Rabu, 21 Desember 2011

[daarut-tauhiid] Bantahan Atas Fatwa Halal Mengucapkan Selamat Natal Yusuf Al Qaradhawi

 

Assalamu'alaikum wr wb,

Bantahan Atas Fatwa Halal Mengucapkan Selamat Natal Yusuf Al Qaradhawi
Prof. Dr. Yusuf Al Qaradhawi memfatwakan bahwa mengucapkan Selamat Natal itu Halal. Ini jelas bertentangan dengan Firman Allah, Sunnah Nabi dan para Sahabat, dan juga para Imam Madzhab.
Mengingat beliau punya banyak pengikut, tentu hal ini perlu diluruskan agar pengikutnya tidak tersesat.
Di antara dalil yang dipakai Al Qaradhawi untuk menghalalkan Ucapan Selamat Natal adalah:
"Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu…" (QS. Al-Mumtahanah: 
"Apabila kamu diberi penghormatan dengan sesuatu penghormatan, Maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik dari padanya, atau balaslah penghormatan itu (dengan yang serupa). Sesungguhnya Allah memperhitungankan segala sesuatu." (QS. An Nisaa : 86)
Penggunaan Dalil di atas tidak tepat untuk menghalalkan Selamat Natal. Sebab Nabi dan Para Sahabat serta Imam Madzhab tak pernah menggunakan itu untuk mengucapkan Selamat Natal kepada orang-orang Nasrani.
"Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu…" (QS. Al-Mumtahanah: 
Firman Allah tersebut mengenai berbuat baik seperti memberi makan atau menyantuni Non Muslim atau bergaul dengan orang tua yang Non Muslim. Bukan untuk berbuat dosa seperti Syirik dengan mengucapkan Selamat Natal kepada ummat Kristen yang merayakan kelahiran Tuhan mereka.
Sebab turunnya ayat Al Qur'an di atas adalah sebagai berikut:
Imam Bukhari membawakan Bab dalam kitab Shahihnya "Menjalin hubungan dengan orang tua yang musyrik". Kemudian beliau membawakan riwayat berikut:
Asma' mengatakan,
"Ibuku mendatangiku dan ia sangat ingin aku menyambung hubungan dengannya4. Kemudian aku menanyakan pada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, bolehkah aku tetap menjalin hubungan dengannya? Beliau pun menjawab, "Iya boleh"." Sufyan bin 'Uyainah mengatakan bahwa setelah itu Allah menurunkan firman-Nya (yang artinya), "Allah tiada melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama." (QS. Al Mumtahanah [60] : 8)" [5]
Kalau "Tolong-Menolong" dalam perbuatan dosa seperti Syirik dengan turut merayakan atau memberi ucapan selamat atas kelahiran Tuhan Anak/Yesus itu justru dosa:
"…Tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran.." [Al Maa-idah 2]
Menolong orang Musyrik yang tengah berbuat dosa syirik dengan memberi ucapan selamat justru mendapat murka Allah dan siksa neraka yang kekal:
"Kamu melihat kebanyakan dari mereka tolong-menolong dengan orang-orang yang kafir (musyrik). Sesungguhnya amat buruklah apa yang mereka sediakan untuk diri mereka, yaitu kemurkaan Allah kepada mereka; dan mereka akan kekal dalam siksaan." [Al Maa-idah 80]
Syirik itu adalah dosa terbesar dan tidak diampuni oleh Allah. Bagaimana mungkin kita terhadap orang yang sedang berbuat dosa Syirik justru memberikan ucapan "Selamat Natal"? Ini sama halnya ketika ada orang yang sedang berbuat dosa misalnya sedang mencuri atau berzina, kemudian kita justru memberi mereka ucapan Selamat. Wajarkah itu?
"Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan (sesuatu) dengan Dia, dan dia mengampuni dosa yang selain syirik bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, maka sesungguhnya ia telah tersesat sejauh-jauhnya." [An Nisaa' 116]
Mungkin ada yang merasa tak enak seandainya anaknya Muslim dan orang tuanya beragama Kristen yang merayakan Natal. Nanti tidak enak dong kalau tidak mengucapkan Selamat Natal.
Sesungguhnya berbuat baik selama tidak maksiyat kepada Allah tidak mengapa misalnya setiap hari mencium tangan orang tua, ngobrol dengannya, dan merawatnya jika sakit. Itu lebih bermakna dan bermanfaat daripada mengucapkan "Selamat Natal" setahun sekali tapi tidak melakukan itu. Jika pun ditanya mengapa tidak mau mengucapkan "Selamat Natal", itulah kesempatan kita menyelamatkan mereka agar tidak terjerembab ke api neraka dan bisa masuk surga bersama kita.
Katakan bahwa Tidak ada Tuhan selain Allah. Allah tidak beranak dan diperanakkan. Dan menyekutukan Allah dengan yang lain itu dosa besar yang tidak terampuni. Coba Bapak marah tidak jika mama kawin lagi? Tentu marah bukan. Nah Allah lebih cemburu lagi. Allah tidak mau ada Tuhan lain yang disembah selain Dia.
Mungkin ada yang berkata, "Masak mengucapkan Selamat Natal saja haram?" Menurut kita mungkin kecil. Tapi di sisi Allah ucapan yang sesat itu besar dosanya. Coba lihat:
"Mereka berkata: "Tuhan Yang Maha Pemurah mempunyai anak."
Sesungguhnya kamu telah mendatangkan sesuatu perkara yang sangat mungkar, hampir-hampir langit pecah karena ucapan itu, dan bumi belah, dan gunung-gunung runtuh" [Maryam 88-90]
Dalam hal muamalat, kita bisa berbuat baik. Tapi dalam hal aqidah kita tegas. Untukmu agamamu dan untukku agamaku.
Dalam riwayat lain dikemukakan bahwa al-Walid bin al-Mughirah, al-'Ashi bin Wa-il, al-Aswad bin Muthalib dan Umayyah bin Khalaf bertemu dengan Rasulullah saw dan berkata: "Hai Muhammad! Mari kita bersama menyembah apa yang kami sembah dan kami akan menyembah apa yang engkau sembah dan kita bersekutu dalam segala hal dan engkaulah pemimpin kami." Maka Allah menurunkan ayat ini (S.109:1-6)
(Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim yang bersumber dari Sa'id bin Mina.)
Inilah surat Al Kaafiruun ayat 1-6:
Katakanlah: "Hai orang-orang kafir,
Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah.
Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah.
Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah,
dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah.
Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku."
"Apabila kamu diberi penghormatan dengan sesuatu penghormatan, Maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik dari padanya, atau balaslah penghormatan itu (dengan yang serupa). Sesungguhnya Allah memperhitungankan segala sesuatu." (QS. An Nisaa : 86)
Sesungguhnya firman Allah di atas menyangkut dengan ucapan salam: "Assalamu'alaikum". Semoga Allah memberi keselamatan untukmu. Bukan ucapan Selamat Natal yang mengandung kemusyrikan.
Itu pun ucapan salam di atas berlaku jika pemberinya adalah sesama Muslim. Bukan non Muslim. Jika yang memberi salam seorang Muslim misalnya "Assalamu'alaikum", kita sebaiknya menjawab dengan lebih baik seperti "Wa 'alaikum salam wa rohmatullahi wa barokatuhu".
Sebaliknya jika Non Muslim yang mengucapkan itu, kita cukup menjawab "Wa 'alaika". Sebab kita tidak bisa mendoakan Non Muslim dengan semoga Allah memberimu Keselamatan, Rahmat, dan Keberkahan sementara mereka tidak mau beriman kepada Allah.
Nabi menjelaskan di hadits yang sahih:
Hadis riwayat Anas bin Malik ra.:
Rasulullah saw. bersabda: Apabila Ahli Kitab mengucapkan salam kepadamu, maka jawablah: Wa`alaikum. (Shahih Muslim No.4024)
Hadis riwayat Ibnu Umar ra., ia berkata:
Rasulullah saw. bersabda: Sesungguhnya orang Yahudi itu bila mengucapkan salam kepada kalian mereka mengucapkan: "Assaamu `alaikum" (kematian atas kalian), maka jawablah dengan: "Wa`alaka" (semoga menipa kamu). (Shahih Muslim No.4026)
Kita tak boleh taqlid mengikuti ulama. Harus dilandasi ilmu. Sebab tak semua ulama itu mengikuti sunnah Nabi. Ada juga ulama su' yang justru mengajak pada kesesatan.
"Mereka menjadikan orang-orang alimnya dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan selain Allah[639] dan (juga mereka mempertuhankan) Al Masih putera Maryam, padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan yang Esa, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Maha suci Allah dari apa yang mereka persekutukan." [At Taubah 31]
[639]. Maksudnya: mereka mematuhi ajaran-ajaran orang-orang alim dan rahib-rahib mereka dengan membabi buta, biarpun orang-orang alim dan rahib-rahib itu menyuruh membuat maksiat atau mengharamkan yang halal.
Celaka atas umatku dari ulama yang buruk. (HR. Al Hakim)
Seorang ulama yang tanpa amalan seperti lampu membakar dirinya sendiri (Berarti amal perbuatan harus sesuai dengan ajaran-ajarannya). (HR. Ad-Dailami)Seorang ulama yang tanpa amalan seperti lampu membakar dirinya sendiri (Berarti amal perbuatan harus sesuai dengan ajaran-ajarannya). (HR. Ad-Dailami)
Nabi dan para sahabat serta tabi'in serta para Imam Madzhab seperti Imam Malik, Imam Syafi'e, dsb tak pernah mengucapkan selamat Natal. Hendaknya kita ikuti sunnah mereka. Saat ini banyak ulama yang "keblinger" dalam hal berfatwa. Jadi hendaknya kita mengikuti Nabi, sahabat, dan para ulama Salaf/terdahulu agar tidak tersesat:
Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda,
"Sebaik-baik manusia adalah generasiku (sahabat), kemudian orang-orang sesudah mereka (tabi'in), kemudian orang-orang sesudah mereka (tabi'ut tabi'in)."
dalam lafazh lain disebutkan bahwa,
"Sebaik-baik zaman adalah zamanku (zaman para sahabat), kemudian yang setelahnya (zaman tabi'in), kemudian yang setelahnya (zaman tabi'ut tabi'in)."
(HR. Bukhari no. 6429 dan Muslim no. 2533 hadits ini adalah Mutawatir)
Silahkan baca juga:
http://media-islam.or.id/2010/12/14/haram-hukumnya-mengucapkan-selamat-natal
Baca selengkapnya di:
http://media-islam.or.id/2011/12/20/bantahan-atas-fatwa-halal-mengucapkan-selamat-natal-yusuf-al-qaradhawi/ 

 
.
===
Belajar Islam sesuai Al Qur'an dan Hadits di http://media-islam.or.id

__._,_.___
Recent Activity:
====================================================
Pesantren Daarut Tauhiid - Bandung - Jakarta - Batam
====================================================
Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
====================================================
       website:  http://dtjakarta.or.id/
====================================================
MARKETPLACE

Stay on top of your group activity without leaving the page you're on - Get the Yahoo! Toolbar now.

.

__,_._,___

Tidak ada komentar: