to avoid the trap of thinking you have
something to lose. You are already naked. There is no reason not to follow
your heart.� *
Selamat jalan, Steve Jobs. Dunia akan kehilangan seorang jenius seperti
Anda. Namun dunia pun akan terus bermimpi dan berinovasi karena kau telah
memberi inspirasi.
- 7.
-
Cara-Cara Instan :D
Posted by: "Novi Khansa" novikhansa.me@gmail.com
Fri Nov 4, 2011 5:14 pm (PDT)
Suatu hari, ada obrolan antara seseorang dengan temannya. Si teman begitu
iri melihat teman-teman lainnya mudik. Yah, tradisi mudik di Indonesia
begitu melekat, terkadang bikin iri orang yang nggak punya kampung.
A: aku ingin mudik, deh...
B: ke mana
A: ke mana aja, pokoknya, aku ingin mudik
B: ke kampunglah pastinya, kampungmu di mana?
A: nggak ada
B: terus, mau mudik ke mana?
A: nggak tahu
B: eaaaaa
Kalau gitu kamu nikah aja sama orang yang punya kampung. Nanti kan kamu
jadi punya kampung :D
A: oh gitu, ya?
B: dari sekarang, kamu pikirkan, kamu tuh pengen banget mudik ke mana, nah
abis itu kamu cari deh orang yang punya kampung yang ingin kamu datangi
*sungguh saran yang aneh*
A: bisa gitu?
B: iya, kalau kamu pengen punya kampung dan bisa jalan-jalan
A: aku pingin ke Belitong, ketemu Andrea, tapi aku juga penasaran sama
Kalimantan, aku juga pengen tahu Bali, hmm tapi aku juga pengen ke Riau,
Sulawesi, Aceh, banyak, deh
B: he? Itu mah bukan pengen mudik, itu pengen jalan-jalan :p
A: Emang, jadi aku nikah sama sapa, donk?
B: kamu nikah aja sama org yang kerjanya jalan-jalan :p Atau kalau nggak
kamu ngelamar aja jadi tukang angkut koper :D
A: eaaaaa
Garing euy, kriuk :p
*kenapa nggak nabung aja dan salah satu dari tabungannya dialokasikan untuk
jalan-jalan, ya :)
-----
C: aku kok nggak gemuk-gemuk, sih
D: makan, donk
C: udeeeeh, masa ga lihat kalau aku pemakasan segala?
D: iya, sih.
C: aku juga udah usaha minum susu, ngemil, dan banyak, deh
D: *mikir*
C: kenapa ya aku nggak gemuk-gemuk?
D: kamu cacingan kali :p
C: enak aja, tiap 6 bulan itu, aku sekeluarga minum obat cacing tahuuu
D: oh
C: hmm, gemuk aja kok susah ya
D: makanya nikah, katanya kalau udah nikah itu gampang gemuknya.
C: he?
D: iya, soalnya ada yg ngurusin
C: dikurusin kok bisa gemuk?
D: eaaaaaa *tepokjidat*
Kenapa ya, sering kali orang menyarankan sesuatu yang instan karena
terlihat hasilnya di permukaan.
Konon orang yang udah nikah itu bisa gemuk.
Hmm, tapi emang nggak bisa dielakkan juga *sambil mengingat2 penampilan
sekitar*
Tapi, bukan itu aja solusi gemuk kan?
-------
Iseng aja gara-gara smsan sama teman :D
Kenapa kadang lagi ngobrolin ini itu, ujung-ujungnya atau solusi yang
ditawarkan itu nikah, nikah, dan nikah. Seolah nikah itu solusi instan.
Padahal kan nggak ya.
Tahu, deh, hehehe :p
====
Salam kenal, saya Novi Khansa dengan email baru :D
Need to Reply?
Click one of the "Reply" links to respond to a specific message in the Daily Digest.
MARKETPLACE

Change settings via the Web (Yahoo! ID required)
Change settings via email: Switch delivery to Individual | Switch format to Traditional
Visit Your Group | Yahoo! Groups Terms of Use | Unsubscribe
Tidak ada komentar:
Posting Komentar