Kamis, 19 Januari 2012

[daarut-tauhiid] SOLUSI DAMAI Muslim Sunni-Syiah!

*SOLUSI DAMAI Muslim Sunni-Syiah! *

*
*

*Dr Adian Husaini *

Dosen Pascasarjana Universitas Ibn Khaldun Bogor

*
*

*Cara kelom pok Syiah dalam mengkritik Abu Bakar dan Umar bin Khatab dalam
soal pemba karan hadis Nabi itu tentu saja tidak fair dan tidak se suai
dengan fakta.*


Pada 29 Desember 2011, terjadi peristiwa menggemparkan di Kabupaten
Sampang, Madura, Jawa Timur. Sebuah mushala dan beberapa rumah warga Syiah
di Desa Karang Gayam, Kecamatan Omben, Kabupaten Sampang, diserbu dan
dibakar massa. Rumah dan mushala itu adalah milik kelompok Syiah yang
dipimpin oleh Tajul Muluk Ma'mun.

Kasus Sampang Madura itu mulai membuka mata banyak orang bahwa ada masalah
serius dalam soal hubungan antara orang-orang Muslim Sunni dan kelompok
Syiah di Indonesia.


Sebelumnya, berbagai kasus serupa—dalam skala kecil—sudah terjadi di
berbagai tempat. Benih-benih konflik itu seperti sudah menyebar. Kasus
Syiah Sampang itu, tentu saja, patut disesalkan sebab konflik semacam ini
harusnya bisa diredam jauh-jauh sebelumnya. Banyak pihak yang kemudian
menuding bahwa kasus itu adalah cerminan buruknya iklim kebebasan beragama
di Indonesia.


Tetapi, analisis semacam itu terlalu parsial dan liberal. Semua masalah
hubungan antar atau internal agama hanya dilihat dari satu aspek saja,
yaitu aspek HAM dan "kebebasan beragama". Pada hal, yang kadang kala
diabaikan dalam analisis soal keagamaan adalah soal "sensitivitas" yang
sudah menyentuh aspek keyakinan. Seperti dalam kasus hubungan Muslim Sunni
dan kelompok Syiah.


Kasus Syiah Sampang, Madura, misalnya, sudah berlarut-larut selama
bertahun-tahun. Pada 20 Februari 2006, lebih dari 50 orang ulama Madura
mengeluarkan pernyataan bahwa aliran Syiah yang disebarkan oleh Tajul Muluk
Ma'mun di Madura tergolong Syi'ah Ghulah (Rofidloh). Salah satu ajaran yang
membuat hati kaum Muslim Sunni di Madura tersakiti adalah ajaran yang
melecehkan para sahabat Nabi SAW.

*
*

*Akar masalah*


Pernyataan para ulama Madura itu membuktikan bahwa kasus Syiah di Sampang
laksana bara dalam sekam. Kasus ini tidak segera diselesaikan sehingga
"bara" itu akhirnya meledak dan mengagetkan banyak orang. Muncullah opini
seolah-olah kelompok Syiah di Indonesia tidak mendapatkan hak kebebasan
beragama dari kaum Muslim Indonesia; bahwa mereka terzalimi.


Masalah Sampang ini tentu memerlukan kajian dan penelitian yang serius.
Yang jelas di Indonesia, kelompok Syiah terbukti sangat agresif dalam
menyerang ajaran-ajaran Islam yang dianut oleh mayoritas Muslim di
Indonesia. Ini sulit dipisahkan dari sejarah kelahiran kelompok Syiah itu
sendiri, yang menganggap hak kekhalifahan Ali ra dirampas oleh Abu Bakar
ash-Shiddiq, Umar bin Khathab, dan Utsman bin Affan radhiyallahu`anhum.


Tidak heran, jika ketiga sahabat utama Rasulullah SAW itu sering menjadi
bulan-bulanan caci maki.


Begitu pula ummul mukminin, Aisyah ra yang sangat dicintai kaum Muslimin
tak lepas dari berbagai fitnah dan cemoohan kaum Syiah. Padahal, Aisyah
adalah istri Nabi yang mulia. Nabi Muhammad SAW wafat di pangkuan Aisyah
dan dikuburkan di rumah Aisyah pula. Aisyah ra adalah ulama wanita yang
meriwayatkan 2210 hadis. Dari jumlah itu, 286 hadis tercantum dalam shahih
Bukhari dan Muslim. Ada sekitar 150 ulama Tabi'in yang menimba ilmu dari
Aisyah. (Lihat, KH Ubaidillah Saiful Akhyar Lc, Aisyah, The Inspiring
Woman, Yogyakarta: Madania, 2010). Jadi, keutamaan Aisyah ra sudah begitu
masyhur dan disampaikan sendiri oleh Nabi Muhammad SAW. Sangat wajar jika
kaum Muslim akan terluka hatinya jika wanita yang sangat mulia dan agung
ini dicacimaki.


Masalahnya, di Indonesia, berbagai penerbitan kaum Syiah terbukti sulit
menyembunyikan caci-maki terhadap para sahabat dan istri Nabi yang mulia
tersebut. Padahal, dalam buku-buku tersebut, kadang kala disebutkan bahwa
penulis buku Syiah itu mengaku ingin membangun persaudaraan dengan kaum
Muslim Sunni. Sebut satu contoh, buku berjudul The Shia, Mazhab Syiah,
Asal-usul dan Perkembangannya karya Hashim al-Musawi (Jakarta: Lentera,
2008). Secara halus, buku ini juga mendiskreditkan Abu Bakar dan Umar ra.
Misalnya, dalam hal pencatatan sabda Nabi Muhammad SAW.


"Sumber-sumber historis mengindikasikan beragam pendapat berbeda mengenai
penulisan kata-kata Nabi. Para Imam Ahlulbait Nabi yakin perlunya menulis
atau mencatat kata-kata Nabi dan menjaganya dari hilang atau didistorsi.
Imam Ali beserta putranya, al-Hasan, memerintahkan pencatatan sabda Nabi
dan pendokumentasian sumber-sumbernya. Menurut ad-Dailami, Imam Ali
berkata: "Bila kamu mencatat sebuah sabda, sebutkan juga sumbernya."
(Catatan kaki: Hasan ash-Shadr, asySyiah wa Finun al-Islam). Imam Ali
sendiri mencatat sabda-sabda Nabi dalam sebuah surat gulungan yang diwarisi
oleh para imam keturunan Imam Ali.


Sementara itu, Khalifah Abu Bakar dan Khalifah Umar melarang pencatatan
sabda Nabi dan para penguasa Umayah juga memberlakukan larangan ini sampai
Umar bin Abdul Aziz menjadi khalifah dan mengirim pesan berikut ini kepada
warga Madinah .... (Catatan kaki: Ahmad bin Ali Ibn Hajar al-Asqalani, Fath
alBari be Syarh Shahih al-Bukhari, Beirut: Dar al-Ihya at-Turats al-Arabi,
ed Ke-4, 1408 (1988)).

*
*

*Salah paham *


Cara kelompok Syiah dalam mengkritik Abu Bakar dan Umar bin Khatab dalam
soal pembakaran hadis Nabi itu tentu saja tidak fair dan tidak sesuai
dengan fakta. Masalah pencatatan hadis di kalangan sahabat Nabi juga sudah
dibahas dengan sangat mendalam oleh Dr M Musthafa al-A'zhami dalam bukunya,
Studies in Early Hadits Literature (Kuala Lumpur: Islamic Book Trust,
2000). Dalam buku yang merupakan disertasi doktornya di Cambridge
University ini, al-A'zhami menunjukkan data adanya 50 sahabat Nabi yang
melakukan pencatatan hadis. Termasuk Abu Bakar dan Umar bin Khathab ra.


Berita tentang Abu Bakar yang membakar kumpulan hadisnya diragukan
keabsahannya oleh adh-Dhahabi. Bukti lain yang meragukan riwayat pembakaran
hadis tersebut adalah bahwasanya Abu Bakar sendiri mengirim surat kepada
'Amr bin al-Ash, yang memuat sejumlah ucapan Rasulullah SAW. Surat senada
yang mengandung hadits Nabi juga dikirim Abu Bakar kepada Gubernur Anas bin
Malik di Bahrain.


Riwayat tentang kasus pembakaran hadis oleh Umar bin Khattab juga diragukan
kebenarannya. Al-A'zhami menelusuri tiga jalur riwayat berita tersebut dan
dia menemukan semuanya mursal. Artinya, rangkaian cerita itu terputus,
tidak sampai pada Umar bin Khat tab. Juga, faktanya, Umar bin Khattab
mengirimkan Ibn Mas'ud dan Abu Darda' sebagai guru ke Kufah, padahal
keduanya dilaporkan memiliki catatan hadis sebanyak 848 dan 280 buah. Umar
sendiri juga terbiasa mengutip hadis-hadis Nabi dalam surat-surat resminya
sebagai kepala negara. (hal 34-60).


Jadi, tuduhan kelompok Syiah akan kejahatan Abu Bakar ash-Shiddiq dan Umar
bin Khathab ra yang—katanya— menghalang-halangi pencatatan hadis Nabi,
perlu dijernihkan. Tuduhan semacam itu sangatlah tidak bersahabat dan
membangun perdamaian.


Pada 2009, sebuah kelompok penyebar Syiah di Indonesia menerbitkan sebuah
buku berjudul 40 Masalah Syiah. Buku ini ditulis dengan tujuan untuk:
"tumbuhnya saling pengertian di antara mazhabmazhab dalam Islam." Itu
tujuan yang tertulis dalam sampul belakangnya. Tetapi, jika disimak isi
bukunya, buku ini justru mengejek dan melecehkan kaum Muslim Indonesia yang
Sunni.


Betapa tidak! Lagi-lagi, buku semacam ini juga tak bisa lepas dari caci
maki terhadap Abu Bakar, Umar, dan Utsman bin Affan. Padahal, kaum Muslim
sangat menghormati Ali ra dan Ahlulbait. Fakta sejarahnya, Ali bin Abi
Thalib pun tidak mencerca Abu Bakar, Umar, Utsman, juga Aisyah ra. Dalam
bab berjudul "Syiah Melaknat Sahabat" disebutkan bahwa Syiah tidak melaknat
siapa pun kecuali yang dilaknat Allah dan Rasul-Nya. Salah satu cara
menggambarkan buruknya perilaku Utsman bin Affan adalah penghormatannya
kepada alHakam bin abi alash. Padahal, orang ini sudah dilaknat Rasulullah
SAW. "Ketika Utsman menjadi khalifah, ia menyambutnya dengan segala
kemuliaan dan kehormatan. Utsman memberinya hadiah 1000 dirham dan
mengangkat anaknya sebagai orang kepercayaannya." (hal 89).


Buku ini pun memaparkan bid'ahbid'ah—versi Syiah—yang dibuat oleh Abu Bakar
ra, seperti menghapus hak muallafatu qulubuhum dan melarang penulisan hadis
dan membakarnya. Sedangkan bid'ah-bid'ah yang dibuat oleh Umar bin Khathab,
antara lain, menentang Rasulullah SAW untuk menuliskan wasiatnya dan
melarang nikah mut'ah. (hal 235).

Sebagaimana dalam kasus pencatatan hadis, tuduhan-tuduhan kelompok Syiah
terhadap Utsman bin Affan juga sangat berlebihan. Kadang kala fakta
ditafsirkan lain sehingga seolah-olah Abu Bakar, Umar, dan Utsman ra telah
melakukan persekongkolan jahat melawan Nabi.


Ibnul Arabi, dalam Kitabnya, al-Awashim wal-Qawashim, menjelaskan, kasus
alHakam terkait dengan kesaksian Utsman ra bahwa Rasulullah SAW telah
memberikan izin kepada al-Hakam untuk kembali ke Madinah. Tetapi, Abu Bakar
dan Umar tidak menerima saksi lain selain dari Utsman bin Affan sehingga
permintaan Utsman ditolak. Tetapi, tidak diberitakan, saat menjadi
Khalifah, Utsman menyambutnya dengan segala kemuliaan. Mengutip Ibn
Taymiyah dalam Minhaj al-Sunnah, Dr Muhammad al-Ghabban menjelaskan melalui
bukunya, Kitab Fitnah Maqtal Utsman bahwa semua riwayat tentang pengusiran
Hakam adalah mursal, jadi sanadnya lemah.

*
*

*Jalan Damai *


Mungkin karena kebencian terhadap Abu Bhakar, Umar, dan Utsman, maka
kelompok Syiah--termasuk di Indonesia--tidak dapat menyembunyikan
pikirannya untuk mencerca para sahabat Nabi yang mulia tersebut. Itulah
fakta ajaran Syiah yang disebarkan di Indonesia melalui berbagai penerbitan
mereka. Jika manusia-manusia yang begitu mulia dan dihormati oleh kaum
Muslim--seperti Abu Bakar ash-Shiddiq, Umar bin Khathab, Utsman bin Affan,
dan Aisyah ra--dicerca dan diperhinakan oleh kaum Syiah, apakah umat Islam
bisa terima?

Itu tentu berbeda dengan Muslim Sunni yang menghormati semua sahabat Nabi
SAW. Ulama dan tokoh sufi terkemuka, Syekh Abdul Qadir al-Jilani, dalam
kitabnya, al-Ghunyah Lithaalibi Thariqil Haq, menguraikan kesesatan ajaran
Syiah dan memberikan penjelasan terhadap keabsahan kepemimpinan Abu Bakar
ash-Shiddiq, Umar bin Khathab, Utsman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib.
Mereka semua adalah pemimpin yang mulia yang dikaruniai petunjuk Allah SWT
(al-khulafa al-rasyidun). (Lihat, Syekh Abdul Qadir al-Jailani, Buku Pintar
Akidah Ahlusunnah Waljamaah (Terj), (Jakarta: Zaman, 2011).


Kaum Muslim sangat mencintai Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya yang
mulia. Tidak sepatutnya, ada orang yang menyimpan dendam abadi kepada
manusia-manusia terbaik yang dididik oleh Rasulullah sendiri. Bahkan, Abu
Bakar dan Umar bin Khattab adalah mertua Rasulullah SAW. Sementara, Utsman
bin Affan adalah menantu Rasulullah SAW. Kaum Muslim yang masih memiliki
kesadaran keimanan, tentu tidak rida jika para sahabat Nabi yang mulia itu
difitnah dan dicaci-maki.


Jika kaum Syiah mengakui Sunni sebagai mazhab dalam Islam, seyogianya
mereka menghormati Indonesia sebagai negeri Muslim Sunni. Biarlah Indonesia
menjadi Sunni. Hasrat untuk menSyiahkan Indonesia bisa berdampak buruk bagi
masa depan negeri Muslim ini. Masih banyak lahan dakwah di muka bumi
ini--jika hendak di-Syiahkan.
Itulah jalan damai untuk Muslim Sunni dan kelompok Syiah. Kecuali, jika
kaum Syiah melihat Muslim Sunni adalah aliran sesat yang wajib di-Syiahkan!
Walahu a'lambil-shawab.


<http://republika.pressmart.com/PUBLICATIONS/RP/RP/2012/01/19/ArticleHtmls/SOLUSI-DAMAI-Muslim-Sunni-Syiah-19012012023025.shtml?Mode=1>

http://republika.pressmart.com/PUBLICATIONS/RP/RP/2012/01/19/ArticleHtmls/SOLUSI-DAMAI-Muslim-Sunni-Syiah-19012012023025.shtml?Mode=1


--
::
Sesungguhnya, hanya dengan mengingat Allah, hati akan tenang.
Now surely by Allah's remembrance are the hearts set at rest.
N'est-ce point par l'évocation d'Allah que se tranquillisent les coeurs.
Im Gedenken Allahs ist's, daß Herzen Trost finden können::
>> al-Ra'd [13]: 28


[Non-text portions of this message have been removed]

------------------------------------

====================================================
Pesantren Daarut Tauhiid - Bandung - Jakarta - Batam
====================================================
Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
====================================================
website: http://dtjakarta.or.id/
====================================================Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/daarut-tauhiid/

<*> Your email settings:
Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
http://groups.yahoo.com/group/daarut-tauhiid/join
(Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
daarut-tauhiid-digest@yahoogroups.com
daarut-tauhiid-fullfeatured@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
daarut-tauhiid-unsubscribe@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/

Tidak ada komentar: