Jumat, 30 Desember 2011

[daarut-tauhiid] Mengenal Allah: Meraih Ikhlas dan Ridha Allah

 


Mengenal Allah: Meraih Ikhlas dan Ridha Allah

Materi "Dialog tentang Ketuhanan" di Masjid Baitul Ihsan, Bank
Indonesia; Jumat, 25 November 2011

Pemateri: Dr. Ahmad Rahman, MAg* dan Dr. Zubair Ahmad, M.Ag**

Sesungguhnya ikhlas itu adalah upaya mengarahkan keinginan dan harapan
untuk meraih ridha Allah dalam melakukan sesuatu; keridhaan itu adalah
kerelaan menerima apa yang menjadi ketetapan dan ketentuan Allah yang
berlaku pada diri dan kerelaan melakukan apa saja yang dapat
menyenangkan Allah. Ikhlas dan ridha itu sendiri adalah buah dari cinta
kepada Allah. Hanya hamba yang memiliki cinta yang dapat ikhlas dalam
segala pikiran, ucapan, dan perbuatannya; serta hanya orang yang
memiliki cinta yang siap melakukan apa saja yang dapat menyenangkan Sang
Kekasih dan menerima setiap ketetapan dan ketentuan-Nya.

Ikhlas menurut bahasa berarti membersihkan sesuatu dan mengaturnya,
sedangkan menurut istilah adalah mencabut segala keinginan dan harapan
dari dalam hati kecuali keinginan dan harapan kepada Allah Swt; atau
mengosongkan hati dari ketergantungan kecuali kepada Allah sebagai
satu-satu tuhan maha mengatur dan berhak untuk disembah. Inilah yang
diajarkan di dalam surat al-Ikhlas:

1. Katakanlah: "Dia-lah Allah, yang Maha Esa.

2. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu.

3. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan,

4. dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia."

Iblis telah bersumpah untuk menyesatkan manusia dan memohon diberi
tangguh oleh Allah hingga hari kiamat untuk membuktikan sumpahnya; dan
Allah pun meloloskan permintaannya. Iblis mengakui bahwa kecuali
hamba-hamba Allah yang telah ditanamkan rasa ikhlas di dalam hatinya
yang tidak akan terlena oleh godaannya. Allah berfirman:

Iblis menjawab: "Demi kekuasaan Engkau aku akan menyesatkan mereka
semuanya, kecuali hamba-hamba-Mu yang mukhlas (orang yang diikhlaskan
Allah) di antara mereka. (QS. Shad, 38:82-83)

Berdasarkan ayat tersebut di atas, keikhlasan sesungguhnya adalah bonus
yang diberikan kepada orang yang telah berusaha mengosongkan hatinya
dari rasa ketergantungan kepada dunia dan hanya semata-mata
menggantungkan diri kepada Allah. Segala kemauan dan kehendaknya
mengikuti kemauan dan kehendak Allah. Orang yang mampu melakukan hal ini
hanyalah orang memiliki cinta kepada Allah. Artinya, keikhlasan adalah
buah dari cinta ilahi itu sendiri. Perhatikan Ilham Sirriyah Maulana
Syekh Muhammad Ali Hanafiah berikut:

Wahai Hamba-Ku: Tanda yang utama bagi si pecinta adalah keluar dari pada
apa-apa yang ia cintai dari kemauan dan kehendaknya sendiri, dan
berjalan jauh dari pada apa-apa yang ia harapkan dari dirinya sendiri.
Karena sesungguhnya pecinta akan selalu meletakkan dirinya kepada
apa-apa yang mendekati kemauan dan kehendak dari pada Aku yang
dicintainya. (Sastra Ilahi: Kalam Sirriyah, Tuangku Syekh Muhammad Ali
Hanafiah No. 46)

Perlu diketahui bahwa keikhlasan itu tidak memandang kecil atau besarnya
sesuatu. Misalnya, menyumbang dengan uang seratus perak dengan
menyumbang sekaligus dalam jumlah besar. Bila keduanya dilakukan
sama-sama ikhlasnya, maka di sisi Allah, nilainya sama saja. Tentu saja,
besar kecilnya sumbangan itu sesuai dengan keterbatasannya masing-masing
yang menyumbang. Shalat yang dilakukan lima kali sehari semalam
merupakan pintu-pintu yang dapat memupuk keikhlasan yang dapat
meningkatkan kualitas ruh kita. Begitu juga dengan ibadah-ibadah yang
telah disyariatkan Allah lainnya.

Ridha adalah kerelaan menerima ketentuan Allah, yaitu kerelaan
melaksanakan apa yang diperintahkan Allah, rela meninggalkan apa yang
dilarang Allah, dan kerelaan apa pun yang menjadi ketetapan yang Allah
berlakukan pada dirinya.

Orang yang rela menerima ketentuan Allah yang akan merasakan ketenangan
dalam jiwanya. Seorang hamba yang telah mendulang cinta ilahi akan
senantiasa menikmati surga di dunia ini berupa ketenangan jiwa, bebas
dari stress, terlepas dari segala bentuk ketakutan, yaitu takut akan
penderitaan, takut akan sakit, takut akan kehilangan, dan takut akan
kematian. Menunut Tuanku Muhammad Ali Hanafiah, kerelaan atau ridha
adalah buah dari cinta itu sendiri. Allah Swt berfirman:

Sesungguhnya Allah telah ridha terhadap orang-orang mu'min ketika mereka
berjanji setia kepadamu di bawah pohon, maka Allah mengetahui apa yang
ada dalam hati mereka lalu Allah menurunkan ketenangan atas mereka
dengan memberi balasan kepada mereka dengan kemenangan yang dekat
(waktunya). (QS. Al-Fath/48: 18)

Alangkah indahnya sapaan Allah kepada kekasihnya yang telah mendapatkan
cinta-Nya dan telah berbuah keridhaan atas segala ketentuan dan
ketetapan-Nya.

Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas
lagi diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam jama'ah hamba-hamba-Ku, dan
masuklah ke dalam surga-Ku. (QS. Al-Fajr/89: 27-30)

Surga adalah gambaran kenikmatan dimana tidak ada lagi sedih, tidak ada
kesulitan, tidak ada penderitaan dan nestapa. Yang ada hanyalah
kebahagian, suka cita, ketenagan batin, dan riang gembira. Inilah surga
yang akan dinikmati oleh hamba-hamba yang telah mendapatkan cinta ilahi
sehingga memiliki keikhlasan dan kerelaan terhadap apa yang datang dan
pergi dari dirinya. Surga yang dapat dinikmati di dunia ini. Siapa yang
tidak menemukan surga di dunia ini jangan berharap mendapatkan surga di
akhirat kelak. Siapa yang tidak pernah memandang Allah di dunia ini maka
dia akan buta di akhirat untuk memandang wajah Allah yang maha indah.
Siapa yang tidak merasakan kerinduan kepada Allah di dunia ini juga
tidak akan mendapatkan pelepas rindu di akhirat kelak.

Ya Allah Terkasih dan Maha Pengasih, berikan pengetahuan tentang diri-Mu
dan berikan cinta-Mu. Jagalah rasa penasaran terhadap keagungan dan
keindahan-Mu. Jagalah harapan kami untuk hanya berharap pada-Mu.

Ya Allah Tersayang dan Maha Penyayang, Engkaulah harapan kami, Engkaulah
tujuan kami.

Ya Allah Maha Dicinta, anugrahi kami keikhlasan dan kerelaan menerima
apa yang menjadi ketentuan-Mu sehingga kami dapat merasakan surga-Mu di
dunia ini.

Ajari kami cara terbaik untuk menyebut nama-Mu, ajari kami cara terindah
membuktikan cinta pada-Mu, dan ajari kami cara yang paling Engkau ridhai
dalam mengabdi dan bersujud pada-Mu.

Amin, ya Rabbal Alamiin.

-------------------------------------------------------

*Ahli Peneliti Utama Balitbang Kemenag RI & Pembimbing TICI. **Dosen
UIN Syarif Hidayatullah.

DISKUSI TENTANG KETUHANAN (MUKHATHABAH ILAHIYAH) adalah kerjasama
Tasawuf Islamic Centre Indonesia (TICI) dengan Manajemen Masjid Baitul
Ihsan, Bank Indonesia (MMBI). Diselenggarakan rutin setiap hari Jumat
mulai pukul 17.00 WIB, dilanjutkan shalat Maghrib s/d Shalat Isya.
Bertempat di Basement Mesjid Baitul Ihsan, Bank Indonesia, Jl. Budi
Kemuliaan No. 23, Jakarta Pusat, Telp. 381 8457.

Tasawuf Islamic Centre Indonesia (TICI). Pusat: Jl. Lurah Disah No.27
Pisangan Ciputat – 15419. Pondok Pesantren Tasawuf Rabbani, Kasiak
Kotosani, Solok Sumatera Barat.

E-mail: dialog.ketuhanan@yahoo.com <mailto:dialog.ketuhanan@yahoo.com>

http://www.sufi-centre.net/ <http://www.sufi-centre.net/>

http://suficenter.wordpress.com <http://suficenter.wordpress.com/>

[Non-text portions of this message have been removed]

__._,_.___
Recent Activity:
====================================================
Pesantren Daarut Tauhiid - Bandung - Jakarta - Batam
====================================================
Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
====================================================
       website:  http://dtjakarta.or.id/
====================================================
MARKETPLACE

Stay on top of your group activity without leaving the page you're on - Get the Yahoo! Toolbar now.

.

__,_._,___

Tidak ada komentar: