Rabu, 28 Desember 2011

[sekolah-kehidupan] Digest Number 3539

Messages In This Digest (6 Messages)

Messages

1.

Apa Yang Paling Kuingat dari Ibuku ?

Posted by: "+ Made Teddy Artiana +" made.t.artiana@gmail.com

Tue Dec 27, 2011 7:13 pm (PST)



Apa Yang Paling Kuingat dari Ibuku ?

ditulis oleh Made Teddy Artiana,
dipersembahkan untuk Ibuku tercinta : Diana H
"Mother, don't worry I'm more than fine..wuaakakak!"

Bagi beberapa orang yang mempunyai pengalaman kurang menyenangkan
dengan sosok seorang ibu, pertanyaan diatas bisa jadi seperti
menorehkan belati diatas luka yang tidak kunjung mengering.

Anak-anak yang dibuang, mereka yang lahir namun tak diinginkan atau
mereka-mereka yang menjadi saksi betapa ibu yang seharusnya menjadi
malaikat, bisa saja berubah menjadi mahluk yang demikian mengerikan.

Siapapun tahu, tidak mudah memang menyembuhkan luka yang diakibatkan
oleh tangan seorang Ibu.

Kiranya TUHAN menyembuhkan kalian.

Begitu juga bagi mereka yang sepanjang hidup ibu tercinta, pernah
melakukan sebuah kesalahan fatal yang belum sempat ditutup oleh
permintaan maaf, pertanyaan itu hanya akan didera perasaan berdosa
berkepanjangan.

Ada juga segolongan orang yang bereaksi lain, terhadap pertanyaan
diatas. Diam seribu bahasa. Bagi golongan ini, pertanyaan itu akan
terasa begitu membingungkan untuk dijawab, karena memang mereka
-karena sesuatu dan lain hal- tidak cukup diberi kesempatan oleh
takdir, untuk mengenal Ibu sejak masa kecilnya. Sudah kehilangan ibu
sejak mereka kecil.

Tetapi bagiku pribadi, seseorang yang lahir dan dibesarkan dari
seorang ibu yang luar biasa dan dididik dalam keluarga yang penuh
kasih sayang, tidaklah terlalu sulit untuk mencarikan jawaban bagi
pertanyaan diatas.

Paling tidak ada tiga hal yang paling kuingat dari ibuku (sebenarnya
aku memanggilnya dengan sebutan "Mama"). Dari ketiga hal itu, tidak
satupun yang berkaitan dengan prestasi ibuku sebagai pegawai negeri
teladan di kantornya dulu.

(Ia mendapatkan sepeda jengki berkali-kali sebagai hadiah, dan ketika
untuk ketiga kalinya ibuku mendapatkan sepeda yang itu-itu saja,
kantor tempatnya bekerja menukarkannya dengan beberapa karung beras !!
)

Atau dengan dengan kekuatan fisik ibuku. (Ia adalah pelari alamiah
yang luar biasa, para Kowad/Polwan pun menyeganinya dan
menggolongkannya sebagai bahaya laten seserius PKI.)

Cukup mengherankan, jika ibuku selalu keluar sebagai pemenang dalam
sebuah lomba lari erobik, karena sama sekali tidak pernah kulihat ia
berlatih lari setiap harinya. Usut punya usut �sebenarnya ini adalah
bocoran dari tanteku - yang mengatakan bahwa kemampuan lari itu adalah
akibat 'trauma masa kecil' ibuku.

Trauma masa kecil ? HAHAHAAHA

"Sewaktu kecil", demikian tanteku bercerita,"Mama mu itu agak nakal,
dan waktu akan dipukul oleh Oma pakai sapu, dia akan berlari
sekencang-kencangnya keliling kampung, demi menghindari
sabetan-sabetan Oma. Semua ini cukup sering terjadi, hingga seluruh
kampung pun akan hafal, jika dia (Mamaku) dan Oma sedang
berkejar-kejaran, mereka akan menanggapi hal itu biasa saja. Persis
seperti matahari terbit dari timur dan tenggelam di barat. Dan drama
itu hanya akan berhenti jika dan hanya jika, Oma sudah terduduk
kelelahan tak sanggup lagi berlari, sementara sapu atau kayu yang
sedianya digunakan sebagai senjata, sudah terjatuh entah ditikungan
keberapa".

Meskipun unik, tetapi bukan itu yang paling kuingat darinya.

Ketika aku akan merantau ke Jakarta, untuk kuliah, ia berpesan :
"Ingat ya Nak, mama ini tidak mungkin melihat segala sesuatu yang kau
buat, tetapi TUHAN akan selalu melihatnya. Jika ingin sukses, takutlah
selalu kepada-NYA. Tetapi jika karena kesalahan yang kau buat, TUHAN
menghukum mu, mama ini tidak bisa apa-apa Nak !! Tidak ada satupun
yang dapat membelamu jika DIA yang menghukum mu. Jadi semuanya itu
tergantung kepadamu sendiri"

Itu yang pertama.

Nasehat itu membuat aku menjaga langkahku terhadap segala jenis
pergaulan yang tidak sesuai dengan spirit nasehat ibuku. Anehnya,
nasehat ibuku itu akan selalu terngiang-ngiang bukan hanya kala itu,
tetapi sampai sekarang. Lima belas tahun setelah itu.

Sekarang yang kedua.

Setiap selesai membantu seseorang yang sedang dalam kesulitan dan
ingin diberi hadiah karena jasanya. Ibuku, sebisa dan sesantun mungkin
menolak. Selalu kalimat ini yang ia ucapkan sebagai alasan : "Biar
berkatnya TUHAN jatuhkan ke anak-anak saya saja".
Seakan-akan, ibuku selalu berusaha mengumpulkan tabungan energi
positif bagi masa depan anak-anaknya.

Dan yang ketiga adalah ketika aku memergoki Ibuku, tengah berdoa di
kamarnya dan waktu itu aku mendengar namaku di sebut dalam doanya. Ini
yang paling menggetarkan hatiku setiap aku mengenang nya dan tidak
jarang membuat mata ini berkaca-kaca.
Entah kebetulan atau apa, pernah aku mendengar sebuah lagu yang sangat
mirip syairnya dengan pengalaman pribadiku itu :

diwaktuku masih kecil, gembira dan senang
tiada duka ku kenang, tak kunjung mengenang
di sore hari yang sepi, ibuku bertelut
sujud berdoa ku dengar, namaku disebut
di doa ibuku, namaku disebut
di doa ibu kudengar, ada namaku disebut.


Nah itu dia ketiga hal yang telah diwariskan ibu kepadaku jauh-jauh
hari, bahkan sebelum ia berpulang kepada-NYA.

Dan apapun itu, aku akan selalu berjuang sekeras-kerasnya,
sehebat-hebatnya, habis-habisan BUKAN terutama untuk serangkaian
sukses, status apalagi harta yang gemerlapan, tetapi lebih kepada
menjadi manusia seperti yang Ibuku inginkan. Karena akhlak -adalah
satu-satunya- yang dapat dibanggakan oleh seorang ibu terhadap
anaknya, dihadapan SANG PENCIPTA kelak.

Paling tidak, rahim yang melahirkanku, air susu yang mengalir dalam
darahku, terlebih doa-doa yang melumuri diri dan hidupku, akan turut
menjadi saksi kunci tentang manusia seperti apa aku ini pada akhirnya.
(***)

--
*What a wonderfull world ! What an exciting journey !!
*
*
Made Teddy Artiana, S. Kom
*
fotografer, penulis & event organizer
http://semarbagongpetrukgareng.blogspot.com

*Galery & Stock Photo
*http://theBeautyofBelitung.multiply.com
http://fromBaliWithLove.multiply.com
http://LawangSewuKotaTua.multiply.com
http://TriptoPulauPramuka.multiply.com

http://HongkongMacauShenzen.multiply.com

2.

Art-Living Sos 2011 (A-9  Kue Nastar Bidadari

Posted by: "Ietje Guntur" ietje_gun76@yahoo.com   ietje_gun76

Tue Dec 27, 2011 7:33 pm (PST)



Dear Allz…
 
Heelllow…helllooow…delloow…Apakabar
semua sahabatkuuuu ? Semoga semua sehat-sehat yaaa…..Sudah lama banget niiih,
nggak ngobrol-ngobrol…eeeh, nggak terasa…tahu-tahu sudah menjelang akhir tahun…
 
Ada hari istimewa di bulan
Desember ini, yaitu peringatan Hari Ibu….Nah…mumpung masih segar…mumpung masih
sehat, saya ingin mengucapkan Selamat Merayakan Hari Ibu untuk semua sahabatku
kaum wanita, kaum ibu…di mana pun berada…Semoga cinta kasih dan keikhlasan kita
mengisi kehidupan ini membawa berkah untuk semua…amiin…
 
Di hari yang indah ini…saya
ingin mengirimkan bingkisan untuk teman-teman dan sahabat semua…satu stoples
KUE NASTAR…mau, yaaa ??? hehehe…walaupun rasanya belum pas banget, tapi
percayalah…rasa ini adalah rasa cinta saya kepada semua teman dan sahabatku….
 
