Rabu, 18 Januari 2012

[daarut-tauhiid] Sukuri Dulu Hidup Kita

 


Sukuri Dulu Hidup Kita
 
Kemarin saat tengah mengurus perpanjangan passport di
Kantor Imigrasi, saya duduk bersebelahan dengan seorang wanita seusia saya.
Beberapa saat kemudian, kami terlibat dalam obrolan tentang berbagai Negara yang
pernah disinggahinya. "Saya sudah ke dua puluh lima Negara loh…" ujarnya. Saya
berdecak kagum mendengar berbagai pengalamannya sementara ia masih terus
bercerita satu Negara ke Negara lainnya. Beragam keunikan Negara-negara
digambarkannya, dari hal terindah sampai pengalaman buruk di beberapa Negara. Sempat
terbersit, "beruntung sekali hidupnya, bisa menyambangi berbagai Negara"
 
Setelah cukup lama bercerita, tiba-tiba ia bertanya, "Anda
sudah berapa Negara yang dikunjungi?" saya bilang, "hanya beberapa saja."
 
"Lalu sekarang mau kemana?" tanyanya lagi.
"Umroh, insya Allah" jawab saya singkat.
 
"Nah itu dia mas... mas beruntung sekali. Dari semua Negara
yang pernah saya kunjungi, belum pernah sekalipun saya ke tanah suci. Saya iri
dengan mas…" kali ini ia sedikit terbata-bata. Matanya menyiratkan bahwa ia
ingin sekali ke tanah suci.
 
Beberapa bulan yang lalu, seorang rekan saya yang bekerja
di International Committee Red Cross (ICRC) hendak berangkat ke Thailand. Saya pun
berujar, "Beruntung sekali, ikut dong. Itu salah satu Negara yang ingin sekali
saya kunjungi loh…". Lalu dengan enteng dia menanggapi, "Kamu lebih beruntung
sahabatku. Saya lebih iri dengan kamu yang sudah pernah ke Gaza, Palestina.
Semua orang bisa dengan mudah ke Thailand, tapi tidak semua orang bisa dengan
mudah ke tanah para Nabi, Palestina". Kalimatnya menghentak kesadaran saya.
 
Setiap kali melihat orang berangkat ke kantor,
beraktifitas rutin dengan menampakkan kesibukannya, saya kadang berpikir, "beruntung
sekali orang-orang itu ya, punya pekerjaan rutin yang membuatnya terlihat lebih
aktif". Namun sekali lagi yang tersadar dengan keberuntungan yang saya miliki
sendiri, saat orang-orang yang aktif bekerja sehari-hari itu malah berkata, "Enak
ya jadi orang seperti Anda, bisa lebih sering berada di tengah-tengah keluarga,
nggak kena macet setiap hari, nggak pusing oleh tekanan atasan atau ulah teman
sekerja. Anda memang tidak seperti saya, punya penghasilan tetap. Tapi Anda
tetap berpenghasilan kan? " Saya tersenyum.  
 
Saat silaturahim ke rumah saya beberapa waktu lalu,
seorang rekan saya bilang, "Enak ya tinggal di komplek, tenang, rumahnya rapi,
jalanannya bersih, ke Mall juga dekat. Nggak seperti di kampung tempat saya,
kalau hujan jalannya becek, rumahnya nggak beraturan, jauh kemana-mana …"
 
Giliran saya ke rumahnya, justru saya bilang, "ya enakan
disini, lebih asri, masih banyak pohon, dan yang paling penting suasana
kekeluargaan antar tetangga lebih terasa, lebih akrab, ramah dan bersahabat.
Jauh dari Mall lebih baik, karena kita dan anak-anak jadi nggak konsumtif. Yah
ada plus minusnya lah, yang penting kita sukuri saja, itu yang membuat kita
merasa betah dan nyaman  tinggal
dimanapun".
 
Teman saya yang lain beda kasus, kali ini soal pasangan
hidup. Waktu main ke rumahnya sambil berbisik dia bilang, "isteri saya tuh
nggak ngikutin trend, nggak tahu informasi yang berkembang, komputer nggak
bisa. Saya lihat orang lain isterinya kelihatan cerdas, tahu teknologi dan
informasi, perkembangan politik pun paham…"
 
Sejenak kemudian isterinya datang membawa kopi dan kue.
Saya seruput kopinya dan cicipi kue buatannya. "Subhanallah, ini kopi dan
kuenya nikmat sekali…" Teman saya langsung komentar bangga, "kalau urusan bikin
kopi, bikin kue, masak segala jenis makanan, isteri saya jagonyaaaa …" Tak lama
kemudian kami makan bersama di rumahnya dan memang benar, masakan isterinya
super lezat dan nikmat, apalagi sambalnya, wuihh.
 
"nggak apa-apa nggak ngerti komputer, nggak paham politik
atau nggak ngikutin trend, tapi isteri jago masak begini orang lain belum tentu
punya bro …" Eh dia cuma nyengir tanda sepakat. Sobat, kadang kita iri dengan
kehidupan orang lain, padahal kita memiliki kehidupan yg patut disukuri.  (Gaw, Life-Sharer) 
Bayu Gawtama

LifeSharer
SOL - School of Life

085219068581 - 087878771961

twitter:
@bayugawtama

@schoolof_life

[Non-text portions of this message have been removed]

__._,_.___
Recent Activity:
====================================================
Pesantren Daarut Tauhiid - Bandung - Jakarta - Batam
====================================================
Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
====================================================
       website:  http://dtjakarta.or.id/
====================================================
.

__,_._,___

Tidak ada komentar: