Messages In This Digest (12 Messages)
- 1.
- (MAKLUMAT) UP DATE QURCIL 04 DES 08 - Tambahan peserta From: Lia Octavia
- 2a.
- Re: [Bahasa] My Father The Hero From: fil_ardy
- 2b.
- Re: [Bahasa] My Father The Hero From: novi_ningsih
- 2c.
- Re: [Bahasa] My Father The Hero From: inga_fety
- 2d.
- Re: [Bahasa] My Father The Hero From: Lia Octavia
- 2e.
- Re: [Bahasa] My Father The Hero From: Lia Octavia
- 3a.
- [Proyek Laskar Pelangi] Timetable Proyek Laskar Pelangi (Sayyid Mada From: senja alas
- 4a.
- Re: [Catcil] Bajaj Yang Jadi Juaranya. (Kisah ON Air SK) From: inga_fety
- 5.
- Sembuh Karena Sodaqoh From: agussyafii
- 6.
- MAIN HAKIM SENDIRI DILARANG, TAPI APARAT TIDAK MENEGAKKAN HUKUM (CAT From: arya noor amarsyah arya
- 7.
- KEJUTAN DALAM TULISAN (CATATAN KAKI) From: arya noor amarsyah arya
- 8.
- [mimbar] Kehilangan: Sahabat atau Musuh?! From: ukhti hazimah
Messages
- 1.
-
(MAKLUMAT) UP DATE QURCIL 04 DES 08 - Tambahan peserta
Posted by: "Lia Octavia" liaoctavia@gmail.com octavialia
Thu Dec 4, 2008 12:34 am (PST)
Assalamu'alaikum
Berikut saya sampaikan Up Date penerimaan QURCIL sd 04 Des 08
1. 3 Ekor Kambing Qurban @Rp. 1.100.000 = Rp. 3.300.000
2. 1 Ekor Kambing Qurban @ Rp. 700.000 = Rp. 700.000
3. Donasi Infaq Qurban = Rp. 725.000
----------------
TOTAL DANA Rp. 4.725.000
Peserta yang sudah mendaftarkan diri untuk ikut ke Bandung :
1. Mbak Novi
2. Mbak Lia
3. Mas Galih
4. Mbak Yanna (temen Mbak Novi & Lia)
5. Kang Dani
6. Mbak Endah & Nibras
Yang lain ayo buruan mendaftar
Pendaftaran Qurcil untuk Donasi Infaq sampai hari Jumat, 05 Des 08
Namun untuk 1 bagian utuh, panitia masih menanti sampai hari Sabtu, 06
Des 08 pukul 12.00 WIB
Biar kambingnya ngga pada kabur, hehehe
Silakan transfer ke rekening berikut ini :
Rek Bank BCA : 4370767225 KCU Ahmad Yani Bandung an Hadian Febrianto
Rek BSM : 0657007300 Cabang Mangga Dua Jakarta an Lia Octavia
Rek Sharee Muamalat: 904 7910599 an Syafaatus Syarifah
Dan jangan lupa langsung SMS ke Hadian Febrianto 081322360136 untuk
konfirmasi
Pendaftaran peserta juga masih terbuka lebar koq
Ditunggu partisipasi nya ya teman2 ^_^
Wassalam
Humas Qurcil
anty
0813 7256 8907
Messages in this topic
<http://groups.yahoo.com/ >(group/sekolah- kehidupan/ message/26052; _ylc=X3oDMTM3czg 1dTVsBF9TAzk3MzU 5NzE0BGdycElkAzE 4MjUzNTg0BGdycHN wSWQDMTcwNzUzMTU wNQRtc2dJZAMyNjA 1MgRzZWMDZnRyBHN sawN2dHBjBHN0aW1 lAzEyMjgzNzQwMjE EdHBjSWQDMjYwNTI -
1) Reply (via web post)
<http://groups.yahoo.com/ >|group/sekolah- kehidupan/ post;_ylc= X3oDMTJyOXE0N2Vk BF9TAzk3MzU5NzE0 BGdycElkAzE4MjUz NTg0BGdycHNwSWQD MTcwNzUzMTUwNQRt c2dJZAMyNjA1MgRz ZWMDZnRyBHNsawNy cGx5BHN0aW1lAzEy MjgzNzQwMjE- ?act=reply& messageNum= 26052
Start
a new topic
<http://groups.yahoo.com/ >group/sekolah- kehidupan/ post;_ylc= X3oDMTJmOXBrOWp2 BF9TAzk3MzU5NzE0 BGdycElkAzE4MjUz NTg0BGdycHNwSWQD MTcwNzUzMTUwNQRz ZWMDZnRyBHNsawNu dHBjBHN0aW1lAzEy MjgzNzQwMjE-
Messages<http://groups.yahoo.com/ >|group/sekolah- kehidupan/ messages; _ylc=X3oDMTJmN3Z iZG9jBF9TAzk3MzU 5NzE0BGdycElkAzE 4MjUzNTg0BGdycHN wSWQDMTcwNzUzMTU wNQRzZWMDZnRyBHN sawNtc2dzBHN0aW1 lAzEyMjgzNzQwMjE -
Files<http://groups.yahoo.com/ >|group/sekolah- kehidupan/ files;_ylc= X3oDMTJna3Y0aDM0 BF9TAzk3MzU5NzE0 BGdycElkAzE4MjUz NTg0BGdycHNwSWQD MTcwNzUzMTUwNQRz ZWMDZnRyBHNsawNm aWxlcwRzdGltZQMx MjI4Mzc0MDIx
Photos<http://groups.yahoo.com/ >|group/sekolah- kehidupan/ photos;_ylc= X3oDMTJmMGc0bThj BF9TAzk3MzU5NzE0 BGdycElkAzE4MjUz NTg0BGdycHNwSWQD MTcwNzUzMTUwNQRz ZWMDZnRyBHNsawNw aG90BHN0aW1lAzEy MjgzNzQwMjE-
Polls<http://groups.yahoo.com/ >|group/sekolah- kehidupan/ polls;_ylc= X3oDMTJncnZ1bmQ0 BF9TAzk3MzU5NzE0 BGdycElkAzE4MjUz NTg0BGdycHNwSWQD MTcwNzUzMTUwNQRz ZWMDZnRyBHNsawNw b2xscwRzdGltZQMx MjI4Mzc0MDIx
Calendar<http://groups.yahoo.com/ >group/sekolah- kehidupan/ calendar; _ylc=X3oDMTJlamR qMWV0BF9TAzk3MzU 5NzE0BGdycElkAzE 4MjUzNTg0BGdycHN wSWQDMTcwNzUzMTU wNQRzZWMDZnRyBHN sawNjYWwEc3RpbWU DMTIyODM3NDAyMQ- -
MARKETPLACE
--------------------- ---------
From kitchen basics to easy recipes - join the Group from Kraft Foods
<http://us.ard.yahoo.com/ >SIG=13rq126pp/ M=493064. 12016295. 13271503. 10835568/ D=groups/ S=1707531505: MKP1/Y=YAHOO/ EXP=1228381221/ L=/B=Ut5jO0LaX94 -/J=122837402175 1509/A=5530388/ R=0/SIG=11nuutla s/*http:/ /explore. yahoo.com/ groups/kraftmeal smadesimple/
[image: Yahoo!
Groups]<http://groups.yahoo.com/ >;_ylc=X3oDMTJlcz hwYmRtBF9TAzk3Mz U5NzE0BGdycElkAz E4MjUzNTg0BGdycH NwSWQDMTcwNzUzMT UwNQRzZWMDZnRyBH NsawNnZnAEc3RpbW UDMTIyODM3NDAyMQ --
Change settings via the
Web<http://groups.yahoo.com/ >(Yahoo!group/sekolah- kehidupan/ join;_ylc= X3oDMTJnNmN1MjFs BF9TAzk3MzU5NzE0 BGdycElkAzE4MjUz NTg0BGdycHNwSWQD MTcwNzUzMTUwNQRz ZWMDZnRyBHNsawNz dG5ncwRzdGltZQMx MjI4Mzc0MDIx
ID required)
Change settings via email: Switch delivery to Daily
Digest<sekolah-kehidupan-digest@yahoogrou ?subject=Email+ps.com Delivery: +Digest>|
Switch
format to Traditional<sekolah-kehidupan-traditional@ ?subject=Change+yahoogroups. com Delivery+ Format:+Traditio nal>
Visit Your Group
<http://groups.yahoo.com/ >|group/sekolah- kehidupan; _ylc=X3oDMTJlbjB sYmY1BF9TAzk3MzU 5NzE0BGdycElkAzE 4MjUzNTg0BGdycHN wSWQDMTcwNzUzMTU wNQRzZWMDZnRyBHN sawNocGYEc3RpbWU DMTIyODM3NDAyMQ- -
Yahoo!
Groups Terms of Use <http://docs.yahoo.com/ > | Unsubscribeinfo/terms/
<sekolah-kehidupan-unsubscribe@ ?subject=>yahoogroups. com
- 2a.
-
Re: [Bahasa] My Father The Hero
Posted by: "fil_ardy" fil_ardy@yahoo.com fil_ardy
Thu Dec 4, 2008 12:43 am (PST)
Wah ia, aku pernah baca nih mbak
hehehe, dan diceritain oleh saksi
mata pula :)
Thx 4 repost, sangat tepat momentnya
menjelang akhir tahun :)
DANI
--- In sekolah-kehidupan@yahoogroups. , "Lia Octavia"com
<liaoctavia@...> wrote:
>
> *My Father The Hero*
>
> Oleh Lu'lu'
> Mengenang Ayah adalah sebuah kesahajaan. Sebuah pribadi
> sederhana yang berwujud dalam diri seorang manusia. Yang sebagian
darahnya
> mengalir di tubuhku. Yang seluruh cintanya selalu memancar setiap
saat aku
- 2b.
-
Re: [Bahasa] My Father The Hero
Posted by: "novi_ningsih" novi_ningsih@yahoo.com novi_ningsih
Thu Dec 4, 2008 1:26 am (PST)
SAtu lagi cerita tentang "bapak" hari ini...
makasi, ya mbak lia, tulisannya indah :)
subhanallah, speechless...
aku sampe nangis bacanya...
aaah, jadi makin kangen bapak...
januari nanti 5 tahun kepergiannya...
--- In sekolah-kehidupan@yahoogroups. , "Lia Octavia"com
<liaoctavia@...> wrote:
>
> *My Father The Hero*
>
> Oleh Lu'lu'
>
>
>
>
>
> Mengenang Ayah adalah sebuah kesahajaan. Sebuah pribadi
> sederhana yang berwujud dalam diri seorang manusia. Yang sebagian
darahnya
> mengalir di tubuhku. Yang seluruh cintanya selalu memancar setiap
saat aku
> menatap bayanganku di cermin. Pahlawan masa kanak-kanakku. Bahkan
hingga
> kini. Walau saat ini angin telah menyapu semua jejak-jejakmu dan tak
satu
> pun burung-burung bernyanyi membawakan kabar darimu, Ayah tetap
bagian dari
> diriku. Selamanya.
>
> ****
>
> *Awal milenium baru, Malam Natal*
>
> "Jam berapa kamu akan mengikuti misa?" tanya Ayah saat ia
> melewati depan kamarku dan melihatku sedang menyisir rambutku. Baju baru
> berwarna putih bersih tampak serasi sekali di tubuhku. Ah, ada yang
kurang
> rasanya bila menghadiri misa malam natal tanpa baju baru. Mungkin karena
> kebiasaan. Mungkin juga sudah tradisi. Tetapi bagaimana pun juga,
> menghabiskan uang yang tidak sedikit untuk berpenampilan sedikit
berbeda di
> malam yang berbeda ini pun, kurasa tidaklah sia-sia.
>
> "Jam tujuh malam, Ayah," sahutku sambil merapikan
bandana biru
> yang melingkari kepalaku. Rambut hitamku yang lurus tergerai manis
di atas
> bahuku. Aku tahu, aku cantik sekali. "Aku akan pergi dengan Ibu.
Apakah Ibu
> sudah siap?"
>
> Ayah menatapku dengan wajah berbinar. "Putri Ayah cantik
> sekali," ujarnya sambil mengelus rambutku. "Ayah rasa Ibumu sudah
siap dari
> tadi. Kenapa sih kamu haus mengikuti misa yang jam tujuh malam? Ayah
> khawatir nanti kau dan Ibumu pulang kemalaman."
>
> "Ah, Ayah ini kuno! Nggak tahu kebiasaan anak muda! Ayah
tahu
> nggak, kalau menghadiri misa malam natal itu semakin malam semakin
bagus?
> Semakin tenang. Apalagi sambil menanyikan lagu malam kudus dan memegang
> lilin di tangan. Wah rasanya beda lho," tukasku sambil mengambil
tasku dan
> beranjak ke ruang tamu. Ayah menghela nafas panjang.
>
> "Bukan begitu, bukankah tidak masalah kapan saja kamu mau
> berdoa? Siang atau malam. Tak jadi soal. Yang penting kebahagiaan dan
> ketenangan itu ada di sini," kata Ayah sambil menepuk dadanya pelan.
"Kamu
> mau ke gereja mana?"
>
> "Katedral," jawabku cepat.
>
> "Katedral? Mengapa mesti ke sana? Katedral letaknya
lumayan jauh
> dari rumah. Mengapa tidak ke gereja di sekitar sini saja? Kalian
pergi naik
> apa? Pulang jam berapa?" tanya Ayah khawatir.
>
> "Ah! Ayah tenang aja deh! Kami pergi naik taksi. Nanti
juga di
> sana banyak kendaraan untuk pulang. Misa selesai jam sembilan malam,"
> tukasku.
>
> "Tapi..."
>
> Aku tidak begitu memedulikan kata-kata Ayah. Kulihat Ibu
sudah
> berpakaian rapi dan kami segera berangkat sambil bersiul-siul riang.
*Bukankah
> mengikuti misa malam natal di gereja Katedral sangat keren?*
>
> ****
>
> *Awal milenium baru, Gereja Katedral, Malam Natal*
>
> "Wah misanya kali ini betul-betul meriah, ya? Koornya bagus
> sekali. Juga dekorasi ruangannya begitu indah. Untung kita dapat tempat
> duduk di barisan paling depan. Kalau tidak, mungkin kita tidak akan bisa
> menikmati drama natal yang tadi dimainkan," kata Ibu dengan wajah
sumringah
> saat kami keluar dari ruangan gereja.
>
> "Iya. Malam ini begitu indah," jawabku sambil menatap ke
langit
> malam dengan taburan bintang-bintangnya. "Kurasa malam ini akan menjadi
> malam yang takkan pernah kulupakan seumur hidupku." Aku menggandeng
Ibu dan
> perlahan-lahan berjalan menyusuri halaman gereja Katedral yang luas
menuju
> pintu gerbang. Orang banyak sudah memenuhi tempat itu. Di dalam
gereja. Di
> halaman gereja. Ada yang berjualan kue-kue, hiasan-hiasan natal, dan
> lagu-lagu natal. Aku menatap baju putihku. *Natal yang sempurna.*
>
> Di seberang sana, dari Masjid Istiqlal, terdengar suara bedug
bertalu-talu.
> Ah, hampir saja ku lupa. Malam ini juga merupakan malam takbiran. Besok
> adalah hari raya Idul Fitri. Betapa menyenangkan melihat umat berbeda
> keyakinan bersama-sama merayakan hari besar mereka. Berdampingan.
Saat ini.
> Malam ini. Bahagia menyelimuti hatiku. Tiba-tiba
>
> DUUUAAARRR!!!
>
> Bumi bergetar menggoyahkan pijakanku. Percikan bunga api setinggi langit
> terlontar di depan mataku. Suaranya memekakkan telinga sehingga untuk
> beberapa saat lamanya aku nyaris tidak dapat mendengar apa-apa. Asap
hitam
> membubung tinggi menerpa malam. Menyelimuti wajah-wajah pucat pasi yang
> berkelebat dalam gerakan lambat di hadapanku. Aku mematung. Dalam hening
> yang aneh. Sekilas kulihat Ibu berteriak panik. Aku tak tahu apa yang ia
> katakan.
>
> "Masuk! Masuk! Semua masuk ke dalam gereja! Tidak ada yang boleh
keluar atau
> masuk!" Suara-suara asing keluar masuk telingaku. Seakan suara itu
datang
> dari tempat yang jauh. Pintu-pintu gerbang besi di kiri-kanan gereja itu
> mulai ditutup.
>
> "Ada apa? Ada apa? Apakah itu kembang api? Kembang api? Itu kembang api,
> kan?" teriak Ibu panik sambil mengguncang-guncang lenganku. Seluruh
tubuhnya
> gemetaran.
>
> Lamat-lamat kesadaranku pulih kembali. Dengan tenang aku menatap
Ibu dan
> menjawabnya lembut," Bukan, Bu. Itu bukan kembang api. Itu bom!"
>
> Ibu berteriak histeris. Beberapa orang melintas di depan kami dengan
> tergesa-gesa. Menggotong sesuatu. Bukan. Seseorang. Dapat kulihat darah
> menetes-netes di lantai keramik gereja yang putih.
>
> "Yuk, kita pulang," ajakku sambil menggandeng Ibu. "Tapi sebelumnya
aku mau
> ke kamar kecil dulu." Aku pergi ke kamar kecil dan menatap bayanganku di
> cermin. Wajah seorang gadis remaja yang luar biasa tenang, dengan
bandana
> biru menghiasi rambutnya yang hitam. Wajah yang nampak asing bagiku.
Entah
> siapa yang ada di dalam cermin itu.
>
> Kemudian aku mengajak Ibu keluar gereja. Berjalan dibelakang
ambulance yang
> tergesa membawa korban ke rumah sakit dan menyelinap di sela-sela tim
> pejinak bom kepolisian yang sudah berdatangan. Kami pulang dan tiba
di rumah
> dengan selamat.
>
> ****
>
> *Awal millennium baru, Malam Natal, tengah malam*
>
> "Ya Allah! Ayah nyaris pingsan melihat berita di televisi! Gereja
Katedral
> dibom! Bukankah Ayah sudah memperingatkanmu sebelumnya untuk pergi
> menghadiri misa di gereja terdekat?" Ayah menyambut kami dengan
gusar. Ibu
> menangis sambil masuk kamar. Ia terlalu syok untuk dapat mengikuti
berita di
> televisi.
>
> "Kami tidak apa-apa, Ayah. Buktinya kami tiba di rumah dengan
selamat, kan?"
> kataku pelan.
>
> "Tidak apa-apa bagaimana?" teriak Ayah panik. "Lihatlah wajahmu. Dan
bajumu.
> Ya Allah! Ayah khawatir sekali." Ayah mulai duduk dan menutup wajahnya.
> Menangis. Aku menatapnya heran. Ada apa dengan wajahku? Bajuku? Aku
menunduk
> menatap baju putihku. Baju putih yang tidak lagi putih.
Bercak-bercak hitam
> nyaris menutupi seluruh tubuhku. Kuusap wajahku. Jelaga hitam
membekas di
> telapak tanganku.
>
> "Siapa yang mengebom gereja, Ayah?" tanyaku pelan. Ayah menggeleng. Ia
> menatapku dengan mata berair. "Bukan umat muslim. Percayalah ada Ayah!"
> jawabnya sambil menepuk bahuku lembut. Aku tidak bertanya mengapa ia
> menangis, tetapi di hitam matanya, kulihat sebuah luka.
>
> *****
>
> *Lima tahun kemudian, malam pergantian tahun*
>
> "Kau sudah selesai? Ayo cepat! Sebentar lagi acara dzikir
> bersama akan segera dimulai. Pasti banyak orang yang datang dari segala
> penjuru. Semoga kita tidak terlambat!" seru Ayah dari halaman rumah.
Tergesa
> kurapikan kerudung biruku dan keluar kamar.
>
> "Ah, putri Ayah sangat cantik!" Malu-malu aku menatap gamis
> putihku dan kerudung biru yang membungkus wajahku di cermin di ruang
tengah.
> Baju putih. Kerudung biru. Masjid Istiqlal. Segala perasaan membuncah di
> dadaku. Malam ini terasa berbeda. Malam yang sangat istimewa. Karena
malam
> ini, aku akan berada di jalan yang sama dengan Ayah.
>
> Seusai shalat malam, dzikir bersama, dan ikrar syahadat, aku
> menatap langit kelam yang bertabur bintang. Aku berdiri di depan Masjid
> Istiqlal. Persis di seberang pintu gerbang Gereja Katedral. Pintu
gerbang
> Gereja Katedral di mana bom itu pernah meledak. Kali pertama aku
kembali ke
> tempat itu. Bertahun-tahun sejak peristiwa bom terjadi. Bom yang telah
> membuatku dalam pencarian. Pencarian sesuatu yang pernah hilang di dalam
> jiwaku. Dan kini pencarian itu telah berakhir. Karena aku telah
menemukan
> dan ditemukan. Hidupku tidak akan menjadi sama lagi.
>
> ****
>
> Mengenang Ayah adalah sebuah kesahajaan. Sebuah pribadi sederhana yang
> berwujud dalam diri seorang manusia. Yang sebagian darahnya mengalir di
> tubuhku. Yang seluruh cintanya selalu memancar setiap saat aku menatap
> bayanganku di cermin. Pahlawan masa kanak-kanakku. Bahkan hingga kini.
> Walau saat ini angin telah menyapu semua jejak-jejakmu dan tak satu pun
> burung-burung bernyanyi membawakan kabar darimu, Ayah tetap bagian dari
> diriku. Selamanya.
>
>
>
> Jakarta, 7 Juli 2008 at 10.30 p.m.
>
> Dedicated to my memory of bomb explosion in year 2000
>
> ****
> Tulisan ini dimuat di Majalah Annida No. 12/XVII edisi Agustus 2008
>
> *Tags:* short story <http://mutiaracinta.multiply. >com/tag/short% 20story
>
>
http://mutiaracinta.multiply. com/journal/ item/199/ My_Father_ The_Hero? replies_read= 7
>
- 2c.
-
Re: [Bahasa] My Father The Hero
Posted by: "inga_fety" inga_fety@yahoo.com inga_fety
Thu Dec 4, 2008 1:53 am (PST)
mbak lia selalu pintar bercerita:)
salam,
fety
--- In sekolah-kehidupan@yahoogroups. , "Lia Octavia"com
<liaoctavia@...> wrote:
>
> *My Father The Hero*
>
> Oleh Lu'lu'
>
>
>
>
>
> Mengenang Ayah adalah sebuah kesahajaan. Sebuah pribadi
> sederhana yang berwujud dalam diri seorang manusia. Yang sebagian
darahnya
> mengalir di tubuhku. Yang seluruh cintanya selalu memancar setiap
saat aku
> menatap bayanganku di cermin. Pahlawan masa kanak-kanakku. Bahkan
hingga
> kini. Walau saat ini angin telah menyapu semua jejak-jejakmu dan tak
satu
> pun burung-burung bernyanyi membawakan kabar darimu, Ayah tetap
bagian dari
> diriku. Selamanya.
>
> ****
>
> *Awal milenium baru, Malam Natal*
>
> "Jam berapa kamu akan mengikuti misa?" tanya Ayah saat ia
> melewati depan kamarku dan melihatku sedang menyisir rambutku. Baju baru
> berwarna putih bersih tampak serasi sekali di tubuhku. Ah, ada yang
kurang
> rasanya bila menghadiri misa malam natal tanpa baju baru. Mungkin karena
> kebiasaan. Mungkin juga sudah tradisi. Tetapi bagaimana pun juga,
> menghabiskan uang yang tidak sedikit untuk berpenampilan sedikit
berbeda di
> malam yang berbeda ini pun, kurasa tidaklah sia-sia.
>
> "Jam tujuh malam, Ayah," sahutku sambil merapikan
bandana biru
> yang melingkari kepalaku. Rambut hitamku yang lurus tergerai manis
di atas
> bahuku. Aku tahu, aku cantik sekali. "Aku akan pergi dengan Ibu.
Apakah Ibu
> sudah siap?"
>
> Ayah menatapku dengan wajah berbinar. "Putri Ayah cantik
> sekali," ujarnya sambil mengelus rambutku. "Ayah rasa Ibumu sudah
siap dari
> tadi. Kenapa sih kamu haus mengikuti misa yang jam tujuh malam? Ayah
> khawatir nanti kau dan Ibumu pulang kemalaman."
>
> "Ah, Ayah ini kuno! Nggak tahu kebiasaan anak muda! Ayah
tahu
> nggak, kalau menghadiri misa malam natal itu semakin malam semakin
bagus?
> Semakin tenang. Apalagi sambil menanyikan lagu malam kudus dan memegang
> lilin di tangan. Wah rasanya beda lho," tukasku sambil mengambil
tasku dan
> beranjak ke ruang tamu. Ayah menghela nafas panjang.
>
> "Bukan begitu, bukankah tidak masalah kapan saja kamu mau
> berdoa? Siang atau malam. Tak jadi soal. Yang penting kebahagiaan dan
> ketenangan itu ada di sini," kata Ayah sambil menepuk dadanya pelan.
"Kamu
> mau ke gereja mana?"
>
> "Katedral," jawabku cepat.
>
> "Katedral? Mengapa mesti ke sana? Katedral letaknya
lumayan jauh
> dari rumah. Mengapa tidak ke gereja di sekitar sini saja? Kalian
pergi naik
> apa? Pulang jam berapa?" tanya Ayah khawatir.
>
> "Ah! Ayah tenang aja deh! Kami pergi naik taksi. Nanti
juga di
> sana banyak kendaraan untuk pulang. Misa selesai jam sembilan malam,"
> tukasku.
>
> "Tapi..."
>
> Aku tidak begitu memedulikan kata-kata Ayah. Kulihat Ibu
sudah
> berpakaian rapi dan kami segera berangkat sambil bersiul-siul riang.
*Bukankah
> mengikuti misa malam natal di gereja Katedral sangat keren?*
>
> ****
>
> *Awal milenium baru, Gereja Katedral, Malam Natal*
>
> "Wah misanya kali ini betul-betul meriah, ya? Koornya bagus
> sekali. Juga dekorasi ruangannya begitu indah. Untung kita dapat tempat
> duduk di barisan paling depan. Kalau tidak, mungkin kita tidak akan bisa
> menikmati drama natal yang tadi dimainkan," kata Ibu dengan wajah
sumringah
> saat kami keluar dari ruangan gereja.
>
> "Iya. Malam ini begitu indah," jawabku sambil menatap ke
langit
> malam dengan taburan bintang-bintangnya. "Kurasa malam ini akan menjadi
> malam yang takkan pernah kulupakan seumur hidupku." Aku menggandeng
Ibu dan
> perlahan-lahan berjalan menyusuri halaman gereja Katedral yang luas
menuju
> pintu gerbang. Orang banyak sudah memenuhi tempat itu. Di dalam
gereja. Di
> halaman gereja. Ada yang berjualan kue-kue, hiasan-hiasan natal, dan
> lagu-lagu natal. Aku menatap baju putihku. *Natal yang sempurna.*
>
> Di seberang sana, dari Masjid Istiqlal, terdengar suara bedug
bertalu-talu.
> Ah, hampir saja ku lupa. Malam ini juga merupakan malam takbiran. Besok
> adalah hari raya Idul Fitri. Betapa menyenangkan melihat umat berbeda
> keyakinan bersama-sama merayakan hari besar mereka. Berdampingan.
Saat ini.
> Malam ini. Bahagia menyelimuti hatiku. Tiba-tiba
>
> DUUUAAARRR!!!
>
> Bumi bergetar menggoyahkan pijakanku. Percikan bunga api setinggi langit
> terlontar di depan mataku. Suaranya memekakkan telinga sehingga untuk
> beberapa saat lamanya aku nyaris tidak dapat mendengar apa-apa. Asap
hitam
> membubung tinggi menerpa malam. Menyelimuti wajah-wajah pucat pasi yang
> berkelebat dalam gerakan lambat di hadapanku. Aku mematung. Dalam hening
> yang aneh. Sekilas kulihat Ibu berteriak panik. Aku tak tahu apa yang ia
> katakan.
>
> "Masuk! Masuk! Semua masuk ke dalam gereja! Tidak ada yang boleh
keluar atau
> masuk!" Suara-suara asing keluar masuk telingaku. Seakan suara itu
datang
> dari tempat yang jauh. Pintu-pintu gerbang besi di kiri-kanan gereja itu
> mulai ditutup.
>
> "Ada apa? Ada apa? Apakah itu kembang api? Kembang api? Itu kembang api,
> kan?" teriak Ibu panik sambil mengguncang-guncang lenganku. Seluruh
tubuhnya
> gemetaran.
>
> Lamat-lamat kesadaranku pulih kembali. Dengan tenang aku menatap
Ibu dan
> menjawabnya lembut," Bukan, Bu. Itu bukan kembang api. Itu bom!"
>
> Ibu berteriak histeris. Beberapa orang melintas di depan kami dengan
> tergesa-gesa. Menggotong sesuatu. Bukan. Seseorang. Dapat kulihat darah
> menetes-netes di lantai keramik gereja yang putih.
>
> "Yuk, kita pulang," ajakku sambil menggandeng Ibu. "Tapi sebelumnya
aku mau
> ke kamar kecil dulu." Aku pergi ke kamar kecil dan menatap bayanganku di
> cermin. Wajah seorang gadis remaja yang luar biasa tenang, dengan
bandana
> biru menghiasi rambutnya yang hitam. Wajah yang nampak asing bagiku.
Entah
> siapa yang ada di dalam cermin itu.
>
> Kemudian aku mengajak Ibu keluar gereja. Berjalan dibelakang
ambulance yang
> tergesa membawa korban ke rumah sakit dan menyelinap di sela-sela tim
> pejinak bom kepolisian yang sudah berdatangan. Kami pulang dan tiba
di rumah
> dengan selamat.
>
> ****
>
> *Awal millennium baru, Malam Natal, tengah malam*
>
> "Ya Allah! Ayah nyaris pingsan melihat berita di televisi! Gereja
Katedral
> dibom! Bukankah Ayah sudah memperingatkanmu sebelumnya untuk pergi
> menghadiri misa di gereja terdekat?" Ayah menyambut kami dengan
gusar. Ibu
> menangis sambil masuk kamar. Ia terlalu syok untuk dapat mengikuti
berita di
> televisi.
>
> "Kami tidak apa-apa, Ayah. Buktinya kami tiba di rumah dengan
selamat, kan?"
> kataku pelan.
>
> "Tidak apa-apa bagaimana?" teriak Ayah panik. "Lihatlah wajahmu. Dan
bajumu.
> Ya Allah! Ayah khawatir sekali." Ayah mulai duduk dan menutup wajahnya.
> Menangis. Aku menatapnya heran. Ada apa dengan wajahku? Bajuku? Aku
menunduk
> menatap baju putihku. Baju putih yang tidak lagi putih.
Bercak-bercak hitam
> nyaris menutupi seluruh tubuhku. Kuusap wajahku. Jelaga hitam
membekas di
> telapak tanganku.
>
> "Siapa yang mengebom gereja, Ayah?" tanyaku pelan. Ayah menggeleng. Ia
> menatapku dengan mata berair. "Bukan umat muslim. Percayalah ada Ayah!"
> jawabnya sambil menepuk bahuku lembut. Aku tidak bertanya mengapa ia
> menangis, tetapi di hitam matanya, kulihat sebuah luka.
>
> *****
>
> *Lima tahun kemudian, malam pergantian tahun*
>
> "Kau sudah selesai? Ayo cepat! Sebentar lagi acara dzikir
> bersama akan segera dimulai. Pasti banyak orang yang datang dari segala
> penjuru. Semoga kita tidak terlambat!" seru Ayah dari halaman rumah.
Tergesa
> kurapikan kerudung biruku dan keluar kamar.
>
> "Ah, putri Ayah sangat cantik!" Malu-malu aku menatap gamis
> putihku dan kerudung biru yang membungkus wajahku di cermin di ruang
tengah.
> Baju putih. Kerudung biru. Masjid Istiqlal. Segala perasaan membuncah di
> dadaku. Malam ini terasa berbeda. Malam yang sangat istimewa. Karena
malam
> ini, aku akan berada di jalan yang sama dengan Ayah.
>
> Seusai shalat malam, dzikir bersama, dan ikrar syahadat, aku
> menatap langit kelam yang bertabur bintang. Aku berdiri di depan Masjid
> Istiqlal. Persis di seberang pintu gerbang Gereja Katedral. Pintu
gerbang
> Gereja Katedral di mana bom itu pernah meledak. Kali pertama aku
kembali ke
> tempat itu. Bertahun-tahun sejak peristiwa bom terjadi. Bom yang telah
> membuatku dalam pencarian. Pencarian sesuatu yang pernah hilang di dalam
> jiwaku. Dan kini pencarian itu telah berakhir. Karena aku telah
menemukan
> dan ditemukan. Hidupku tidak akan menjadi sama lagi.
>
> ****
>
> Mengenang Ayah adalah sebuah kesahajaan. Sebuah pribadi sederhana yang
> berwujud dalam diri seorang manusia. Yang sebagian darahnya mengalir di
> tubuhku. Yang seluruh cintanya selalu memancar setiap saat aku menatap
> bayanganku di cermin. Pahlawan masa kanak-kanakku. Bahkan hingga kini.
> Walau saat ini angin telah menyapu semua jejak-jejakmu dan tak satu pun
> burung-burung bernyanyi membawakan kabar darimu, Ayah tetap bagian dari
> diriku. Selamanya.
>
>
>
> Jakarta, 7 Juli 2008 at 10.30 p.m.
>
> Dedicated to my memory of bomb explosion in year 2000
>
> ****
> Tulisan ini dimuat di Majalah Annida No. 12/XVII edisi Agustus 2008
>
> *Tags:* short story <http://mutiaracinta.multiply. >com/tag/short% 20story
>
>
http://mutiaracinta.multiply. com/journal/ item/199/ My_Father_ The_Hero? replies_read= 7
>
- 2d.
-
Re: [Bahasa] My Father The Hero
Posted by: "Lia Octavia" liaoctavia@gmail.com octavialia
Thu Dec 4, 2008 1:57 am (PST)
baca tulisan ini di Annida ya, kang dani?
iya, sebagai flashback dan bahan kontemplasi menjelang idul adha &
pergantian tahun...
semoga bermanfaat bagi kita semua... amiin...
thanks kang dani
Salam
lia
On 12/4/08, fil_ardy <fil_ardy@yahoo.com > wrote:
>
> Wah ia, aku pernah baca nih mbak
> hehehe, dan diceritain oleh saksi
> mata pula :)
>
> Thx 4 repost, sangat tepat momentnya
> menjelang akhir tahun :)
>
> DANI
>
> --- In sekolah-kehidupan@yahoogroups. <sekolah-kehidupan%com 40yahoogroups. com>,
> "Lia Octavia"
> <liaoctavia@...> wrote:
> >
> > *My Father The Hero*
> >
> > Oleh Lu'lu'
>
> > Mengenang Ayah adalah sebuah kesahajaan. Sebuah pribadi
> > sederhana yang berwujud dalam diri seorang manusia. Yang sebagian
> darahnya
> > mengalir di tubuhku. Yang seluruh cintanya selalu memancar setiap
> saat aku
>
>
>
- 2e.
-
Re: [Bahasa] My Father The Hero
Posted by: "Lia Octavia" liaoctavia@gmail.com octavialia
Thu Dec 4, 2008 2:02 am (PST)
alhamdulillah... lu'lu' juga ikut terharu mbak... ^_^
iya mba novi, selain kita memperingati hari ibu di bulan desember ini, kita
juga masih punya orang tua lain yang juga adalah pahlawan bagi masing-masing
kita... yaitu ayah.
walau ia mungkin sudah tidak berada di samping kita, tidak dapat berjumpa
lagi dengannya atau tidak dapat sering-sering bertemu dengannya, ia adalah
pahlawan bagi hati kita. ^_^
thanks mba novi...
salam
lia
On 12/4/08, novi_ningsih <novi_ningsih@yahoo.com > wrote:
>
> SAtu lagi cerita tentang "bapak" hari ini...
>
> makasi, ya mbak lia, tulisannya indah :)
>
> subhanallah, speechless...
>
> aku sampe nangis bacanya...
>
> aaah, jadi makin kangen bapak...
>
> januari nanti 5 tahun kepergiannya...
>
> --- In sekolah-kehidupan@yahoogroups. <sekolah-kehidupan%com 40yahoogroups. com>,
> "Lia Octavia"
> <liaoctavia@...> wrote:
> >
> > *My Father The Hero*
>
> >
> > Oleh Lu'lu'
> >
> >
> >
> >
> >
> > Mengenang Ayah adalah sebuah kesahajaan. Sebuah pribadi
> > sederhana yang berwujud dalam diri seorang manusia. Yang sebagian
> darahnya
> > mengalir di tubuhku. Yang seluruh cintanya selalu memancar setiap
> saat aku
> > menatap bayanganku di cermin. Pahlawan masa kanak-kanakku. Bahkan
> hingga
> > kini. Walau saat ini angin telah menyapu semua jejak-jejakmu dan tak
> satu
> > pun burung-burung bernyanyi membawakan kabar darimu, Ayah tetap
> bagian dari
> > diriku. Selamanya.
> >
> > ****
> >
> > *Awal milenium baru, Malam Natal*
> >
> > "Jam berapa kamu akan mengikuti misa?" tanya Ayah saat ia
> > melewati depan kamarku dan melihatku sedang menyisir rambutku. Baju baru
> > berwarna putih bersih tampak serasi sekali di tubuhku. Ah, ada yang
> kurang
> > rasanya bila menghadiri misa malam natal tanpa baju baru. Mungkin karena
> > kebiasaan. Mungkin juga sudah tradisi. Tetapi bagaimana pun juga,
> > menghabiskan uang yang tidak sedikit untuk berpenampilan sedikit
> berbeda di
> > malam yang berbeda ini pun, kurasa tidaklah sia-sia.
> >
> > "Jam tujuh malam, Ayah," sahutku sambil merapikan
> bandana biru
> > yang melingkari kepalaku. Rambut hitamku yang lurus tergerai manis
> di atas
> > bahuku. Aku tahu, aku cantik sekali. "Aku akan pergi dengan Ibu.
> Apakah Ibu
> > sudah siap?"
> >
> > Ayah menatapku dengan wajah berbinar. "Putri Ayah cantik
> > sekali," ujarnya sambil mengelus rambutku. "Ayah rasa Ibumu sudah
> siap dari
> > tadi. Kenapa sih kamu haus mengikuti misa yang jam tujuh malam? Ayah
> > khawatir nanti kau dan Ibumu pulang kemalaman."
> >
> > "Ah, Ayah ini kuno! Nggak tahu kebiasaan anak muda! Ayah
> tahu
> > nggak, kalau menghadiri misa malam natal itu semakin malam semakin
> bagus?
> > Semakin tenang. Apalagi sambil menanyikan lagu malam kudus dan memegang
> > lilin di tangan. Wah rasanya beda lho," tukasku sambil mengambil
> tasku dan
> > beranjak ke ruang tamu. Ayah menghela nafas panjang.
> >
> > "Bukan begitu, bukankah tidak masalah kapan saja kamu mau
> > berdoa? Siang atau malam. Tak jadi soal. Yang penting kebahagiaan dan
> > ketenangan itu ada di sini," kata Ayah sambil menepuk dadanya pelan.
> "Kamu
> > mau ke gereja mana?"
> >
> > "Katedral," jawabku cepat.
> >
> > "Katedral? Mengapa mesti ke sana? Katedral letaknya
> lumayan jauh
> > dari rumah. Mengapa tidak ke gereja di sekitar sini saja? Kalian
> pergi naik
> > apa? Pulang jam berapa?" tanya Ayah khawatir.
> >
> > "Ah! Ayah tenang aja deh! Kami pergi naik taksi. Nanti
> juga di
> > sana banyak kendaraan untuk pulang. Misa selesai jam sembilan malam,"
> > tukasku.
> >
> > "Tapi..."
> >
> > Aku tidak begitu memedulikan kata-kata Ayah. Kulihat Ibu
> sudah
> > berpakaian rapi dan kami segera berangkat sambil bersiul-siul riang.
> *Bukankah
> > mengikuti misa malam natal di gereja Katedral sangat keren?*
> >
> > ****
> >
> > *Awal milenium baru, Gereja Katedral, Malam Natal*
> >
> > "Wah misanya kali ini betul-betul meriah, ya? Koornya bagus
> > sekali. Juga dekorasi ruangannya begitu indah. Untung kita dapat tempat
> > duduk di barisan paling depan. Kalau tidak, mungkin kita tidak akan bisa
> > menikmati drama natal yang tadi dimainkan," kata Ibu dengan wajah
> sumringah
> > saat kami keluar dari ruangan gereja.
> >
> > "Iya. Malam ini begitu indah," jawabku sambil menatap ke
> langit
> > malam dengan taburan bintang-bintangnya. "Kurasa malam ini akan menjadi
> > malam yang takkan pernah kulupakan seumur hidupku." Aku menggandeng
> Ibu dan
> > perlahan-lahan berjalan menyusuri halaman gereja Katedral yang luas
> menuju
> > pintu gerbang. Orang banyak sudah memenuhi tempat itu. Di dalam
> gereja. Di
> > halaman gereja. Ada yang berjualan kue-kue, hiasan-hiasan natal, dan
> > lagu-lagu natal. Aku menatap baju putihku. *Natal yang sempurna.*
> >
> > Di seberang sana, dari Masjid Istiqlal, terdengar suara bedug
> bertalu-talu.
> > Ah, hampir saja ku lupa. Malam ini juga merupakan malam takbiran. Besok
> > adalah hari raya Idul Fitri. Betapa menyenangkan melihat umat berbeda
> > keyakinan bersama-sama merayakan hari besar mereka. Berdampingan.
> Saat ini.
> > Malam ini. Bahagia menyelimuti hatiku. Tiba-tiba
> >
> > DUUUAAARRR!!!
> >
> > Bumi bergetar menggoyahkan pijakanku. Percikan bunga api setinggi langit
> > terlontar di depan mataku. Suaranya memekakkan telinga sehingga untuk
> > beberapa saat lamanya aku nyaris tidak dapat mendengar apa-apa. Asap
> hitam
> > membubung tinggi menerpa malam. Menyelimuti wajah-wajah pucat pasi yang
> > berkelebat dalam gerakan lambat di hadapanku. Aku mematung. Dalam hening
> > yang aneh. Sekilas kulihat Ibu berteriak panik. Aku tak tahu apa yang ia
> > katakan.
> >
> > "Masuk! Masuk! Semua masuk ke dalam gereja! Tidak ada yang boleh
> keluar atau
> > masuk!" Suara-suara asing keluar masuk telingaku. Seakan suara itu
> datang
> > dari tempat yang jauh. Pintu-pintu gerbang besi di kiri-kanan gereja itu
> > mulai ditutup.
> >
> > "Ada apa? Ada apa? Apakah itu kembang api? Kembang api? Itu kembang api,
> > kan?" teriak Ibu panik sambil mengguncang-guncang lenganku. Seluruh
> tubuhnya
> > gemetaran.
> >
> > Lamat-lamat kesadaranku pulih kembali. Dengan tenang aku menatap
> Ibu dan
> > menjawabnya lembut," Bukan, Bu. Itu bukan kembang api. Itu bom!"
> >
> > Ibu berteriak histeris. Beberapa orang melintas di depan kami dengan
> > tergesa-gesa. Menggotong sesuatu. Bukan. Seseorang. Dapat kulihat darah
> > menetes-netes di lantai keramik gereja yang putih.
> >
> > "Yuk, kita pulang," ajakku sambil menggandeng Ibu. "Tapi sebelumnya
> aku mau
> > ke kamar kecil dulu." Aku pergi ke kamar kecil dan menatap bayanganku di
> > cermin. Wajah seorang gadis remaja yang luar biasa tenang, dengan
> bandana
> > biru menghiasi rambutnya yang hitam. Wajah yang nampak asing bagiku.
> Entah
> > siapa yang ada di dalam cermin itu.
> >
> > Kemudian aku mengajak Ibu keluar gereja. Berjalan dibelakang
> ambulance yang
> > tergesa membawa korban ke rumah sakit dan menyelinap di sela-sela tim
> > pejinak bom kepolisian yang sudah berdatangan. Kami pulang dan tiba
> di rumah
> > dengan selamat.
> >
> > ****
> >
> > *Awal millennium baru, Malam Natal, tengah malam*
> >
> > "Ya Allah! Ayah nyaris pingsan melihat berita di televisi! Gereja
> Katedral
> > dibom! Bukankah Ayah sudah memperingatkanmu sebelumnya untuk pergi
> > menghadiri misa di gereja terdekat?" Ayah menyambut kami dengan
> gusar. Ibu
> > menangis sambil masuk kamar. Ia terlalu syok untuk dapat mengikuti
> berita di
> > televisi.
> >
> > "Kami tidak apa-apa, Ayah. Buktinya kami tiba di rumah dengan
> selamat, kan?"
> > kataku pelan.
> >
> > "Tidak apa-apa bagaimana?" teriak Ayah panik. "Lihatlah wajahmu. Dan
> bajumu.
> > Ya Allah! Ayah khawatir sekali." Ayah mulai duduk dan menutup wajahnya.
> > Menangis. Aku menatapnya heran. Ada apa dengan wajahku? Bajuku? Aku
> menunduk
> > menatap baju putihku. Baju putih yang tidak lagi putih.
> Bercak-bercak hitam
> > nyaris menutupi seluruh tubuhku. Kuusap wajahku. Jelaga hitam
> membekas di
> > telapak tanganku.
> >
> > "Siapa yang mengebom gereja, Ayah?" tanyaku pelan. Ayah menggeleng. Ia
> > menatapku dengan mata berair. "Bukan umat muslim. Percayalah ada Ayah!"
> > jawabnya sambil menepuk bahuku lembut. Aku tidak bertanya mengapa ia
> > menangis, tetapi di hitam matanya, kulihat sebuah luka.
> >
> > *****
> >
> > *Lima tahun kemudian, malam pergantian tahun*
> >
> > "Kau sudah selesai? Ayo cepat! Sebentar lagi acara dzikir
> > bersama akan segera dimulai. Pasti banyak orang yang datang dari segala
> > penjuru. Semoga kita tidak terlambat!" seru Ayah dari halaman rumah.
> Tergesa
> > kurapikan kerudung biruku dan keluar kamar.
> >
> > "Ah, putri Ayah sangat cantik!" Malu-malu aku menatap gamis
> > putihku dan kerudung biru yang membungkus wajahku di cermin di ruang
> tengah.
> > Baju putih. Kerudung biru. Masjid Istiqlal. Segala perasaan membuncah di
> > dadaku. Malam ini terasa berbeda. Malam yang sangat istimewa. Karena
> malam
> > ini, aku akan berada di jalan yang sama dengan Ayah.
> >
> > Seusai shalat malam, dzikir bersama, dan ikrar syahadat, aku
> > menatap langit kelam yang bertabur bintang. Aku berdiri di depan Masjid
> > Istiqlal. Persis di seberang pintu gerbang Gereja Katedral. Pintu
> gerbang
> > Gereja Katedral di mana bom itu pernah meledak. Kali pertama aku
> kembali ke
> > tempat itu. Bertahun-tahun sejak peristiwa bom terjadi. Bom yang telah
> > membuatku dalam pencarian. Pencarian sesuatu yang pernah hilang di dalam
> > jiwaku. Dan kini pencarian itu telah berakhir. Karena aku telah
> menemukan
> > dan ditemukan. Hidupku tidak akan menjadi sama lagi.
> >
> > ****
> >
> > Mengenang Ayah adalah sebuah kesahajaan. Sebuah pribadi sederhana yang
> > berwujud dalam diri seorang manusia. Yang sebagian darahnya mengalir di
> > tubuhku. Yang seluruh cintanya selalu memancar setiap saat aku menatap
> > bayanganku di cermin. Pahlawan masa kanak-kanakku. Bahkan hingga kini.
> > Walau saat ini angin telah menyapu semua jejak-jejakmu dan tak satu pun
> > burung-burung bernyanyi membawakan kabar darimu, Ayah tetap bagian dari
> > diriku. Selamanya.
> >
> >
> >
> > Jakarta, 7 Juli 2008 at 10.30 p.m.
> >
> > Dedicated to my memory of bomb explosion in year 2000
> >
> > ****
> > Tulisan ini dimuat di Majalah Annida No. 12/XVII edisi Agustus 2008
> >
> > *Tags:* short story <http://mutiaracinta.multiply. >com/tag/short% 20story
> >
> >
>
> http://mutiaracinta.multiply. com/journal/ item/199/ My_Father_ The_Hero? replies_read= 7
> >
>
>
>
- 3a.
-
[Proyek Laskar Pelangi] Timetable Proyek Laskar Pelangi (Sayyid Mada
Posted by: "senja alas" alas_senja@yahoo.com alas_senja
Thu Dec 4, 2008 1:27 am (PST)
Assalamualaikum,
Kaget!
Dua hari yang lalu, ada yang SMS: "Ass.wr.wb.Mas Sayyid dirimu blm posting timetable proyek LP di milis SK?Limit posting max.4 Des lho.Alias 2 hr lg.Kamis pekan ini.Kalo sinopsis blm kelar,gpp.Yg penting timetable dulu.Aku s'dr,Insya Allah,posting pas hr t'akhir.Blm buat jg sih:)"
Inilah kelemahannya seorang mahasiswa. Kalau gak ada duit, pusing mau kemana. Gak tau, ternyata ada pengumuman penting bahwa nama sendiri masuk dalam peserta Proyek Laskar Pelangi.
Alhamdulillah masih ada orang yang berbaik hati memberitahu. Thanks...
Ok, dalam segala daya dan upaya (cari utang sama temen buat bayar OP warnet estimasi 2 jam--soalnya selain posting ini aku juga harus cari bahan tugas dan mungkin posting di blog) akhirnya kukirim juga "Timetable Proyek Laskar Pelangi" ini...
4 Desember 2008
Posting Timetable ke millis SK, supaya kerja tidak molor dan supaya semangat. Soalnya kalau gak dibuat kayak gini sering lupa dan akhirnya jadi males deh. hehehehehe
5 Desember 2008-19 Desember 2008 (14 hari, alias dua minggu)
Buat Sinopsis Novel. Kenapa dua minggu? Supaya kesannya tak terburu-buru dan Insya Allah matang dalam taraf ide.
20 Desember 2008-20 Oktober 2009 (Lebih kurang 10 bulan--maaf kalau salah hitung)
Pengerjaan novel. Termasuk ke dalam waktu ini cari referensi (buku, media cetak atau elektronik, traveling, daki gunung--Marapi atau Singgalang bolehlah, mampir ke rumah sakit, jalan-jalan ke pasar, nongkrong di depan Taman Budaya Sumbar pas tengah malam, jalan kaki dari kampus ke rumah, duduk di halte dsb.) Dan tentu saja, menuliskannya, lalu pengendapan naskah minimal sebulan lalu dibaca dan tulis lagi.
21 Oktober 2009-30 Oktober 2009 (9 hari)
Editing Naskah. Mungkin ada yang salah ketik. Ejaan, diksi dsb kesalahan bahasa. Atau perombakan naskah, coz kita tidak akan pernah tau kapan ide yang lebih bagus itu datang. Bisa saja, ketika naskah sudah rampung, trus ada ide yang numpang lewat di kepala dan itu bagus. Otomatis naskahnya dipreteli lagi.
31 Oktober 2009-31 Desember 2009 (2 Bulan)
Pengajuan Naskah ke Penerbit. Semoga lolos dan best seller. Amiin...
Ah, itulah timetablenya. Maaf kalau terkesan tidak rapi. Soalnya dikerjakan langsung di meja warnet. Sekian.
Wassalam
Padang, 4 Desember 2008
Sayyid Madany Syani
- 4a.
-
Re: [Catcil] Bajaj Yang Jadi Juaranya. (Kisah ON Air SK)
Posted by: "inga_fety" inga_fety@yahoo.com inga_fety
Thu Dec 4, 2008 2:02 am (PST)
selalu ada cara untuk mengambil hikmah yah mas dani. coba kalau gak
telat kan gak makan pizza:D
salut untuk mas dani dan mbak Lia, juga untuk mbak endah dan nibras
kecil..hmm, kayaknya nibras akan semakin kuat dan terlatih nih:D
salam,
fety
--- In sekolah-kehidupan@yahoogroups. , Kang Dani <fil_ardy@..com .> wrote:
>
> Bajaj Yang Jadi Juaranya
> ~DA~
>
>
> Akhir pekan kemarin, terlalu banyak agenda pribadi saya yang
tertunda karena beberapa hal. Dan saya tidak punya pilihan untuk
mendeleted salah satu agenda tersebut dari list schedule saya. Setelah
rencana on air SK di RAS FM yang telah kami persiapkan sejak lama, dan
Sabtu malam kemarin adalah jadwal siaran SK. Ada rasa enggan sebtulnya
jika harus pergi keluar rumah pada waktu istirhat. Ya, akhir pekan
adalah waktu pribadi saya dan keluarga, saya mencoba konsisten dengan
itu. Beberapa kagiatan eksfam (luar keluarga) pada akhir pekan saya
hindari, salah satunya kegiatan FLP setiap ahad.
>
> 3 pekan yang lalu, saya mendapatkan tawaran untuk mengisi sebuah
acara di radio RAS FM Jakarta. Temanya tentu saja tentang komunitas
SK. Setelah berkordinasi dengan program directornya, akhirnya
disepakati Sabtu tgl 29 November 2008 pkl 20.00 s/d 22.00. Fyuh, akhir
pekan saya akan terganggu lagi. Tapi inilah kesempatan agar SK makin
berkibar. Biarlah, Nibras dan Endah harus kehilangan kesempatan
berkumpul dengan saya setelah selama 4 hari kerja, saya hanya bertemu
dengan mereka pada pagi dan malam hari. Ada sekumpulan sahabat yang
harus saya teriakkan pada dunia, bahwa mereka berkomunitas dengan
tulus dan berencana untuk berguna bagi ummat: Sahabat SK.
>
> Bahan-bahan siaran telah disiapkan oleh sekretaris SK dengan cekatan
seperti biasa. Agar tidak kehilangan moment bersama Nibras dan
Bundanya, saya memutuskan untuk mengajak mereka serta. Mbak Lia
memilih untuk berangkat bersama-sama dengan kami. Pkl 18.30 kami
berangkat dari Depok menuju Pondok Labu. Karena waktu yang sudah
mepet, saya putuskan untuk menggunakan taksi.
>
> Sabtu malam yang padat, dan seperti biasa padatnya lalulintas selalu
membakar setiap orang, termasuk sopir taksi tersebut. "Sialan, kok ga
mau ngalah sih" itulah sapaan yang saya dengar ketika sejanak duduk di
kursi depan taksi tersebut. semoga Nibras segera melupakan kata-kata
tersebut. Sebuah kesimpulan sontak terbit dalam hati saya: Sopir taksi
yang kurang beretika. Dan pijakannya pada gas yang kasar membuat laju
kendaraan tidak nyaman. Saya mulai tidak suka pada orang ini.
>
> Pkl 07.30 kami masih terjebak di kemacetan jalan Mampang Prapatan.
Saya mulai berfikir kalau acara on air SK kali ini akan batal.
Perasaan sayapun tidak sedang nyaman saat itu. Setelah bebas dari
kemacetan Mampang, kami melaju menuju ketidak tahuan sopir yang kurang
beretika. Meski jelas-jelas dia tidak tahu jalan dia masih membela
diri dengan mengatakan: "Nggak semua sopir taksi tahu jalan, Mas"
Ketika saya protes padanya karena membuat kami tersesat. "Apalagi
kalau pool taksinya ga di Jakarta" Tambahnya. Huh, like i care!!
>
> Padahal sore tadi saya berusaha browsing untuk mengetahui alamat
lengkap dan nomor telepon RAS FM, tapi sayang internet di rumah sedang
down,lalu saya mencoba menghibur diri dengan berhusnudzon bahwa mbak
Lia pasti mencatat nomor teleponnya. Siapa sangka kalaau mbak Liapun
lupa akan hal itu, dan parahnya, tak ada satupun pihak dari RAS FM
yang menanyakan nomor telepon kami. Akhirnya, setelah menelusuri
ketidak tahuan si sopir, pada sebuah perempatan lampu merah di daerah
Tebet Timur, saya memutuskan untuk turun dari taksi yang tidak menjaga
kenyamanan penumpangnya tersebut. Dan sedikit argumentasi dari saya
tentang: "Penumpang ga perduli sampeyan poolnya di mana, yang saya
tahu, seharusnya Sopir taksi itu tau jalan, saya minta ke Kp. Melayu
aja sampeyan ga tau!". dengan tegas dan marah yang saya tahan.
>
> Mungkin saya batalkan saja rencana ini, toh waktu siaran yang
seharusnyapun sudah hampir habis. Untung saja ada Mbak Lia dan Endah
serta Nibras yang membuat saya tenang dan meyakinkan saya agar mau
mendengarkan saran dari Mbak Lia: kami meneruskan perjalanan ke RAS
FM. Sebuah Bajaj dicegat oleh Mbak Lia, dan setelah terjadi negoisasi
dengan sopir Bajaj, akhirnya kami berangkat meneruskan perjalanan.
Tidak beberapa lama kami menyusuri Jalan KH. Abdullah Syafii, Mbak Lia
berhasil menemukan palng tempat tersebut. Fyuuuuh, meski jatah siaran
kami sudah lewat tapi saya tetap lega berhasil menemukan tempat
itu.Hmm, ternyata bajaj yang jadi juaranya dan berhasil mengantarkan
kami ke tujuan.
>
> Setelah bertemu dengan Program Director RAS FM sekaligus orang yang
mengundang saya untuk siaran, kami berbincang tentang perihal
keterlambatan kami dan reschedule siaran. Ternyata, meski kami batal
mengisi acara, RAS FM punya program khusus juga malam itu, mereka
siaran 24 jam karena hari ahadnya RAS FM Memperingati ulang tahunnya.
Alhamdulillah, kabar itu mengurangi rasa bersalah kami karena
terlambat datang.
>
> Akhirnya kami berempat pulang dengan hati yang lebih tenang. Dan,
duh ternyata mbak Lia menahan lapar sejak sore karena belum makan
hanya karena kami tergesa-gesa untuk menunaikan amanah ini. Dan yang
menjadi blessing in disguisenya seperti ditulis Pak Teha, bagi kami
malam itu adalah: MAKAN PIZZA. Ya, Mbak Lia yang belum makan sejak
sore tadi mentraktir Kami makan Pizza, terimakasih mbak Lia. Dan mohon
maaf sahabat, saya batal mengibarkan bendera SK malam tadi.
>
> Well, sungguh sebuah amanah yang berat bagi saya menunaikan begitu
banyak ekspektasi dari sahabat SK. Tapi, bukankah harapan adalah bahan
bakar bagi saya untuk membuat SK semakin berkibar? Maka, saya tampung
semua itu dalam sebuah bejana asa yang kami beri nama program kerja.
Semoga semuanya bisa kami urai satupersatu, bukan untuk apa-apa, bukan
untuk saya, bukan untuk Nibras, tapi untuk SK.
>
>
>
> Dani Ardiansyah
> PT. Multi Data Rancana Prima
> Raudha Building 2nd Jl. HR. Rasuna Said
> No. 21 Jakarta 12710
> HP: 085694771764
>
- 5.
-
Sembuh Karena Sodaqoh
Posted by: "agussyafii" agussyafii@yahoo.com agussyafii
Thu Dec 4, 2008 2:05 am (PST)
Sembuh Karena Sodaqoh
By: agussyafii
Pada suatu hari seorang teman bertutur, Ada seorang Dokter itu
mengatakan bahwa pemeriksaan dan diagnosis terbaru menunjukkan bahwa
tubuhnya sama sekali bersih dari kanker. "Keadaan anda sekarang
sehat." Kata dokter itu.
Laki-laki itu hampir tak percaya atas perkataan dokter, dia tidak
kuasa membendung air matanya yang meleleh karena kebahagiaan. dia itu
bertanya sekali lagi apakah yang didengarnya tidak salah. Dokter
tersebut mengatakan bahkan juga bersumpah apa yang dikatakannya benar.
Berulang kali lelaki itu bersyukur memanjatkan kepada Ilahi robbi,
dirinya sembuh karena Alloh berkenan menyumbuhkan dirinya, hal itu
berkat doa seorang perempuan tua pengasuh anak-anak yatim karena
dirinya telah bershodaqoh kepada anak-anak yatim. Sejak itu dia
berjanji akan selalu mengasuh anak-anak yatim itu sampai tiba ajal baginya
--
Aswad bin Yazid meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Obatilah
orang-orang yang sakit dengan bersodaqoh dan bentengilah harta anda
dengan zakat dan siapkan untuk menagkal bala' dengan berdoa.
Wassalam,
Agussyafii
-----
Tulisan ini dibuat dalam rangka sosialisasi Program Baksos "Ananda
Anak Sehat" Terima kasih atas berkenannya berpartisipasi maupun
memberikan dukungannya, silahkan kunjungi kami di
http://agussyafii.blogspot. atau sms 087 8777 12 431com
- 6.
-
MAIN HAKIM SENDIRI DILARANG, TAPI APARAT TIDAK MENEGAKKAN HUKUM (CAT
Posted by: "arya noor amarsyah arya" arnabgaizir@yahoo.co.id arnabgaizir
Thu Dec 4, 2008 2:33 am (PST)
MAIN HAKIM SENDIRI DILARANG,
TAPI APARAT TIDAK MENEGAKKAN HUKUM
Pagi ini (2/12-2008), saya mendengar berita tentang
keterlibatan perwira polisi dalam kasus perjudian di Riau.
Pihak kepolisian mengakui keterlibatan perwira polisi
dalam kasus ini. Mereka yang terlibat ini berjumlah 6 orang diantaranya, 3 mantan Polda dan 3
mantan wakapolda.
Inspektorat Pengawasan
Umum Markas Besar Kepolisian RI menemukan indikasi enam perwira tinggi polisi
bertanggung jawab dalam kasus perjudian di Riau pada Oktober lalu. Sebagai
pemimpin wilayah, mereka dianggap bertanggung jawab atas lolosnya kasus judi
toto gelap dengan tersangka Candra Wijaya alias Acin dari operasi kepolisian.
Keenam perwira tinggi itu,
kata Jenderal Jusuf Manggabarani -Inspektur Pengawasan Umum Komisaris-, terdiri
atas tiga mantan kepala kepolisian daerah dan tiga mantan wakil kepala
kepolisian daerah di Riau. http://www.korantempo.com/korantemp o/koran/2008/ 12/02/Nasional/ krn.20081202. 149780.id. html
Ketua DPR Agung Laksono mendesak Kapolri Jenderal Pol
Bambang Hendarso Danuri segera mengumumkan nama enam perwira tinggi Polri yang
diduga menjadi backing dalam
perjudian di Riau. http://news.okezone.com/ index.php/ ReadStory/ 2008/12/02/ 1/169835/ judi-riau
agung-minta-kapolri-umumkan- 6-perwira
Sesuatu yang memprihatinkan memang. Kepolisian yang
seharusnya memberantas perjudian, malah menjadi backing. Sejak Jenderal
Sutanto menjabat Kepala Kepolisian RI (Kapolri), beliau menerapkan kebijakan
anti perjudian.http://www.korantempo .com/korantempo/ koran/2008/ 12/02/Nasional/ krn.20081202. 149780.id. html.
Bagaimana tidak
memprihatinkan? Dengan dibackingnya perjudian, seolah perjudian menjadi sesuatu
yang legal. Perjudian seolah dibela oleh aparat. Sehingga orang-orang yang
ingin menutup perjudian harus berhadapan terlebih dahulu dengan aparat.
Masyarakat memang tidak
dibenarkan menjadi hakim sendiri. Tapi bagaimana bila aparatnya bukan
menegakkan hukum tapi malah meruntuhkan hukum? Andaikan ke 6
perwira ini terbukti bersalah, sangat disesalkan..........
arnabgaizir.blogspot. com
arnab20.multiply.com
Berbagi foto Flickr dengan teman di dalam Messenger. Jelajahi Yahoo! Messenger yang serba baru sekarang! http://id.messenger.yahoo.com
- 7.
-
KEJUTAN DALAM TULISAN (CATATAN KAKI)
Posted by: "arya noor amarsyah arya" arnabgaizir@yahoo.co.id arnabgaizir
Thu Dec 4, 2008 2:43 am (PST)
KEJUTAN DALAM TULISAN
Ayah saya baru saja membaca sebuah novel karya Sidney
Sheldon. Beliau bercerita bahwa penulis asing itu luar biasa. Penulis asing
dapat menulis sesuatu yang hampir tidak
pernah terpikirkan oleh pembacanya.
Dalam novel itu, ayah bercerita tentang dua orang penipu (seorang
pria dan seorang wanita) yang naik sebuah kapal laut (saya lupa mungkin kapal
pesiar). Di dalam kapal itu terdapat dua orang grandmaster catur.
Kedua orang penipu itu menantang dua grandmaster catur untuk taruhan. Siapa
yang dapat mengalahkan wanita itu dalam permainan catur, maka mereka
masing-masing akan memperoleh sejumlah uang. Namun jika remis, maka kedua
penipu itulah yang memperoleh uangnya. Mendapat tantangan ini, kedua
grandmaster catur langsung menerimanya. Karena mereka merasa yakin dapat memenangkan
pertandingan dan mengalahkan wanita penantang.
Wanita penipu itu
menantang kedua grandmaster itu secara bersamaan. Hanya saja mereka bermain di
ruangan yang berbeda. Di ruangan pertama, si wanita melawan grandmaster A. Si
wanita memegang bidak hitam dan musuhnya memegang bidak putih. Grandmaster A menjalankan bidak putihnya.
Setelah itu, si wanita pindah ke ruangan satunya lagi. Di ruangan kedua ini, si
wanita memegang bidak putih dan dia menjalankan bidak caturnya seperti
grandmaster A.
Si wanita menunggu hingga grandmaster
B menjalankan bidak hitamnya. Setelah grandmaster B menjalankan bidak hitamnya,
si wanita kembali ke ruang pertama dengan mengikuti langkah grandmaster B. Begitu
seterusnya.
Melihat skenario ini
sebenarnya yang sedang bermain bukanlah antara si wanita melawan grandmaster A
dan B. Tapi, yang bermain adalah grandmaster A melawan grandmaster B, melalui
tangan si wanita.
Akhir permainan adalah
remis dan dua orang penipu itu mendapat bayaran hasil permainan ini.
Menurut saya, tulisan
Sidney Sheldon seputar catur ini dapat dikatakan hebat. Tidak pernah
terpikirkan oleh para pembaca atau pendengar cerita ini (setidaknya oleh saya).
Apakah
penulis-penulis di sini dapat membuat tulisan seperti ini? Dapat membuat tulisan
yang berisikan berbagai kejutan yang tidak pernah terpikirkan oleh para
pembacanya?
Menurut saya, penulis-penulis di sini mampu untuk
menghasilkan karya yang penuh dengan kejutan. Aaaamiiin
arnabgaizir.blogspot. com
arnab20.multiply.com
_____________________ _________ _________ _________ _________ _
Dapatkan alamat Email baru Anda!
Dapatkan nama yang selalu Anda inginkan sebelum diambil orang lain!
http://mail.promotions. yahoo.com/ newdomains/ id/
- 8.
-
[mimbar] Kehilangan: Sahabat atau Musuh?!
Posted by: "ukhti hazimah" ukhtihazimah@yahoo.com ukhtihazimah
Thu Dec 4, 2008 4:17 am (PST)
Benar-benar hari yang luar biasa. Sebuah jeweran pedas mampir ke kepalaku. "Jeweran" spesial dariNYA, yang kali ini bernama Kehilangan.
Hari ini, kembali sang hikmah bertutur padaku dengan sedikit pedas, menjewer hati dan kepala untuk kembali merenung. sang hikmah mengajakku berpikir, bukankah hal yang nampaknya begitu meyakinkan bakal kita dapatkan, ternyata bisa hilang dalam sekejap di depan mata kita? Bukankah hal yang begitu kita sayangi, bisa dengan mudah lenyap tak berbekas? Hilang. Lenyap. Tanpa sempat kepala menerima kalimat perpisahan.
Ya. Kehilangan memang seringkali dianggap sebagai teman yang tidak menyenangkan. Seringkali dia dengan cueknya datang, menyapa, dan seketika membuat mulut menekuk ke bawah.
Tapi...
Kehilangan juga bisa menjadi sahabat yang selalu tersenyum penuh kearifan, bisa menjadi pengingat kala kita dipeluk khilaf, dan menjadi penyadar hati yang seringkali diselimuti kesombongan.
Ya. Kehilangan adalah pemberi peringatan, bahwa manusia tak memiliki apapun di dunia.
Sedikit mengajak merenung bersama...[apalagi buat yang nulis]
Memilih menjadikan kehilangan sebagai musuh yang menyakitkan atau menjadi sahabat yang membimbing hati. Pilihan yang sangat tergantung dari sudut mana manusia memandang.
:sinta:
"Keindahan selalu hadir saat manusia berpikir positif"
BloG aKu & buKu
http://jendelakumenatapdunia. blogspot. com
BloG RaMe-RaMe
http://sinthionk.multiply. ; http://sinthionk.com rezaervani. com
YM : SINTHIONK
Need to Reply?
Click one of the "Reply" links to respond to a specific message in the Daily Digest.

Change settings via the Web (Yahoo! ID required)
Change settings via email: Switch delivery to Individual | Switch format to Traditional
Visit Your Group | Yahoo! Groups Terms of Use | Unsubscribe
Tidak ada komentar:
Posting Komentar