Rabu, 25 Januari 2012

[daarut-tauhiid] Kesyirikan Sekarang Lebih Parah daripada Kesyirikan Kaum Musyrikin di Masa Rasulullah dan Memberantas Noda-Noda Syirik Kita

 

Kesyirikan Sekarang Lebih Parah daripada Kesyirikan Kaum Musyrikin
di Masa Rasulullah dan Memberantas Noda-Noda Syirik Kita
 
A. KESYIRIKAN SEKARANG
LEBIH PARAH DARIPADA KESYIRIKAN KAUM MUSYRIKIN DI MASA RASULULLAH
 
Asy-Syaikh Muhammad bin Abdul
Wahhab dalam kitab Qawaidul Arba' berkata,
 
"Kaum
musyrikin pada zaman kita ini lebih besar kesyirikannya dari pada (kaum
musyrikin) terdahulu, karena (kaum musyrikin) dahulu berbuat syirik (ketika)
keadaan senang dan mereka ikhlas dalam keadaan susah. Sementara kaum musyrikin
zaman kita, kesyirikan mereka terus-menerus dalam keadaan senang maupun susah,
dan dalilnya adalah firman Allah subhanahu wa ta'ala:
 
"Maka
apabila mereka naik kapal mereka mendo'a kepada Allah dengan memurnikan
ketaatan kepada-Nya; maka tatkala Allah menyelamatkan mereka sampai kedarat,
tiba-tiba mereka (kembali) mempersekutukan (Allah)." (Al Ankabut: 65)
 
Beliau
(Syaikh Shalih Al-Fauzan) menjelaskan:
 
Bahwa
kaum musyrikin pada zaman kita ini lebih besar kesyirikannya dari pada (kaum
musyrikin) terdahulu yang Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam diutus kepada
mereka.
 
Adapun
sebabnya telah jelas, Allah subhanah wa ta'ala mengabarkan bahwa kaum musyrikin
terdahulu ikhlas kepada Allah subhanahu wa ta'ala ketika mengalami kesusahan
dan tidak berdoa kepada selain Allah subhanahu wa ta'ala, karena mereka tahu
tidak ada yang dapat melepaskan seseorang dari kesusahan kecuali Allah
subhanahu wa ta'ala, sebagaimana dinyatakan oleh Allah subhanahu wa ta'ala:
 
"Dan
apabila kamu ditimpa bahaya dilautan, niscaya hilanglah siapa yang kamu seru
kecuali Dia. Maka tatkala Dia menyelamatkanmu ke daratan, kamu berpaling. Dan
manusia adalah selalu tidak berterima kasih." (Al Isra': 67)
 
Dalam
ayat yang lain:
 
"Dan
apabila mereka dilamun ombak yang besar seperti gunung, mereka menyeru Allah
dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya"; yaitu mengikhlaskan doa pada-Nya."(Al
Luqman: 32)
 
"Maka
tatkala Allah menyelamatkan mereka sampai di daratan, lalu sebagian mereka
tetap menempuh jalan yang lurus." (Luqman: 32)
 
Dan
dalam ayat yang lain:
 
"Maka
tatkala Allah menyelamatkan mereka sampai ke darat, tiba-tiba mereka (kembali)
mempersekutukan (Allah)." (Al Ankabut: 65)
 
Orang-orang
musyrikin terdahulu berbuat syirik (ketika) mereka dalam keadaan senang. Mereka
berdoa kepada berhala, batu-batu dan pohon-pohon. Adapun ketika terjatuh dalam
kesusahan dan hampir mengalami kehancuran, mereka tidak berdoa kepada berhala,
tidak pada pohon, tidak pula pada batu dan mahluk apapun –mereka- hanya berdoa
kepada Allah subhanahu wa ta'ala saja. Maka, jika tidak ada yang dapat
melepaskan seseorang dari kesusahan kecuali Allah subhanahu wa ta'ala,
bagaimana berdoa kepada selain-Nya dalam keadaan senang???
 
Sementara
kaum musyrikin pada zaman sekarang yakni orang-orang mutaakhirin yang melakukan
kesyirikan dari umat Muhammad shallallahu'alaihi wa sallam ini, sesunggunya
kesyirikan mereka terus –menerus baik dalam keadaan senang maupun susah.
(Ketika senang) mereka tidak mengikhlaskannya untuk Allah subhanahu wa ta'ala
tidak pula dalam keadaan susah. Bahkan tatkala bertambah kesusahan mereka,
bertambah pula kesyirikan dan panggilan mereka kepada Hasan, Husain, Abdul
Qadir, Rifa'i serta selain itu, dan ini adalah perkara yang telah diketahui.
 
Disebutkan
pula oleh mereka terjadinya keajaiban di lautan, bahwa ketika mengalami perkara
yang susah mereka memanggil nama-nama para wali dan orang-orang shalih serta
beristighotsah kepada mereka, karena para da'i kebathilan dan kesesatan berkata
kepada mereka: "Kami menyelamatkan kalian dari lautan, maka jika kalian
tertimpa sesuatu panggillah nama-nama kami, kami akan menyelamatkan kalian."
 
Jika
kalian mau, bacalah "Thabaqat Sya'rani", maka didalamnya akan terdapat
(cerita-cerita) yang membuat gemetar kulit-kulit tentang apa yang dinamakan
karamahnya para wali, bahwa mereka menyelamatkan dari lautan. Tangan mereka
menjulur ke lautan dan membawa kapal semuanya lalu mengeluarkannya ke darat
sementara tidak basah lengan-lengannya, dan selain itu dari kebathilan dan
khurafat mereka. Maka mereka terus-menerus melakukan kesyirikan baik dalam
keadaan senang maupun susah, bahkan kesyirikan mereka lebih besar dibanding
kaum musyrikin terdahulu.
 
Dan juga sebagaimana dikatakan
oleh Syaikh (Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah) dalam kitab Kasyfu
Syubhat,
 
"Sisi
yang lain, bahwasanya kaum musyrikin dahulu menyembah orang-orang shalih dari
kalangan malaikat, para nabi dan para wali –sedangkan (kaum musyrikin
sekarang)- mereka menyembah manusia yang paling jahat, dalam keadaan mereka
mengetahui hal itu.
 
(Mereka
menyembah) orang yang mereka namakan Al Aqthab dan Al Aghwaats, padahal mereka
itu tidak shalat, tidak berpuasa, serta tidak menjaga diri dari zina, liwath
(homo sex) dan perbuatan keji (lainnya). Karena –menurut persangkaan mereka-
(Al Aqthab dan Al Aghwaats) tidaklah memiliki taklif (beban syariat), sehingga
tidak ada (baca: tidak berlaku) halal dan haram bagi mereka, karena halal dan
haram hanyalah untuk orang awam".
 
Syaikh
rahimahullah membawakan dalil bahwa musyrikin mutaakhirin (zaman ini) lebih
besar dan lebih keras kesyirikannya dari pada (musyrikin) terdahulu, karena
(musyrikin) dahulu mereka ikhlas (kepada Allah subhanahu wa ta'ala) dalam
keadaan susah dan berbuat syirik dalam keadaan senang, beliau berdalil dengan
firman Allah subhanahu wa ta'ala:
 
"Maka
apabila mereka naik kapal mereka mendo'a kepada Allah dengan memurnikan
ketaatan kepada-Nya." (Al Ankabut: 65)
 
Mudah-mudahan
shalawat dan salam Allah subhanahu wa ta'ala atas Nabi kita Muhammad
shallallahu'alaihi wa sallam, keluarga serta seluruh sahabatnya.
 
Sumber:
http://ulamasunnah.wordpress.com (dengan sedikit edit "pengurangan" dari teks
asli)
 
 
B. MEMBERANTAS
NODA-NODA SYIRIK KITA
 
Syirik
merupakan bahaya yang terbesar dan penyakit yang paling berbahaya. Saya
cantumkan pembahasan syirik dalam pembahasan penyakit hati ini karena sumber
kesyirikan bermula dari keyakinan (i'tiqad) yang ada di dalam hati. Perlu
pembaca ketahui bahwa ulama membagi jenis syirik menjadi dua bagian :

a) Syirik Akbar (besar)

- Yang tidak diampuni (apabila pelakunya mati dan belum bertaubat).

- Diharamkan baginya Surga.

- Kekal di dalam neraka.

- Membatalkan semua amalan-­amalan yang lalu.

b) Syirik Ashghar (kecil)

- Di bawah kehendak Allah. Kalau Allah ampuni pelakunya maka tidak diadzab dan
kalau tidak diampuni, pelakunya masuk terlebih dahulu di neraka meskipun
setelah itu dimasukkan ke dalam Surga.

- Tidak kekal dalam neraka (kalau dia dimasukkan ke dalam neraka).

- Tidak membatalkan semua amalan tetapi sebatas yang dilakukan.

- Tidak diharamkan baginya Surga.

Penjelasan
Syirik Akbar

Sebagaimana penjelasan di atas, syirik akbar merupakan dosa yang terbesar yang
tidak akan diampuni oleh Allah apabila tidak bertaubat. Allah Ta'ala berfirman
:

artinya: "Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik dan Dia
mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu bagi siapa yang
dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah maka sungguh ia telah
berbuat dosa yang besar." (QS. An Nisa' : 48)[1]

Juga pelaku Syirik Akbar tempat kembalinya adalah neraka dan diharamkan baginya
Surga.

Allah Ta'ala berfirman :

artinya: "Sesungguhnya telah kafirlah orang­-orang yang berkata : 'Sesungguhnya
Allah itu ialah Al Masih putera Maryam.' Padahal Al Masih (sendiri) berkata :
'Hai Bani Israil, sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhanmu.' Sesungguhnya orang yang
mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah maka pasti Allah mengharamkan kepadanya
Surga dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang yang dhalim itu
seorang penolong pun." (Al Maidah : 72)

Sedangkan dalil yang menunjukkan bahwa syirik akbar menggugurkan amalan-amalan
adalah firman Allah Ta'ala : "Itulah petunjuk Allah yang dengannya Dia memberi
petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya.
Seandainya mereka mempersekutukan Allah niscaya lenyaplah dari mereka amalan
yang telah mereka kerjakan." (QS. Al An'am : 88)

Macam-Macam
Syirik Akbar

Macam-macam dari Syirik Akbar ini sangat banyak sekali, tetapi bisa kita
kelompokkan menjadi tiga bagian :

1) Syirik di dalam Al Uluhiyyah

Yaitu kalau seseorang menyakini bahwa ada tuhan selain Allah yang berhak untuk
disembah (berhak mendapatkan sifat-sifat ubudiyyah). Yang mana Allah Subhanahu
wa Ta'ala dalam berbagai tempat dalam Kitab-Nya menyeru kepada hamba-Nya agar
tidak menyembah atau beribadah kecuali hanya kepada-Nya saja. Firman Allah
Ta'ala :

"Wahai manusia sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dan orang-orang
yang sebelummu agar kamu bertakwa. Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan
bagimu dan langit sebagai atap dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit lalu
Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezeki untukmu
karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah padahal kamu
mengetahuinya." (QS. Al Baqarah : 21-22)

Perintah Allah dalam ayat ini agar semua manusia[2] beribadah kepada Rabb
mereka dan bentuk ibadah yang diperintahkan antara lain syahadat, shalat,
zakat, shaum, haji, sujud, ruku', thawaf, doa, tawakal, khauf (takut), raja'
(berharap), raghbah (menginginkan sesuatu), rahbah (menghindarkan dari
sesuatu), khusu', khasyah, ­isti'anah (minta tolong), isti'adzah (berlindung),
istighatsah (meratap), penyembelihan, nadzar, sabar dan lain lain dari berbagai
macam ibadah yang diperintahkan oleh Allah dan Rasul-Nya.

Di sisi lain ada kerancuan yang terdapat di kalangan umum dalam memahami
ibadah. Mereka mengartikan ibadah dalam definisi yang sempit sekali seperti
shalat, puasa, zakat, haji. Ada pun yang lainnya tidak dikategorikan di
dalamnya.

Sungguh indah perkataan Syaikhul Islam Abul Abbas Ibnu Taimiyyah rahimahullah
dalam mendefinisikan ibadah, beliau berkata :

"Ibadah itu ialah suatu nama yang mencakup semua perkara yang dicintai Allah
dan diridhai-Nya, apakah berupa perkataan ataupun perbuatan, baik dhahir maupun
yang bathin."

Inilah pengertian ibadah yang sesungguhnya, yaitu meliputi segala perkara yang
dicintai dan diridlai Allah, baik itu berupa perkataan maupun perbuatan.

Firman Allah dalam surat Al Baqarah ayat 21 di atas menyatakan sembahlah Rabb
kamu, dimaksudkan untuk mendekatkan pemahaman kepada semua manusia bahwa Ar
Rabb yang wajib disembah adalah yang telah menciptakanmu dan orang-orang
sebelum kamu, yang menciptakan langit dan bumi serta yang mampu menurunkan air
(hujan) dari langit. Yang dengan air hujan itu dihasilkan segala jenis
buah-buahan sebagai rezeki bagi kalian agar kalian mengetahui semua. Maka
janganlah mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah dengan menyembah dan meminta
rezeki kepada selain-Nya. Apakah kalian tidak malu dan berpikir bahwa Allah
yang menghidupkan dan yang memberi rezeki kemudian kalian tinggalkan untuk
beribadah kepada selain-Nya?

Firman Allah Ta'ala : "Dan mereka menyembah selain Allah, sesuatu yang tak
dapat memberi rezeki kepada mereka sedikitpun dari langit dan bumi dan tidak
berkuasa (sedikit jua pun). Maka janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi
Allah. Sesungguhnya Allah mengetahui sedang kamu tidak mengetahui." (QS. An
Nahl : 73-74)

2) Syirik Di Dalam Ar Rububiyyah

Yaitu jika seseorang meyakini bahwa ada selain Allah yang bisa menciptakan,
memberi rezeki, menghidupkan atau mematikan, dan yang lainnya dari sifat-sifat
ar rububiyyah. Orang-orang seperti ini keadaannya lebih sesat dan lebih jelek
daripada orang-orang kafir terdahulu.

Orang-orang terdahulu beriman dengan tauhid rububiyyah namun mereka
menyekutukan Allah dalam uluhiyyah. Mereka meyakini kalau Allah satu-satunya
Pencipta alam semesta namun mereka masih tetap berdoa, meminta pada
kuburan-kuburan seperti kuburan Latta.

Sebagaimana Allah kisahkan tentang mereka :

Dan sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka : "Siapakah yang menjadikan
langit dan bumi dan menundukkan matahari dan bulan?" Tentu mereka akan menjawab
: "Allah." Maka betapakah mereka (dapat) dipalingkan (dari jalan yang benar).
(QS. Al Ankabut : 61)

Firman Allah Ta'ala : Dan sesungguhnya jika kamu menanyakan kepada mereka :
"Siapakah yang menurunkan air dari langit lalu menghidupkan dengan air itu bumi
sesudah matinya?" Tentu mereka akan menjawab : "Allah." Katakanlah : "Segala
puji bagi Allah." Tetapi kebanyakan mereka tidak memahami(nya)." (QS. Al
Ankabut : 63)

Firman Allah Ta'ala : Dan sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka : "Siapakah
yang menciptakan langit dan bumi?" Tentu mereka akan menjawab : "Allah."
Katakanlah : "Segala puji bagi Allah." Tetapi kebanyakan mereka tidak
mengetahuinya. (QS. Luqman : 25)

Firman Allah Ta'ala : Dan sungguh jika kamu tanyakan kepada mereka : "Siapakah
yang menciptakan langit dan bumi?" Niscaya mereka akan menjawab : "Semuanya
diciptakan oleh Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui." (QS. Az Zukhruf : 9)

Ayat-ayat ini semua menunjukkan kalau orang-orang musyrik terdahulu mengakui
Allah-lah satu­-satunya pencipta yang menciptakan langit dan bumi, yang
menghidupkan dan mematikan, yang menurunkan hujan dan seterusnya. Akan tetapi
mereka masih memberikan peribadatan kepada yang lainnya. Maka bagaimanakah
dengan orang-orang yang tidak meyakini sama sekali kalau Allah-lah Penciptanya
atau ada tuhan lain yang menciptakan, menghidupkan, dan mematikan, yang
menurunkan hujaan dan seterusnya atau ada yang serupa dengan Allah dalam
masalah-masalah ini. Tentu yang demikian lebih jelek lagi. Inilah yang dimaksud
syirik dalam rububiyah.

3) Syirik Di Dalam Al Asma' wa Ash
Shifat

Yaitu kalau seseorang mensifatkan sebagian makhluk Allah dengan sebagian
sifat-sifat Allah yang khusus bagi-Nya. Contohnya, menyakini bahwa ada makhluk
Allah yang mengetahui perkara­-perkara ghaib.

Firman Allah Ta'ala : "(Dia adalah Tuhan) yang mengetahui yang ghaib. Maka Dia
tidak memperlihatkan kepada seorang pun tentang yang ghaib itu." (QS. Al Jin :
26)

Lihat pembahasan selengkap­nya pada sub judul Keyakinan Adanya Makhluk Yang
Mengetahui Hal Yang Ghaib di belakang tulisan ini.

Penjelasan
Syirik Asghar

Meskipun dalam masalah ini ada khilaf (sebagaimana yang telah kita bahas di
atas) akan tetapi wajib bagi setiap Muslim untuk berhati-hati terhadap penyakit
ini dan jangan menganggap remeh. Pelakunya diwajibkan untuk bertaubat. Di
antara yang dikategorikan dalam Syirik Ashghar antara lain :

a) Ar Riya' (mengamalkan suatu ibadah
supaya dilihat manusia dalam rangka mendapatkan popularitas). Meskipun syirik
ini tidak membatalkan semua amalan secara keseluruhan namun ia membatalkan
amalan yang diniatkan untuk manusia tersebut. Maka wajib bagi pelakunya untuk
bertaubat.

Firman Allah yang menerang­kan bahwa riya' itu membatalkan amalan yang disertai
riya' tersebut adalah sebagai berikut : "Hai orang-orang yang beriman,
janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan
menyakiti (perasaan si penerima) seperti or­ang yang menafkahkan hartanya
karena riya' kepada manusia dan tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka
perumpamaan or­ang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah kemudian
batu itu ditimpa hujan lebat lalu menjadilah dia bersih (tidak bertanah).
Mereka tidak berkuasa sedikit pun dari apa yang mereka usahakan dan Allah tidak
memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir." (QS. Al Baqarah : 264)

Sabda Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam : Diriwayatkan dari Mahmud bin
Labid bahwa dia berkata Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam berkata :
"Suatu ketakutan yang pal­ing aku takutkan dari kalian adalah syirik kecil."
Kemudian ditanyakan tentang syirik itu, beliau menjawab : "Riya'." (HR. Ahmad)

Dan juga Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam bersabda : Dari Abu Hurairah
radliyallahu anhu, bersabda Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam : "Allah
Ta'ala berfirman : 'Barangsiapa melakukan suatu amalan kemudian ia jadikan
bersama Allah sekutu dalam amalan itu maka Allah tinggalkan amalan tersebut dan
sekutunya.'" (HR. Muslim)

Dalam masalah membatalkan amalan, riya' ini terbagi menjadi dua bagian :

1. Apabila riya' sejak awal, yaitu bahwa orang tersebut dalam melakukan
amalannya sudah mempunyai niat untuk riya'. Yang seperti ini membatalkan
amalan.

2. Apabila datang dengan tiba-­tiba di tengah-tengah atau di akhir amalan dan
orang tersebut berusaha untuk menolak atau menghilangkan dari hatinya. Maka
yang seperti ini tidak sampai membatalkan amalannya.

b) Sum'ah (mengamalkan suatu ibadah
supaya didengar orang lain dalam rangka mendapatkan popularitas). Pada
hakekatnya sum'ah merupakan riya' juga.

Dua penyakit ini yang sangat rawan dalam hati karena sangat samar tidak
terlihat oleh mata sehingga seorang Muslim harus sangat berhati-hati. Ayat Al
Qurr'an dalam surat Al Baqarah 264 serta hadits Rasulullah Shallallahu 'Alaihi
Wa Sallam dari shahabat Mahmud bin Labid di atas menjadi perhatian bagi kita
bahwa Allah Subhanahu wa Ta'ala memanggil dengan panggilan 'Wahai orang-­orang
yang beriman' dan Rasulullah mengkhawatirkan riya' tersebut akan menimpa para
shahabat. Hal ini menunjukkan bahwa orang Mukmin pun apabila tidak hati-hati
akan terkena penyakit ini. Mudah-mudahan Al­lah selamatkan kita darinya.

Pembaca yang semoga dimuliakan Allah, Syirik Akbar dan Syirik Ashghar memiliki
cabang yang sangat banyak dan memerlukan pembahasan yang sangat panjang. Tidak
mungkin kita paparkan dalam satu kali ­pertemuan. Tetapi yang penting untuk
kita ketahui adalah sifat atau ciri-ciri dari keduanya serta bahayanya sehingga
kita berhati-­hati terhadap kedua-duanya. Barangsiapa yang jatuh ke dalam salah
satu di antara dua jenis syirik ini hendaknya ia segera bertaubat.

Firman Allah Ta'ala :

artinya: "Dan bersegeralah kamu kepada ampunan Tuhanmu dan kepada Surga yang
luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang
bertakwa." (QS. Ali Imran : 133)

Firman Allah Ta'ala :

"Kecuali orang-orang yang bertaubat, beriman, dan mengerjakan amal shalih maka
kejahatan mereka diganti oleh Allah dengan kebajikan. Dan adalah Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. Al Furqan : 70)

Firman Allah Ta'ala :

Katakanlah : "Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka
sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah
mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah yang Maha Pengampun lagi
Maha Penyayang." (QS. Az Zumar : 53)

Keyakinan Adanya
Makhluk Allah Yang Mengetahui Hal Ghaib

Meyakini adanya makhluk Al­lah yang mengetahui perkara­-perkara ghaib termasuk
salah satu dari bentuk-bentuk kesyirikan. Karena salah satu dari aqidah Ahlus
Sunnah wal Jamaah adalah meyakini bahwa tidak ada satu pun dari makhluk Allah
yang ada di langit (seperti malaikat) ataupun di bumi (seperti Nabi-Nabi dan
manusia atau jin) yang mengetahui hal ghaib.

Di antara dalil-dalil yang menunjukkan keyakinan Ahlus Sunnah ini adalah
sebagai berikut :

1) Secara Umum Tidak Ada Satu Makhluk
Pun Yang Mengetahui Hal Ghaib

Dalil-dalil yang menunjukkan secara umum tidak adanya satu makhluk pun yang
mengetahui hal-hal ghaib. Seperti ucapan Allah dalam surat Hud : "Dan kepunyaan
Allah-lah apa yang ghaib di langit dan di bumi dan kepada-Nya-lah dikembalikan
urusan-urusan semuanya. Maka sembahlah Dia dan bertawakallah kepada-Nya. Dan
sekali-kali Tuhanmu tidak lalai dari apa yang kamu kerjakan." (QS. Hud : 123)

Dan firman Allah dalam surat Al Jin : "(Dia adalah Tuhan) yang mengetahui yang
ghaib. Maka Dia tidak memperlihatkan kepada seorang pun tentang yang ghaib
itu." (QS. Al Jin : 26)

2) Malaikat Tidak Mengetahui Hal Yang
Ghaib

Para malaikat walaupun mereka adalah makhluk Allah yang paling dekat dengan-Nya
juga tidak mengetahui hal yang ghaib kecuali terhadap masalah-masalah yang
Allah beritahukan kepada mereka. Di antara dalilnya adalah ucapan Allah dalam
surat Al Baqarah 32 : Mereka menjawab : "Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami
ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami, sesungguhnya
Engkaulah yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana." (QS. Al Baqarah : 32)

Dan firman Allah Subhanahu wa Ta'ala dalam surat As Saba' 23 : Dan tiadalah
berguna syafaat di sisi Allah melainkan bagi orang yang telah diijinkan-Nya
memperoleh syafaat itu. Sehingga apabila telah dihilangkan ketakutan dari hati
mereka, mereka berkata : "Apakah yang telah difirmankan oleh Tuhanmu?" Mereka
menjawab : "(Perkataan) yang benar." Dan Dia-lah Yang Maha Tinggi lagi Maha
Besar." (QS. As Saba' : 23)

Dalam ayat ini diceritakan bahwa malaikat bertanya-tanya tentang apa yang baru
dikatakan oleh Rabbnya. Ini menunjukkan kalau malaikat pun tidak mengetahui
yang ghaib.

3) Rasulullah Serta Para Nabi Tidak
Mengetahui Tentang Hal Ghaib

Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam serta para Nabi dan Rasul tidak ada
satu pun dari mereka yang mengetahui hal ghaib kecuali perkara-perkara ghaib
yang telah Allah beritakan kepadanya.

Adapun apa yang dikecualikan oleh Allah setelah ayat 26 dalam surat Al Jin di
atas adalah tidak mutlak. Ketika Allah mengatakan kecuali Rasul yang diridlai
artinya kecuali Rasul yang diberitahu sebagian tentang hal-hal ghaib. Adapun
yang tidak diberitahukan oleh Allah kepadanya, Rasul pun tidak mengetahuinya.
Dengan demikian Rasulullah tidak mengetahui hal yang ghaib secara mutlak. Yang
mengetahui hal-hal ghaib secara keseluruhan dan mutlak hanyalah Allah. Tidak
ada satupun makhluk yang mengetahuinya. Allah berfirman memerintahkan kepada
Nabi-Nya untuk menyatakan bahwa dirinya tidak mengetahui hal yang ghaib :
Katakanlah : "Aku tidak berkuasa menarik kemanfaatan bagi diriku dan tidak
(pula) menolak kemudharatan kecuali yang dikehendaki Allah. Dan sekiranya aku
mengetahui yang ghaib tentulah aku membuat kebajikan sebanyak-banyaknya dan aku
tidak akan ditimpa kemudharatan. Aku tidak lain hanyalah pemberi peringatan dan
pembawa berita gembira bagi orang-orang yang beriman." (QS. Al A'raf : 188)

Beliau hanya mengetahui apa-apa yang diberitakan oleh Allah dalam wahyu-Nya
sebagaimana apa yang Allah katakan dalam firman­-Nya : Katakanlah : "Aku tidak
mengatakan kepadamu bahwa perbendaharaan Allah ada padaku dan tidak (pula) aku
mengetahui yang ghaib dan tidak (pula) aku mengatakan kepadamu bahwa aku
seorang malaikat. Aku tidak mengetahui kecuali apa yang diwahyukan kepadaku."
Katakanlah : "Apakah sama orang yang buta dengan orang yang melihat. Maka
apakah kamu tidak memikirkan(nya)?" (QS. Al An'am : 50)

Demikian pula ketika Allah Ta'ala berfirman menceritakan tentang ucapan Nabi
Nuh 'Alaihis Salam kepada kaumnya, juga meniadakan dari dirinya ilmu ghaib :

"Dan aku tidak mengatakan kepada kamu bahwa aku mempunyai gudang-gudang rezeki
dan kekayaan dari Allah dan tidak mengatakan bahwa aku mengetahui yang ghaib
dan tidak (pula) aku mengatakan bahwa sesungguhnya aku adalah malaikat dan
tidak juga aku mengatakan kepada orang-orang yang dipandang hina oleh
penglihatanmu (( : sekali-kali Allah tidak akan mendatangkan kebaikan kepada
mereka)). Allah lebih mengetahui apa yang ada pada diri mereka, sesungguhnya
aku kalau begitu benar-benar termasuk orang-orang yang dhalim." (QS. Hud: 31)

4) Jenis Jin Pun Tidak Mengetahui Hal
Ghaib

Bahkan makhluk dari jenis jin pun tidak mengetahui hal yang ghaib. Ini sebagai
bantahan langsung dari Allah kepada para dukun-dukun yang mengaku mengetahui
hal ghaib :

"Maka tatkala Kami telah menetapkan kematian Sulaiman, tidak ada yang
menunjukkan kepada mereka kematiannya kecuali rayap yang memakan tongkatnya.
Maka tatkala ia telah tersungur, tahulah jin itu bahwa kalau sekiranya mereka
mengetahui yang ghaib tentulah mereka tidak tetap dalam siksa yang
menghinakan." (QS. Saba' : 14)

5) Kahin (Dukun), Ahli Nujum, Dan
Musya'widzin (Tukang Sihir) Tidak Mengetahui Hal Ghaib

Kalau kita sudah mengetahui bahwa malaikat-malaikat dan Nabi-Nabi kemudian
jin-jin tidak ada yang mengetahui perkara ghaib apalagi para kahin[3],
dukun-dukun, ahli nujum[4], tukang ramal, musya'widzin (tukang sihir), dan
lain-lain.

Berikut ini firman Allah Ta'ala yang menerangkan bahwa mereka tidak mengetahui
hal ghaib.

Firman Allah Ta'ala : "Dan Allah sekali-kali tidak akan memperlihatkan kepada
kamu hal-hal yang ghaib." (QS. Ali Imran : 179)

Firman Allah Ta'ala : "Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib,
tak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri. Dan Dia mengetahui apa yang ada
di daratan dan di lautan dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia
mengetahuinya (pula) dan tidak jatuh sebutir biji pun dalam kegelapan bumi dan
tidak sesuatu yang basah atau yang kering melainkan tertulis dalam kitab yang
nyata (Lauh Mahfudh)." (QS. Al An'am : 59)

Firman Allah Ta'ala : "Dan kepunyaan Allah-lah apa yang ghaib di langit dan di
bumi dan kepada-Nya-lah dikembalikan semua urusan. Maka sembahlah Dia dan
bertawakallah kepada-Nya. Dan sekali-kali Tuhanmu tidak lalai dari apa yang
kamu kerjakan." (QS. Hud : 123)

Ayat-ayat ini semuanya mengajak bicara orang kedua dengan lafadh kamu tidak
mengetahui atau tidak memperlihatkan kepadamu dan seterusnya. Ini menunjukkan
kalau semua manusia tidak mengetahui hal yang ghaib termasuk dukun, tukang
sihir, paranormal, dan lain-lain.

Bahkan manusia itu sendiri tidak mengetahui berapa lamanya ia tidur sebagaimana
yang Allah kisahkan tentang ashabul kahfi yang tidur di dalam gua selama 309 ­tahun
:

Katakanlah : "Allah lebih mengetahui berapa lamanya mereka tinggal (di gua),
kepunyaan-Nya-lah semua yang ghaib (tersembunyi) di langit dan di bumi.
Alangkah terang penglihatan-Nya dan alangkah tajam pendengaran-Nya dan Dia
tidak mengambil seorang pun menjadi sekutu-Nya dalam menetapkan keputusan."
(QS. Al Kahfi : 26)

Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam bersabda berkaitan dengan masalah di
atas : Dari Abdullah bin Umar radliyallahu 'anhuma berkata, bersabda Rasulullah
Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam : "Kunci-kunci keghaiban ada lima. Tiada yang
mengetahui kelimanya kecuali Allah. Tiada seorang pun yang mengetahui apa-apa
yang dalam rahim kecuali Allah dan tiada seorang pun yang mengetahui (dengan
pasti) apa yang akan diusahakannya besok. Tiada seorang pun yang dapat
mengetahui di bumi mana dia akan mati, tiada seorangpun yang mengetahui kapan
datangnya hujan kecuali Allah dan tiada seorang pun yang mengetahui kapan
datangnya hari kiamat kecuali Allah." (Telah mengeluarkan hadits ini, Al
Bukhari dan Imam Ahmad dengan sanad yang shahih)

Maka para pembaca sekalian hendaknya mengambil pelajaran dan menyampaikannya
kepada orang yang belum mengetahui bahwa kita tidak perlu datang ke
dukun-dukun, tukang ramal, tukang sihir, 'orang pintar' atau ahli nujum, dan
lain-lain dengan tujuan untuk mengetahui perkara-perkara ghaib seperti siapa
jodohnya, darimana rezekinya, kapan ajalnya, dan seterusnya. Karena dua sebab :

Pertama, perbuatan itu sia-sia karena sesungguhnya kita telah menyakini bahwa
tidak ada yang mengetahui hal-hal ghaib kecuali Allah.

Kedua, kita telah berbuat suatu kesyirikan karena meyakini adanya 'alimul
ghaibi atau yang mengetahui keghaiban selain Allah yang berarti menyamakan
makhluk dengan khaliqnya dalam masalah mengetahui ilmu ghaib.­

Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam mengancam : "Barangsiapa yang
mendatangi dukun-dukun kemudian mempercayainya maka dia telah kafir dengan apa
yang telah diturunkan pada Muhammad."

Demikianlah, semoga Allah memberikan hidayah kepada kita dan seluruh kaum
Muslimin kepada jalan yang lurus dan selamat. Selamat dari kesyirikan dan
kesesatan di dunia dan selamat dari adzab Allah di akhirat.

Footnote:
[1] Dalam ayat ini Allah Subhanahu wa Ta'ala mengabarkan secara mutlak (umum).
Artinya, semua jenis syirik yang besar ataupun yang kecil kalau pelakunya mati
dan tidak sempat bertaubat tidak akan diampuni dosanya. Dalam masalah ini ulama
berbeda pendapat. Yang benar adalah pendapatnya jumhur ulama yaitu membedakan
antara syirik besar dan kecil. Sedang yang dimaksudkan oleh Allah dalam ayat
ini adalah syirik akbar (besar). Adapun syirik ashghar (kecil) menurut mereka
di bawah kehendak Allah (kalau Allah menghendaki mengampuni, pelakunya tidak
akan diadzab tetapi kalau Allah menghendaki untuk mengadzab, ia harus
dimasukkan terlebih dahulu ke dalam neraka meskipun setelahnya akan dimasukkan
ke dalam Jannah). Wallahu a'lam. Syaikh Shalih Al Utsaimin berkata : "Meskipun
dalam hal ini terdapat perbedaan tetapi yang wajib bagi setiap individu adalah
berhati-hati terhadap kedua-duanya (syirik besar maupun syirik kecil)."
[2] Manusia di sini mencakup yang Muslim ataupun yang kafir, pria ataupun
wanita, tua atau pun muda.
[3] Kahin (dukun) yaitu orang yang selalu mengabarkan kepada manusia tentang
sesuatu yang ghaib yang belum terjadi atau arraf (paranormal) yaitu yang selalu
memberitahukan tentang tempat barang-barang yang hilang, sihir dan kecurian,
atau nama pencurinya, siapa yang menyihir, dan lain-lainnya dari semua kejadian
yang telah lewat dan manusia tidak mengetahuinya.
[4] Orang yang mengatakan dirinya tahu tentang hal yang ghaib melalui
perbintangan dengan mempelajari gerak-geriknya untuk mengetahui
kejadian-kejadian yang ada di bumi.

Sumber: www.salafy.or.id

[Non-text portions of this message have been removed]

__._,_.___
Recent Activity:
====================================================
Pesantren Daarut Tauhiid - Bandung - Jakarta - Batam
====================================================
Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
====================================================
       website:  http://dtjakarta.or.id/
====================================================
.

__,_._,___

Tidak ada komentar: