Messages In This Digest (4 Messages)
- 1.
- Artikel â" Kalau Perusahaan Berubah, Kita Ngapain? From: Dadang Kadarusman
- 2a.
- Re: Cara-Cara Instan :D From: asep nugraha
- 2b.
- Re: Cara-Cara Instan :D From: Den Bagusnya
- 3.
- Artikel â" Rasa Syukur, Kenikmatan, Dan Kebahagiaan. From: Dadang Kadarusman
Messages
- 1.
-
Artikel â" Kalau Perusahaan Berubah, Kita Ngapain?
Posted by: "Dadang Kadarusman" dkadarusman@yahoo.com dkadarusman
Fri Nov 11, 2011 6:46 am (PST)
Artikel ¢â' '³ Kalau Perusahaan Berubah, Kita Ngapain? ¢Â
¢Â
Hore, Hari Baru! Teman-teman.
¢Â
¢â' '¼Rat race, ¢â' '½ adalah istilah yang lazim digunakan untuk menggambarkan rutinitas hidup yang kita jalani setiap hari. Khususnya Senin sampai Jumat. Bangun pagi-pagi sekali, lalu buru-buru mandi, bergegas pergi, tiba dikantor jam delapan pas, atau agak terlambat sedikit ¢â' '³ eh banyak ¢â' '³ karena jalanan macet. Kemudian terbenam dalam pekerjaan yang sama seperti kemarin. Begitu bel jam 5 berbunyi ¢â' '¸Teng! ¢â' '¹, otomatis alarm dalam pikiran kita berteriak ¢â' '¸Go! ¢â' '¹. Hasilnya? Ya begitu-begitu saja. Itulah ¢â' '¼Rat race ¢â' '½. Saya tidak tahu jika Anda termasuk pemain dalam drama rat race seperti itu atau tidak. Tetapi, setiap orang dalam arena balapan tikus itu senantiasa bertanya-tanya; kenapa hidup gue tetap begini-begini aje? Padahal lingkungan hidup kita berubah loh. Bahkan perusahaan pun berubah. Perubahan yang semestinya menyediakan kesempatan yang melimpah terlewatkan begitu saja. Kenapa? Karena kita tidak bisa menjawab pertanyaan ini dengan baik; ¢â' '½Kalau
perusahaan berubah, kita ngapain? ¢â' '½ Emboh.
¢Â
Tahun 2012 masih sekitar 7 minggu lagi. Terlalu dini untuk dipikirkan sekarang. Itu benar, jika perhatian kita hanya tertuju pada pesta meniup terompetnya. Namun, diatas meja para petinggi perusahaan sudah begitu banyak agenda yang akan dilakukan di tahun depan. Mayoritas karyawan baru mengetahuinya pada saat meeting akhir tahun atau ketika rapat awal tahun dengan para managernya. Wajar memang. Tetapi, menjadi tidak wajar jika ketika mendengarnya kita belum memiliki sikap mental yang siap untuk menerima perubahan itu. Anda, tidak bisa berharap perusahaan akan menjalankan strategi bisnis atau kebijakan yang sama di tahun depan. Maka hal terbaik yang bisa kita lakukan adalah menyiapkan diri untuk menari dengan perubahan yang terjadi. Artinya, mulai sekarang kita sudah harus mempersiapkan diri untuk itu. Kita mesti sama gesitnya dengan pergerakan dokumen strategi perusaan di meja CEO. Minimal mengantisipasi. Bagi Anda yang tertarik menemani saya belajar
mempersiapkan diri menyambut perubahan di perusahaan, saya ajak memulainya dengan menggunakan kemampuan Natural Intelligence dalam memandang 5 tipe sikap orang dalam menghadapi perubahan berikut ini: ¢Â Â
¢Â
1. ¢Â     Pasrah pada perubahan. Boleh dibilang, sebagian besar orang pasrah saja pada perubahan. Bukan karena ingin menerimanya, namun karena mereka merasa tidak memiliki pilihan lain. Biasanya ya tidak nyaman karena ada rasa terpaksa. Memang tidak semua orang yang pasrah merasa terpaksa. Ada juga yang pasrah dengan benar-benar tulus ikhlas. Boleh? Oh boleh saja. Tetapi, jangan sampai kita memposisikan diri sebagai obyek perubahan itu. Sikap pasrah itu beresiko. Jika Anda punya atasan yang peduli, maka dengan kepasrahan itu Anda bisa mendapatkan manfaat dari perubahan. Tapi, jika atasan Anda tidak benar-benar peduli, maka Anda bisa menjadi ¢â' '¸korban ¢â' '¹ dari perubahan. Dengan kemungkinan-kemungkinan seperti itu, menurut pendapat Anda; Apakah sikap pasrah masih bisa diandalkan?
¢Â
2. ¢Â     Tidak peduli pada perubahan. Mau berubah, kek. Mau ini itu, kek. Begini begitu. Terserah saja. Ada orang yang berprinsip demikian? Banyak. ¢â' '¼Yang penting, gua jangan diungkit-ungkit! ¢â' '½ begitu lanjutnya. Apapun yang terjadi di perusahaan terserah management saja, asal jangan ganggu saya. Ini prinsip yang rada kompleks. Mereka yang tidak peduli pada perubahan tidak menjadi penghalang ¢â' '¸gagasan ¢â' '¹ untuk melakukan perubahan, tetapi mereka juga tidak mau mendukung proses implementasinya. Tuntutan untuk ¢â' '¸tidak mengganggu kepentingan gue! ¢â' '¹ juga sangat absurd. Sebab tidak ada perubahan bermakna yang berdampak parsial. Semua elemen perusahaan memiliki kesalingterkaitan satu sama lain, sehingga nyaris mustahil jika kondisi-kondisi penting tidak terpengaruh oleh perubahan yang signifikan. Boleh saja jika perusahaan hanya bermain didalam arena perubahan yang kecil. Tetapi, jangan berharap tahun depan akan memberikan hasil yang lebih baik. Sebab
lingkungan bisnis berubah. Perilaku pelanggan berubah, strategi pesaing juga berubah. Maka mau tidak mau, perusahaan harus berubah. So, tidak peduli pada perubahan? Bukan pilihan sikap yang tepat.
¢Â
3. ¢Â     Marah pada perubahan. Aaarrrghhhtch! Tahun kemarin berubah! Tahun ini berubah! Setiap tahun berubah! Maunya apa sih, perusahaan ini?! Ada orang yang marah-marah begitu? Banyak juga. Namun dari semua upaya saya mencermati orang-orang yang mengambil sikap marah atas perubahan di perusahaan, saya tidak melihat ada orang yang ¢â' '¸win ¢â' '¹ dalam pertarungan ini. Mereka semuanya ¢â' '¸menabrak tembok ¢â' '¹. Tentu Anda tahu bagaimana rasanya jika kepala kita menabrak tembok, bukan? Benjol. Banyak karyawan yang tidak memiliki kekuatan apa-apa namun ngotot untuk melawan proses perubahan di perusahaan. Sehingga mereka bukan hanya menjadi penghalang bagi proses perubahan, melainkan juga menjadi musuh para pengambil keputusan. Siapa yang akan menang? Yang jelas, tidak dua-duanya. Kemungkinan besar win-lose. Atau mungkin lose-lose. Tapi peluang terbesarnya, perusahaan menang; dan karyawan yang melawan perubahan karena marah, biasanya kalah. Jadi, apakah marah
pada perubahan bisa menjadi pilihan bijak? Definitely not.
¢Â
4. ¢Â     Menyesuaikan diri dengan perubahan. ¢Â Ini jenis orang yang bisa berdansa dengan perubahan. Meliuk kesana kemari, menari dengan gemulai bersama angin perubahan yang behembus sepoi. Anda bisa melihat sifat ini pada pohon bambu. Dia tidak pernah melawan hembusan angin seperti yang biasa dipertontonkan oleh pohon-pohon besar yang merasa dirinya tangguh. Makanya, ketika begitu banyak pohon yang runtuh ¢â' '³ pohon yang pasrah, pohon yang tidak peduli, dan pohon yang marah ¢â' '³ rumpun bambu sangat jarang sekali yang tumbang. Angin berubah arah, tarian bambu pun mengikuti arah perubahannya. Bahkan, mereka melakukannya sambil memainkan simfoni indah melalui gesekan daun-daunnya yang bergoyang seirama dengan angin. Di kantor, banyak juga orang yang pintar menyesuaikan diri seperti bambu ini. Biasanya mereka bertahan lebih lama. Dan berkontribusi terus sesuai dengan tuntutan perubahan. Merekalah orang-orang yang bersedia menjadi bagian dari perubahan ¢â' '³
dan tentunya ¢â' '³ mereka juga turut menikmati hasilnya. Apakah Anda sudah memiliki sikap mental seperti itu?
¢Â
5. ¢Â     Mengelola perubahan secara aktif. Kebanyakan orang mengira bahwa ¢â' '¸mengelola perubahan ¢â' '¹ itu hanya bisa dilakukan oleh para pengambil keputusan tertinggi. Jika saya belum mempunyai jabatan setinggi itu, bagaimana mungkin saya bisa mengelolanya? Keliru. Jabatan apapun yang Anda sandang, Anda memiliki peluang untuk mengelola perubahan. Jangan pernah mengira bahwa proses perubahan itu hanya akan berdampak pada level-level tertentu. Setiap perubahan penting di perusahaan berpengaruh langsung kepada semua level. Oleh karena itu, setiap orang pasti terkena imbasnya. Ciri orang yang mengelola perubahan itu adalah; dia mengembangkan diri sendiri sesuai dengan arah perubahan yang terjadi. Misalnya, sekarang Anda bertugas di departemen marketing. Anda rancang karir Anda kedepannya seperti apa ¢â' '³ yang boleh jadi ¢â' '³ ada di departemen lain. Lalu Anda menempa diri supaya bisa memiliki kualifikasi yang dibutuhkan untuk meraihnya. Ketika perubahan itu
terjadi, Anda benar-benar mendapatkannya persis seperti yang Anda rancang. Jika Anda mengira ini hanya teori, Anda keliru. Saya bisa membuktikan bahwa itulah yang saya lakukan ketika masih berkarir sebagai profesional.
¢Â
Setiap orang ¢Â berhak untuk menentukan sikan terhadap perubahan yang dialaminya dalam hidup. Anda pun punya hak itu. Tetapi hendaknya kita sadar bahwa setiap pilihan memiliki konsekensinya masing-masing. Tak seorang pun bisa memaksa Anda untuk menentukan pilihan sikap. Dan tidak seorangpun yang bisa melepaskan diri dari konsekuensi atas pilihan yang diambilnya. So, dalam menghadapi perubahan itu; sikap mental seperti apa yang akan Anda terapkan? Kita ambil pilihan nomor 4 atau nomor 5 saja yuk.
¢Â
Mari Berbagi Semangat!
DEKA - Dadang Kadarusman ¢â' '³ 8 November2011
- 2a.
-
Re: Cara-Cara Instan :D
Posted by: "asep nugraha" asep_ari2@yahoo.com asep_ari2
Fri Nov 11, 2011 6:48 am (PST)
Nikah itu berkah, namun harus terarah....
Salam,
Asep Nugraha
_____________________ _________ __
From: Novi Khansa <novikhansa.me@gmail.com >
To: pembacaasmanadia@yahoogroups. ; sekolah-kehidupan@com yahoogroups. com
Sent: Saturday, November 5, 2011 7:12 AM
Subject: [sekolah-kehidupan] Cara-Cara Instan :D
¢Â
Suatu hari, ada obrolan antara seseorang dengan temannya. Si teman
begitu iri melihat teman-teman lainnya mudik. Yah, tradisi mudik di
Indonesia begitu melekat, terkadang bikin iri orang yang nggak punya
kampung.
A: aku ingin mudik, deh...
B: ke mana
A: ke mana aja, pokoknya, aku ingin mudik
B: ke kampunglah pastinya, kampungmu di mana?
A: nggak ada
B: terus, mau mudik ke mana?
A: nggak tahu
B: eaaaaa
Kalau gitu kamu nikah aja sama orang yang punya kampung. Nanti kan kamu jadi punya kampung :D
A: oh gitu, ya?
B:
dari sekarang, kamu pikirkan, kamu tuh pengen banget mudik ke mana, nah
abis itu kamu cari deh orang yang punya kampung yang ingin kamu datangi
*sungguh saran yang aneh*
A: bisa gitu?
B: iya, kalau kamu pengen punya kampung dan bisa jalan-jalan
A:
aku pingin ke Belitong, ketemu Andrea, tapi aku juga penasaran sama
Kalimantan, aku juga pengen tahu Bali, hmm tapi aku juga pengen ke Riau,
Sulawesi, Aceh, banyak, deh
B: he? Itu mah bukan pengen mudik, itu pengen jalan-jalan :p
A: Emang, jadi aku nikah sama sapa, donk?
B: kamu nikah aja sama org yang kerjanya jalan-jalan :p Atau kalau nggak kamu ngelamar aja jadi tukang angkut koper :D
A: eaaaaa
Garing euy, kriuk :p
*kenapa nggak nabung aja dan salah satu dari tabungannya dialokasikan untuk jalan-jalan, ya :)
-----
C: aku kok nggak gemuk-gemuk, sih
D: makan, donk
C: udeeeeh, masa ga lihat kalau aku pemakasan segala?
D: iya, sih.
C: aku juga udah usaha minum susu, ngemil, dan banyak, deh
D: *mikir*
C: kenapa ya aku nggak gemuk-gemuk?
D: kamu cacingan kali :p
C: enak aja, tiap 6 bulan itu, aku sekeluarga minum obat cacing tahuuu
D: oh
C: hmm, gemuk aja kok susah ya
D: makanya nikah, katanya kalau udah nikah itu gampang gemuknya.
C: he?
D: iya, soalnya ada yg ngurusin
C: dikurusin kok bisa gemuk?
D: eaaaaaa *tepokjidat*
Kenapa ya, sering kali orang menyarankan sesuatu yang instan karena terlihat hasilnya di permukaan.
Konon orang yang udah nikah itu bisa gemuk.
Hmm, tapi emang nggak bisa dielakkan juga *sambil mengingat2 penampilan sekitar*
Tapi, bukan itu aja solusi gemuk kan?
-------
Iseng aja gara-gara smsan sama teman :D
Kenapa
kadang lagi ngobrolin ini itu, ujung-ujungnya atau solusi yang
ditawarkan itu nikah, nikah, dan nikah. Seolah nikah itu solusi instan.
Padahal kan nggak ya.
Tahu, deh, hehehe :p
====
Salam kenal, saya Novi Khansa dengan email baru :D
- 2b.
-
Re: Cara-Cara Instan :D
Posted by: "Den Bagusnya" milis75@yahoo.com.sg milis75
Fri Nov 11, 2011 6:50 am (PST)
buat menghangatkan obrolan aja, Neng
soalnya dalam kata 'nikah' itu tersirat berjuta makna
terutama makna biologi & romantisme
kwkwkwkw
--- In sekolah-kehidupan@yahoogroups. , Novi Khansa <novikhansa.com me@...> wrote:
>
>
> Kenapa ya, sering kali orang menyarankan sesuatu yang instan karena
> terlihat hasilnya di permukaan.
> Konon orang yang udah nikah itu bisa gemuk.
> Hmm, tapi emang nggak bisa dielakkan juga *sambil mengingat2 penampilan
> sekitar*
> Tapi, bukan itu aja solusi gemuk kan?
- 3.
-
Artikel â" Rasa Syukur, Kenikmatan, Dan Kebahagiaan.
Posted by: "Dadang Kadarusman" dkadarusman@yahoo.com dkadarusman
Fri Nov 11, 2011 7:13 am (PST)
Artikel ¢â' '³ Rasa Syukur, Kenikmatan, Dan Kebahagiaan.
¢Â
Hore, Hari Baru! Teman-teman.
¢Â
Kita tidak pernah berhenti mencari kebahagiaan. Meskipun sangat sulit untuk mendefinisikannya. Kebahagiaan itu apa dan seperti apa. Tidak mudah untuk memahaminya. Maka kebahagiaan sering menjadi terlampau abstrak untuk bisa kita rengkuh ke alam realitas. Orang miskin mengira orang kaya lebih bahagia karena segalanya serba ada. Orang kaya, banyak yang menilai betapa bahagianya orang-orang miskin yang terbebas dari belenggu hutang hingga ratusan juta bahkan milyaran. Jadi sebenarnya kebahagiaan itu apa? ¢Â Dalam pencarian atas kebahagiaan itu, saya sering merasakan kenikmatan. Ketika uang saya sedikit ¢â' '³ misalnya ¢â' '³ saya merasa nikmat. Ketika uang saya sedang banyak, juga terasa nikmat. Ketika sakit, terasa nikmat. Saat sehat juga nikmat. Saat sendiri nikmat, ramai-ramai juga nikmat. Jika kenikmatan-kenikmatan kecil itu kita kumpulkan, lalu dirangkai dalam rentang waktu yang panjang, maka perasaan batin kita menjadi sedemikian nyaman. Pada saat-saat
seperti itulah kita merasakan kebahagiaan. Apakah Anda merasakan hal yang sama?
¢Â
Laksana sebatang pohon; Kebahagiaan itu adalah buahnya. Kenikmatan adalah batangnya. Sedangkan akarnya adalah; rasa syukur. Mau tumbuh dimana buah jika tidak ada batang yang menyangganya? Bagaimana batang bisa tegak jika tidak memiliki akarnya? Maka begitu pula kebahagiaan yang kita cari-cari itu. Tidak mungkin kita bisa meraih kebahagiaan tanpa kemampuan untuk merasakan kenikmatan. Dan kita tidak mungkin bisa menikmati apapun jika tidak memiliki rasa syukur. Maka, untuk bisa meraih kebagiaan itu, kita membutuhkan rasa syukur atas semua nikmat yang kita dapatkan. Karena dari rasa syukur itu akan tumbuh pohon kenikmatan yang kokoh. Barulah pohon kenikmatan itu bisa berbuah kebahagiaan. Jadi, untuk menemukan kebahagiaan; kita perlu terlebih dahulu memiliki rasa syukur itu. Bagi Anda yang tertarik menemani saya belajar memiliki akar rasa syukur, saya ajak memulainya dengan memahami 5 prinsip Natural Intelligence berikut ini: ¢Â  Â
¢Â
1. ¢Â     Titik awal menuju kebahagiaan. Untuk menuju kebahagiaan, ada rute sederhana yang lurus tidak berkelok. Datar tidak terjal. Halus tidak kasar. Dan aman tidak berbahaya. Dalam rute itu ada titik pemberangkatan bernama ¢â' '¸rasa syukur ¢â' '¹ ¢â' '³ jalur untuk dilalui bernama ¢â' '¸kenikmatan ¢â' '¹, dan ¢â' '³ tempat tujuan bernama kebahagiaan. Bahagia itu titik terjauh dalam rute perjalanan kita. Sedangkan kenikmatan itu adalah apa yang sepatutnya kita rasakan selama menempuhnya. Rasa syukur ada dimana? Ada didalam daftar opsi atau pilihan hidup kita. Kita boleh memilih untuk memulai perjalanan ini dengan bersyukur sehingga bisa masuk kedalam jalur kenikmatan. Kita juga boleh memilih untuk tidak bersyukur sehingga apapun yang kita dapatkan akan menghasilkan keluh kesah. Konsekuensinya, jika kita memulai dari pos rasa syukur, maka apapun yang kita alami disepanjang perjalanan itu akan penuh dengan kenikmatan sehingga diakhir perjalanan; semua kenikmatan itu
diakumulasikan menjadi kebahagiaan. Sebaliknya, jika memulainya dari titik ¢â' '¸bukan rasa syukur ¢â' '¹ maka bahkan semua kemewahan pun tidak akan menghasilkan kenikmatan sehingga tidak mungkin kita bisa meraih bahagia itu. Jadi, mari kita berfokus kepada titik awal pemberangkatan yang bernama ¢â' '¸rasa syukur ¢â' '¹.
¢Â
2. ¢Â     Rasa syukur atas hidup. Jika ada orang yang ¢â' '¸menyesali hidup ¢â' '¹, maka itu menunjukkan kalau orang itu tidak memiliki rasa syukur atas hidup yang sudah dia dapatkan. Bukan hidupnya yang membuat kita menyesal, melainkan kualitas hidup itu sendiri. Tidak relevan jika kita menyesali hidup karena kualitasnya. Karena ¢Â hidup itu dihadiahkan oleh Tuhan. Sedangkan kualitasnya, ditentukan oleh ikhtiar yang kita lakukan. Baik atau buruknya kualitas hidup kita sedikit banyak ditentukan oleh kemauan, usaha, kerja keras, dan kegigihan kita untuk memperjuangkannya. Jika kita tersisih dari arena perjuangan itu, mengapa lantas kita salahkan hidup? Kita tentu tidak termasuk orang yang menyesali hidup. Namun, seringkali kita menyesali hal-hal yang ¢â' '¸tidak kita lakukan ¢â' '¹ dimasa lalu. ¢â' '¼Oh, seandainya dulu saya begini-begitu, tentu sekarang saya blablabla.. ¢â' '½ bukankah begitu sesal yang sering kita dengarkan dari dalam? Maka wajar jika Sang Pemberi Hidup
menyeru kita untuk mensyukuri hidup. Dia sanggup merenggutnya sejak kemarin. Tapi sampai sekarang kita masih juga hidup. Juga wajar jika kita bersyukur atas anugerah itu dengan menjadikan kehidupan kita baik didalam pandanganNya. Karena tidak ada cara yang lebih baik untuk mensyukuri hidup, selain mengisi hari-hari dalam hidup kita dengan tindakan dan perbuatan yang disukai Sang Pemberi Kehidupan.
¢Â
3. ¢Â     Rasa syukur atas kemudahan. Sudah berapa banyak kemudahan yang Anda dapatkan? Tubuh Anda sempurna sehingga segala urusan bisa Anda lakukan tanpa hambatan. Ban motor atau mobil Anda terhindar dari paku dijalan sehingga perjalanan Anda tidak mengalami hambatan. Kompor gas Anda menyala normal sehingga masakan Anda bisa matang. Anak-anak Anda sehat sehingga Anda bisa pergi ke kantor dengan tenteram. Gigi Anda afiat sehingga semua aktivitas harian bisa dijalani dengan nyaman. Ada lagi kemudahan lainnya? Banyak. Bahkan guru kehidupan saya mengingatkan; ¢â' '¼Jika engkau menghitung-hitung kemudahan yang sudah Tuhan berikan, takkan mungkin engkau sanggup menghitungnya. ¢â' '½ Sekarang, apa yang kita lakukan dengan sekujur tubuh kita? Kebaikankah? Atau keburukan? Jika jabatan yang kita sandang itu bagian dari kemudahan yang diberikan Tuhan, maka bagaimana cara kita menunaikan amanah itu pun merupakan gambaran dari rasa syukur yang kita miliki. Semua
kemudahan yang kita peroleh, apakah digunakan untuk menimbulkan kesulitan orang lain? Ataukah kita mensyukurinya dengan menjadikan kemudahan yang kita miliki untuk memudahkan urusan orang lain? Faktanya, ketika kita berhasil memudahkan urusan orang lain, hati kita merasa nyaman. Kita menikmati perasaan itu sehingga terdorong untuk melakukan hal yang sama lebih sering lagi. Dan karena aktivitas itu berlangsung terus, maka kenikmatannya pun kita rasakan terus sehingga kebahagiaan pun datang. ¢Â
¢Â
4. ¢Â     Rasa syukur atas kesulitan. ¢Â Mudah untuk berucap ¢â' '¸Alhamdulillah ¢â' '¹ saat keadaan kita sedang serba indah. Bagaimana jika kita sedang berada dalam keadaan yang serba susah? Kayaknya rasa syukur atas kesulitan itu rada ngawur. Sekurang-kurangnya ada 2 alasan mengapa justru kita memerlukan rasa syukur atas kesulitan. Pertama, justru ketika berada dalam kesulitan itu setiap kemudahan yang selama ini kita dapatkan menjadi semakin terasa ¢â' '¸nilainya ¢â' '¹. Mungkin dimasa lalu, belum kita syukuri kemudahan-kemudahan itu. Maka inilah saat yang tepat untuk melakukannya. Sekaligus membuat komitmen pribadi; jika nanti mendapatkannya kembali, saya akan senantiasa mensyukurinya. Alasan kedua, mensyukuri kesulitan yang sedang kita hadapi itu boleh dibilang tingkatan rasa syukur yang paling tinggi. Bayangkan, saat Tuhan menguji kita dengan kesulitan yang sangat berat. Bukannya mengeluh. Kita malah bersyukur karena kesulitan itu justru semakin mendekatkan
diri kita kepadaNya. Bukankah kita menjadi semakin kyusuk dalam berdoa ketika sedang serba susah? Maka pantaslah juga jika Tuhan berfirman bahwa; dalam kesulitan itu, terdapat kemudahan. Dan kemudahan itu akan didapatkan oleh orang yang menjaga rasa syukur; meski sedang berada di tengah deraan kesulitan. ¢Â
¢Â
5. ¢Â     Rasa syukur atas rasa syukur. Ketika kecil, saya pernah merasakan nikmatnya makan nasi hanya dengan jelantah, atau secuil garam bersama para buruh tani sambil selonjoran di pematang sawah. Ketika dewasa, saya sering berkesempatan bermalam di hotel berbintang. Seperti teman-teman lain ternyata kami hanya bisa menikmati berbagai hidangan mewah itu pada 1 atau 2 hari pertama saja. Selebihnya, kami lebih sering menyantap hidangan dipinggir jalan. Makan di emperan itu, jauh lebih terasa nikmatnya. Beberapa teman mengatakan tidak bisa tidur semalam. Banyak pikiran katanya. Padahal, kasurnya berharga belasan juta. Sedangkan satpam di komplek saya tidur nyenyak sambil duduk di kursi pos ronda yang sudah bulukan. Jadi dimana sesungguhnya nikmat itu adanya? Dalam kemewahan ada kenikmatan. Dalam kesederhanaan pun ada kenikmatan. Jadi bukan kondisi fisiknya yang menentukan. Melainkan dalam rasa syukur. Faktanya, tanpa rasa syukur; keberlimpahan yang
kita miliki terasa kurang saja dan tak kunjung memberikan kebahagiaan. Dengan rasa syukur, dalam keterbatasanpun kita merasakan kecukupan. Maka rasa syukur itu pun adalah anugerah tersendiri. Mungkin hanya sedikit orang yang dianugerahi rasa syukur. Banyak yang tidak, sehingga apapun yang mereka miliki tidak bisa dikonversi menjadi kenikmatan, apalagi kebahagiaan. Maka bersyukurlah atas rasa syukur yang telah Tuhan tanamkan dalam hati kita. Karena dengan rasa syukur itu, kita punya peluang untuk meraih kenikmatan dalam hidup, dan berhasil menempuh rute yang tepat menuju kebahagiaan didunia dan diakhirat.
¢Â
Buah kebahagiaan dipetik dari pohon kenikmatan-kenikmatan kecil yang berhasil kita rangkai dalam setiap detak detik kehidupan yang kita jalani. Sedangkan pohon kenikmatan itu tumbuh kokoh karena disangga oleh rasa syukur yang mengakar. Persis seperti nasihat guru kehidupan saya tentang firman Tuhan, bahwa Dia akan menambah kenikmatan bagi orang-orang yang memiliki rasa syukur. Maka jika Anda ingin melakukan proses atau perjalanan meraih kebahagiaan, mari kita memulai perjalanan itu dari titik awal bernama rasa syukur. Insya Allah, apapun yang kita alami selama perjalanan itu akan terasa nikmat. Sehingga kita bisa menjadi pribadi yang bahagia, hingga diakhir perjalanan ini.
¢Â
Mari Berbagi Semangat!
DEKA - Dadang Kadarusman ¢â' '³ 9 November2011
Need to Reply?
Click one of the "Reply" links to respond to a specific message in the Daily Digest.
MARKETPLACE

Change settings via the Web (Yahoo! ID required)
Change settings via email: Switch delivery to Individual | Switch format to Traditional
Visit Your Group | Yahoo! Groups Terms of Use | Unsubscribe
Tidak ada komentar:
Posting Komentar