Selamat menikmati…
 
Salam sayang,
 
Jakarta, 22 Desember 2011
 
 
Ietje S. Guntur
 
♥♥
 
 
 
 
 
Art-Living Sos 2011 (A-9
Start : 12/22/2011 09:18:40 AM
Finish : 12/22/2011 10:18:31 AM
 
 
KUE  NASTAR  BIDADARI…
 
Lebaran sudah lama berlalu. Akhir tahun sudah
menjelang. Artinya sebentar lagi adalah tahun yang baru. Saya sedang
merenung-renung…mengangankan kue-kue buatan ibu yang biasanya hadir di
hari-hari istimewa, seperti Lebaran dan kadang – kalau ibu saya sedang kumat
rajinnya…hihiiii…- pada saat Tahun Baru pun rumah kami penuh dengan stoples
berisi berbagai kue kering buatannya.
 
Tiba-tiba saya dikagetkan oleh nada panggil dari
ponsel. Nomor yang cukup akrab .
" Halllooo, Mbak…met pagiiiii…" suara di sana
terdengar riang dan cempreng.
" Hallloooww….met pagi juga !" saya menyahut,
tidak kalah cempreng.
" Mbak…apa kabar ? Mau nawarin kue niiiih…buat
Tahun Baru." Suara cempreng yang riang gembira itu membuka tawarannya. Biasa
niiih…
" Kabar baiiiik. Eeeh, kebetulan sekali. Aku
memang lagi pengen kue niiih. Tapi lagi males bikin sendiri." Sahut saya. Dan
jujur saja, seumur hidup saya dapat dihitung dengan jari, berapa kali saya
membuat kue kering atau kukis sendiri…hahahaha…
" Mau kue apa, Mbak ? Ada kastengel, nastar, kue
coklat, putri salju, sagu keju…banyak deech…!"
" Iya, biasa aja. Kastengel sama nastar aja."
Sambut saya dengan gembira. Nastar adalah kue kering kegemaran saya.
" Kok Cuma kastengel sama nastar ? Putri salju
sama sagu kejunya nggak sekalian ?" si Cempreng Riang Gembira itu merayu lagi.
" Hahaha…bisa aja. Boleh deeeh. Tambahkan putri
salju sama sagu keju. Kastengelnya dua, ya. Jadi total lima stoples." Saya
menghitung-hitung.
" Siiippp…mau dikirim kapan ?" Si Cempreng tambah
antusias.
" Kalau ada sekarang, ya sekarang aja. Udah
kepengen niih." Tantang saya. Bersemangat membayangkan kue nastar berisi selai
nenas yang manis asem.
" Yeee…jangan sekarang dong, Mbak. Besok aja, ya.
Sekalian ngirim buat yang lain. Lima aja, ya mbak ? Hahahaha…"
" Iya deeh…besok juga boleh. Itu lima juga lama
habisnya…Yawda…ditunggu besok !"
" Oke, mbak sayang…terima kasih yaaa….Dadaaagh.."
" Makasih sama-sama…daaaagh…!"
 
Saya menutup telepon. Suara teman saya yang riang
gembira tadi mengisi semangat saya. Kue nastar…woooww…serasa lebaran deeh.
Sudah terbayang rasa gurih kue kukis yang di dalamnya berisi selai nenas buatan
sendiri, manis asam kecut…hhmmhh…
 

 
Keesokan harinya, teman saya benar-benar
mengirimkan pesanan saya. Pagi-pagi sekali. Semua ada lima stoples. Dan yang
mendapat giliran pertama adalah kue nastar. Langsung saya buka plester penahan
tutup stoplesnya, dan mengambil sebuah kue berbentuk bundar.
 
Pelan-pelan saya gigit ujung kuenya. Renyah.
Gurih. Dan agak kering gosong sedikit. Ini yang saya suka. Tidak sempurna
pembakarannya, tapi terasa seperti buatan tangan sendiri. Lalu seperti yang
saya bayangkan, selai nanas yang masih terasa seratnya menempel di lidah, dan
merembes pelan. Rasanya memang agak manis bercampur asam segar…hmmh…nyem…nyem…
 
Satu kue, disusul oleh kue berikutnya…Cukup ! Tiga
saja. Nanti siang lagi. Dan sore lagi. Saya menutup stoples. Merapikan
plesternya agar tidak kemasukan semut. Dan menyimpannya dengan rapi di kredensa
sebelah meja kerja saya. Sekarang palingkan wajah, agar tidak tergoda lagi oleh
aroma nenas si kue nastar….hehehe…
 

 
Ngomong-ngomong soal kue nastar, yang aslinya
bernama Ananas Tartjis atau Ananas Tartlets….Adalah kue kering, terbuat dari
adonan tepung terigu yang dipanggang dengan isi selai nenas. Keistimewaan kue
nastar ini ya pada selai nenasnya. Kita bisa saja menggunakan selai nenas
buatan pabrik atau toko, tetapi hasilnya kurang baik, karena sudah ada campuran
agar-agar yang basah atau zat lain. Paling enak memang membuat kue nastar
dengan selai buatan sendiri.
 
Saya jadi ingat ibu saya yang luar biasa kreatif
dan sangat piawai membuat kue kastengel dan kue nastar. Dulu ibu saya menyebut
kue nastar buatannya dengan nama kue landak, karena bentuknya mirip seperti
landak yang berduri.
 
Proses pembuatannya seperti ini. Mula-mula nenas
yang cukup matang, tapi belum berair banyak, diparut, tidak boleh terlalu
pendek dan tidak boleh terlalu panjang. Bagian-bagian yang berserat, dan hati
nenas di bagian tengah dibuang, agar tidak mengganggu kehalusan kue. Lalu nenas
itu dimasak bersama gula pasir, diaduk-aduk hingga mengental. Biasanya ibu saya
menambahkan daun jeruk dan bikarbonat untuk pengawet. Selai bisa dibuat sebagai
isian kue bila tidak banyak airnya. Jadi mirip dengan lem yang agak keras. Lalu
selai ini dimasukkan ke dalam adonan tepung terigu yang sudah diuleni dengan
campuran mentega, sedikit garam dan keju supaya gurih. Tapi untuk campuran keju
ini hanya untuk permintaan khusus saja, karena dulu saya tidak doyan
keju…hehehe…
 
Naaah…pada proses membentuk kue nastar ini
biasanya ibu saya sangat cerewet dan perfeksionisnya kumat ! Ukuran kue harus
sama, jadi benar-benar ditimbang satu persatu. Setelah itu diisi selai, ditutup
rapat, dan disusun di Loyang. Sebelum tahap akhir, ibu saya akan
menggunting-gunting permukaan kue, bersusun rapi seperti duri landak. Dan
setelah itu diolesi dengan kuning telur, agar pada saat pemanggangan permukaan
kue tidak retak dan indah dilihatnya…hmmmh…Setelah itu kue mentah bisa
dimasukkan ke dalam oven untuk dipanggang, dengan suhu tertentu, dan harus
diintai sesekali dari lobang pengintai di depan pintu oven. Ruwet yaa ??? Itu
sebabnya, saya paling malas bila disuruh membuat kue kering…hahahaha…
 
Tugas saya yang paling sering dalam proses membuat
kue nastar itu adalah mengupas nenas, memarutnya, dan kemudian memasaknya
menjadi selai. Ini tugas yang menyenangkan, karena saya bisa sesekali mencicip
selai yang belum jadi, menjilat-jilatnya dengan ujung jari, agar mendapatkan
rasa yang pas dan lezat…Akhirnya ya, begitulah ! Saya tidak bisa membuat kue
nastar yang sempurna sampai saat ini. Keahlian saya hanya sampai membuat selai
nenas saja….hiiks…hiiks…
 

 
Kembali ke kue nastar. Saya jadi selalu kangen
dengan kue nastar landak buatan ibu saya. Jujur saja, sampai saat ini belum ada
kue nastar seenak buatan ibu saya. Bahkan pabrik kue dan roti paling canggih
sekalipun, belum ada yang bisa menyamai kelembutan dan kekhasan kue nastar
buatan ibu. Ini bukan hanya kata saya, tapi juga kata orang-orang yang sudah
pernah mencicipi kue buatan ibu saya. Sayangnya beliau tidak mau membuat kue
nastar di sembarang waktu. Hanya pada saat menjelang lebaran, dan pada saat menjelang
tahun baru. Itu pun harus dirayu dengan mesra, dan disiapkan selai nenas siap
pakai buatan tangan sendiri.
 
Barangkali bagi ibu saya, kue nastar adalah kue
ritual, yang tidak  boleh sembarang waktu
disajikan dan dibuat. Perlu perenungan dan waktu khusus untuk meramu dan
membuatnya.  Barangkali perlu wangsit
juga supaya rasa kuenya  tetap lezat
….hihiiii…Sama juga dengan opor bidadari ala saya, maka kue nastar landak ibu
saya boleh disebut juga kue nastar bidadari…hahahaha…
 
 
Melihat kue nastar di stoples di sudut kredensa
ruang kerja saya, membuat saya merenung.
 
Kue nastar, barangkali sama saja dengan berbagai
jenis kue kering yang ada di toko. Tapi khusus kue nastar ini, bagi banyak
keluarga merupakan kue ritual yang wajib ada pada hari-hari istimewa. Seperti
di keluarga kami adalah hari raya dan tahun baru. Barangkali di keluarga lain
pada hari raya dan hari Natal. Kue nastar, tidak sekedar kue yang dapat kita
sajikan setiap waktu. Seperti yang saya rasakan sendiri, kue nastar adalah kue
lambang cinta kasih ibu kepada saya, dan keluarga. Kue nastar adalah kue yang
hadir mengisi keakbraban keluarga.
 
Saya bercermin pada kue nastar. Kue yang
sederhana, tapi membawa aura cinta di dalam kehadirannya. Kita tidak sekedar
mencicipi kue dan selai isiannya, tapi kita menikmati proses dan sentuhan cinta
kasih setiap kali gigitan kue melewati lidah kita.
 
Seandainya saja, kita dapat menjadi kue
nastar…atau belajar tentang cinta kasih dari kue nastar yang lezat cita
rasanya….Semogaaaa….
 
Jakarta, 22 Desember 2011
 
Salam sayang,
 
 
Ietje S. Guntur
 
 
Special
note :
 
Terima kasih untuk Ma yang sudah memberikan tahun-tahun paling
indah di dalam hidupnya untuk membuat kue nastar kesukaan keluarga…banyak
kenangan di dalam prose situ…dan semuanya adalah wujud cinta Mama kepada kami
semua…I love U, Ma…Selamat Hari Ibu…di mana pun engkau berada…mmwuaachh…
 
 
 
 
♥♥♥
3.

Artikel – Benahi Sendiri, Sebelum Orang Lain Melakukannya

Posted by: "Dadang Kadarusman" dkadarusman@yahoo.com   dkadarusman

Tue Dec 27, 2011 7:34 pm (PST)



Artikel – Benahi Sendiri, Sebelum Orang Lain Melakukannya
 
Hore, Hari Baru! Teman-teman.
 
Catatan Kepala:"Memperbaiki diri dengan kesadaran sendiri jauh lebih menyenangkan daripada melakukannya karena disuruh oleh orang lain."
 
Apakah Anda bersedia dikritik? "Kenapa tidak?" Biasanya begitu kita menjawab pertanyaan seperti itu. Anehnya, kita tidak benar-benar nyaman ketika seseorang mengkritik kita. Ada saja perasaan kesal terhadap kritikan, atau orang yang melontarkan kritik itu. Hal itu menunjukkan bahwa kita tidak benar-benar terbuka terhadap kritikan dari orang lain. Jangankan dikritik, dikomentari dengan kalimat-kalimat yang tidak sesuai dengan keinginan saja kita sudah sering kesal. Padahal kita sudah mendeklarasikan diri sebagai pribadi yang siap dikritik. Anda sadar bahwa kritikan sangat penting untuk mengoreksi hal-hal yang kurang tepat dalam diri Anda. Tetapi, apakah Anda benar-benar siap dikritik tanpa merasa panas di kuping atau kesal didalam hati ketika mendengarnya?
 
Ketika pembantu rumah tangga kami berganti, kami pergi ke luar kota untuk beberapa hari. Setiba kembali di rumah, saya mendapati meja kerja saya sudah sangat rapi dan bersih. Lazimnya, kita suka dengan kebersihan dan kerapian. Tetapi saat itu saya benar-benar tidak menyukainya. Pembantu baru kami 'berinisiatif' untuk membereskan 'kekacauan' yang terjadi diatas meja kerja itu. Sedangkan bagi saya, inisiatifnya telah menyebabkan 'kekacauan' susunan file dan dokumen-dokumen penting. Untuk beberapa saat, saya gamang harus memulai pekerjaan dari bagian yang mana. Salahkah pembantu itu? Tidak, karena menurut norma umum; permukaan meja harus bersih dan rapi. Pelan-pelan saya menyadari bahwa hidup kita, kira-kira seperti itu juga. Kebenaran pribadi kita, perlu disesuaikan dengan norma yang berlaku dilingkungan secara umum. Jika tidak, maka seseorang akan berupaya untuk 'membereskan' sesuatu yang tampak tidak selaras dengan norma umum itu.  Bagi
Anda yang tertarik menemani saya belajar menyelaraskan nilai-nilai pribadi dengan norma umum, saya ajak memulainya dengan memahami 5 sudut pandang Natural Intelligence berikut ini:
 
1.      Atasi salah faham dengan pengertian. Saya tahu meja saya berantakan. Tapi semua yang ada dimeja saya penting – bukan sampah.  Saya tidak berhasil menemukan beberapa diantaranya karena pembantu baru kami telah membuangnya ke tempat sampah. Dimata saya, catatan sekecil apapun penting karena didalamnya ada sekumpulan ide. Catatan penting dari pembicaraan telepon. Boarding-pass yang harus dilaporkan, atau rute ke tempat rapat yang harus saya hadiri. Dimata pembantu saya; kertas kecil yang 'berserakan' diatas meja adalah perusak kerapian. Jelas sekali jika ada perbedaan nilai disini. Jika saya menyalahkannya, sama artinya dengan menghardik balik orang-orang yang mengkritik dengan niat untuk membuat hidup saya lebih baik. Orang lain memiliki sudut pandangnya sendiri. Hal itu benar dari titik dimana dia melihatnya. Sedangkan saya, mempunyai alasan sendiri yang juga benar dari tempat saya berpijak. Perdebatan, persetruan, maupun pertikaian
kita sering disebabkan oleh perbedaan sudut pandang ini. Dan hal ini hanya bisa diselesaikan dengan saling pengertian. Saya mengerti mengapa seseorang melakukan sesuatu. Dan orang itu mengerti alasan dibalik perilaku dan tindakan saya. Setelah terbangun saling pengertian itu; tidak ada lagi salah faham. Karena pengertian dapat mengatasi salah faham.
 
2.      Perbaiki dengan kesadaran sendiri. Saya selalu meyakini bahwa setiap helai kertas di meja kerja saya sangat penting. Tidak ada sampah. Jadi, tidak seorang pun boleh membuang apapun yang ada di meja saya. Sama dengan perilaku kita. Kita merasa semua yang kita lakukan itu baik dan berharga. Makanya, kita tidak ingin ada orang yang mengusiknya. Faktanya, ada saat-saat dimana saya membereskan sendiri meja kerja saya. Dan setiap kali saya melakukannya, selalu ada setumpuk kertas yang saya buang ke tempat sampah. Jadi, klaim saya tentang semua kertas itu penting tidak berlaku lagi. Hidup kita juga begitu; tidak semua tindakan, pemikiran dan perbuatan yang kita anggap bernilai itu benar-benar bernilai. Tapi, mengapa saya kesal ketika pembantu membereskannya namun senang hati ketika kertas-kertas itu saya buang sendiri? Tepat sekali. Karena ketika 'membereskannya sendiri' saya melakukannya dengan suka rela. Tidak ada berat hati jika kita
melakukannya sendiri. Maka begitu pula dengan perilaku tidak terpuji kita. Setiap kali orang mengkritik, secara refleks kita mengambil sikap defensif. Setiap kali orang 'membeberkan' kelemahan atau keburukan-keburukan kita; maka kita membela diri. Bahkah sudah tertangkap tanganpun, kita masih bisa mencari alibi. Tetapi, coba ingat kembali ketika kesadaran itu datang dari dalam diri sendiri. Kita tidak berselera untuk membela diri. Kita tidak terarik untuk beradu argument di pengadilan. Kita menerima saja dengan sepenuh hati. Karena kita melakukannya dengan kesadaran sendiri.
 
3.      Selaraskan prinsip pribadi dengan norma umum. Setiap kali saya faham mengapa seseorang melakukan sesuatu, saya melihat alasan yang tepat dibalik tindakannya. Minimal, saya memakluminya. Begitu pula halnya dengan orang lain yang memahami alasan saya. Tetapi meski mengerti alasan mereka; ada kalanya kita tidak boleh membiarkannya melakukan itu. "Ini urusan pribadi saya, kamu tidak berhak ikut campur," begitu seseorang menghardik saya. Benar, itu hak pribadi dia; terserah mau melakukan apa saja. Namun, jika perilaku pribadinya itu mencemarkan nama baik lingkungan atau mengganggu orang lain; maka kita tidak bisa memberinya tempat. Hal itu berlaku untuk siapa saja. Kita sendiri pun begitu. Selama menjadi bagian dari komunitas sosial di lingkungan tempat tinggal, maka kita harus bisa menyelaraskan prinsip pribadi dengan norma umum. Seseorang ngotot bahwa tindakannya adalah hak pribadi yang tidak boleh dicampuri. Masalahnya, ditengah malam yang
sunyi ada sekelompok orang yang mendatangi rumah saya dan mengadukan perilakunya yang merugikan orang lain. Maka tidak ada perilaku pribadi yang mengganggu kepentingan orang lain yang boleh dibiarkan terus berlangsung. Mengapa? Karena setiap individu memiliki tanggungjawab sosialnya masing-masing. Tanggungjawab sosial tidak selalu berarti harus memberi sesuatu berupa materi untuk kegiatan sosial. Hal paling mendasarnya adalah; harus menghindari perilaku-perilaku pribadi yang bisa merusak tatanan dan kehidupan sosial. Maka penting bagi kita, untuk belajar menyelaraskan prinsip pribadi dengan norma umum.
 
4.      Tinggallah dalam lingkungan yang baik. Tetapi bukankah norma umum belum tentu mengandung kebenaran? Bergantung dimana kita tinggal. Jika Anda tinggal dalam lingkungan yang terdiri dari orang-orang yang selalu menjaga kehormatan, perilaku dan nilai-nilai kebaikan; bisa dipastikan jika norma umum yang berlaku mengandung kebenaran. Sebaliknya, jika kita tinggal di lingkungan yang buruk; maka norma umum yang berlaku disana kemungkinan besar ya buruk juga. Kita tahu bahwa lingkungan memiliki pengaruh yang sangat kuat kepada nilai pribadi kita. Makanya, orang-orang yang awalnya baik bisa berubah menjadi buruk setelah masuk ke lingkungan yang buruk. Hari ini, mungkin Anda punya prinsip bahwa; 'mengambil meski hanya satu rupiah yang bukan hak Anda adalah perbuatan nista'. Besok, mungkin saja lingkungan Anda membisikkan bahwa; 'mengambil sedikit mah tak apa karena hal itu sudah menjadi kebiasaan lumrah disini'. Jika kita ingin menjadi orang
yang baik, sungguh beresiko jika memilih tinggal dalam lingkungan yang buruk. Maka jika kita mengetahui lingkungan kita sudah sangat buruk; jangan terus menerus tinggal disana dong. Kecuali jika Anda memiliki kemampuan untuk membentengi diri dari rembesan pengaruh norma umum yang buruk itu. Atau Anda memang mempunyai kekuatan untuk melakukan perubahan disana. Tetapi jika tidak; jauh lebih masuk akal jika kita cari saja tempat lain yang lebih baik. Perlahan-lahan bergeserlah; agar lebih mendekat kepada lingkungan yang baik. Yaitu lingkungan yang bisa memberi pengaruh baik kepada nilai pribadi kita.
 
5.      Mengacu pada kebenaran mutlak.  Fakta menunjukkan bahwa norma umum pun tidak memiliki kebenaran mutlak. Di lingkungan yang buruk, norma yang berlaku ya juga buruk. Di lingkungan yang baik, kebanyakan orang mempertahankan nilai-nilai yang baik. Bahkan, baik menurut satu komunitas tertentu belum tentu juga baik menurut komunitas lainnya. Oleh karenanya, kita mesti belajar untuk mengacu kepada satu titik acuan yang sama. Itulah pula sebabnya mengapa kita membutuhkan bimbingan yang sifatnya universal. Berlaku di lingkungan dan zaman manapun. Adakah hukum seperti itu bisa dibuat oleh manusia? Tidak. Karena manusia memiliki banyak keterbatasan yang mengungkung jangkauan logika dan nuraninya. Maka tidak ada hukum lain yang bisa dijadikan acuan universal itu selain hukum yang dibuat oleh Dzat yang menciptakan alam semesta. Sebagai satu-satunya yang mengetahui segala rahasia dan mekanisme yang berjalan di alam, Dia yang menciptakan itulah yang juga
mengaturnya. Oleh sebab itu, kita perlu belajar untuk mengacu kepada kebenaran mutlak. Dengan mengacu kepada hukum yang satu dan dibuat oleh Yang Maha Satu itu, kita akan mempunyai satu 'timbangan' yang menentukan kualitas tindakan dan perilaku kita. Dengan begitu, tidak ada lagi penilaian yang dibumbui oleh kepentingan pribadi. Tidak pula yang dipengaruhi oleh intrik kelompok atau komunitas yang kita tinggali. Karena kebenaran yang bersumber kepada hukum Tuhan, adalah kebenaran mutlak hingga layak untuk kita jadikan sebagai titik tempat berpijak.
 
Kita boleh berdebat dengan sesama manusia tentang kebenaran nisbi yang sama-sama kita pertahankan. Boleh membayar pengacara paling mahal untuk memberikan pembelaan. Boleh melarikan diri ke tempat paling jauh untuk bersembunyi. Boleh juga berpura-pura sakit. Tetapi, apa bisa sih kita menghindar dari ikatan hukum yang dibuat oleh Tuhan? Tidak. Maka tidak ada pilihan lain selain mengikuti kebenaran yang sudah Tuhan gariskan melalui ajaran yang disebarkan oleh para Nabi suci yang diutusNya. Jika patuh kepada ajaran itu, kita tidak mungkin tersungkur ke lembah perilaku nista hewani sehingga diri kita akan tetap terjaga. Dan dengan begitu, kita tidak perlu menunggu orang lain yang membenahi diri kita. Karena kita, bisa membenahi diri sendiri, sebelum orang lain melakukannya. Yaitu membenahi diri, dengan bimbingan hukum dan aturan Ilahi.
 
Mari Berbagi Semangat!
DEKA - Dadang Kadarusman – 23 Desember2011
Trainer of Natural Intelligence Leadership Training
Penulis buku"Natural Intelligence Leadership"(Sedang dicetak di penerbit)
 
Catatan Kaki:
Kebenaran apapun yang kita yakini selalu bisa diperdebatkan, selama tidak berpijak kepada hukum-hukum yang sudah Tuhan tentukan.
 
Silakan di-share jika naskah ini Anda nilai bermanfaat bagi yang lain, langsung saja; tidak usah minta izin dulu. Tapi tolong, jangan diklaim sebagai tulisan Anda sendiri supaya pahala Anda tidak berkurang karenanya.
 
Tentang Dadang Kadarusman
~ Spesialisasi training di bidang: NATURAL INTELLIGENCE dan penerapannya dalam LEADERSHIP, PERSONNEL DEVELOPMENT dan PERSONAL EXCELLENCE ~ (Phone: 0812 19899 737 – www.dadangadarusman.com )

Follow DK on Twitter @dangkadarusman
4a.

Art-Living Sos 2011 (A-12  SEMIR SEPATU

Posted by: "Ietje Guntur" ietje_gun76@yahoo.com   ietje_gun76

Tue Dec 27, 2011 7:35 pm (PST)





Dear Allz....
 
Hellooowww....anybody
home ??? Halllooww....??? Kok sepiiiii ??? Lagi liburan akhir tahun,
yaaaa...??? Woooww...gak apa-apa deeeh...Saya numpang duduk saja di sini...Mau
merenung-renung...mau ngobrol...kalau ada yang diajakin ngobrol...hehehe...
 
Walaupun
sepi...walaupun sendiri...tidak ada salahnya kita tetap bersinergi...Iya, nggak
? Semoga teman dan sahabatku semua, di mana pun berada tetap memantau pojok
ini...dan saya hadir di sini, seperti biasaaaaa...dengan sepotong cerita ringan
yang barangkali terlupakan dari keseharian kita...
 
Teman
dan sahabat tersayang...sebentar lagi kan akhir tahun...menjelang tahun yang
baru. Biasanya kita punya bermacam resolusi dan rencana. Rencana kecil maupun
rencana besar. Untuk itu kita memang perlu introspeksi...apa yang sudah
dilakukan tahun ini...apa pencapaiannya...dan seberapa banyak  kita mencapai prestasi atau kurang dari
target yang kita tentukan. Tidak apa-apa kurang sedikit...yang penting kita
sudah berusaha dengan optimal, dengan passion dan semangat...dan yang penting
ikhlas melakukan dan menerima hasilnya. Ikhlas ini adalah inti dari kenikmatan
dan rasa syukur kita...
 
Di
hari-hari menjelang akhir tahun ini kita pun terbiasa untuk membuat perencanaan
baru. Ingin lebih baik lagi di tahun mendatang. Itu akan memacu dan memicu kita
untuk menyusun langkah baru. Tentunya dengan potensi yang kita miliki.
 
Bagaimana
kalau potensi kita tidak sesuai dengan target yang kita canangkan ? Jangan
kuatir. Kita bisa memolesnya dengan potensi yang ada. Kita dapat menggali
hal-hal tersembunyi yang selama ini tidak kita sadari . Mulailah lihat ke
dalam. Mulailah lihat kelebihan dari dalam diri ini. Agar tahun depan kita
dapat tampil lebih kinclong dan berkilau seperti baru...
 
Naaah...mumpung
cerita tentang kinclong dan berkilau, saya jadi ingat sepatu saya yang baru
disemir. Hmmmh...memang benar, saya belum memiliki sepatu baru untuk mengayunkan
langkah di tahun mendatang. Tapi berkat semir yang memolesnya, saya  akan tampil dengan performance baru...tetap dengan langkah yang penuh semangat.
 
Di hari
baik dan bulan baik ini...saya ingin berbagi cerita sedikit tentang Semir
Sepatu. Semoga inspirasinya dapat menjadi bekal perjalanan kita berikutnya....dan
dapat menyemir semangat kita...dari semangat yang kusam menjadi semangat yang
berkilauan seperti baru  kembali..
 
Selamat
menikmati...semoga berkenan....
 
 
Jakarta,
25 Desember 2011
 
Salam semangaaaaatt....
 
 
 
Ietje S. Guntur
 
 
YYY
 
 
 
 
Art-Living Sos 2011 (A-12
Start (ide) :12/24/2011
11:45:55 AM
Finish : 12/24/2011 3:48:07
PM
 
SEMIR  SEPATU
 
 
Pagi-pagi. Menjelang berangkat ke
kantor.
 
Saya melihat ke arah sepatu saya, yang
semula berwarna hitam legam berkilau. Mirip bulu burung gagak. Sekarang sudah
tampak bluwek dan kurang kemilau,
karena beberapa hari hanya dilap saja setelah terkena percikan air hujan.
Walaupun bersih, tetapi percik air hujan yang sempat menempel memberikan kesan
kusam. Seakan-akan sepatu saya sudah berumur sekitar seratus tahun…eeeiiitt…salah…terlalu
lama. Nanti jadi sepatu raja-raja jaman dulu…hihi…Ya, kelihatan seperti berumur
lima tahun saja deh !
 
Jadi harus didandani sedikit niiiih.
Disemir!!Secepat kilat saya
mencari semir siap saji…hmmh…maksudnya semir instan alias dadakan. Yang berupa
semir cair dengan busa di ujungnya untuk meratakan cairan semir agar tampak
indah dan rapi. Setelah dibersihkan sedikit dengan lap lembab, tunggu kering
sejenak, saya pun menyapu-nyapukan ujung busa ke permukaan sepatu. Hanya dalam
hitungan detik, sepatu saya yang tadi kusam dan muram sudah berkilau
kembali…Uhuuuyyy…Dan saya pun dengan percaya diri mengenakan sepatu hitam
kesayangan saya…hehehe…
 
Sungguh, saya berterima kasih kepada
penemu semir, siapa pun orangnya, karena sudah membantu saya mengembalikan
citra diri. Tanpa sapuan semir di permukaan kulit sepatu saya, maka penampilan
saya yang sudah cemerlang dari pakaian, akan luntur karena sepatu yang tampak
kusam.
 

 
Ingat semir, jadi ingat ayah saya.
Beliau adalah penggemar semir  sepatu yang sejati…alias
semir-mania…hehehe….
 
Setiap hari sepatunya selalu tampak
mengkilat dan berkilau. Nyaris tidak ada debu yang berani menempel. Dan
duluuuuu…saya serta adik-adik selalu mendapat giliran untuk menyemir sepatu
beliau. Dari beliau jugalah saya mendapatkan ilmu menyemir sepatu. Tidak boleh
langsung digosok-gosok dengan semir yang bentuknya seperti pasta. Sepatu harus
dibersihkan terlebih dahulu…* padahal sepatu ayah saya sudah bersih
berkilau…hiiikss…*. 
 
Setelah itu barulah pasta semir
digosokkan dengan selembar kain lembut – biasanya singlet bekas – secara merata
ke permukaan kulit sepatu. Lalu sepatu diangin-anginkan sebentar, agar pasta
semir meresap ke dalam kulit. Terakhir, sepatu digosok dengan sikat sepatu,
sampai berbunyi begini..sskkk…sskkk…skkks…
 
Kalau belum berkilau juga, maka sepatu
harus digosok ulang dengan kain lembut, dari kiri ke kanan, satu arah, agarkilauan nampak merata….Untuk
menguji bahwa sepatu sudah berkilau, kita dapat bercermin di
permukaannya…hahahaha…
 
Begitulah, prosedur yang ditetapkan
oleh ayah saya. Dan kalau menurut beliau hasil gosokan semir belum memuaskan,
kami harus mengulang lagi dari awal…halaaah !!!
 
Dulu saya sering jengkel setengah mati
bila mendapat tugas menyemir. Soalnya, selain ukuran sepatu ayah saya cukup
besar untuk pegangan tangan saya, kulit sepatu beliau pun tebal sekali. Tapi
setelah berulang kali memperoleh hasil semiran yang menurut ayah saya 'lumayan'
saya mulai ketagihan menyemir sepatu. Aroma pasta semir yang khas di tengah-tengah aktivitas
menyemir, membuat saya menikmati setiap proses menggosok dan menyikat hingga
sempurna…hmh…Selain itu, saya tentu bangga bila hasil pekerjaan saya meningkat
dari tingkat 'lumayan'menjadi, "nah, itu
baru bagus !" dari ayah saya, yang kadang-kadang pelit dengan pujian…Suatu pencapaian prestasi yang tergolong luar
biasa...hehe...
 
Begitu fanatiknya ayah saya dengan
semir pasta dan segala prosedurnya, maka beliau kurang menyukai semir instancair, yang dapat
menolong seketika. " Kurang berkilau !" begitu kilah beliau, setiap kali saya
menawarkan jalan pintas. Bagi saya, bila ada waktunya, tentu tidak masalah
menyemir dengan pasta dan menikmati proses setahap demi setahap. Tetapi
sekarang, ketika waktu menyemir sudah semakin langka, maka semir cair yang
instan pun menjadi penolong yang luar biasa. Yang penting, hasil akhir dari
proses menyemir itu dapat mendukng penampilan dan pencitraan…ahaaa…
 

Cerita soal semir sepatu , saya punya
beberapa pengalaman lucu yang barangkali
aneh…hehe…ssttt…jangan tertawa dulu.
 
Perilaku saya bisa berbanding terbalik
dengan perilaku ayah saya. Bila ayah saya sangat suka dengan sepatu yang
berkilauan, semasa masih SMP dan SMA saya sangat enggan memakai sepatu yang
berkilau-kilau. Menurut perasaan
saya, "Agak gimana gitu…" Agak ganjenatau terkesan genit...hiikss..
Maklum, walaupun wujud saya wanita, tapi karena agak kelebihan hormon, kadang
perilaku saya mirip dengan anak lelaki, alias tomboy. Termasuk di dalamnya
adalah penampilan sepatu.
 
Saya agak enggan memakai sepatu
berkilauan, karena teman-teman saya luar biasa jahilnya. Saat mereka melihat
sepatu saya bersinar cemerlang, dengan serta-merta dan dalam tempo sesingkat-singkatnya mereka akan
menginjak-injak ujungnya…hiks hiks hiks….Kami pun akan saling menginjak ujung
sepatu, sehingga bentuk dan rupa sepatu menjadi tidak karuan . Mereka baru akan puas,
bila sepatu saya sama dekilnya dengan mereka…hahahaha…
 
Akhirnya saya
hanya menyemir sepatu pada hari Senin, saat ada pemeriksaan dari guru di
sekolah. Setelah pemeriksaan berlalu, maka acara injak menginjak ujung sepatu
pun dimulai lagi. Begitu terjadi setiap
minggu. Ibu saya kadang-kadang sebal juga melihat sepatu saya
yang warnanya kusam. Dan agar tidak disuruh menyemir sepatu, saya pun selalu berusaha
menyembunyikan penampilan sepatu yang dekil ini dari pengamatan ayah
saya...hihihiiii...
 
Saya sendiri walaupun
jengkel, tapi kadang senang juga siiiih…Semangat untuk mengalahkan, dan saling
adu cepat menginjak sepatu memicugairah tersendiri . Sekarang, kalau diingat-ingat, saya jadi heran. Apa sih
gunanya saling menginjak sepatu ? Tapi saat itu, rasanya senang-senang saja.
Tidak ada perasaan direndahkan atau disakiti. Rupanya masa remaja memang punya
dinamika yang aneh. Dan beruntung, saya sempat mengalamidan menikmatinya…hehehe…
 

 
Ngomong-ngomong soal semir sepatu,
sebetulnya sejak kapan sih ada semir sepatu ini ?
 
Naaah…tentunya semir sepatu
berhubungan dengan budaya bersepatu. Konon 1500 tahun sebelum Masehi sudah ada
sepatu terbuat dari kulit yang dipergunakan oleh masyarakat di dalam budaya
Mesopotamiadan Mesir Kuno.
Sepatu kulit ini,agar kuat dan lentur di kaki harus diolesi dengan minyak hewan, seperti lemak
dan lilin lebah . Jadi awalnya, semir sepatu ini tidak semata-mata untuk
membuat sepatu tampak kinclong. Melainkan untuk memelihara kulit sepatu agar
tetap nyaman dipakai, walaupun sudah dipergunakan lama. Lilin atau lemak hewan
ini lebih berfungsi untuk melunakkan kulit. Itulah awalnya semir sepatu.
Kemudian semir ini pun berkembang sejalan dengan perkembangan sepatu.
 
Bila pada awalnya semir sepatu hanya
berwarna beningseperti warna
lilin.Warna kulit sepatu
juga masih seperti warna samakan asli yang kecoklatan.Dengan berkembangnya teknologi warna, maka sepatu pun mendapat
sentuhan warna warni yang beraneka. Tentu saja kulit sepatu yang berwarna warni
ini membutuhkan semir yang sesuai pula. Dulu semir sepatu hanya ada berwarna
bening, hitam dan coklat. Belakangan semir sepatu ada yang berwarna merah,
biru, dan warna lain yang banyak digunakan sebagai warna sepatu.
 
Warna warni semir ini juga erat
kaitannya dengan penampilan dan citra diri. Dengan pewarnaan yang khusus, maka
tampilan sepatu sebagai penunjang penampilan akan terjaga dengan baik. Tentu
kurang indah tampaknya, bila busana yang berkilauan tidak didukung dengan
sepatu yang serasi. Penampilan bisa timpang, alias tidak matching…hehe…
 

 
Melihat sepatu saya yang sekarang
sudah tampak indah berkilau, saya jadi merenung.
 
Semir adalah materi yang sederhana.
Dia bukan materi utama yang harus ada di dalam suatu aktivitas. Namun, dengan
kehadirannya, banyak hal yang bisa berubah. Sesuatu yang semula sudah kusam,
menjadi lebih kuat, lebih lunak, dan lebih berkilauan. Ia hanya pendukung,
tetapi berkat dukungannya maka tokoh utama dapat menjadi lebih menarik dan
lebih berwibawa.
 
Kita, di dalam kehidupan ini sering
kali lebih menginginkan menjadi tokoh utama. Tidak mau menjadi tokoh
pendamping, apalagi pelengkap. Padahal seperti semir, tanpa kehadiran kita,
tokoh utama kurang terlihat gregetnya.  Memang menjadi sederhana dan tidak menonjol membutuhkan kerendahan hati
dan keihklasan. Bagaimana tidak, berkat kehadiran kita, orang lain yang
menonjol. Berkat kepiawaian kita, orang lain yang mendapat citra baik.
 
Tapi coba pikirkan…apa jadinya sepatu
tanpa semir ?
 
Kita bisa memilih, untuk menonjolkan
diri sendiri, namun tanpa dukungan sekitar, kita mungkin tidak dapat memelihara
diri. Atau, kita hanya menjadi pendamping dan pelengkap, namun membawa makna
yang lebih banyak dan bermanfaat.
 
Hidup memang sebuah pilihan…jadi mau
pilih yang manaaaa….???
 

 
Jakarta, 24 Desember 2011
 
Salam hangaaat yang berkilau,
 
 
Ietje S. Guntur
 
Special note :
Terima
kasih untuk Pa yang mengajarkan sebuah nilai pekerjaan dan kehidupan dari semir
sepatu…thanks untuk inspirasi dan teladannya…I love U, Paaaaaa….:)...Juga
sahabat-sahabat  di SMP dan SMANSA yang
hiperaktif...terima kasih sudah memberi warna di dalam kehidupan remaja yang
penuh pergolakan dan dinamika...
 
 
 
YY
4b.

Art-Living Sos 2011 (A-12  SEMIR SEPATU

Posted by: "Ietje Guntur" ietje_gun76@yahoo.com   ietje_gun76

Tue Dec 27, 2011 7:37 pm (PST)





Dear Allz....
 
Hellooowww....anybody
home ??? Halllooww....??? Kok sepiiiii ??? Lagi liburan akhir tahun,
yaaaa...??? Woooww...gak apa-apa deeeh...Saya numpang duduk saja di sini...Mau
merenung-renung...mau ngobrol...kalau ada yang diajakin ngobrol...hehehe...
 
Walaupun
sepi...walaupun sendiri...tidak ada salahnya kita tetap bersinergi...Iya, nggak
? Semoga teman dan sahabatku semua, di mana pun berada tetap memantau pojok
ini...dan saya hadir di sini, seperti biasaaaaa...dengan sepotong cerita ringan
yang barangkali terlupakan dari keseharian kita...
 
Teman
dan sahabat tersayang...sebentar lagi kan akhir tahun...menjelang tahun yang
baru. Biasanya kita punya bermacam resolusi dan rencana. Rencana kecil maupun
rencana besar. Untuk itu kita memang perlu introspeksi...apa yang sudah
dilakukan tahun ini...apa pencapaiannya...dan seberapa banyak  kita mencapai prestasi atau kurang dari
target yang kita tentukan. Tidak apa-apa kurang sedikit...yang penting kita
sudah berusaha dengan optimal, dengan passion dan semangat...dan yang penting
ikhlas melakukan dan menerima hasilnya. Ikhlas ini adalah inti dari kenikmatan
dan rasa syukur kita...
 
Di
hari-hari menjelang akhir tahun ini kita pun terbiasa untuk membuat perencanaan
baru. Ingin lebih baik lagi di tahun mendatang. Itu akan memacu dan memicu kita
untuk menyusun langkah baru. Tentunya dengan potensi yang kita miliki.
 
Bagaimana
kalau potensi kita tidak sesuai dengan target yang kita canangkan ? Jangan
kuatir. Kita bisa memolesnya dengan potensi yang ada. Kita dapat menggali
hal-hal tersembunyi yang selama ini tidak kita sadari . Mulailah lihat ke
dalam. Mulailah lihat kelebihan dari dalam diri ini. Agar tahun depan kita
dapat tampil lebih kinclong dan berkilau seperti baru...
 
Naaah...mumpung
cerita tentang kinclong dan berkilau, saya jadi ingat sepatu saya yang baru
disemir. Hmmmh...memang benar, saya belum memiliki sepatu baru untuk mengayunkan
langkah di tahun mendatang. Tapi berkat semir yang memolesnya, saya  akan tampil dengan performance baru...tetap dengan langkah yang penuh semangat.
 
Di hari
baik dan bulan baik ini...saya ingin berbagi cerita sedikit tentang Semir
Sepatu. Semoga inspirasinya dapat menjadi bekal perjalanan kita berikutnya....dan
dapat menyemir semangat kita...dari semangat yang kusam menjadi semangat yang
berkilauan seperti baru  kembali..
 
Selamat
menikmati...semoga berkenan....
 
 
Jakarta,
25 Desember 2011
 
Salam semangaaaaatt....
 
 
 
Ietje S. Guntur
 
 
YYY
 
 
 
 
Art-Living Sos 2011 (A-12
Start (ide) :12/24/2011
11:45:55 AM
Finish : 12/24/2011 3:48:07
PM
 
SEMIR  SEPATU
 
 
Pagi-pagi. Menjelang berangkat ke
kantor.
 
Saya melihat ke arah sepatu saya, yang
semula berwarna hitam legam berkilau. Mirip bulu burung gagak. Sekarang sudah
tampak bluwek dan kurang kemilau,
karena beberapa hari hanya dilap saja setelah terkena percikan air hujan.
Walaupun bersih, tetapi percik air hujan yang sempat menempel memberikan kesan
kusam. Seakan-akan sepatu saya sudah berumur sekitar seratus tahun…eeeiiitt…salah…terlalu
lama. Nanti jadi sepatu raja-raja jaman dulu…hihi…Ya, kelihatan seperti berumur
lima tahun saja deh !
 
Jadi harus didandani sedikit niiiih.
Disemir!!Secepat kilat saya
mencari semir siap saji…hmmh…maksudnya semir instan alias dadakan. Yang berupa
semir cair dengan busa di ujungnya untuk meratakan cairan semir agar tampak
indah dan rapi. Setelah dibersihkan sedikit dengan lap lembab, tunggu kering
sejenak, saya pun menyapu-nyapukan ujung busa ke permukaan sepatu. Hanya dalam
hitungan detik, sepatu saya yang tadi kusam dan muram sudah berkilau
kembali…Uhuuuyyy…Dan saya pun dengan percaya diri mengenakan sepatu hitam
kesayangan saya…hehehe…
 
Sungguh, saya berterima kasih kepada
penemu semir, siapa pun orangnya, karena sudah membantu saya mengembalikan
citra diri. Tanpa sapuan semir di permukaan kulit sepatu saya, maka penampilan
saya yang sudah cemerlang dari pakaian, akan luntur karena sepatu yang tampak
kusam.
 

 
Ingat semir, jadi ingat ayah saya.
Beliau adalah penggemar semir  sepatu yang sejati…alias
semir-mania…hehehe….
 
Setiap hari sepatunya selalu tampak
mengkilat dan berkilau. Nyaris tidak ada debu yang berani menempel. Dan
duluuuuu…saya serta adik-adik selalu mendapat giliran untuk menyemir sepatu
beliau. Dari beliau jugalah saya mendapatkan ilmu menyemir sepatu. Tidak boleh
langsung digosok-gosok dengan semir yang bentuknya seperti pasta. Sepatu harus
dibersihkan terlebih dahulu…* padahal sepatu ayah saya sudah bersih
berkilau…hiiikss…*. 
 
Setelah itu barulah pasta semir
digosokkan dengan selembar kain lembut – biasanya singlet bekas – secara merata
ke permukaan kulit sepatu. Lalu sepatu diangin-anginkan sebentar, agar pasta
semir meresap ke dalam kulit. Terakhir, sepatu digosok dengan sikat sepatu,
sampai berbunyi begini..sskkk…sskkk…skkks…
 
Kalau belum berkilau juga, maka sepatu
harus digosok ulang dengan kain lembut, dari kiri ke kanan, satu arah, agarkilauan nampak merata….Untuk
menguji bahwa sepatu sudah berkilau, kita dapat bercermin di
permukaannya…hahahaha…
 
Begitulah, prosedur yang ditetapkan
oleh ayah saya. Dan kalau menurut beliau hasil gosokan semir belum memuaskan,
kami harus mengulang lagi dari awal…halaaah !!!
 
Dulu saya sering jengkel setengah mati
bila mendapat tugas menyemir. Soalnya, selain ukuran sepatu ayah saya cukup
besar untuk pegangan tangan saya, kulit sepatu beliau pun tebal sekali. Tapi
setelah berulang kali memperoleh hasil semiran yang menurut ayah saya 'lumayan'
saya mulai ketagihan menyemir sepatu. Aroma pasta semir yang khas di tengah-tengah aktivitas
menyemir, membuat saya menikmati setiap proses menggosok dan menyikat hingga
sempurna…hmh…Selain itu, saya tentu bangga bila hasil pekerjaan saya meningkat
dari tingkat 'lumayan'menjadi, "nah, itu
baru bagus !" dari ayah saya, yang kadang-kadang pelit dengan pujian…Suatu pencapaian prestasi yang tergolong luar
biasa...hehe...
 
Begitu fanatiknya ayah saya dengan
semir pasta dan segala prosedurnya, maka beliau kurang menyukai semir instancair, yang dapat
menolong seketika. " Kurang berkilau !" begitu kilah beliau, setiap kali saya
menawarkan jalan pintas. Bagi saya, bila ada waktunya, tentu tidak masalah
menyemir dengan pasta dan menikmati proses setahap demi setahap. Tetapi
sekarang, ketika waktu menyemir sudah semakin langka, maka semir cair yang
instan pun menjadi penolong yang luar biasa. Yang penting, hasil akhir dari
proses menyemir itu dapat mendukng penampilan dan pencitraan…ahaaa…
 

Cerita soal semir sepatu , saya punya
beberapa pengalaman lucu yang barangkali
aneh…hehe…ssttt…jangan tertawa dulu.
 
Perilaku saya bisa berbanding terbalik
dengan perilaku ayah saya. Bila ayah saya sangat suka dengan sepatu yang
berkilauan, semasa masih SMP dan SMA saya sangat enggan memakai sepatu yang
berkilau-kilau. Menurut perasaan
saya, "Agak gimana gitu…" Agak ganjenatau terkesan genit...hiikss..
Maklum, walaupun wujud saya wanita, tapi karena agak kelebihan hormon, kadang
perilaku saya mirip dengan anak lelaki, alias tomboy. Termasuk di dalamnya
adalah penampilan sepatu.
 
Saya agak enggan memakai sepatu
berkilauan, karena teman-teman saya luar biasa jahilnya. Saat mereka melihat
sepatu saya bersinar cemerlang, dengan serta-merta dan dalam tempo sesingkat-singkatnya mereka akan
menginjak-injak ujungnya…hiks hiks hiks….Kami pun akan saling menginjak ujung
sepatu, sehingga bentuk dan rupa sepatu menjadi tidak karuan . Mereka baru akan puas,
bila sepatu saya sama dekilnya dengan mereka…hahahaha…
 
Akhirnya saya
hanya menyemir sepatu pada hari Senin, saat ada pemeriksaan dari guru di
sekolah. Setelah pemeriksaan berlalu, maka acara injak menginjak ujung sepatu
pun dimulai lagi. Begitu terjadi setiap
minggu. Ibu saya kadang-kadang sebal juga melihat sepatu saya
yang warnanya kusam. Dan agar tidak disuruh menyemir sepatu, saya pun selalu berusaha
menyembunyikan penampilan sepatu yang dekil ini dari pengamatan ayah
saya...hihihiiii...
 
Saya sendiri walaupun
jengkel, tapi kadang senang juga siiiih…Semangat untuk mengalahkan, dan saling
adu cepat menginjak sepatu memicugairah tersendiri . Sekarang, kalau diingat-ingat, saya jadi heran. Apa sih
gunanya saling menginjak sepatu ? Tapi saat itu, rasanya senang-senang saja.
Tidak ada perasaan direndahkan atau disakiti. Rupanya masa remaja memang punya
dinamika yang aneh. Dan beruntung, saya sempat mengalamidan menikmatinya…hehehe…
 

 
Ngomong-ngomong soal semir sepatu,
sebetulnya sejak kapan sih ada semir sepatu ini ?
 
Naaah…tentunya semir sepatu
berhubungan dengan budaya bersepatu. Konon 1500 tahun sebelum Masehi sudah ada
sepatu terbuat dari kulit yang dipergunakan oleh masyarakat di dalam budaya
Mesopotamiadan Mesir Kuno.
Sepatu kulit ini,agar kuat dan lentur di kaki harus diolesi dengan minyak hewan, seperti lemak
dan lilin lebah . Jadi awalnya, semir sepatu ini tidak semata-mata untuk
membuat sepatu tampak kinclong. Melainkan untuk memelihara kulit sepatu agar
tetap nyaman dipakai, walaupun sudah dipergunakan lama. Lilin atau lemak hewan
ini lebih berfungsi untuk melunakkan kulit. Itulah awalnya semir sepatu.
Kemudian semir ini pun berkembang sejalan dengan perkembangan sepatu.
 
Bila pada awalnya semir sepatu hanya
berwarna beningseperti warna
lilin.Warna kulit sepatu
juga masih seperti warna samakan asli yang kecoklatan.Dengan berkembangnya teknologi warna, maka sepatu pun mendapat
sentuhan warna warni yang beraneka. Tentu saja kulit sepatu yang berwarna warni
ini membutuhkan semir yang sesuai pula. Dulu semir sepatu hanya ada berwarna
bening, hitam dan coklat. Belakangan semir sepatu ada yang berwarna merah,
biru, dan warna lain yang banyak digunakan sebagai warna sepatu.
 
Warna warni semir ini juga erat
kaitannya dengan penampilan dan citra diri. Dengan pewarnaan yang khusus, maka
tampilan sepatu sebagai penunjang penampilan akan terjaga dengan baik. Tentu
kurang indah tampaknya, bila busana yang berkilauan tidak didukung dengan
sepatu yang serasi. Penampilan bisa timpang, alias tidak matching…hehe…
 

 
Melihat sepatu saya yang sekarang
sudah tampak indah berkilau, saya jadi merenung.
 
Semir adalah materi yang sederhana.
Dia bukan materi utama yang harus ada di dalam suatu aktivitas. Namun, dengan
kehadirannya, banyak hal yang bisa berubah. Sesuatu yang semula sudah kusam,
menjadi lebih kuat, lebih lunak, dan lebih berkilauan. Ia hanya pendukung,
tetapi berkat dukungannya maka tokoh utama dapat menjadi lebih menarik dan
lebih berwibawa.
 
Kita, di dalam kehidupan ini sering
kali lebih menginginkan menjadi tokoh utama. Tidak mau menjadi tokoh
pendamping, apalagi pelengkap. Padahal seperti semir, tanpa kehadiran kita,
tokoh utama kurang terlihat gregetnya.  Memang menjadi sederhana dan tidak menonjol membutuhkan kerendahan hati
dan keihklasan. Bagaimana tidak, berkat kehadiran kita, orang lain yang
menonjol. Berkat kepiawaian kita, orang lain yang mendapat citra baik.
 
Tapi coba pikirkan…apa jadinya sepatu
tanpa semir ?
 
Kita bisa memilih, untuk menonjolkan
diri sendiri, namun tanpa dukungan sekitar, kita mungkin tidak dapat memelihara
diri. Atau, kita hanya menjadi pendamping dan pelengkap, namun membawa makna
yang lebih banyak dan bermanfaat.
 
Hidup memang sebuah pilihan…jadi mau
pilih yang manaaaa….???
 

 
Jakarta, 24 Desember 2011
 
Salam hangaaat yang berkilau,
 
 
Ietje S. Guntur
 
Special note :
Terima
kasih untuk Pa yang mengajarkan sebuah nilai pekerjaan dan kehidupan dari semir
sepatu…thanks untuk inspirasi dan teladannya…I love U, Paaaaaa….:)...Juga
sahabat-sahabat  di SMP dan SMANSA yang
hiperaktif...terima kasih sudah memberi warna di dalam kehidupan remaja yang
penuh pergolakan dan dinamika...
 
 
 
YY
5.

Artikel – Jika Perusahaan Diakuisisi, Saya Mesti Gimana?

Posted by: "Dadang Kadarusman" dkadarusman@yahoo.com   dkadarusman

Tue Dec 27, 2011 7:43 pm (PST)



Artikel – Jika Perusahaan Diakuisisi, Saya Mesti Gimana?
 
Hore, Hari Baru! Teman-teman.
 
Catatan Kepala:"Bagi karyawan yang bagus, proses akuisisi tidak menimbulkan dampak apapun selain kesempatan untuk lebih berkembang. "
 
Ya, kalau perusahaan tempat saya bekerja diakuisisi; saya mesti bagaimana? Bagi mereka yang belum pernah ikut dalam pusaran proses akuisisi atau merger, hal ini bisa menimbulkan kecemasan tersendiri. Tidak kurang menegangkannya pula bagi mereka yang pernah mengalaminya. Kekhawatiran sering terlihat lebih dominan daripada kegembiraan, khususnya dikalangan karyawan perusahaan yang 'diakuisi'.   Kenyataannya, kekhawatiran itu sering terlampau dilebih-lebihkan sehingga dampak negatif dari proses akuisisi atau merger itu lebih banyak timbul karena hal-hal emosional atau lahir dari bentuk kecurigaan secara berlebihan. Tidak masalah, apakah saat ini sedang menghadapi proses akuisi atau tidak; kita perlu bersikap dan bertindak lebih konstruktif dalam menghadapi proses itu. Kenapa? Karena akuisisi, sudah dan akan menjadi trend baru dalam dunia bisnis kita. Bahkan…., Anda tidak tahu jika top management Anda mungkin sedang menegosiasikannya sekarang…..
 
Setiap kali menghadiri upacara pernikahan (bukan pestanya, tapi upacaranya) saya selalu membayangkan bagaimana jika kelak saya harus menikahkan anak gadis saya dengan lelaki pilihannya. Konon, tak seorang Ayah pun bisa benar-benar menggambarkan perasaan hatinya ketika melepas putri tercintanya untuk menikah. Dalam pernikahan, dua keluarga menyatu seperti dua perusahaan yang merger. Tetapi, bagi ayah sang gadis; pernikahan itu lebih mirip seperti akuisisi. Tidak sama persis. Tetapi, sangat mirip sekali sehingga benaknya dipenuhi berjuta tanya; akankah lelaki itu memperlakukan anakku dengan santun? Bisakah anak kemarin sore itu membahagiakan gadis kecilku? Mampukah si bau kencur itu memberikan kecukupan materi? Bersediakah keluarga itu menjaga harga diri dan kehormatan putri tercintaku? Tidak sama persis. Tetapi, kira-kira berjuta pertanyaan serupa itulah yang memenuhi benak kita saat mengetahui perusahaan ini akan diakuisisi. Bagi Anda yang tertarik
menemani saya belajar bertindak secara tepat ditengah proses akusisi, saya ajak memulainya dengan mempraktekkan 5 sudut pandang Natural Intelligence berikut ini:
 
1.      Jauhilah pengaruh negatif dari lingkungan.  Hal paling mendasar yang perlu Anda lakukan dalam proses akuisisi adalah; menjauhi pengaruh negatif dari lingkungan disekitar Anda. Kenapa? Kebanyakan orang memandang buruk proses akuisisi, makanya mereka sering bersikap negatif terhadap gagasan sebagus apapun yang terkait akuisisi. Dan, biasa dong; mereka senang menarik teman-temannya untuk ikut bikin ribut. Waspadai itu. Proses akuisisi juga mungkin akan mengganggu kenyamanan orang-orang tertentu. Ada yang jabatannya turun. Ada yang otoritasnya diperkecil. Ada yang jalur cepatnya terhambat. Jika orang-orang yang terkena dampak ini tidak bersikap positif, biasanya ada saja 'efek samping' berupa perilaku 'sulit bekerjasama'. Wajar? Wajar dong. Siapa yang akan berdiam diri jika kepentingan pribadinya terganggu. Siapapun berhak untuk memperjuangkannya. Yang tidak wajar adalah ketika ada usaha-usaha untuk menggalang kekuatan masa yang bisa
dimanfaatkan oleh para 'pemancing diair keruh'. Khusus untuk Anda; jauhilah semua pengaruh dan ajakan negatif dari siapapun. Dan sokonglah setiap langkah positif, ikut sertalah, dan berperan aktiflah dalam usaha-usaha yang positif dan konstruktif.
 
2.      Tentukan sendiri masa depanmu. Dalam proses akuisisi atau merger, pertanyaan umum ini berbunyi nyaring; akan menjadi seperti apakah masa depan saya di perusahaan nanti? Sejauh pengalaman dan pengamatan saya, merger atau akuisisi itu selalu berdampak positif kepada pekerja dengan 2 kualitas, yaitu; mereka yang berkinerja bagus, dan mereka yang kooperatif terhadap kebijakan yang diambil oleh managemen. Jadi kesimpulannya; setiap orang memiliki pilihannya sendiri untuk menentukan apakah proses akuisisi itu berdampak baik bagi dirinya atau malah berdampak buruk? Anda yang memenuhi dua criteria itu – berkinerja tinggi dan kooperatif – tidak perlu mengkhawatirkan apapun. Justru dengan dua kualitas yang Anda miliki itu, nilai Anda dimata management menjadi sangat tinggi. Banyak bukti bahwa karyawan di perusahaan yang 'mengakuisisi' pun malah tidak diberi peran signifikan. Justru orang-orang bagus dari perusahaan yang diakuisisi itu malah
mendapatkan kepercayaan besar untuk memainkan peran yang lebih besar. So, jika Anda menghadapi proses akusisi, ubahlah pertanyaan "Akan menjadi seperti apakah masa depan saya di perusahaan nanti?" menjadi; "Apa yang bisa saya lakukan untuk membuat masa depan karir saya lebih baik setelah akuisisi ini?" Andalah yang menentukan masa depan karir Anda, bukan management perusahaan yang mengakuisisi.
 
3.      Belajarlah beradaptasi dengan hal baru. Akuisisi selalu berarti hal baru. Hal ini tidak hanya berlaku bagi karyawan di perusahaan yang 'diakuisisi', melainkan juga karyawan di perusahaan yang 'mengakuisisi'. Jangan kira hanya Anda yang terkena dampaknya. Mereka pun sama kok. Hal baru ini berlaku untuk seluruh elemen perusahaan sehingga tak seorang pun terbebas dari kemungkinan mendapatkan hal-hal baru. Oleh karena itu, kita harus belajar untuk beradaptasi dengan hal baru. Mungkin suasana kerjanya baru. Mungkin managemen baru. Mungkin tuntutan baru. Mungkin kebijakan baru. Bisa berupa hal baru apa saja. Bayangkan jika Anda tidak mampu beradaptasi dengan hal-hal baru itu; Anda akan tertinggal. Adaptasi. Itulah kata kunci yang selalu bisa kita andalkan. Tidak satupun kondisi lingkungan yang bisa mengalahkan orang-orang yang mampu beradaptasi. Karena orang-orang yang mampu beradaptasi selalu bisa menempatkan dirinya 'sesuai' dengan
kondisi lingkungan tempat tinggalnya. Ini contoh nyata; seorang teman biasa datang telat ke kantor. Eh, tiba-tiba perusahaannya diakuisi perusahaan asing yang terkenal keras soal kedisiplinan. Selama ini, atasannya yang lebih muda tidak berani menegurnya. Setelah akuisisi itu, dia tidak berhadapan dengan atasan. Dia berhadapan dengan system absensi dan managemen kinerja yang tertata rapi. Bisakah Anda membayangkan apa yang akan terjadi pada orang itu jika tidak mau beradaptasi? Hmmh, makanya; belajarlah beradaptasi dengan hal baru.
 
4.      Lahirlah kembali sebagai pribadi baru. Akuisisi sering memberi kita kesempatan untuk terahir kembali sebagai pribadi baru. Kenapa? Karena begitu banyak hal yang selama ini tidak kita lakukan meskipun kita memiliki kesempatan. Oh ya? Iya. Mungkin selama ini kita tidak terlampau bersungguh-sungguh mengeksplorasi seluruh kapasitas diri yang kita miliki. Mungkin selama ini kita sudah terbawa arus lingkungan yang terbiasa berleha-leha. Mungkin selama ini, kita terlalu banyak menyia-nyiakan kesempatan untuk mengembangkan diri. Akuisisi adalah momentum yang tepat bagi Anda untuk memulai tindakan-tindakan konstruktif yang jauuuuuuh lebih baik daripada yang biasanya Anda lakukan selama ini. Jika akuisisi itu menjadikan perusahaan Anda seolah terlahir kembali menjadi organisasi baru yang lebih besar, lebih kokoh, lebih bonafide; mengapa Anda tidak menjadikan momentum akuisisi itu sebagai titik permulaan dari proses tumbuh kembangnya pribadi Anda yang
lebih terampil, lebih rajin, lebih berdisiplin, lebih berdedikasi, sehingga Anda bisa menjadi seorang profesional yang juga jauuuuuuuh lebih baik dari kebanyakan karyawan lainnya. Anda, bisa menggunakan proses akuisisi itu sebagai momentum untuk terlahir kembali sebagai pribadi baru.
 
5.      Jadilah pribadi yang layak dinilai tinggi. Banyak orang yang selama ini merasa kurang diapresiasi. Ketahuilah bahwa dalam setiap proses akuisi selalu ada sebuah assessment yang 'pasti' dilakukan oleh perusahaan yang mengakuisisi. Tahukah Anda apa itu? Itu adalah assessment terhadap 'sumber daya manusia'. Banyak akuisisi yang yang mensyaratkan agar karyawan dipertahankan, entah seluruhnya atau hanya sebagian. Sebagai bagian dari negosiasi, perusahaan yang mengakuisisi akan mengabulkannya dengan satu syarat; karyawan memenuhi criteria standar minimal mereka. Maka ketahuilah juga bahwa sejak hari pertama proses akusisi itu berlangsung; perusahaan yang mengakuisisi memantau secara ketat setiap individu yang berada dalam organisasi itu. Supaya gampang, saya pesankan; ingatlah 2 hal yang saya jelaskan dalam poin #2 diatas. Anda masih mengingatnya? Ya – kinerja tinggi dan kooperatif. Fokuslah kepada 2 hal itu. Perbaiki kinerja Anda
melalui proses kerja yang jauh lebih baik dari sebelumnya. Tunjukkan bahwa Anda benar-benar memiliki kemauan untuk bekerja dengan sebaik-baiknya. Dan tunjukkanlah bahwa Anda bersedia bersikap kooperatif dengan perusahaan. Percayalah, jika dalam dua aspek itu Anda bagus, maka Anda akan mendapatkan penilaian yang tinggi. Dan Anda, akan baik-baik saja.
 
Diakui atau tidak, proses akuisisi selalu melahirkan kecemasan khususnya bagi mereka yang berada pada posisi diakuisisi. Sekarang, izinkan saya untuk mengatakan kepada Anda bahwa akuisisi adalah sebuah kata yang berarti 'terbukanya ribuan bahkan jutaan kesempatan'. Tidak ada yang perlu Anda cemaskan selama Anda bisa menempatkan diri dan menunjukkan kemampuan yang tinggi. Tidak ada yang perlu Anda khawatirkan jika Anda bersikap koperatif sambil terus menerus menunjukkan kualitas kerja yang berkelas. Karena bagi mereka yang memiliki kualitas kelas atas itu; akuisisi tidak menimbulkan dampak apapun selain kebaikan. So, sekarang Anda sudah tahu apa yang harus dilakukan ketika perusahaan Anda diakuisisi. Bisa?
 
Mari Berbagi Semangat!
DEKA - Dadang Kadarusman – 27 Desember2011
Trainer of Natural Intelligence Leadership Training
Penulis buku"Natural Intelligence Leadership"(Sedang dicetak di penerbit)
 
Catatan Kaki:
Akuisisi selalu berdampak positif bagi orang-orang yang berkinerja tinggi dan bersikap kooperatif
 
Silakan di-share jika naskah ini Anda nilai bermanfaat bagi yang lain, langsung saja; tidak usah minta izin dulu. Tapi tolong, jangan diklaim sebagai tulisan Anda sendiri supaya pahala Anda tidak berkurang karenanya.
 
Tentang Dadang Kadarusman
~ Spesialisasi training di bidang: NATURAL INTELLIGENCE dan penerapannya dalam LEADERSHIP, PERSONNEL DEVELOPMENT dan PERSONAL EXCELLENCE ~ (Phone: 0812 19899 737 – www.dadangkadarusman.com )

Follow DK on Twitter @dangkadarusman
Recent Activity
Visit Your Group
Y! Messenger

Group get-together

Host a free online

conference on IM.

Share Photos

Put your favorite

photos and

more online.

Y! Groups blog

the best source

for the latest

scoop on Groups.

Need to Reply?

Click one of the "Reply" links to respond to a specific message in the Daily Digest.

Create New Topic | Visit Your Group on the Web
MARKETPLACE

Stay on top of your group activity without leaving the page you're on - Get the Yahoo! Toolbar now.

Tidak ada komentar: