Senin, 30 Januari 2012

[daarut-tauhiid] Ajaran Sifat 20 Imam Abu Hasan Al Asy’ari Tidak Sesat

 

Assalamu'alaikum wr wb,
Ajaran Sifat 20 Imam Abu Hasan Al Asy'ari Tidak Sesat
Terlalu gegabah jika menganggap Sifat 20 dari Abu Hasan Al Asy'ari sesat hanya karena Abu Hasan wafat tahun 324 H.

Sifat 20 seperti Allah itu Ada, Allah itu Satu, Allah itu Maha Hidup, Allah Maha Kuasa itu semua ada dalilnya dalam Al Qur'an.
Jika begitu dianggap sesat, berarti Tauhid Uluhiyah dan Rububiyah yg diajarkan Muhammad bin Abdul Wahab lebih sesat lagi karena dia meninggal di tahun 1206 H. Saat kegelapan Islam. Kalau Imam Asy'ari masih di 7 abad pertama jayanya Islam.Mungkin ada yang protes jika Sifat 20 itu wajib dipelajari bagi setiap Muslim. Bukankah yang berwenang menentukan wajib itu hanya Allah? Sebetulnya jika kita kaji bukan begitu maksudnya. Sifat 20 itu wajib ada pada Tuhan yang sejati. Artinya jika "Tuhan" itu tidak punya sifat seperti Esa (misalnya ada 3), Hidup (misalnya dia mati), atau Kuasa (misalnya lemah), maka itu bukan Tuhan yang asli. Itu maksudnya.
Tuduhan bahwa Sifat 20 itu sesat karena membatasi sifat Tuhan juga keliru. Memang sifat Allah tidak terhingga. Namun mengajarkan hanya 20 Sifat itu tidak berarti sesat. Allah sendiri kadang hanya mengajarkan beberapa sifat saja kepada manusia. Misalnya pada Syahadah Laa ilaaha illallahu, hanya ada Sifat Allah itu Ada dan Allah itu Esa. Hanya 2 sifat.
Pada surat Al Ikhlas yang disatu hadits disebut nilainya 1/3 Al Qur'an juga disebut hanya 5 sifat: Allah itu Esa, Allah tempat bergantung, Tidak melahirkan, Tidak dilahirkan, dan Tidak ada satu pun yang setara denganNya. Jadi keliru jika mengatakan mengajarkan 20 sifat itu sesat berdasar dalil di atas.
Justru dengan pengajaran Sifat 20 yang sederhana itulah maka ummat Islam jadi kenal sifat-sifat Allah secara baik. Aqidahnya jadi mantap. Pengajaran Sifat-sifat Allah seperti: Wujud (Ada), Wahdaniyah (Satu), Hayat (Hidup), 'Ilmu (Maha Mengetahui), Qudrat (Kuasa), dan sebagainya begitu mudah dipahami. Dan semua Sifat itu ada dalilnya di Al Qur'an. Silahkan baca:
http://media-islam.or.id/2009/11/08/sifat-20-allah-yang-penting-dan-wajib-kita-ketahui
Ini beda dengan Tauhid susunan Muhammad bin Abdul Wahab seperti Uluhiyah, Rububiyah, dan Asma' wa Shifat yang justru sukar dipahami oleh awam.
Lalu kenapa kita tidak mengajar Asma'ul Husna yang terdiri dari 99 nama? Asma'ul Husna tetap diajarkan. Anda bisa mempelajarinya di:
http://media-islam.or.id/2007/09/14/asma%E2%80%99ul-husna/
Meski demikian, 99 nama itu jangankan untuk dipahami. Dihafal semuanya saja sulit. Dari 10 Muslim, paling hanya 1 yang hafal. Saya bahkan belum pernah menemukan website yang menjelaskan 99 nama tersebut secara rinci.
Tuduhan Fahaman Asy'ari Sesat, Benarkah?
Sebagian ummat Islam tidak mengerti tentang madzhab Asy'ari, siapa orang-orang yang mengikuti imam Asy'ari, dan tidak mengerti manhaj mereka dalam masalah aqidah. Sebagian di antara mereka ada yang menisbatkan kesesatan kepada para pengikut Asy'ari atau menuduhnya keluar dari agama serta melenceng jauh dalam menyifati Allah.
 
Ketidak-tahuan inilah penyebab utama tercabik-cabiknya dan terpecah-belahnya golongan Ahlus Sunnah wal Jama'ah. Sehingga sebagian di antara orang=orang yang tidak tahu itu mengklaim bahwa para pengikut Asy'ari itu termasuk kelompok sesat. Saya tidak tahu bagaimana mereka membandingkan antara kelompok yang beriman dan kelompok yang sesat?
Para pengikut Asy'ari (asya'irah) adalah orang-orang yang mendapatkan petunjuk. Mereka adalah ahlus sunnah yang menentang kezhaliman mu'tazilah. Mereka adalah seperti yang disampakan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taymiyyah, "Ulama adalah penolong ilmu agama, sedangkan para pengikut Asy'ari adalah penolong-penolong pokok agama (ushuluddin/aqidah)." (Al-Fatawa Juz IV)
Di antara Asya'irah adalah ulama ahli hadits, fiqih dan tafzir. Di antara mereka adalah:
1. Ahmad bin Hajar al-Atsqalani, seorang syaikh muhadditin, pengarang kitab Fathul Bari, suatu Syarah Shahih Bukhari, beliau seorang ulama bermadzhab Asy'ari, di mana kitabnya selalu dibutuhkan para ulama.
2. Imam an-Nawawi, pengarang kitab Syarah Shahih Muslim dan pengarang kitab-kitab yang populer yang bermadzhab Asy'ari.
3. Imam al-Qurthubi, pengarang kitab al-Jami' li Ahkamil Qur`an yang bermadzhab Asy'ari.
4. syaikhul Islam Ibnu Hajar al-Haitami, pengarang kitab a-Zawajir an Iqtiraf al-Kaba-ir yang bermadzhab Asy'ari.
5. Syaikhul Fiqh dan hadits Zakariya al-Anshori yang bermadzhab Asy'ari.
6. Imam Abu Bakr al-Baqillani.
7. Imam an-Nasafi.
8. Imam Syarbini.
9. Imam Ibnul Jauzi, pengarang kitab at-Tashil fi Ulumit Tanzil.
Mereka semua adalah para ulama yang bermadzhab Asy'ari. Sekiranya kita ingin menghitung ulama-ulama pakar hadits, fiqih, dan tafsir dari kalangan Asy'ari, niscaya kita mendapat kesulitan dan kita memerlukan berjilid-jilid kitab mereka untuk menjelaskan mereka semua. Sesungguhnya merupakan keharusan bagi kita untuk mengembalikan kebaikan kepada para pemiliknya, mengetahui keutamaan pemilik ilmu dan keutamaan para ulama yang berkhidmat kepada syari'at Muhammad SAW.
Kebaikan apa yang bisa kita harapkan, jika ulama-ulama dan para pendahulu kita yang shalih ini kita tuduh sesat dan melenceng? Bagaimana Allah akan membuka hati kita untuk menimba ilmu mereka jika kitapernah meyakini bahwa mereka telah melenceng dan sesat dari jalan Islam?
Jika Ahmad bin Hajar al-Atsqalani, Imam an-Nawawi, Imam al-Qurthubi, Ibnu Hajar al-Haitami, Zakariya al-Anshori, Imam Abu Bakr al-Baqillani, Imam an-Nasafi dan ulama-ulama pakar lainnya itu tidak termasuk Ahlus Sunnah wal Jama'ah, maka siapakah Ahlus Sunnah wal Jama'ah itu?

__._,_.___
Recent Activity:
====================================================
Pesantren Daarut Tauhiid - Bandung - Jakarta - Batam
====================================================
Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
====================================================
       website:  http://dtjakarta.or.id/
====================================================
.

__,_._,___

Tidak ada komentar: