Jumat, 13 Januari 2012

[daarut-tauhiid] Keakraban Tuhan

 


Keakraban Tuhan

Oleh : Maulana Syekh Muhammad Ali Hanafiah (Tuangku Hanafiah)

Guru Besar Tasawuf Islamic Centre Indonesia

Tuhan adalah Zat yang kita yakini sebagai Pencipta alam semesta yang
tiada batas, Maha Menguasai segala kekuasaan, menjadi sumber segala
pengetahuan, sumber intuisi yang tertinggi dan menjadi keyakinan yang
mutlak untuk dimiliki setiap manusia. Namun, apakah Tuhan yang kita
kenal ini, mempunyai batasan-batasan yang tertentu untuk diketahui
apalagi untuk didekati? Sungguh pemikiran yang dangkal jika Allah SWT
disembah hanya dalam konteks pangkat ke-Tuhanan-Nya di dunia ini. Allah,
sebagai Zat yang diyakini Pencipta dan sumber daripada segala kejadian,
sepantasnya untuk disembah. Akan tetapi, apakah cukup bagi kita mengenal
Dia hanya semata untuk ritual penyembahan, pengagungan dan sebagai
tempat pengaduan?

Tuhan tidak pernah membatasi keinginan hamba-hambaNya untuk mengenal dan
mendekati Zat-Nya. Setiap saat Dia membuka diri untuk didatangi dari
pintu mana saja. Ke-Tuhanan Dia di dunia ini bukan kabar pertakut untuk
membuat manusia sujud menyembah-Nya, seharusnya manusia menjadikan Tuhan
sebagai Zat yang akrab dengan sisi kehidupannya. Bukankah Tuhan Maha
dekat (QS 50 : 16), serta kehadiran kita di dunia maya ini adalah
sebagai wakil-wakil-Nya yang diberi anugrah jauh lebih sempurna jika
dibandingkan dengan kejadian makhluk lainnya. Dan kenapa kita harus
menjadikan Tuhan sebagai Zat yang tabu untuk dijangkau. Walau Tuhan
adalah Zat Yang Maha Tinggi, bukan berarti manusia tidak diperbolehkan
untuk mendekati dan menjangkau-Nya.

Sangat primitif jika Tuhan diletakkan hanya di mesjid-mesjid
tempat-tempat pengajian, sebagai kompunen dalam ibadah tanpa ada sedikit
kemauan untuk didekati dan dicintai. Ketahuilah, ibadah para nabi dan
rasul bukan sekedar penyembahan belaka, namun lebih menjurus kepada
bentuk keakraban hamba terhadap Tuhannya. Oleh sebab itu, benda mati
yang dijadikan berhala pada masa itu, tidak sanggup menandingi
kenikmatan para penyembah Allah SWT yang dapat menjalin hubungan akrab
dan membuahkan keyakinan kuat yang tak gentar dengan kematian.

Ber-Tuhan adalah untuk dinikmati. Orang-orang yang ber-Tuhan seharusnya
lebih tenang dan sejuk hati dan jiwanya (QS 13 : 28). Orang-orang yang
mengaku ber-Tuhan semestinya merasa selalu diawasi oleh tatapan Tuhan,
bahkan ia akan merasakan sekeliling diri dan lingkungannya merupakan
mata-mata Tuhan yang mengawasi segala gerakan dan perbuatannya.
Begitupun, orang yang mengaku dekat pada-Nya, niscaya ia selalu merasa
berhadapan setiap saat dengan Tuhannya (QS 2 : 115). Percayalah,
keimanan yang kuat tidak akan dimiliki sebelum kita menyaksikan Allah
SWT melebihi dari kenyataan sebuah bukit yang berada di depan mata.
Maka, wajarlah bukit Thur Sina hancur di depan mata Nabi Musa as, karena
kenyataan Allah SWT melebihi dari kenyataan sebuah bukit di depan mata.

Tuhan adalah Zat Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang kepada makhluk
ciptaan-Nya. Kecintaan-Nya melebihi dari Kesombongan-Nya, Kasih
Sayang-Nya melebihi dari Amarah-Nya. Tuhan bagaikan Raja yang tinggal di
setiap rumah rakyatnya. Ia mengetahui dan memahami apa yang terjadi di
dalam setiap rumah rakyatnya. Dan Dia selalu dekat dan akrab dengan
kehidupan rakyatnya. Raja yang bersinggasana dalam setiap rumah
rakyatnya, tanpa kehilangan tahtanya sebagai raja.

Saudaraku, pandanglah Tuhan sebagai Zat yang akrab dalam kehidupanmu,
sebab Dia lah yang pertama mengetahui segala keluh kesahmu, kebutuhanmu,
dan segala kerahasiaanmu. Sewajarnya jika kita jadikan Tuhan sebagai Zat
yang pertama untuk dikenali, didekati dan akhirnya untuk dicintai
sebagai Zat yang lebih akrab di hati kita, daripada diri kita sendiri.

Allah berkata melalui kalam sirr kepada Hamba-Nya:

Wahai hamba-KU:

Tiang dari cinta adalah kerinduan,

tiang daripada kerinduan adalah keakraban,

tiang daripada keakraban adalah kedekatan,

sedangkan kedekatan bermula dari pengenalan,

dan hendaklah engkau mengenali Allah sebelum engkau mencintai-Nya.

(Menyapa Rasa Para Pencari Tuhan, Hidangan Nurani Tuangku Syaikh
Muhammad Ali Hanafiah, Rabbani Press, Jakarta 2011, hal 75)

-----------------------ooOoo-------------------------

TICI bekerjasama dengan MMBI menyelenggarakan DISKUSI TENTANG KETUHANAN
MUKHATHABAH ILAHIYAH) dan DZIKIR MAHABBAH yang dibimbing oleh Maulana
Syaikh Muhammad Ali Hanafiah (Tuangku Hanafiah) setiap Jumat mulai pukul
17.00 WIB, dilanjutkan setelah shalat Maghrib s/d adzan shalat Isya, di
basement Mesjid Baitul Ihsan, Bank Indonesia, Jl. Budi Kemuliaan No. 23,
Jakarta Pusat, Telp. 381 8457.

TICI. Jl. Lurah Disah No.27 Pisangan Ciputat – 15419.

Pondok Pesantren Tasawuf Rabbani, Kasiak Kotosani, Solok Sumatera Barat

E-mail: dialog.ketuhanan@yahoo.com <mailto:dialog.ketuhanan@yahoo.com>
Web site: http://www.sufi-centre.net/ <http://www.sufi-centre.net/>
http://suficenter.wordpress.com <http://suficenter.wordpress.com/>

[Non-text portions of this message have been removed]

__._,_.___
Recent Activity:
====================================================
Pesantren Daarut Tauhiid - Bandung - Jakarta - Batam
====================================================
Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
====================================================
       website:  http://dtjakarta.or.id/
====================================================
MARKETPLACE

Stay on top of your group activity without leaving the page you're on - Get the Yahoo! Toolbar now.

.

__,_._,___

Tidak ada komentar: