Rabu, 17 Desember 2008

[sekolah-kehidupan] Digest Number 2421

sekolah-kehidupan

Messages In This Digest (25 Messages)

1a.
Re: [catcil] Jamanku Anak-Anak From: novi_ningsih
1b.
Re: [catcil] Jamanku Anak-Anak From: Bu CaturCatriks
2a.
[Catcil] Naksir From: Lia Octavia
2b.
Re: [Catcil] Naksir From: Nia Robie'
3a.
[Ruang Keluarga} Ceceu, Ibu Keduaku From: Nia Robie'
3b.
Re: [Ruang Keluarga} Ceceu, Ibu Keduaku From: novi_ningsih
3c.
Re: [Ruang Keluarga} Ceceu, Ibu Keduaku From: Nia Robie'
4.
[Ruang Keluarga] Happy Mother Day.... Happt Birthday, Mom! From: Bang_Said
5a.
[Donasi Buku] Donasi Buku Eska Dibuka Kembali From: Dept. Penerbitan SK
5b.
Re: [Donasi Buku] Donasi Buku Eska Dibuka Kembali From: Nia Robie'
5c.
Re: [Donasi Buku] Donasi Buku Eska Dibuka Kembali From: ugik madyo
5d.
Re: [Donasi Buku] Donasi Buku Eska Dibuka Kembali From: Lia Octavia
6.
[Maryamah Karpov] Seru, Kocak, Sedih, Menegangkan From: Anwar Holid
7.
(Catatan Kaki) Sedikit Bantu-bantu Ultimus Pindahan From: Anwar Holid
8a.
Re: [Lonceng] Met Milad buat Mas Yayan dan Mbak Dyah Zakiati ^_^ From: sismanto
8b.
Re: [Lonceng] Met Milad buat Mas Yayan dan Mbak Dyah Zakiati ^_^ From: ugik madyo
8c.
Re: [Lonceng] Met Milad buat Mas Yayan dan Mbak Dyah Zakiati ^_^ From: fil_ardy
9.
(Teka) Meremehkan Kemampuan Anak From: sismanto
10a.
Re: "Mengenal eSKa dari foto" From: Bu CaturCatriks
11a.
Re: (Cerpen) Malam Tahun Baru - cerita menjelang akhir tahun From: Bu CaturCatriks
12a.
(catcil) a love letter to me From: Bu CaturCatriks
12b.
Re: (catcil) a love letter to me From: Lia Octavia
13a.
(catcil) Kang Abik Menang Tanpa Ngasorake From: INDARWATI HARSONO
13b.
Re: (catcil) Kang Abik Menang Tanpa Ngasorake From: fil_ardy
13c.
Re: (catcil) Kang Abik Menang Tanpa Ngasorake From: joey

Messages

1a.

Re: [catcil] Jamanku Anak-Anak

Posted by: "novi_ningsih" novi_ningsih@yahoo.com   novi_ningsih

Tue Dec 16, 2008 5:42 am (PST)

Wah tipe bacaan kita banyak yang sama sin ;)
sampe sekarang aku juga masih suka baca komik kalau emang lagi pengen
refreshing dari novel2 yang isinya tulisan mulu :D

Dulu sampe smu, aku koleksi donal bebek :D, setelah itu, masih suka
beli kadang2 dengan alasan buat ponakan :D, hihihih...

Yah, masa kecil yang indah, jadi inget seneng banget baru bisa baca

salam

Novi

--- In sekolah-kehidupan@yahoogroups.com, ukhti hazimah
<ukhtihazimah@...> wrote:
>
> "Lagi pengen jadi anak-anak," jawabanku ketika seorang teman
bertanya koq tiba-tiba baca buku Seri Little Ghost [SLG].
>
> Keinginan ini muncul saat aku sedang menjelajah buku di Read Me
[persewaan buku]. Kutemukan buku-buku lawas ini pada posisi yang tak
terlalu menonjol, berada di rak terbawah sebelah kanan. Letak yang
sedikit tersembunyi. Tak hanya SLG yang tertumpuk di sana, ada juga
Donal Bebek, Madiken, Toto Chan dan beberapa buku berlabel anak-anak.
>
> Perasaan ingin bernostalgia tiba-tiba muncul, mengingat betapa
rajinnya aku dulu untuk datang ke persewaan dan menekuni segala komik
yang berderet rapat. Mengingat betapa gandrungnya aku dulu dengan
komik donal bebek, mickey mouse, Scooby doo, Asterix plus komik-komik
jepang: Kala itu komik yang jadi favoritku adalah Dunia Mimpi [Kyoko
Hikawa emang TOP!], Harlem Beat en Kungfu Boy, dikombinasi dengan
Serial Cantik dan Serial Misteri.
>
> Kemudian, minat baca pun "meningkat" dari komik menjadi novel.
Mulailah berburu serial Malory Towers, Si Kembar di St. Clare,
Madiken, dan Goosebumps. Kembali hunting ke persewaan masih juga
menjadi pilihan utama, yang sementara tak mengindahkan kata "beli".
>
> Menginjak kelas 2 SMP tipe bacaan berubah. Saat itu serial detektif
menjadi yang ter…ter…dan terfavorit untuk dicari. Petualangan dan
teka-teki benar-benar membuatku tergila-gila. STOP, Lima Sekawan,
Sapta Siaga, Trio Detektif dan Agatha Christie, plus ditambah komik
Detektif Kindaichi dan Detektif Conan adalah bacaan yang memenuhi
tangan dan tasku. Tapi ke"serius"an dengan serial detektif masih aku
imbangi dengan membaca kekonyolan serial Lupus dan Olga. So…gak
"stress" amat lah :D
>
> Well. Selalu menyenangkan mengingat masa kecil ^_^
>
>
> :sinta:
>
> "Keindahan selalu hadir saat manusia berpikir positif"
> BloG aKu & buKu
> http://jendelakumenatapdunia.blogspot.com
> BloG RaMe-RaMe
> http://sinthionk.multiply.com ; http://sinthionk.rezaervani.com
> YM : SINTHIONK
>

1b.

Re: [catcil] Jamanku Anak-Anak

Posted by: "Bu CaturCatriks" punya_retno@yahoo.com   punya_retno

Tue Dec 16, 2008 4:06 pm (PST)

gyaaaa! sama, sama!
dulu pas sd aku juga hobi baca komik jepang (terutama serial cantik,
topeng kaca, marichan--ampe pingin jadi penari balet profesional,
hayah. trus asterix, smurf, tintin, matilda-roald dahl, semua seri
astrid lindgrendt--kaya pippi langstrump, ronya, anak2 bullerbyn;
trus serial 5 sekawan--karena mereka sering bawa bekal enak2, trus
malory towers dan st clare--karena mereka sering pesta tengah malam
dgn makanan enak2, hayah ketauan bgt deh selective attentionku ttg
makanan)

trus smp, meningkat ke serial agatha christie, john grisham, sidney
sheldon, putu wijaya, hamsad rangkuti, serial musashi, serial gone
with the wind. dulu aku hobi baca buku pintar senior dan rpul, trus
nemu list buku klasik ter-oke, dan aku pernah punya ambisi, mau baca
itu semua (sekaligus mengoleksinya), kaya: charlotte's web, time
machine, don quixote, dll

sma naik kelas, mulai baca serial2 klasik inggris kaya shakespeare
(dan nggak paham), pride and prejudice, emma, atau buku berat kaya
anna karenina--leo tolstoy dan dr zhivago--boris pasternak.trus
puisi2nya rabinranath tagore, tulisan2 umar kayam, dll

kuliah, mulai belajar membiasakan diri baca buku2 bhs inggris--
sekalian belajar, secara vocabku minim, hehehe. kaya tuesdays with
morrie, five people you meet in heaven (yg ada versi kocaknya--five
people you meet in hell), tulisan2 para komedian amerika, tulisan2 o
henry, tulisan2 kafka, trus aku juga banyak baca buku2 psikologi ttg
penderita depresi, ex: hightide lowtide journal of manic
deppression, sampe jurnal2 psikologi pinjeman.

duluuuu sekali, aku pernah punya obsesi, baca 1 hari 1 buku.
pernah terjadi pas smp, smu dan awal2 kuliah.
tapi, sekarang kok susah ya?
fuh
mari bersemangat!

thanks utk topik yg menarik ini yaaa, sintaaa!

-retno-

--- In sekolah-kehidupan@yahoogroups.com, "novi_ningsih"
<novi_ningsih@...> wrote:
>
> Wah tipe bacaan kita banyak yang sama sin ;)
> sampe sekarang aku juga masih suka baca komik kalau emang lagi
pengen
> refreshing dari novel2 yang isinya tulisan mulu :D
>
> Dulu sampe smu, aku koleksi donal bebek :D, setelah itu, masih suka
> beli kadang2 dengan alasan buat ponakan :D, hihihih...
>
> Yah, masa kecil yang indah, jadi inget seneng banget baru bisa baca
>
>
>
> salam
>
> Novi
>
> --- In sekolah-kehidupan@yahoogroups.com, ukhti hazimah
> <ukhtihazimah@> wrote:
> >
> > "Lagi pengen jadi anak-anak," jawabanku ketika seorang teman
> bertanya koq tiba-tiba baca buku Seri Little Ghost [SLG].
> >
> > Keinginan ini muncul saat aku sedang menjelajah buku di Read Me
> [persewaan buku]. Kutemukan buku-buku lawas ini pada posisi yang
tak
> terlalu menonjol, berada di rak terbawah sebelah kanan. Letak yang
> sedikit tersembunyi. Tak hanya SLG yang tertumpuk di sana, ada juga
> Donal Bebek, Madiken, Toto Chan dan beberapa buku berlabel anak-
anak.
> >
> > Perasaan ingin bernostalgia tiba-tiba muncul, mengingat betapa
> rajinnya aku dulu untuk datang ke persewaan dan menekuni segala
komik
> yang berderet rapat. Mengingat betapa gandrungnya aku dulu dengan
> komik donal bebek, mickey mouse, Scooby doo, Asterix plus komik-
komik
> jepang: Kala itu komik yang jadi favoritku adalah Dunia Mimpi
[Kyoko
> Hikawa emang TOP!], Harlem Beat en Kungfu Boy, dikombinasi dengan
> Serial Cantik dan Serial Misteri.
> >
> > Kemudian, minat baca pun "meningkat" dari komik menjadi novel.
> Mulailah berburu serial Malory Towers, Si Kembar di St. Clare,
> Madiken, dan Goosebumps. Kembali hunting ke persewaan masih juga
> menjadi pilihan utama, yang sementara tak mengindahkan kata "beli".
> >
> > Menginjak kelas 2 SMP tipe bacaan berubah. Saat itu serial
detektif
> menjadi yang ter…ter…dan terfavorit untuk dicari. Petualangan dan
> teka-teki benar-benar membuatku tergila-gila. STOP, Lima Sekawan,
> Sapta Siaga, Trio Detektif dan Agatha Christie, plus ditambah komik
> Detektif Kindaichi dan Detektif Conan adalah bacaan yang memenuhi
> tangan dan tasku. Tapi ke"serius"an dengan serial detektif masih
aku
> imbangi dengan membaca kekonyolan serial Lupus dan Olga. So…gak
> "stress" amat lah :D
> >
> > Well. Selalu menyenangkan mengingat masa kecil ^_^
> >
> >
> > :sinta:
> >
> > "Keindahan selalu hadir saat manusia berpikir positif"
> > BloG aKu & buKu
> > http://jendelakumenatapdunia.blogspot.com
> > BloG RaMe-RaMe
> > http://sinthionk.multiply.com ; http://sinthionk.rezaervani.com
> > YM : SINTHIONK
> >
>

2a.

[Catcil] Naksir

Posted by: "Lia Octavia" liaoctavia@gmail.com   octavialia

Tue Dec 16, 2008 6:30 am (PST)

*Naksir*

Beberapa hari yang lalu, saya menerima sms dari seorang teman perempuan saya
yang baru masuk ke sebuah organisasi kepenulisan dimana saya menjadi
anggotanya selama beberapa tahun terakhir ini. Sebut saja namanya S. Sebuah
sms yang cukup mengejutkan saya di siang hari itu, di saat saya sedang sibuk
dengan pekerjaan kantor.

"Mbak Lia, emangnya Mbak Lia lagi naksir siapa?" begitu bunyi sms dari S.

"Naksir? Naksir apaan? Maksudnya?" balas saya.

"Iya. Udah lama. Aku dengar dari si C, katanya Mbak Lia lagi naksir
seseorang ya?" tanya S.

Saya yang sedang sibuk mondar mandir ke sana ke mari mengerjakan pekerjaan
kantor tidak begitu memerhatikan dan memedulikan sms tersebut.

"Siapa bilang? Udah deh, katanya S mau nulis buku. Mendingan nulis daripada
menggosip!" saya mengirimkan sms balasan saya pada S. Setelah itu saya
benar-benar melupakan kejadian itu. Aktifitas saya yang padat membuat saya
langsung melupakan hal-hal yang tidak penting bagi saya.

Sore tadi, tiba-tiba S kembali mengirimkan sms pada saya.

"Hahahaha... ayoo Mbak Lia naksir siapa? Apakah si W, X, Y, atau Z?" begitu
bunyi smsnya. Saya menatap layar ponsel saya dengan heran. S menyebutkan
nama-nama sahabat-sahabat saya yang juga sama-sama berada di organisasi
kepenulisan. Sahabat-sahabat dimana saya sering berdiskusi dan berbagi ilmu
tentang kepenulisan dan sastra. Sahabat-sahabat dimana justru saya banyak
belajar dari mereka. Saya sempat tertegun sejenak. Lalu tiba-tiba tawa saya
meledak. S tidak tahu bahwa saya sudah lama mengenal mereka semua jauh
sebelum S bergabung ke dalam organisasi kepenulisan tersebut. S masih
terbilang orang baru di organisasi tersebut.

Sifat jahil dan iseng saya tiba-tiba keluar. Dengan senyum dikulum, saya
mengetikkan sms jawaban saya dengan kata-kata yang penuh rahasia.
"Hahahaha... No comment! Ngga boleh menggosip lho, Mbak!"

Dan persis seperti dugaan saya, sms jawabannya berbunyi, "Iya. Hanya waktu
yang akan menjawabnya."

Fenomena taksir menaksir ini sudah terjadi sejak saya duduk di bangku
terakhir SD, SMP hingga SMA. Mulai dari naksir kakak kelas yang ganteng,
cowok yang pintar tapi bandel, guru muda yang pintar dan ganteng. Dan begitu
pula sebaliknya. Ditaksir teman sekelas, cowok kelas sebelah, ditaksir
cowok-cowok kelas IPA padahal saya tidak menyukai gaya mereka yang
sok seakan-akan mereka ilmuwan terhebat di dunia. Kebanyakan unsur-unsur
yang membuat fenomena taksir menaksir di dunia remaja ini terjadi karena dua
hal, yaitu kecantikan/ketampanan dan kecerdasan.

Fenomena taksir menaksir terus berlanjut pada saat saya duduk di bangku
kuliah. Saya kuliah di beberapa tempat yang berbeda. Dan di setiap tempat
itu, taksir menaksir selalu terjadi. Di tempat kuliah Inggris, saya pernah
menaksir teman sekelas saya yang tampan, dan saya ditaksir
banyak cowok-cowok baik dari kelas saya, kelas sebelah, maupun dari
universitas lain. Begitu pula di tempat kuliah Perancis dan Jepang. Naksir
dosen Perancis yang keren dan ditaksir cowok-cowok baik teman sekelas saya
maupun bukan. Taksir menaksir di tingkat ini lebih kompleks. Baik
unsur-unsur penyebabnya maupun perilaku yang ditimbulkan oleh para penaksir.
Unsur-unsur penyebab taksir menaksir dalam tingkat ini yaitu karena
kecantikan/ketampanan, kecerdasan, keluwesan dalam bergaul, dan popularitas.

Perilaku yang ditimbulkan para penaksir pun semakin beragam. Ada yang nekat
duduk di ruang tamu rumah saya seharian karena saya tidak mau menemuinya.
Ada yang mengirimkan hadiah-hadiah, coklat, sampai surat cinta setiap hari.
Ada yang rajin mengantar-jemput saya kuliah setiap hari. Ada yang sering
mentraktir saya makan siang di kantin. Dan kehebohan itu semakin kompleks
karena ternyata ada cewek lain yang menyukai cowok penaksir itu.
Kejadian-kejadian mirip sinetron dalam dunia nyata pun mewarnai masa-masa
kuliah saya. Dan fenomena taksir menaksir itu tetap berlangsung apalagi
karena saya temasuk mahasiswa yang tidak pernah mendapat C di dalam kartu
semester saya. Lulus dengan predikat cum laude membuat fenomena taksir
menaksir semakin berkembang.

Begitu pula di tempat saya mengajar bahasa Inggris semasa saya kuliah.
Murid-murid saya yang kebanyakan murid-murid SMU dan usianya hanya terpaut
satu atau dua tahun dengan saya juga termasuk penaksir. Hingga akhirnya saya
ditempatkan di kelas anak-anak SD oleh pengelola sekolah/kursus bahasa
Inggris dimana saya bekerja sambil kuliah.

Ketika saya mulai bekerja di kantor lalu menjadi santri di sebuah
yayasan Islam terkenal dan kemudian bergabung dengan berbagai organisasi dan
komunitas. Fenomena taksir menaksir itu tetap terjadi. Yang berbeda adalah
unsur-unsur penyebabnya. Kecantikan/ketampanan tidak lagi menjadi unsur yang
utama. Tetapi tetap memegang peranan penting. Kecerdasan,
kesolehan/kesolehahan dan prestasi menduduki urutan utama.

Dengan demikian, saya sangat bersyukur Allah memperkenankan saya
menaksir orang lain dan ditaksir orang lain dalam hidup saya. Karena dengan
demikian, saya jadi belajar mengenai berbagai karakter serta sifat-sifat
manusia dan habluminannas (hubungan horisontal antar sesama manusia) yang
sama pentingnya dengan habluminallah (hubungan vertikal antara diri sendiri
dengan Allah). Serta bagaimana menjadi semakin dewasa dan bijak dalam
berpikir, berperilaku, dan berkata-kata. Menjadi manusia yang hari ini lebih
baik dari yang hari-hari sebelumnya.

Dan yang paling penting, memiliki banyak sahabat dan saudara dimana-mana.
Setidaknya, saya berusaha agar tidak ada seorang pun yang melemparkan
sepatunya kepada saya pada saat saya berbicara di hadapan orang lain ^_^
(Peace, Pak Bush! ^_^)

Jakarta, 16 Desember 2008 at 9.15 p.m.
http://mutiaracinta.multiply.com
2b.

Re: [Catcil] Naksir

Posted by: "Nia Robie'" musimbunga@gmail.com

Tue Dec 16, 2008 7:12 am (PST)

Wiw mba lia.. ck..ck..ck...

Pada 16 Desember 2008 21:30, Lia Octavia <liaoctavia@gmail.com> menulis:

> *Naksir*
>
> Beberapa hari yang lalu, saya menerima sms dari seorang teman perempuan
> saya yang baru masuk ke sebuah organisasi kepenulisan dimana saya menjadi
> anggotanya selama beberapa tahun terakhir ini. Sebut saja namanya S. Sebuah
> sms yang cukup mengejutkan saya di siang hari itu, di saat saya sedang sibuk
> dengan pekerjaan kantor.
>
> "Mbak Lia, emangnya Mbak Lia lagi naksir siapa?" begitu bunyi sms dari S.
>
> "Naksir? Naksir apaan? Maksudnya?" balas saya.
>
> "Iya. Udah lama. Aku dengar dari si C, katanya Mbak Lia lagi naksir
> seseorang ya?" tanya S.
>
> Saya yang sedang sibuk mondar mandir ke sana ke mari mengerjakan pekerjaan
> kantor tidak begitu memerhatikan dan memedulikan sms tersebut.
>
> "Siapa bilang? Udah deh, katanya S mau nulis buku. Mendingan nulis daripada
> menggosip!" saya mengirimkan sms balasan saya pada S. Setelah itu saya
> benar-benar melupakan kejadian itu. Aktifitas saya yang padat membuat saya
> langsung melupakan hal-hal yang tidak penting bagi saya.
>
> Sore tadi, tiba-tiba S kembali mengirimkan sms pada saya.
>
> "Hahahaha... ayoo Mbak Lia naksir siapa? Apakah si W, X, Y, atau Z?" begitu
> bunyi smsnya. Saya menatap layar ponsel saya dengan heran. S menyebutkan
> nama-nama sahabat-sahabat saya yang juga sama-sama berada di organisasi
> kepenulisan. Sahabat-sahabat dimana saya sering berdiskusi dan berbagi ilmu
> tentang kepenulisan dan sastra. Sahabat-sahabat dimana justru saya banyak
> belajar dari mereka. Saya sempat tertegun sejenak. Lalu tiba-tiba tawa saya
> meledak. S tidak tahu bahwa saya sudah lama mengenal mereka semua jauh
> sebelum S bergabung ke dalam organisasi kepenulisan tersebut. S masih
> terbilang orang baru di organisasi tersebut.
>
> Sifat jahil dan iseng saya tiba-tiba keluar. Dengan senyum dikulum, saya
> mengetikkan sms jawaban saya dengan kata-kata yang penuh rahasia.
> "Hahahaha... No comment! Ngga boleh menggosip lho, Mbak!"
>
> Dan persis seperti dugaan saya, sms jawabannya berbunyi, "Iya. Hanya waktu
> yang akan menjawabnya."
>
> Fenomena taksir menaksir ini sudah terjadi sejak saya duduk di bangku
> terakhir SD, SMP hingga SMA. Mulai dari naksir kakak kelas yang ganteng,
> cowok yang pintar tapi bandel, guru muda yang pintar dan ganteng. Dan begitu
> pula sebaliknya. Ditaksir teman sekelas, cowok kelas sebelah, ditaksir
> cowok-cowok kelas IPA padahal saya tidak menyukai gaya mereka yang
> sok seakan-akan mereka ilmuwan terhebat di dunia. Kebanyakan unsur-unsur
> yang membuat fenomena taksir menaksir di dunia remaja ini terjadi karena dua
> hal, yaitu kecantikan/ketampanan dan kecerdasan.
>
> Fenomena taksir menaksir terus berlanjut pada saat saya duduk di bangku
> kuliah. Saya kuliah di beberapa tempat yang berbeda. Dan di setiap tempat
> itu, taksir menaksir selalu terjadi. Di tempat kuliah Inggris, saya pernah
> menaksir teman sekelas saya yang tampan, dan saya ditaksir
> banyak cowok-cowok baik dari kelas saya, kelas sebelah, maupun dari
> universitas lain. Begitu pula di tempat kuliah Perancis dan Jepang. Naksir
> dosen Perancis yang keren dan ditaksir cowok-cowok baik teman sekelas saya
> maupun bukan. Taksir menaksir di tingkat ini lebih kompleks. Baik
> unsur-unsur penyebabnya maupun perilaku yang ditimbulkan oleh para penaksir.
> Unsur-unsur penyebab taksir menaksir dalam tingkat ini yaitu karena
> kecantikan/ketampanan, kecerdasan, keluwesan dalam bergaul, dan popularitas.
>
>
> Perilaku yang ditimbulkan para penaksir pun semakin beragam. Ada yang nekat
> duduk di ruang tamu rumah saya seharian karena saya tidak mau menemuinya.
> Ada yang mengirimkan hadiah-hadiah, coklat, sampai surat cinta setiap hari.
> Ada yang rajin mengantar-jemput saya kuliah setiap hari. Ada yang sering
> mentraktir saya makan siang di kantin. Dan kehebohan itu semakin kompleks
> karena ternyata ada cewek lain yang menyukai cowok penaksir itu.
> Kejadian-kejadian mirip sinetron dalam dunia nyata pun mewarnai masa-masa
> kuliah saya. Dan fenomena taksir menaksir itu tetap berlangsung apalagi
> karena saya temasuk mahasiswa yang tidak pernah mendapat C di dalam kartu
> semester saya. Lulus dengan predikat cum laude membuat fenomena taksir
> menaksir semakin berkembang.
>
> Begitu pula di tempat saya mengajar bahasa Inggris semasa saya kuliah.
> Murid-murid saya yang kebanyakan murid-murid SMU dan usianya hanya terpaut
> satu atau dua tahun dengan saya juga termasuk penaksir. Hingga akhirnya saya
> ditempatkan di kelas anak-anak SD oleh pengelola sekolah/kursus bahasa
> Inggris dimana saya bekerja sambil kuliah.
>
> Ketika saya mulai bekerja di kantor lalu menjadi santri di sebuah
> yayasan Islam terkenal dan kemudian bergabung dengan berbagai organisasi dan
> komunitas. Fenomena taksir menaksir itu tetap terjadi. Yang berbeda adalah
> unsur-unsur penyebabnya. Kecantikan/ketampanan tidak lagi menjadi unsur yang
> utama. Tetapi tetap memegang peranan penting. Kecerdasan,
> kesolehan/kesolehahan dan prestasi menduduki urutan utama.
>
> Dengan demikian, saya sangat bersyukur Allah memperkenankan saya
> menaksir orang lain dan ditaksir orang lain dalam hidup saya. Karena dengan
> demikian, saya jadi belajar mengenai berbagai karakter serta sifat-sifat
> manusia dan habluminannas (hubungan horisontal antar sesama manusia) yang
> sama pentingnya dengan habluminallah (hubungan vertikal antara diri sendiri
> dengan Allah). Serta bagaimana menjadi semakin dewasa dan bijak dalam
> berpikir, berperilaku, dan berkata-kata. Menjadi manusia yang hari ini lebih
> baik dari yang hari-hari sebelumnya.
>
> Dan yang paling penting, memiliki banyak sahabat dan saudara dimana-mana.
> Setidaknya, saya berusaha agar tidak ada seorang pun yang melemparkan
> sepatunya kepada saya pada saat saya berbicara di hadapan orang lain ^_^
> (Peace, Pak Bush! ^_^)
>
>
>
> Jakarta, 16 Desember 2008 at 9.15 p.m.
> http://mutiaracinta.multiply.com
>
>
>
3a.

[Ruang Keluarga} Ceceu, Ibu Keduaku

Posted by: "Nia Robie'" musimbunga@gmail.com

Tue Dec 16, 2008 7:25 am (PST)

Ceceu, Ibu Keduaku

Eva Maya, hanya dua kata dalam namanya yang sederhana. Aku memanggilnya
'Ceceu' kata lain dari teteh dalam silsilah keluarga Sunda. Bagiku bangga
sekali memanggilnya begitu, punya makna dan tidak terlalu terdengar pasaran
di telinga.

Aku selalu kagum dengan ibuku yang mulai dari nol menemani dan mencurahkan
hidupnya untuk keluaraga, awal menikah dengan berpegang teguh dengan janji
setia rela saja tidur dalam gubug yang sebenar-benarnya gubung. Aku belajar
tentang loyalitas kepada keluarga darinya. Begitu pula Ceceu. Ceceu selalu
mangajariku banyak hal dalam hidup. Belajar tentang mimpi dan berjuang dalam
kehidupan.

Menurut cerita ibuku, dari kecil ketika ditanya mengenai cita-cita, selalu
saja terlontar dari mulut Ceceu keinginannya menjadi seorang dokter, sampai
usianya yang beranjak dewasa.

Bukan main-main, sampai akhirnya ia mewujudkannya. Tidur larut malam,
belajar gigih, dan berteman dengan buku-bukunya yang kadang bagiku
ketebalannya seperti bantal menjadi saksi atas perjuangannya. Sosok
seseorang yang jarang sekali menuntut dibelikan barang-barang mewah oleh
bapakku yang hanya sebagai staf PNS dengan 7 orang anak.

Memutuskan untuk belajar di salah satu perguruan tinggi negeri di Jakarta
ketimbang menerima tawaran beasiswa kedokteran di Jepang, dengan bernazar
ingin mengenakan kerudung. Alhamdulillah.. akhirnya beliau berhasil
mengenakan kerudung dengan berusaha sempurna. Juga mengajariku tentang arti
menjaga.

Aktivitasnya kadang membuat kami terbiasa jika Ceceu hanya pulang satukali
dalam sebulan, walaupun kuliahnya hanya di Salemba. Lambat laun akhirnya aku
juga belajar mengenai arti dakwah darinya.

Pernah satu saat ketika Indonesia dilanda krisis di berbagai segi dan sedang
terjadinya kerusuhan di tahun 1998. ia tergabung dalam tim penyelamat
disana. Ketika ibuku tahu, tentu saja ia mengomeli Ceceu karena
kekhawatirannya akan peluru nyasar. Tapi Ceceu begitu nyantainya menjawab
omelan ibuku dengan senyuman, dengan satu alasan kemanusiaan.

Bukan tidak mungkin jika dalam keluarga terjadi kecekcokan, mulai dari
kata-kata yang menyakitkan bahkan lebih dari itu (*kadang membuatku amat
menyesal). Aku merasa Ceceu terlalu cuek dengan aku, datang hanya untuk
memarahi. Tapi nyatanya banyak perubahan yang terjadi seiring berjalannya
waktu.

Aku merasa banyak perubahan yang terjadi ketika Ceceu mulai memasuki
kehidupan barunya dalam berumah tangga. Menjadi lebih perhatiaan dan mau
mendengarkan.

Suatu saat pernah aku menanyakan sesuatu dan yang keluar darinya hanya
kejutekan. Hmm.. saat itu tidak aku ambil pusing kata-katanya, mungkin
dikarenakan aku sedang happy.. Dan beberapa saat setelahnya sms masuk ke
Hpku "Nia, maafin Ceu Eva ya......" kira-kira begitu. Dan bagiku sms itu
seakan-akan dipenuhi screen saver bunga-bunga.. indahnya persaudaraan..

Salah satu hal dari Ceceu yang bisa aku jadikan pelajaran adalah bagaimana
ia menjadi seorang Bunda dari 4 orang anak yang jaraknya rata-rata hanya 1,5
tahun. Sudah begitu, harus *long distance* pula dengan suaminya.

Aku kadang menyebutnya kehidupan rumah tangganya bagai menukar anak.
Bagaimana tidak, suaminya bekerja di Bogor dan akhirnya tinggal dnegan
keluargaku. Hidupnya kembali membujang selama beberapa hari dalam seminggu.
Sedangkan Ceceu harus menjalani tugasnya di rumah sakit yang berada di
Kuningan Jawa Barat. Dan tinggal dengan mertuanya yang kebetulan berasal
dari kota kecil itu. Mengurusi 3 jagoan dan satu orang putri yang
kecil-kecil selama beberapa hari dalam seminggu tanpa bantuan suami secara
langsung.

Dari banyak cerita tentang kehidupan rumah tangga yang *long distance*, maka
akhirnya aku menyimpulkan bahwa Ceceu salah satu ibu yang hebat.

Sebagai seorang istri, Ceceu juga mengajariku banyak hal. Tentang bagaimana
menyimpan rahasia internal keluarganya untuk sebisa mungkin tdak tercium
oleh orang tuaku atau mertuanya. Selain itu Ceceu jarang sekali aku lihat
menggerutu akan aktivitas dakwah suaminya di luar. Pulang larut malam tidak
lagi jadi soal.

Sebagai seorang kakak Ceceu tidak pernah memaksaku dengan berlebihan, ia
mempercayaiku karena pada akhirnya aku tahu yang mana yang baik dan yang
buruk bagi kehidupanku. Ceceu seakan mengajariku, belajar dari konsekuensi
pilihan.

Ceceu sebagi dokter pribadiku, menuliskan resep walau hanya sekedar di sms,
mendengarkan degup jantungku dengan stetoskopnya ketika kebetulan berada
dirumah, mendengarkan keluhan-keluhan aneh ku akan kesehatan, dan tidak
lupa bilang "ya ampun.. Nia gemuk baget" saat liburan tiba tanpa mau
menuliskan resep obat penurun berat badan, yang ada hanya sebuah tawaran..,.
"Broklak mau?? Olahraga Nia!".

Walau tanpa bilang sayang, tapi dari telponnya yang sekedar menanyakan
aktivitasku sekarang. Aku sudah cukup tau bahwa hubungan persaudaraan ini
begitu berarti dimatanya.

Ceceu... Seorang kakak yang hebat...

Seorang teman yang luar biasa...

Seorang guru yang amat berjasa..

Seorang ibu kedua dalam hidupku...

Ceceu.. aku merindukanmu dengan amat sangat..

Buat bunda Eva,

Peluk Erat

-saat mendekati hari ibu-

berurai air mata kerinduan seorang adik kepada kakaknya...

Pengen curhat Ceu!!! Buruan atuh pulang ka imah..
3b.

Re: [Ruang Keluarga} Ceceu, Ibu Keduaku

Posted by: "novi_ningsih" novi_ningsih@yahoo.com   novi_ningsih

Tue Dec 16, 2008 11:59 am (PST)

so sweet nia sayang :)
aku kepikir kakak perempuanku juga jadinya :D
sering cek cok, berantem, kesel, dll yang bikin esmosi :D, tapi...
kemudian inget dia "jagoan" waktu aku dijahilin orang. Tempat ngadu
pas aku dinakalin :D, huehehehe
Dia juga yang pakai jilbab duluan di rumah, dan bikin aku (yang
tampaknya tak ada potensi berjilbab saat itu) jadi mikir untuk
berjilbab, hihihi... beneran, deh... :D Kudu banyak terima kasih sama
mbakku yang satu itu, hehe... Dia begitu mengkhawatirkan adeknya kena
tipu, kecelakaan (karena ada telpon dari orang ga jelas, bilang kalo
aku kecelakaan), trus, sangoni aku pas mau pergi jauh dulu dengan
nominal yang ga terduga... Duuh, apalagi pas ultah, dia ga akan lupa,
ngasi hadiah, atau paling ga mentahnya :D...

Waah, kalo inget kebaikannya yang banyak jadi malu kalo suka berantem
dan ga nurutin dia, hehe

tfs, ya Nia
jadi mengingatkan kembali pada kakak-kakakku :D
Sekarang kan jadi "anak tunggal"nya ibu di rumah, hehe :D

oh iya, nia kok udah bikin tulisan ttg "ibu" duluan sih :D

hehehe...

salam

Novi
~yang kangen waktu masih bertiga sama mas agun n mbak pipit :D~

--- In sekolah-kehidupan@yahoogroups.com, "Nia Robie'"
<musimbunga@...> wrote:
>
> Ceceu, Ibu Keduaku
>
>
>
> Eva Maya, hanya dua kata dalam namanya yang sederhana. Aku memanggilnya
> 'Ceceu' kata lain dari teteh dalam silsilah keluarga Sunda. Bagiku
bangga
> sekali memanggilnya begitu, punya makna dan tidak terlalu terdengar
pasaran
> di telinga.
>
> Aku selalu kagum dengan ibuku yang mulai dari nol menemani dan
mencurahkan
> hidupnya untuk keluaraga, awal menikah dengan berpegang teguh dengan
janji
> setia rela saja tidur dalam gubug yang sebenar-benarnya gubung. Aku
belajar
> tentang loyalitas kepada keluarga darinya. Begitu pula Ceceu. Ceceu
selalu
> mangajariku banyak hal dalam hidup. Belajar tentang mimpi dan
berjuang dalam
> kehidupan.
>
> Menurut cerita ibuku, dari kecil ketika ditanya mengenai cita-cita,
selalu
> saja terlontar dari mulut Ceceu keinginannya menjadi seorang dokter,
sampai
> usianya yang beranjak dewasa.
>
> Bukan main-main, sampai akhirnya ia mewujudkannya. Tidur larut malam,
> belajar gigih, dan berteman dengan buku-bukunya yang kadang bagiku
> ketebalannya seperti bantal menjadi saksi atas perjuangannya. Sosok
> seseorang yang jarang sekali menuntut dibelikan barang-barang mewah oleh
> bapakku yang hanya sebagai staf PNS dengan 7 orang anak.
>
> Memutuskan untuk belajar di salah satu perguruan tinggi negeri di
Jakarta
> ketimbang menerima tawaran beasiswa kedokteran di Jepang, dengan
bernazar
> ingin mengenakan kerudung. Alhamdulillah.. akhirnya beliau berhasil
> mengenakan kerudung dengan berusaha sempurna. Juga mengajariku
tentang arti
> menjaga.
>
> Aktivitasnya kadang membuat kami terbiasa jika Ceceu hanya pulang
satukali
> dalam sebulan, walaupun kuliahnya hanya di Salemba. Lambat laun
akhirnya aku
> juga belajar mengenai arti dakwah darinya.
>
> Pernah satu saat ketika Indonesia dilanda krisis di berbagai segi
dan sedang
> terjadinya kerusuhan di tahun 1998. ia tergabung dalam tim penyelamat
> disana. Ketika ibuku tahu, tentu saja ia mengomeli Ceceu karena
> kekhawatirannya akan peluru nyasar. Tapi Ceceu begitu nyantainya
menjawab
> omelan ibuku dengan senyuman, dengan satu alasan kemanusiaan.
>
> Bukan tidak mungkin jika dalam keluarga terjadi kecekcokan, mulai dari
> kata-kata yang menyakitkan bahkan lebih dari itu (*kadang membuatku amat
> menyesal). Aku merasa Ceceu terlalu cuek dengan aku, datang hanya untuk
> memarahi. Tapi nyatanya banyak perubahan yang terjadi seiring
berjalannya
> waktu.
>
> Aku merasa banyak perubahan yang terjadi ketika Ceceu mulai memasuki
> kehidupan barunya dalam berumah tangga. Menjadi lebih perhatiaan dan mau
> mendengarkan.
>
> Suatu saat pernah aku menanyakan sesuatu dan yang keluar darinya hanya
> kejutekan. Hmm.. saat itu tidak aku ambil pusing kata-katanya, mungkin
> dikarenakan aku sedang happy.. Dan beberapa saat setelahnya sms masuk ke
> Hpku "Nia, maafin Ceu Eva ya......" kira-kira begitu. Dan bagiku sms itu
> seakan-akan dipenuhi screen saver bunga-bunga.. indahnya persaudaraan..
>
> Salah satu hal dari Ceceu yang bisa aku jadikan pelajaran adalah
bagaimana
> ia menjadi seorang Bunda dari 4 orang anak yang jaraknya rata-rata
hanya 1,5
> tahun. Sudah begitu, harus *long distance* pula dengan suaminya.
>
> Aku kadang menyebutnya kehidupan rumah tangganya bagai menukar anak.
> Bagaimana tidak, suaminya bekerja di Bogor dan akhirnya tinggal dnegan
> keluargaku. Hidupnya kembali membujang selama beberapa hari dalam
seminggu.
> Sedangkan Ceceu harus menjalani tugasnya di rumah sakit yang berada di
> Kuningan Jawa Barat. Dan tinggal dengan mertuanya yang kebetulan berasal
> dari kota kecil itu. Mengurusi 3 jagoan dan satu orang putri yang
> kecil-kecil selama beberapa hari dalam seminggu tanpa bantuan suami
secara
> langsung.
>
> Dari banyak cerita tentang kehidupan rumah tangga yang *long
distance*, maka
> akhirnya aku menyimpulkan bahwa Ceceu salah satu ibu yang hebat.
>
> Sebagai seorang istri, Ceceu juga mengajariku banyak hal. Tentang
bagaimana
> menyimpan rahasia internal keluarganya untuk sebisa mungkin tdak tercium
> oleh orang tuaku atau mertuanya. Selain itu Ceceu jarang sekali aku
lihat
> menggerutu akan aktivitas dakwah suaminya di luar. Pulang larut
malam tidak
> lagi jadi soal.
>
> Sebagai seorang kakak Ceceu tidak pernah memaksaku dengan berlebihan, ia
> mempercayaiku karena pada akhirnya aku tahu yang mana yang baik dan yang
> buruk bagi kehidupanku. Ceceu seakan mengajariku, belajar dari
konsekuensi
> pilihan.
>
> Ceceu sebagi dokter pribadiku, menuliskan resep walau hanya sekedar
di sms,
> mendengarkan degup jantungku dengan stetoskopnya ketika kebetulan berada
> dirumah, mendengarkan keluhan-keluhan aneh ku akan kesehatan, dan tidak
> lupa bilang "ya ampun.. Nia gemuk baget" saat liburan tiba tanpa mau
> menuliskan resep obat penurun berat badan, yang ada hanya sebuah
tawaran..,.
> "Broklak mau?? Olahraga Nia!".
>
> Walau tanpa bilang sayang, tapi dari telponnya yang sekedar menanyakan
> aktivitasku sekarang. Aku sudah cukup tau bahwa hubungan
persaudaraan ini
> begitu berarti dimatanya.
>
> Ceceu... Seorang kakak yang hebat...
>
> Seorang teman yang luar biasa...
>
> Seorang guru yang amat berjasa..
>
> Seorang ibu kedua dalam hidupku...
>
> Ceceu.. aku merindukanmu dengan amat sangat..
>
>
>
>
>
> Buat bunda Eva,
>
> Peluk Erat
>
>
>
> -saat mendekati hari ibu-
>
> berurai air mata kerinduan seorang adik kepada kakaknya...
>
> Pengen curhat Ceu!!! Buruan atuh pulang ka imah..
>

3c.

Re: [Ruang Keluarga} Ceceu, Ibu Keduaku

Posted by: "Nia Robie'" musimbunga@gmail.com

Tue Dec 16, 2008 3:30 pm (PST)

heheu.. emang.. apalagi setelah pisah ya mba Nov... berasa berharga banget
kebersamaan.. halah bahasanya...
hihi iya.. nulis tentang para ibu sengaja duluan.. kikikikik.. coz lagi
kangeun berat ama Ceceu yang satu itu.. yang nampaknya sudah tidak chubby
lagi sekarang:(
btw.. ituh cerita orang nipu gimana? penasaran euy...
thanks for read mba Novi...
kangen dirimu juga dengan amat sangat...

hugs!

Pada 17 Desember 2008 02:59, novi_ningsih <novi_ningsih@yahoo.com> menulis:

> so sweet nia sayang :)
> aku kepikir kakak perempuanku juga jadinya :D
> sering cek cok, berantem, kesel, dll yang bikin esmosi :D, tapi...
> kemudian inget dia "jagoan" waktu aku dijahilin orang. Tempat ngadu
> pas aku dinakalin :D, huehehehe
> Dia juga yang pakai jilbab duluan di rumah, dan bikin aku (yang
> tampaknya tak ada potensi berjilbab saat itu) jadi mikir untuk
> berjilbab, hihihi... beneran, deh... :D Kudu banyak terima kasih sama
> mbakku yang satu itu, hehe... Dia begitu mengkhawatirkan adeknya kena
> tipu, kecelakaan (karena ada telpon dari orang ga jelas, bilang kalo
> aku kecelakaan), trus, sangoni aku pas mau pergi jauh dulu dengan
> nominal yang ga terduga... Duuh, apalagi pas ultah, dia ga akan lupa,
> ngasi hadiah, atau paling ga mentahnya :D...
>
> Waah, kalo inget kebaikannya yang banyak jadi malu kalo suka berantem
> dan ga nurutin dia, hehe
>
> tfs, ya Nia
> jadi mengingatkan kembali pada kakak-kakakku :D
> Sekarang kan jadi "anak tunggal"nya ibu di rumah, hehe :D
>
> oh iya, nia kok udah bikin tulisan ttg "ibu" duluan sih :D
>
> hehehe...
>
> salam
>
> Novi
> ~yang kangen waktu masih bertiga sama mas agun n mbak pipit :D~
>
> --- In sekolah-kehidupan@yahoogroups.com<sekolah-kehidupan%40yahoogroups.com>,
> "Nia Robie'"
>
> <musimbunga@...> wrote:
> >
> > Ceceu, Ibu Keduaku
> >
> >
> >
> > Eva Maya, hanya dua kata dalam namanya yang sederhana. Aku memanggilnya
> > 'Ceceu' kata lain dari teteh dalam silsilah keluarga Sunda. Bagiku
> bangga
> > sekali memanggilnya begitu, punya makna dan tidak terlalu terdengar
> pasaran
> > di telinga.
> >
> > Aku selalu kagum dengan ibuku yang mulai dari nol menemani dan
> mencurahkan
> > hidupnya untuk keluaraga, awal menikah dengan berpegang teguh dengan
> janji
> > setia rela saja tidur dalam gubug yang sebenar-benarnya gubung. Aku
> belajar
> > tentang loyalitas kepada keluarga darinya. Begitu pula Ceceu. Ceceu
> selalu
> > mangajariku banyak hal dalam hidup. Belajar tentang mimpi dan
> berjuang dalam
> > kehidupan.
> >
> > Menurut cerita ibuku, dari kecil ketika ditanya mengenai cita-cita,
> selalu
> > saja terlontar dari mulut Ceceu keinginannya menjadi seorang dokter,
> sampai
> > usianya yang beranjak dewasa.
> >
> > Bukan main-main, sampai akhirnya ia mewujudkannya. Tidur larut malam,
> > belajar gigih, dan berteman dengan buku-bukunya yang kadang bagiku
> > ketebalannya seperti bantal menjadi saksi atas perjuangannya. Sosok
> > seseorang yang jarang sekali menuntut dibelikan barang-barang mewah oleh
> > bapakku yang hanya sebagai staf PNS dengan 7 orang anak.
> >
> > Memutuskan untuk belajar di salah satu perguruan tinggi negeri di
> Jakarta
> > ketimbang menerima tawaran beasiswa kedokteran di Jepang, dengan
> bernazar
> > ingin mengenakan kerudung. Alhamdulillah.. akhirnya beliau berhasil
> > mengenakan kerudung dengan berusaha sempurna. Juga mengajariku
> tentang arti
> > menjaga.
> >
> > Aktivitasnya kadang membuat kami terbiasa jika Ceceu hanya pulang
> satukali
> > dalam sebulan, walaupun kuliahnya hanya di Salemba. Lambat laun
> akhirnya aku
> > juga belajar mengenai arti dakwah darinya.
> >
> > Pernah satu saat ketika Indonesia dilanda krisis di berbagai segi
> dan sedang
> > terjadinya kerusuhan di tahun 1998. ia tergabung dalam tim penyelamat
> > disana. Ketika ibuku tahu, tentu saja ia mengomeli Ceceu karena
> > kekhawatirannya akan peluru nyasar. Tapi Ceceu begitu nyantainya
> menjawab
> > omelan ibuku dengan senyuman, dengan satu alasan kemanusiaan.
> >
> > Bukan tidak mungkin jika dalam keluarga terjadi kecekcokan, mulai dari
> > kata-kata yang menyakitkan bahkan lebih dari itu (*kadang membuatku amat
> > menyesal). Aku merasa Ceceu terlalu cuek dengan aku, datang hanya untuk
> > memarahi. Tapi nyatanya banyak perubahan yang terjadi seiring
> berjalannya
> > waktu.
> >
> > Aku merasa banyak perubahan yang terjadi ketika Ceceu mulai memasuki
> > kehidupan barunya dalam berumah tangga. Menjadi lebih perhatiaan dan mau
> > mendengarkan.
> >
> > Suatu saat pernah aku menanyakan sesuatu dan yang keluar darinya hanya
> > kejutekan. Hmm.. saat itu tidak aku ambil pusing kata-katanya, mungkin
> > dikarenakan aku sedang happy.. Dan beberapa saat setelahnya sms masuk ke
> > Hpku "Nia, maafin Ceu Eva ya......" kira-kira begitu. Dan bagiku sms itu
> > seakan-akan dipenuhi screen saver bunga-bunga.. indahnya persaudaraan..
> >
> > Salah satu hal dari Ceceu yang bisa aku jadikan pelajaran adalah
> bagaimana
> > ia menjadi seorang Bunda dari 4 orang anak yang jaraknya rata-rata
> hanya 1,5
> > tahun. Sudah begitu, harus *long distance* pula dengan suaminya.
> >
> > Aku kadang menyebutnya kehidupan rumah tangganya bagai menukar anak.
> > Bagaimana tidak, suaminya bekerja di Bogor dan akhirnya tinggal dnegan
> > keluargaku. Hidupnya kembali membujang selama beberapa hari dalam
> seminggu.
> > Sedangkan Ceceu harus menjalani tugasnya di rumah sakit yang berada di
> > Kuningan Jawa Barat. Dan tinggal dengan mertuanya yang kebetulan berasal
> > dari kota kecil itu. Mengurusi 3 jagoan dan satu orang putri yang
> > kecil-kecil selama beberapa hari dalam seminggu tanpa bantuan suami
> secara
> > langsung.
> >
> > Dari banyak cerita tentang kehidupan rumah tangga yang *long
> distance*, maka
> > akhirnya aku menyimpulkan bahwa Ceceu salah satu ibu yang hebat.
> >
> > Sebagai seorang istri, Ceceu juga mengajariku banyak hal. Tentang
> bagaimana
> > menyimpan rahasia internal keluarganya untuk sebisa mungkin tdak tercium
> > oleh orang tuaku atau mertuanya. Selain itu Ceceu jarang sekali aku
> lihat
> > menggerutu akan aktivitas dakwah suaminya di luar. Pulang larut
> malam tidak
> > lagi jadi soal.
> >
> > Sebagai seorang kakak Ceceu tidak pernah memaksaku dengan berlebihan, ia
> > mempercayaiku karena pada akhirnya aku tahu yang mana yang baik dan yang
> > buruk bagi kehidupanku. Ceceu seakan mengajariku, belajar dari
> konsekuensi
> > pilihan.
> >
> > Ceceu sebagi dokter pribadiku, menuliskan resep walau hanya sekedar
> di sms,
> > mendengarkan degup jantungku dengan stetoskopnya ketika kebetulan berada
> > dirumah, mendengarkan keluhan-keluhan aneh ku akan kesehatan, dan tidak
> > lupa bilang "ya ampun.. Nia gemuk baget" saat liburan tiba tanpa mau
> > menuliskan resep obat penurun berat badan, yang ada hanya sebuah
> tawaran..,.
> > "Broklak mau?? Olahraga Nia!".
> >
> > Walau tanpa bilang sayang, tapi dari telponnya yang sekedar menanyakan
> > aktivitasku sekarang. Aku sudah cukup tau bahwa hubungan
> persaudaraan ini
> > begitu berarti dimatanya.
> >
> > Ceceu... Seorang kakak yang hebat...
> >
> > Seorang teman yang luar biasa...
> >
> > Seorang guru yang amat berjasa..
> >
> > Seorang ibu kedua dalam hidupku...
> >
> > Ceceu.. aku merindukanmu dengan amat sangat..
> >
> >
> >
> >
> >
> > Buat bunda Eva,
> >
> > Peluk Erat
> >
> >
> >
> > -saat mendekati hari ibu-
> >
> > berurai air mata kerinduan seorang adik kepada kakaknya...
> >
> > Pengen curhat Ceu!!! Buruan atuh pulang ka imah..
> >
>
>
>
4.

[Ruang Keluarga] Happy Mother Day.... Happt Birthday, Mom!

Posted by: "Bang_Said" saidurrohman@gmail.com   saidurrohman

Tue Dec 16, 2008 8:05 am (PST)

Oktober 1997

Siang ini pelajaran seni musik sungguh mengasyikkan. Alhamdulillah, setelah
bermetamorfosis dari pemain *recorder* kemudian pianika, akhirnya aku
terpilih sebagai pengiring di posisi *keyboard. *Senang bukan main. Ini
sebuah kemajuan buatku, terlebih dalam kondisi keterbatasan karena ayah dan
emak nggak akan pernah setuju dengan hobiku bermusik.

Teng –teng—teng

Bel di sekolahku berbunyi tiga kali. Pertanda bahwa jam belajar di sekolah
usai. Pukul 13.30 WIB semua murid SMP N 1 koba berhamburan keluar kelas.
Setelah berdoa, teman – teman sekelasku ikut tumpah ruah menyerbu parkiran
sepeda.

Ya, saat itu punya sepeda untuk anak SMP di kampungku sudah menjadi barang
sedikit mewah. Ada yang mencoba mengendarai motor pun pasti lokasi rumahnya
memang jauh. Dan yang pasti, sepeda motornya nggak akan bisa masuk sekolah
karena peraturan di kotaku yang tidak membolehkan pelajar SMP membawa sepeda
motor ke sekolah.

Tentu kondisi ini berbeda dengan sekarang. Tahun 2007 atau 10 tahun kemudian
semuanya menjadi berbeda. Anak SD pun ada yang mengendarai sepeda motor ke
sekolah. Bahkan satu Rumah bisa punya 2 sampai 3 sepeda motor tergantung
jumlah anak. Ditambah, untuk memperoleh sepeda motor sekarang nggak sesulit
saat dulu. Dengan uang 1 juta saja sepeda motor merek terbaru sudah bisa
dipakai.

Kembali padaku. Aku punya sepeda mini waktu itu. Hanya saja, karena engkol
sepedanya sering lepas jadi jarang sekali di pakai. Kondisi ekonomi
keluargaku juga nggak terlalu mewah, jadinya hanya ada 1 sepeda motor milik
ayah terparkir di rumah.

Karenanya aku pulang ke rumah menumpang bis yang mengantar pekerja – pekerja
penggali timah PT Koba Tin. Hari ini juga.

Aku tiba di rumah pukul 14.00. tak ada yang menyambut karena adikku yang
nomor dua juga pasti masih di sekolah atau di tempat lesnya. Sedangkan nomor
tiga sedang berada di TPA dekat masjid Jami'.

"assalamu'alaikum,"

"alaikumsalam." Terdengar suara sahutan dari arah dapur.

Aku bergegas menuju dapur. Kulihat emak sedang membersihkan kompor minyak
yang sudah usang. Beliau terduduk dan sedikit membungkuk.

"Udah pulang Bang?" tanya emak.

"Iya mak. Ayah kemana?" aku balik bertanya.

"Ayah belum pulang."

Belum pulang? Aku sedikit heran mengingat biasanya ayah sudah berada dirumah
jam satu siang. Kegiatan belajar mengajar di pesatren tempat ayah bekerja
berakhir lebih cepat dari sekolah lainnya.

"Bang, nanti ke rumah bu Bidan ya setelah sholat dan makan," pinta emak saat
aku keluar dari kamar mandi.

"iya mak."

Bergegas kuselesaikan shalat dzuhur dan makan siangku. Seperti yang diminta,
aku langsung berangkat menuju rumah bu Bidan yang ada di dekat masjid jami'.

Emak sedang hamil tua. Ya, sebentar lagi adikku akan lahir. Mungkin saat ini
sudah waktunya karena ibu menyuruhku ke rumah bu Bidan.

Setengah jam kemudian aku kembali ke rumah bersam bu Bidan. Kulihat bu Bidan
tergopoh – gopoh menghampiri emak.

"Masya Allah. Ibu pendarahan," Bu Bidan terpekik lemah.

Aku kaget. Pendarahan?

"Eki panggilin ayah ya. Emakmu harus segera dibawa ke rumah sakit," pinta bu
Bidan padaku.

Emak? Apa yang terjadi?

Aku terus bertanya – tanya dalam hati. Sepertinya ini serius. Aku berlari
menuju telepon umum.

Setelah memasukkan dua keping uang seratus rupiah aku memencet nomor
pesantren tempat ayahkun mengajajar. Bunyi tuut lima kali akhirnya telepon
diangkat.

"Assalamu'alaikum."

"alaikumsalam," jawab suara perempuan di seberang.

"Pak Bran nya ada mba?"

"Ada."

"Boleh dipanggilkan. Ini dari Eki anaknya."

"Tunggu sebentar de Eki."

Dua menit lebih aku menunggu hingga harus menambah dua keping lagi logam
seratus rupiah.

"Ada apa Bang?" akhirnya terdengar suara ayah di seberang.

"Emak yah. Ada bu Bidan di rumah. Katanya harus dibawa ke rumah sakit,"
jawabku tergugup.

"Masya Allah!"

Hanya itu suara yang terdengar di telepon. Setelah itu yang aku tahu ayah
langsung bergegas pulang ke rumah.

Benar saja, 15 menit kemudian ayah tiba di rumah. Oleh Bidan, beliau diminta
mencarikan ambulance. Alhamdulillah, karena ayah banyak kenalan di PT Koba
Tin, ambulance perusahaan tambang timah tersebut bersedia mengantarkan Emak
ke rumah sakit.

Aku menangis ketika melihat emak diangkat melalui tandu. Oleh ayah, aku dan
adikku yang SD dititipkan kepada Bi As, tetangga sebelah rumah. Sedangkan
dua adikku lainnya dititipkan di rumah bibi di kampung sebelah. Aku masih
menangis melihat Emak terbaring lemah.

Dari Bu Bidan aku tahu kalau Emak mengalami pendarahan hebat. Karenanya
butuh pertolongan dengan peralatan yang lebih baik di Rumah sakit Umum di
Pangkalpinang mengingat puskesmas di kampungku belum memiliknya.

Aku mencium tangan emak.

"Yang nurut ya Bang. Jangan Nakal. Jaga adek – adek. Jangan lupa sholat dan
doa," pesan Emak sebelum dibawa masuk ke dalam ambulance.

Aku masih menangis saat ayah memelukku dan adikku.

Sirine ambulance meraung beriringan dengan berkumandangnya adzan Isya dari
masjid Jami'. Aku langsung bergegas menuju masjid. Di akhir sholat isya, aku
berdoa semoga Emak diberi keselamatan, begitu juga dengan adikku yang akan
lahir.

Sebelum tidur aku kembali ingat pada Emak. Padahal siangnya, Ibu Yekti, guru
seni musikku mengingatkan kasih ibu melalui lagu yang sedang kami pelajari.
"Mother How Are You Today.."

Jangan ambil emakku ya Allah!—aku pun akhirnya tertidur di sela uraian air
mata yang terus menetes.

2 oktober 1997

Pagi hari, aku belum mendapatkan kabar dari ayah atau pun ambulance yang
membawa Emak.

Setelah puas menumpahkan tangis tadi malam, aku sedikit bisa segar pagi ini
dan siap – siap berangkat sekolah. Pukul 06.00 WIB saat sedang sarapan nasi
goreng bikinan Bi As, aku mendengar deru motor dari halaman depan. Bergegas
aku lari dan membukakan pintu.

Ada apa ini? Yang datang adik ayahku dengan wajah sedih. Jangan – jangan...

Akhirnya tangisku tumpah lagi. Aku ingin berteriak sekeras – kerasnya.
Meraung, berguling.

Emaaaaaaak!

Innalillahi wa Inna Ilaihi Raaji'un.

Pamanku membawa kabar duka. Emak berikut calon adikku tak bisa diselamatkan.
Terlalu banyak darah yang hilang. Sedangkan ayah sudah berusaha mencari
tambahan darah untuk emak. Tapi tak berhasil.

Itu yang kudapat dari pamanku.

Kabar meninggalnya emak langsung tersiar ke seluruh warga disekitar rumahku.
Tok Husen, marbot masjid pun mengumumkan meninggalnya emak melalui pengeras
suara di masjid jami. Tak lama, rumah kami sudah dipenuhi oleh pelayat.

Aku masih sedih, namun tak menangis lagi. Sedangkan adikku yang SD kulihat
masih menangis dipelukan Bi As. Bibi ku datang membawa dua adikku yang masih
kecil. Wajahnya sembab. Sedangkan dua adik ku yang kecil itu masih becanda
satu sama lain. Tak ada kesedihan pada wajah mereka karena mereka belum
mengerti. Masih terlalu kecil buat mereka tahu Emak pergi. Pergi untuk
selama – lamanya.

Suara sirine ambulance berhenti tepat di rumahku. Saat pintunya terbuka,
kulihat ayah turun dan langsung dipeluk beberapa rekannya sesama guru di
pesantren. Aku dan adikku yang SD menghambur ke arah ayah. Kemudian kami
bertiga berpelukan. Menangis...

Ya...hari ini aku kehilangan Ibu..kehilangan orang yang sangat aku cintai.
Sedangkan ayah kehilangan istri, kehilangan permaisuri hati, kehilangan
bidadarinya.

Setelah dimandikan. Jenazah emak siap di kafani. Aku mencium wajahnya untuk
terakhir kali. Ada air mata di ujung kelopaknya. Aku peluk jenazah itu
sambil tersedu.

Emak....selamat jalan.

Prosesi pemakaman berjalan lancar. TPU dipadati pelayat banyak sekali. Entah
dari mana mereka datang. Jalanan pun macet saat jenazah emak dibawa ke
pemakaman.

* * *

Lubang itu tak terlalu dalam. Ada 3 gumpalan tanah liat disana. Ya,
disanalah tempat peristirahatan emak yang terakhir. Begitu juga dengan kita
nantinya. Aku kembali menangis saat tanah dibumbumkan kedalam lubang itu.
Emak sudah dibaringkan di dalamnya.

Emak. Emak pergi sebelum aku dapat berbuat banyak untuknya. Sebelum aku
sempat membalas kebaikan dan pengorbanannya.

* * *

10 tahun yang lalu. Yah, aku kembali teringat masa 10 tahun lalu. Menjelang
esok hari Ibu, aku mengingat kepergian Emak.

Allah...begitu sayang dia pada emak sehingga memanggilnya lebih dahulu.
Walaupun tahun ini aku tak bisa berziarah saat ulang tahunnya, tapi aku
selalu berdoa yang terbaik untuk Emak. Begitu besar pengorbanannya. Terlebih
saat menghadirkan anaknya ke dunia, Emak harus berjuang melawan maut.

Semoga Allah menerima Emak dan menjadikannya bidadari di surga.

22 Desember, tak hanya aku peringati sebagai hari Ibu. Tapi juga hari
lahirnya Emak.
Happy Mothers Day....Happy Birthday, Mom!

repost form
http://satria248.multiply.com/journal/item/98/Happy_Mothers_Day....Happy_Birthday_Mom
--
Please Visit Me at :
http://www.satria248.multiply.com
http://www.bangsaid.blogspot.com

Jalin Ukhwah, Mantapkan Hati untuk Raih Ridho Ilahi
Salam Sukses,
iid_TIRTA
5a.

[Donasi Buku] Donasi Buku Eska Dibuka Kembali

Posted by: "Dept. Penerbitan SK" penerbitan.eska@gmail.com

Tue Dec 16, 2008 8:06 am (PST)

Dec 16, '08 9:40 AM
for everyone

Assalamu'alaykum Warohmatullahi Wabarokatuh

Selamat pagi, siang, sore, dan malam :)

Semoga tetap semangat

Donasi buku ESKA dibuka kembali.

Setelah mengumpulkan sekitar 300-an buku (termasuk sumbangan berupa uang
senilai Rp1.400.000,-) pada kepengurusan lalu.

Melalui program Gelar Amal Eska, kami telah menyumbang ke tiga tempat, yakni

1. Beranda Buku, Bandung
2. Rumah Cahaya Penjaringan, Jakarta
3. Baitul Yatim (Portal Infaq), Yogya

Pada kepengurusan ESKAVAGANZA, kembali Departemen Penerbitan dan Kepustakaan
Sekolah Kehidupan akan menerima dan menyalurkan donasi buku.

Untu kali ini insya Allah akan diprioritaskan untuk disalurkan ke LAPAS anak
Tangerang.

Kami menerima:
- buku baru dan bekas
- diutamakan buku anak dan remaja
- tidak mengandung SARA dan pornografi

Kami juga menerima donasi berupa uang. Bisa ditransfer ke Rekening BCA
cabang Kali Malang no. 1640311017 atas nama Noviyanti Utaminingsih.

Konfirmasi ke 08121894517.

Buku-buku bisa dikirimkan ke alamat di bawah ini

Noviyanti Utaminingsih

Kompleks Perumkar DKI Blok Q1/16

RT.009/02 Pondok Kelapa

Jak-Tim 13450

Untuk keterangan lebih lengkap.

Hubungi Novi (08121894517) atau di YM = novi_ningsih atau japri ke
novi_ningsih @ yahoo. com (hilangkan spasi)

Donasi dari Anda, sangat berguna bagi mereka :)

Terima kasih ;)

Wassalammu'alaykum Wr. Wb

--
*Departemen Penerbitan dan Kepustakaan
Sekolah Kehidupan
Novi Khansa - Ukhti Hazimah - Hamasah Putri - Listya*
5b.

Re: [Donasi Buku] Donasi Buku Eska Dibuka Kembali

Posted by: "Nia Robie'" musimbunga@gmail.com

Tue Dec 16, 2008 3:32 pm (PST)

Yey! semengat mba Nov! *ngebayangin buku2 numpuk di kamarmu:D
jadi pengen ke rumah dirimuh..
tapi binun waktu:(
senin-sabtu masuk :(

Pada 16 Desember 2008 21:46, Dept. Penerbitan SK
<penerbitan.eska@gmail.com>menulis:

>
>
> Dec 16, '08 9:40 AM
> for everyone
>
> Assalamu'alaykum Warohmatullahi Wabarokatuh
>
> Selamat pagi, siang, sore, dan malam :)
>
> Semoga tetap semangat
>
>
> Donasi buku ESKA dibuka kembali.
>
> Setelah mengumpulkan sekitar 300-an buku (termasuk sumbangan berupa uang
> senilai Rp1.400.000,-) pada kepengurusan lalu.
>
>
> Melalui program Gelar Amal Eska, kami telah menyumbang ke tiga tempat,
> yakni
>
> 1. Beranda Buku, Bandung
> 2. Rumah Cahaya Penjaringan, Jakarta
> 3. Baitul Yatim (Portal Infaq), Yogya
>
>
> Pada kepengurusan ESKAVAGANZA, kembali Departemen Penerbitan dan
> Kepustakaan Sekolah Kehidupan akan menerima dan menyalurkan donasi buku.
>
>
> Untu kali ini insya Allah akan diprioritaskan untuk disalurkan ke LAPAS
> anak Tangerang.
>
>
> Kami menerima:
> - buku baru dan bekas
> - diutamakan buku anak dan remaja
> - tidak mengandung SARA dan pornografi
>
>
>
> Kami juga menerima donasi berupa uang. Bisa ditransfer ke Rekening BCA
> cabang Kali Malang no. 1640311017 atas nama Noviyanti Utaminingsih.
>
> Konfirmasi ke 08121894517.
>
>
>
> Buku-buku bisa dikirimkan ke alamat di bawah ini
>
> Noviyanti Utaminingsih
>
> Kompleks Perumkar DKI Blok Q1/16
>
> RT.009/02 Pondok Kelapa
>
> Jak-Tim 13450
>
>
>
> Untuk keterangan lebih lengkap.
>
> Hubungi Novi (08121894517) atau di YM = novi_ningsih atau japri ke
> novi_ningsih @ yahoo. com (hilangkan spasi)
>
>
> Donasi dari Anda, sangat berguna bagi mereka :)
>
> Terima kasih ;)
>
>
>
> Wassalammu'alaykum Wr. Wb
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
> --
> *Departemen Penerbitan dan Kepustakaan
> Sekolah Kehidupan
> Novi Khansa - Ukhti Hazimah - Hamasah Putri - Listya*
>
>
>
5c.

Re: [Donasi Buku] Donasi Buku Eska Dibuka Kembali

Posted by: "ugik madyo" ugikmadyo@gmail.com   ugikmadyo

Tue Dec 16, 2008 3:36 pm (PST)

Asyik.... donasi dibuka kembaliWaktunya bongkar-bongkar lemari nih

Dipilih... dipilih.... dipilih...
Lah kok
Jadi kayak jualan aja hihih
semangat Nopi...
Aku bantu dari jauh ya;)

Ugik Madyo
http://ugik.multiply.com

2008/12/16 Dept. Penerbitan SK <penerbitan.eska@gmail.com>

>
>
> Dec 16, '08 9:40 AM
> for everyone
>
> Assalamu'alaykum Warohmatullahi Wabarokatuh
>
> Selamat pagi, siang, sore, dan malam :)
>
> Semoga tetap semangat
>
>
> Donasi buku ESKA dibuka kembali.
>
> Setelah mengumpulkan sekitar 300-an buku (termasuk sumbangan berupa uang
> senilai Rp1.400.000,-) pada kepengurusan lalu.
>
>
> Melalui program Gelar Amal Eska, kami telah menyumbang ke tiga tempat,
> yakni
>
> 1. Beranda Buku, Bandung
> 2. Rumah Cahaya Penjaringan, Jakarta
> 3. Baitul Yatim (Portal Infaq), Yogya
>
>
> Pada kepengurusan ESKAVAGANZA, kembali Departemen Penerbitan dan
> Kepustakaan Sekolah Kehidupan akan menerima dan menyalurkan donasi buku.
>
>
> Untu kali ini insya Allah akan diprioritaskan untuk disalurkan ke LAPAS
> anak Tangerang.
>
>
> Kami menerima:
> - buku baru dan bekas
> - diutamakan buku anak dan remaja
> - tidak mengandung SARA dan pornografi
>
>
>
> Kami juga menerima donasi berupa uang. Bisa ditransfer ke Rekening BCA
> cabang Kali Malang no. 1640311017 atas nama Noviyanti Utaminingsih.
>
> Konfirmasi ke 08121894517.
>
>
>
> Buku-buku bisa dikirimkan ke alamat di bawah ini
>
> Noviyanti Utaminingsih
>
> Kompleks Perumkar DKI Blok Q1/16
>
> RT.009/02 Pondok Kelapa
>
> Jak-Tim 13450
>
>
>
> Untuk keterangan lebih lengkap.
>
> Hubungi Novi (08121894517) atau di YM = novi_ningsih atau japri ke
> novi_ningsih @ yahoo. com (hilangkan spasi)
>
>
> Donasi dari Anda, sangat berguna bagi mereka :)
>
> Terima kasih ;)
>
>
>
> Wassalammu'alaykum Wr. Wb
>
5d.

Re: [Donasi Buku] Donasi Buku Eska Dibuka Kembali

Posted by: "Lia Octavia" liaoctavia@gmail.com   octavialia

Tue Dec 16, 2008 6:45 pm (PST)

waaah... alhamdulillah donasi buku SK dibuka kembali dan kali ini ditujukan
untuk anak-anak di Lapas (lembaga pemasyarakatan) anak-anak Tangerang...
berarti bisa nampung buku-buku detektif dan chicklit/teenlit nih... ^_^

oh iya, teman-teman, pengumuman ini juga bisa dilihat di blog sk:
http://sekolahkehidupan.multiply.com/journal/item/66/Donasi_Buku_ESKA_Dibuka_Kembali

Salam
Lia

On 12/16/08, Dept. Penerbitan SK <penerbitan.eska@gmail.com> wrote:
>
>
>
> Dec 16, '08 9:40 AM
> for everyone
>
> Assalamu'alaykum Warohmatullahi Wabarokatuh
>
> Selamat pagi, siang, sore, dan malam :)
>
> Semoga tetap semangat
>
>
> Donasi buku ESKA dibuka kembali.
>
> Setelah mengumpulkan sekitar 300-an buku (termasuk sumbangan berupa uang
> senilai Rp1.400.000,-) pada kepengurusan lalu.
>
>
> Melalui program Gelar Amal Eska, kami telah menyumbang ke tiga tempat,
> yakni
>
> 1. Beranda Buku, Bandung
> 2. Rumah Cahaya Penjaringan, Jakarta
> 3. Baitul Yatim (Portal Infaq), Yogya
>
>
> Pada kepengurusan ESKAVAGANZA, kembali Departemen Penerbitan dan
> Kepustakaan Sekolah Kehidupan akan menerima dan menyalurkan donasi buku.
>
>
> Untu kali ini insya Allah akan diprioritaskan untuk disalurkan ke LAPAS
> anak Tangerang.
>
>
> Kami menerima:
> - buku baru dan bekas
> - diutamakan buku anak dan remaja
> - tidak mengandung SARA dan pornografi
>
>
>
> Kami juga menerima donasi berupa uang. Bisa ditransfer ke Rekening BCA
> cabang Kali Malang no. 1640311017 atas nama Noviyanti Utaminingsih.
>
> Konfirmasi ke 08121894517.
>
>
>
> Buku-buku bisa dikirimkan ke alamat di bawah ini
>
> Noviyanti Utaminingsih
>
> Kompleks Perumkar DKI Blok Q1/16
>
> RT.009/02 Pondok Kelapa
>
> Jak-Tim 13450
>
>
>
> Untuk keterangan lebih lengkap.
>
> Hubungi Novi (08121894517) atau di YM = novi_ningsih atau japri ke
> novi_ningsih @ yahoo. com (hilangkan spasi)
>
>
> Donasi dari Anda, sangat berguna bagi mereka :)
>
> Terima kasih ;)
>
>
>
> Wassalammu'alaykum Wr. Wb
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
> --
> *Departemen Penerbitan dan Kepustakaan
> Sekolah Kehidupan
> Novi Khansa - Ukhti Hazimah - Hamasah Putri - Listya*
>
>
>
6.

[Maryamah Karpov] Seru, Kocak, Sedih, Menegangkan

Posted by: "Anwar Holid" wartax@yahoo.com   wartax

Tue Dec 16, 2008 3:10 pm (PST)

Seru, Kocak, Sedih, Menegangkan
-------------------------------
--Oleh Anwar Holid

Ada yang senang, terhibur, ikut terharu dan sedih, kocak, terbawa tegang, setelah baca Maryamah Karpov; tapi juga ada yang merasa janggal, bertanya-tanya, dan kecewa. Akankah ada spekulasi baru terhadap Laskar Pelangi?

BANDUNG - Ternyata saya tak segesit banyak pembaca lain dalam menamatkan Maryamah Karpov. Memegang novel itu sejak akhir November, sampai sekarang saya baru membuka Mozaik 55 dari total 73. Ada saja halangan saya untuk segera menamatkannya. Entah sudah waktunya harus menyelesaikan makalah, segera menulis kolom, baca artikel, rencana baru, kalah oleh godaan ingin membalas posting teman, berkejaran dengan jadwal dan prioritas lain, atau energi dan waktu tersita oleh urusan keluarga, pribadi, dan teman-teman. Namun sekarang, saya berharap dalam sehari ini benar-benar bisa tuntas memuaskan kepenasaran terhadap petualangan cerita Ikal tersebut.

Ada saja kejadian yang bikin senyum saya mengembang selama pegang-pegang novel setebal 504 halaman itu. Di antaranya, waktu antri di bank, seorang anak SD, bersama ibunya, sampai meneleng-nelengkan wajahnya mengintip apa yang tengah saya baca. Begitu mata kami berpapasan, saya tanya, "Tahu Laskar Pelangi?" Dia mengangguk. "Sudah baca?" Dia tersenyum. "Lihat filmnya juga?" Bibirnya mengembang. Lantas dia menepuk-nepuk tangan ibunya. "Mah, mah, itu lanjutan Laskar Pelangi," katanya. Ibunya lantas ikut memperhatikan buku yang ada di tangan saya. Dia mengangguk tanda memberi salam. "Mau lihat?" saya menyodorkan buku ke anak itu. Dia ragu-ragu menerimanya. "Ini jilid terakhirnya," kata saya. "Kapan terbitnya?" sela si ibu, sambil buru-buru menambahkan, "dia sudah lama menunggu sejak tamat buku ketiganya." "Hebat," puji saya. "Ini baru terbit akhir November tadi. Saya baru setengahnya baca."

Saya tenteng-tenteng novel itu setiap kali pergi, biar siap membacanya kapan saja, termasuk di dalam angkot. Pernah begitu duduk saya siap menarik novel bersampul violinis wanita itu, di ujung sudut angkot telah duduk dengan manis seorang gadis tengah tenggelam menekuri Maryamah Karpov. Daya perkirakan dia masih sampai puluhan halaman, tangan kirinya baru memegang sedikit bagian buku. Dia tak peduli dengan penumpang lain yang tengah ribut membicarakan seorang dosen yang menurut mereka genit karena suka berusaha merayu. Si gadis pembaca Maryamah itu terus terpekur membuka satu per satu halaman perlahan-lahan, saya memperhatikan dia dari kaca spion. Ternyata perjalanan dia jauh, sepanjang waktu itu wajahnya hanya menatap buku, dan tangannya membuka halaman. Sampai akhirnya saya turun duluan. Saya takjub betapa ada buku yang begitu bisa memaku pembaca. Itulah ciri "page-turner"--buku mengasyikkan, dengan plot yang sulit ditinggalkan.

Di lain waktu, dengan kawan seorang penulis dan editor, kami membicarakan berbagai aspek dalam Laskar Pelangi, intrinsik dan ekstrinsik, termasuk berbagai berita yang berseliweran di sekitar Andrea Hirata. Lepas dari berbagai kritik yang mengepung novel itu, dan kritik itu pun saya amini, posisi saya ialah menyelamati keberhasilan karya tersebut, baik dari sisi kekhasan cara bercerita, tema, dan kesuksesan memenangi selera massa. Bila ada ratusan ribu pembaca berbondong-bondong melahap karya itu, tentu ada sesuatu yang bisa diambil dari sana, baik rasa bahagia, sedih, haru, humor, dan setia kawan.

Sambil terus mencicil, saya memperhatikan sejumlah komentar pembaca yang telah menamatkannya. Sebagian merasa puas, terhibur, memuji, bertanya-tanya, dan ada juga yang kecewa---benar-benar kecewa (menggunakan gaya ungkap khas Andrea Hirata.) Bagaimana merespons beragam reaksi pembaca setelah baca Maryamah Karpov karya Andrea Hirata kali ini? Tentu kurang elok bila kita terus-terusan mengedepankan euforia pembaca terhadap suatu karya tanpa mengindahkan respons negatif terhadapnya. Pembaca punya hak terhadap buku yang dia baca, bahkan mereka bisa dengan jujur bebas mengungkapkan komentar itu dengan berbagai cara. Pembaca merupakan massa anonim, mereka bisa berkomentar apa saja terhadap karya yang mereka baca.

Beragam respons ini mengingatkan saya pada Adenita, penulis 9 Matahari, yang karyanya juga dikomentari beragam oleh sejumlah orang. "Beragam apresiasi itu mirip ruang yang punya banyak sudut. Sah-sah saja menilai buku ini dari sudut pandang masing-masing, karena ini memang hak pembaca."

Salah satu reaksi paling menuntut dari pembaca ialah kenapa novel tersebut berjudul "Maryamah Karpov." Pilihan itu mengingatkan saya pada sejumlah judul album atau lagu musisi Barat yang kerap lain sama sekali dengan isi album, bukan pula merupakan petikan lirik dan tak mewadahi isi keseluruhan cerita. Karena pilihan judul itu terasa begitu misterius, sebagian pembaca mengira-ngira kemungkinan akan ada rencana di masa depan terhadap "Maryamah Karpov." Penyair Nirwan Dewanto melakukan hal serupa terhadap buku puisinya, Jantung Lebah Ratu, yang baru-baru ini memenangi KLA 2008 kategori puisi.

Maryamah Karpov memuaskan dahaga pembaca akan kepiawaian Andrea Hirata bercerita, mengembalikan pada cara bercerita yang khas. Mereka terhibur, tertawa, terharu, juga bertanya-tanya. Pembaca senang oleh humor, lelucon, kesetiakawanan, petualangan, juga kehidupan masyarakat Melayu. Pembaca dibuai oleh berbagai peristiwa fantastik, gaya ungkap hiperbolik, juga kisah cinta, optimisme, dan rasa riang menjalani hidup. Di milis pasarbuku@yahoogroups.com, anggota bernama Samuel berkata, "Saya telah selesai baca, seru, kocak, sedih, menegangkan... tapi bagi saya seperti ada satu bagian yang hilang." Sementara
Handita menambah, "Saya menangkap pesan yang ingin disampaikan ialah soal keteguhan hati
untuk mengejar cita-cita."

Namun pembaca yang kecewa juga terang-terangan melampiaskan perasaannya, seperti Siska. Komentar dia, "Novel ini mungkin karakternya terilhami dari orang-orang nyata. Tapi Maryamah Karpov seperti ditulis cuma untuk melunasi utang. Alur dipaksakan, gaya bercerita masih satire tapi terlalu banyak halaman terbuang buat cerita-cerita yang bukan inti, kaya fragmen terpisah-pisah, dan tak jelas maunya. (Padahal) tiga novel sebelumnya cool, menambah sesuatu."

Saya juga merasakan di bagian awal novel ini Andrea keasyikan meledek perilaku kaumnya sendiri, hingga baru setelah halaman 200-an pembaca digiring pada misi Ikal sesungguhnya. Apa itu lantas membuat 200 halaman pertama sia-sia? Mungkin tidak, hanya kurang padu terhadap subjek utama. Di halaman awal itu saya masih bisa tertawa menikmati kejenakaan kelakuan orang Melayu Dalam, menikmati suasana, kehidupan, dan alam kampung, juga memasuki penggambaran latar (seting) yang sangat hidup.

Di sisi lain saya menemukan bukti keseriusan penerbit dalam menyiapkan buku. Sejauh 342 halaman ini, saya hanya menemukan satu salah eja, pada halaman 327, yaitu atas ejaan nama Lintang yang tak diawali huruf kapital. Kerapian ini boleh jadi mesti ditujukan berkat kecermatan editor, Imam Risdiyanto.

Baiklah, izinkan saya menuntaskan dulu novel ini, agar di kemudian hari bisa berbagi dan berkomentar lebih banyak. Sehari lagi, saudara-saudara, sebagai syarat agar komentar saya cukup valid dan bertanggung jawab.[]

Copyright © 2008 BUKU INCARAN oleh Anwar Holid

KONTAK: wartax@yahoo.com | (022) 2037348 | Panorama II No. 26 B, Bandung 40141

Informasi lebih banyak di:
http://www.klub-sastra-bentang.blogspot.com
http://www.mizan.com
http://www.sastrabelitong.multiply.com
http://www.renjanaorganizer.multiply.com
http://www.blueorangeimages.com (foto Andrea Hirata)

7.

(Catatan Kaki) Sedikit Bantu-bantu Ultimus Pindahan

Posted by: "Anwar Holid" wartax@yahoo.com   wartax

Tue Dec 16, 2008 3:11 pm (PST)

Sedikit Bantu-bantu Ultimus Pindahan
------------------------------------
--Anwar Holid

Ultimus, toko buku independen yang banyak berkontribusi pada gerakan literasi di Bandung, pindah ke lokasi baru, di jalan Jakarta, persis di depan rumah tahanan Kebon Waru. Pada Minggu itu (14/12) saya ikut sedikit bantu-bantu bareng mereka.

BANDUNG - Meskipun cukup terlambat datang, ternyata saya masih sempat bantu-bantu pindahan toko buku Ultimus dari daerah Lengkong Besar ke jalan Jakarta, Bandung. Waktu datang, saya lihat Bilven, sang manajer toko buku dan penerbitan ini, tengah terlelap kecapean sehabis kerja keras seharian. Di antara para pendirinya, kini hanya Bilven yang benar-benar total menangani semua operasional perusahaan. Hakim, pendiri lain, meski masih rutin ke Ultimus minimal sebulan sekali, saya dengar kini berkarir di perusahaan telekomunikasi seluler. Sang Denai, seorang penulis & editor yang juga kerja di sana bilang bahwa packing sudah dilakukan beberapa hari lalu.

Begitu tiba di sana, telah berkumpul puluhan anak muda lain yang juga sibuk membereskan ini-itu. Mereka sigap bergerak ke sana-sini, mengerahkan tenaga. Kaos mereka basah kuyup. Meski begitu, mereka mengerjakannya dengan santai, tertawa-tawa, dan heureuy. Jelas mereka tampak capek, tapi tetap semangat.

Yang perempuan tengah sibuk menyiapkan makan siang. Mereka menggoreng, memasak, memotong, mengiris-iris bahan makanan. Seorang anak lelaki dengan banyak tato di tubuhnya juga penuh semangat menanak nasi menggunakan rice cooker. Di depan, sekelompok anak muda sibuk menumpuk segala barang ke depan, agar memudahkan disiapkan begitu pick up dan truk pengangkut datang. Waktu saya datang, pick up dan truk itu sudah dua kali bolak-balik mengangkut semua isi toko buku.

Karena masih ngontrak, kepindahan niscaya terjadi pada toko buku yang aktif sejak lima tahun terakhir ini. Dalam empat tahun terakhir ini mereka buka di jalan Lengkong Besar, menempati bangunan yang cukup luas, sehingga berbagai acara dengan leluasa terselenggara di sana, mulai dari diskusi, peluncuran buku, berbagai workshop, pemutaran film, tak lupa konser musik, teater, juga festival penyair.

Ultimus merupakan ruang publik yang cukup penting bagi sebagian anak muda Bandung. Sejumlah komunitas dan subkultur kerap menjadikan Ultimus sebagai ruang pertemuan, antara lain kelompok mahasiswa, penulis, underground, punk rock, dan kelompok alternatif lain. Waktu pindahan ini mencerminkan betul kepedulian mereka pada Ultimus. Mereka dengan semangat bantu-bantu mengangkat, menurunkan, dan membereskan barang yang harus dibawa. Solidaritas mereka patut diacungi jempol. Gotong royong itu sungguh mempercepat dan memudahkan proses perpindahan. Semua orang berpartisipasi, mengambil peran yang bisa mereka sumbangkan. Bahkan kawan mereka yang telah kerja di Jakarta menyempatkan dulu untuk ikut sibuk.

Saya sendiri menganggap Ultimus merupakan salah satu nama besar yang ada di dalam hati. Saya kenal para pegiatnya sejak mereka siap berdiri. Meskipun orang luar, saya cukup intens berinteraksi dengan mereka. Saya bukan saja kerap menerima kebaikan dan keramahan mereka, atau juga menyeruput kopi Aroma di sana, melainkan juga mendapat wawasan, militansi, dan semangat di dunia literasi. Dari toko buku, mereka berkembang jadi penerbit, menyediakan fasilitas internet, dan perpustakaan. Saya mengamati perkembangan mereka, meminta pendapat, berharap bahwa bisnis mereka baik-baik dan terus berkembang. Mereka telah mengalami suka dan duka dalam dinamika kota Bandung.

Sejumlah orang menanggap Ultimus merupakan rumah kesayangan mereka. Salah satunya dirasakan oleh Wida (Widzar Al-Ghifary), penyair yang kerap menggunakan nama Sireum Hideung, "Saya telah menjadikan Ultimus sebagai rumah kedua. Saya tak pernah benar-benar meninggalkan Ultimus. Sejak lima tahun yang lalu, saya diam-diam menitipkan nama saya pada salah satu ruang kosong, mungkin di sela-sela buku, di rak-rak yang agak longgar, atau bahkan sekadar menitipkan gumam yang samar." Kesan serupa dirasakan Desiyanti Wirabrata, "Buatku Ultimus sudah seperti rumah seorang kerabat dekat. Ultimus selalu jadi tempat pulang... Pulang ke kelapangan hati kawan-kawan."

Setelah ujian banyaknya toko buku independen Bandung yang rontok 3-4 tahun lalu, Ultimus merupakan salah satu dari sedikit yang bertahan. Sejauh pengamatan saya, selain Ultimus, toko buku setipe yang masih bertahan dengan baik ialah Rumah Buku, Omuniuum, dan Tobucil--dengan dinamika dan positioning masing-masing. Rumah Buku misalnya, baru-baru ini mendapat julukan "the coolest library in town" dari Rolling Stone Indonesia.

Lokasi baru Ultimus kini lebih kecil. Saya sedikit sangsi bagaimana mereka akan mengadakan berbagai program dan agenda yang sudah dijadwalkan. Alternatifnya ialah harus ekspansi ke tempat lain, seperti dulu waktu pertama kali berdiri. Mereka menggunakan banyak tempat lain yang tersedia di Bandung. Saya sempat tanya pada Bilven, apa yang kali ini Ultimus prioritaskan, toko buku atau penerbitan. "Kayaknya penerbitan, mas," jawabnya. Jumlah terbitan Ultimus tambah banyak, mayoritas puisi dan pemikiran. Merekalah yang menerbitkan Das Kapital jilid I dan II edisi Indonesia. Buku puisi terbitan mereka pernah dua kali berturut-turut jadi nominee KLA.

Saya tahu mengembangkan perusahaan merupakan pekerjaan berat, butuh konsistensi, strategi, pengorbanan, keseriusan, berani mengambil risiko, perlu loyalitas. Saya lihat sendiri, Ultimus telah melahirkan loyalitas yang kuat di antara pengikut dan gerombolannya. Namun gerombolan harus memberi kontribusi signifikan bagi kemajuan komunitas dan toko.

Selamat berbenah dan terus bergerak Ultimus! Hasta la victoria siempre! Keep up the good work![]

Copyright © 2008 oleh Anwar Holid

KONTAK: wartax@yahoo.com | (022) 2037348 | Panorama II No. 26 B, Bandung 40141

Informasi lebih banyak di:
http://ultimusbandung.info
e-mail: ultimus_bandung@yahoo.com

Kontak: Bilven: 0812 245 6452

8a.

Re: [Lonceng] Met Milad buat Mas Yayan dan Mbak Dyah Zakiati ^_^

Posted by: "sismanto" siril_wafa@yahoo.co.id   siril_wafa

Tue Dec 16, 2008 3:13 pm (PST)

Met Milad ya Mas Yayan dan Mbak Dyah Z.

semoga .....(diisi sendiri)
:)

-- In sekolah-kehidupan@yahoogroups.com, "Lia
Octavia" <liaoctavia@...> wrote:
>
> Dear friends,
>
> Hari ini terasa sangat istimewa, karena hari ini, 16 Desember 2008
merupakan
> peringatan hari lahir dua sahabat SK yaitu Mas Yayan dan Mbak Dyah
Zakiati.

8b.

Re: [Lonceng] Met Milad buat Mas Yayan dan Mbak Dyah Zakiati ^_^

Posted by: "ugik madyo" ugikmadyo@gmail.com   ugikmadyo

Tue Dec 16, 2008 3:20 pm (PST)

Maap telat ngucapin.Met milad buat mas Yayan & Mbak dyah Z
Semoga sisa umurnya berkah.
Mbak dyah kemana aja nih?
gak pernah muncul lagi tulisanx di milist
Bagi-bagi ilmunya setelah nikah dunk hehe

Ugik Madyo
http://ugik.multiply.com

2008/12/16 Lia Octavia <liaoctavia@gmail.com>

> Dear friends,
>
> Hari ini terasa sangat istimewa, karena hari ini, 16 Desember 2008
> merupakan peringatan hari lahir dua sahabat SK yaitu Mas Yayan dan Mbak Dyah
> Zakiati.
> Met ultah ya buat Mas Yayan dan Mbak Dyah. Semoga sisa umurmu menjadi
> berkah dan bermanfaat bagi orang lain. Amiin... ^_^
>
> Salam
> Lia
> _
>
8c.

Re: [Lonceng] Met Milad buat Mas Yayan dan Mbak Dyah Zakiati ^_^

Posted by: "fil_ardy" fil_ardy@yahoo.com   fil_ardy

Tue Dec 16, 2008 6:11 pm (PST)

Barokallahulakum buat Yayan dan Mbak Dyah
semoga sisa umur yang terus berkurang
menjadikan kita semakin matang dalam
segala hal. Ditunggu tulisan2 tentang
miladnya ya. Heheh

DANI

In sekolah-kehidupan@yahoogroups.com, "sismanto" <siril_wafa@...> wrote:
>
> Met Milad ya Mas Yayan dan Mbak Dyah Z.
>
> semoga .....(diisi sendiri)
> :)
>
>
>
> -- In sekolah-kehidupan@yahoogroups.com, "Lia
> Octavia" <liaoctavia@> wrote:
> >
> > Dear friends,
> >
> > Hari ini terasa sangat istimewa, karena hari ini, 16 Desember 2008
> merupakan
> > peringatan hari lahir dua sahabat SK yaitu Mas Yayan dan Mbak Dyah
> Zakiati.
>

9.

(Teka) Meremehkan Kemampuan Anak

Posted by: "sismanto" siril_wafa@yahoo.co.id   siril_wafa

Tue Dec 16, 2008 3:20 pm (PST)

Meremehkan Kemampuan Anak
Penulis: Sismanto
Email: sirilwafa@ gmail.com

Orang tua selalu dihadapkan pada kondisi yang selalu dinamik, di satu
sisi mempunyai cita-cita ideal pada anaknya, sementara di sisi lain anak
melakukan hal yang tidak sesuai dengan keinginan dan cita-cita ideal
orang tuanya. Misalnya, keinginan orang tua tidak ditanggapi positif
oleh aksentuasi perilaku anak yang berakibat orang tua meremehkan setiap
kemampuan yang dimiliki oleh anak-anaknya.

Meremehkan anak-anak dan sedikit sekali memberikan dorongan serta
anjuran kepada mereka. Misalnya, orang tua berusaha menyuruh mereka diam
manakala mereka lagi asyik berbicara. Bahkan, saya selalu diejek,
begitu pula obrolan juga senantiasa diperolok-olok, yang hal itu
menyebabkan anak kurang mempunyai kepercayaan pada dirinya, ia kurang
berani berbicara apalagi mengeluarkan pendapat. Mencaci maki mereka
apabila melakukan kesalahan, mengumpat-ngumpat mereka apabila mereka
gagal dan kalah. Sedangkan, ayah merasa bangga dan sombong dengan
berbuat seperti itu. Dengan demikian, ada jarak psikologis antara kedua
belah pihak sehingga tidak mungkin lagi si ayah dapat mempengaruhi
anak-anaknya.

Mengejek mereka bilamana mereka istiqamah (konsekuen dalam agama). Sikap
seperti ini merupakan fenomena pelecehan yang paling berat. Oleh karena
itu, jika Anda dapati ada di antara orang tua yang suka meremehkan
anak-anaknya apabila di antara mereka itu ada yang bertakwa,
berperilaku baik, shaleh, konsekuen dalam beragama, dan mendapatkan
Hidayah (dari Allah), sehingga anak-anak tersebut sesat dan berbalik
haluan. Akibatnya, stelah peristiwa itu, mereka menjadi beban atas
diri ayah dan sebagai penyebab timbulnya berbagai bencana buat dia.

Tidak memberikan kesempatan kepada mereka untuk mengoreksi dan
mengadakan perubahan yang lebih baik. Ada orang tua yang memarahi
anaknya hanya karena kesalahan dan kekeliruan yang sepele. Bahkan, bisa
jadi orang tua tidak dapat melupakan kesalahan itu. Apabila si anak
mencuri, ia dipanggil dengan panggilan "hai pencuri". Apabila
ia berdusta ia dipanggil dengan sebutan "wahai pendusta".
Seolah-olah kesalahan-kesalahan tersebut mrpk pukulan keras yang tidak
mungkin dapat pudar dan merupakan tanda keaiban yang tidak kunjung
sirna. Dari sini si anak itu berkembang, sedangkan pada dirinya
tertanam perasaan bahwa ia adalah pencuri atau pendusta. Dengan
demikian, ia tidak dapat melepaskan diri dari aibnya, disamping ia
tidak mendapatkan orang yang dapat membantu mengatasi masalahnya itu.

Sikap-sikap yang saya sebutkan di muka merupakan sikap apriori orang tua
terhadap anak-anaknya. Adapula Orang tua selalu menginginkan anaknya
punya cita-cita yang tinggi, bahkan tidak jarang pula yang memaksakan
kehendak atas keinginan yang diinginkannya. "Nak, kamu jadi ini aja
atau jadi itu aja. Jangan jadi anu!" demi memuluskan keinginannya
itu orang tua memasukkan pilihan ekskul di sekolahnya, padahal anak
tidak menginginkan ekskul pilihan orang tuanya. Kalau kurang dengan
pilihan ekskulnya di sekolah, orang tua lantas mendatangkan guru les
untuk mengasah dan menambah kompetensi anaknya akan keinginannya itu.
Jangan salahkan anaknya bila tidak semangat dalam belajarnya, tidak
semangat mengikuti kegiatan ekskul di sekolah atau ogah-ogahan ketika
guru lesnya datang ke rumah.

Untungnya, semasa kecil orang tua saya tidak terlalu membebaniku
mempunyai cita-cita yang tinggi. Bagi beliau, cukup menjadi orang yang
bermanfaat di dunia, negara, dan agama sudah cukup. Padahal dalam hati
kecil saya punya cita-cita menjadi guru besok kalau sudah besar.
Cita-cita jadi guru itu terpatri dalam dada dan selalu saya ingat di
setiap kali menjelang tidur, bangun tidur, dan berangkat ke sekolah.

Pernah juga cita-cita ini saya utarakan kepada teman sekelas, dan mereka
semua memberikan sorakan dengan nada mengejek. "Masa , laki-laki
punya cita-cita jadi guru?" ejekan beberapa teman sekelas itu tidak
seratus persen saya salahan. Bisanya, kalau teman-teman sekelas ditanya
Ibu/bapak guru maka mereka akan menjawab bahwa cita-cita mereka menjadi
dokter, pilot, polisi, atau insinyur. Bagiku cita-cita menjadi guru
adalah cita-cita yang mulia satu tingkat lebih baik menurutku setelah
menjadi "ibu".

Dengan bekal kebebasan pilihan atas cita-cita itu, saya ingin memberikan
kepercayaan kepada orang tua saya bahwa saya akan mewujudkan cita-cita
itu, saya akan tetap ingin selalu mewujudkan keinginan sederhana orang
tua saya menjadi orang yang bermanfaat di dunia, negara, dan agama.
Meski sekarang saya menjadi guru di sekolah dasar di Sangata –
wilayah terpencil yang kurang punya akses – dan di suatu sekolah
yang menampung anak-anak karyawan pertambangan. Berawal menjadi guru di
sanalah akan saya bangun mimpi-mimpi dan cita-cita orang tua saya yang
secara spesifik tidak beliau sebutkan tapi tetap saya patri dalam dalam
dalam kalbu sanubariku "menjadi guru bagi diri sendiri, s sebelum
menjadi guru orang lain".
Berbekal motto ini, saya tidak ingin menggurui, saya tetap ingin menjadi
pembelajar yang baik. Meskipun secara profesi saya sebagai guru, itu
hanya masalah profesi tapi sejatinya saya tetaplah menjadi seorang
pembelajar. Pembelajar yang selalu belajar dari anak didik-anak didik
saya, temen-temen guru, dan belajar dari kehidupan nyata. Amin Allahumma
amin .. (*)

Sangata, 16 Desember 2008
Suatu malam di Hotel Lumboe
http://mkpd.wordpress.com

10a.

Re: "Mengenal eSKa dari foto"

Posted by: "Bu CaturCatriks" punya_retno@yahoo.com   punya_retno

Tue Dec 16, 2008 4:16 pm (PST)

wadhuh, aku mah nggak jago nulis deskripsi, mbak rahma.
apalagi kalo deskripsinya ttg hal2 seputar rutinitas harian, hayah
garing tenan, deh.
kalo mau, mbak rahma bisa coba baca buku interpreter of maladies
(penafsir kepedihan, diterbitkan lagi oleh gpu dgn judul: penerjemah
luka) karya jhumpa lahiri. dia bisa baguuuuss bgt nulis deskripsi
rutinitas harian tanpa harus jadi garing. cantik bgt tulisannya. oh
btw, perempuan cantik keturunan india amerika ini juga peraih
pulitzer.
kalo yg di indonesia, aku suka kagum sm deskripsi2 detilnya nh dini,
trus ada cerpen umar kayam yg kusuka: secangkir kopi dan sepotong
donat (ada di kumpulan cerpen 1000 kunang2 di manhattan), itu juga
oke banget tuh, deskripsinya ttg warkop (warung kopi) di amerika di
pagi hari.
yukyukyuk, belajar sama2!
thanks for reading yak!

-retno-

--- In sekolah-kehidupan@yahoogroups.com, "rah_ma18" <rah_ma18@...>
wrote:
>
> Hmmm.... pusing kepalaku melihat tumpukan-tumpukan dokumen yang
harus
> ku edit, ni sudah tengah hari waktunya istirahat, mataku yang
pening
> seakan tak punya kekuatan lagi untuk membaca dokumen-dokumen itu.
Ku
> buka email ah... pikirku sedikit regangkan punggung ku yang sudah
> sejak pagi belum beranjak dari tempat duduk kerjaku.
>
> Ada 19 pesan masuk ku buka satu persatu kebanyakan dari spam tapi
ada
> juga dari temen dan beberapa milis. Kubuka milis dari eSKa. Kubaca
> "Salju pertama di bulan dese" dari Bu Catrik.... hmmm.... keren
buk!!!
> blh dong belajar bikin cerpen yang sifatnya diskriptif kayak gtu.
> Kulihat ada kolom photo, coba ah kubuka....yak ampyun wuiiiiihhhh
> ternyata eSKa emang bener2 keren ya? banyak banget buk
kegiatannya....
> jadi pengen ikut ada didalamnya.
>
> Tapi satu pertanyaan yang timbul dalam pikiranku, kenapa sobat eSKa
> cuman nongolin foto2 kegiatan di Jakarta ama Bandung aja ya? apa
emang
> eSKa cuman nangkring di 2 kota itu? Btw kapan nih ngadain acara di
> Malang kota dingin? jangan salah Malang juga nggak kalah dingin
lho ma
> Bandung.... Good Luck aja dech buat para pengurusnya, oh ya satu
lagi
> emang MILAD nya eSKa tanggal berapa ya?! Salam hangat dari Rahma
Lee_U ^_~
>
>
> By: Rahma Lee_u ^_~
>

11a.

Re: (Cerpen) Malam Tahun Baru - cerita menjelang akhir tahun

Posted by: "Bu CaturCatriks" punya_retno@yahoo.com   punya_retno

Tue Dec 16, 2008 4:33 pm (PST)

semoga tahun baru 2009 ini menjadi awal yg indah bagi kita semua utk
berbuat kebaikan ya mas rizki,
thanks utk mengingatkan lewat cerpennya...
btw, pasir di sekitar lilin itu buat apa ya? (duh, maaf dodol..)

-retno-

--- In sekolah-kehidupan@yahoogroups.com, Arrizki Abidin
<arrizki_abidin@...> wrote:
>
> "Malam Tahun Baru"
>                                                  by : Riz-Q
>  
> Malam ini malam tahun baru. Tanggal 31 Desember 2008 akan menjadi
hari-hari biasa dihidupnya. Dengan hamparan kain tebal berwarna
putih, ia sajikan kumpulan lilin dari berbagai bentuk, berbagai
warna, hingga berbagai simbol. Ia hanya ingin mereka merenung
tentang arti penantian sebuah tahun baru. Apa mereka ingin menjemput
atau sekedar menunggu datangnya saja tahun itu?
> Didepan toko bunga "Pak Kam" ia jajakan hamparan butir-butir pasir
berwarna kecoklatan yang melengkapi lilin-lilin. Butir-butir yang
ditabur disekelilingnya untuk mengindahkan renungan mereka yang
membeli. Mereka cukup membayar seiklasnya untuk lilin-lilin
tersebut. Sengaja tak ditetapkan harganya, bukan karena tak butuh
uang, tapi lilin-lilin ini adalah lambang keiklasan baginya. Mereka
yang beli tak perlu lagi menggerutu dalam hati dan
mengatakan "barang sekecil ini koq dijual tinggi sih" atau "apalah
bagusnya barang kayak ginian sampai-sampai dijual dengan harga
tinggi", lalu menawarnya serendah mungkin. Dengan kualitas yang ia
buat, seharusnya sebanding dengan lilin bernilai seni tinggi dan
berharga mahal, bahkan jauh meninggalkan harga warung. Setumpuk
recehanpun menjadi hal yang biasa diterimanya.
> "Let, udah laku berapa?"
> "Hmm…gak banyak pak. Mereka lebih seneng belanja terompet-terompet
lucu daripada lilin."
> "Malam ini lebih ramai dari malam tahun baru sebelumnya."
> "Seharusnya lebih banyak lagi yang merenung, pak."
> Senderan tubuh Pak Kam pada pintu depan tokonya kini menjauh.
Sembari memegang secangkir kopi hangat, Pak Kam berjalan dan
kemudian duduk disamping Melisa atau yang biasanya
dipanggilnya "Bulet". Melisa biasa berjualan didepan toko Pak Kam
sebulan sebelum tahun baru tiba.
> Waktu menunjukan pukul 23.00 wib. Sambil mengisi kekosongan waktu,
Pak Kam bercerita tentang mimpi masa lalunya yang tak pernah ia
tuturkan pada Melisa, yaitu menikahi Bu Kam, yang sekarang telah
menjadi istri yang paling dicintainya.
> Keluarga Sukamto terkenal sebagai keluarga yang ramah. Bu Kam
senang sekali dengan berbagai macam bunga. Sewaktu kecil Bu Kam ikut
kursus merangkai bunga. Saking senangnya dengan bunga, Bu Kam hanya
ingin dinikahi oleh Pak Kam jika maharnya adalah serangkai bunga
warna-warni, campuran dari berbagai bunga didunia, tentunya
disamping seperangkat alat shalat. Syarat yang membuat Pak Kam cukup
kerepotan. Mencari bunga dari seluruh dunia kemudian merangkainya
menjadi satu kesatuan yang indah dan utuh adalah kemustahilan dan
sempat dianggap oleh pihak keluarga Pak Kam sebagai suatu penghinaan.
> "Bilang saja kalau anak anda menolak pinangan anak saya." cetus
Ibunda Pak Kam.
> Suasana yang sempat keruh itupun lumer seiring dengan ide
cemerlang Pak Kam. Bu Kam, yang bernama asli Siti Sidjabat, hanya
mengajukan satu syarat tanpa memberitahu bagaiamana caranya.
> "Kau tahu bagaimana akhirnya aku dapat menikahinya?"
> "Pak Kam ikutan pasang lotre terus menang besar." cetus Melisa
dengan membesarkan bola matanya.
> "Bukan, let. Hahaha."
> Melisa hanya menggeleng-gelengkan kepalanya. Menarik bibir kedalam
dan mengangkat bahu.
> "Saya beri dia gambar bunga dari seluruh penjuru dunia."
> "Ooouww. Boleh juga idenya. Terus?"
> "Kamu tahu, gara-gara ide itu, saya jadi cari tahu tentang bunga
dari ensiklopedia dan internet, mempelajarinya, hingga akhirnya
tertarik dengan bunga. Sejak awal nikah, saya dan istri berniat
membuka toko bunga dan akhirnya….seperti yang kamu lihat sekarang."
> Toko bunga Pak Kam memang tidak menyediakan seluruh bunga yang ada
diseluruh penjuru dunia, tapi toko itu dapat menghidupi keluarga Pak
Kam dan selalu didatangi oleh pengunjung setiap hari, walau tidak
semuanya membeli.
> "Kenapa Pak Kam setia menjual bunga?"
> "Hmm, tidak tahu. Nyaman saja. Tidak perlu berpikir yang rumit
kayak orang kantoran mungkin. Terlebih lagi dunia saya dan istri
memang disini. Kamu sendiri? Pasti ada kisah menarik dibelakang
keinginan kamu menjual lilin."
> "Sederhana saja…."
> Waktu terus berputar. Kini jam menunjukan pukul 23.45 wib. Melisa
dan Pak Kam masih asyik terus ngobrol. Sesekali Melisa menaburkan
butir-butir coklat disekeliling lilin jajakannya. Pak Kam pun terus
menyeruput kopinya yang mulai dingin. Malam semakin ramai. Suara-
suara terompet bertiup disana-sini. Lampu-lampu kendaraan terang
benderang mewarnai kota. Dipinggir, keduanya tak henti bicara.
Sesekali tertawa. Sesekali terlihat serius. Tertawa lagi.
> "Darimana kamu dapat filosofi itu?"
> "Dari pengalaman."
> "Belajar dari pengalaman yah…hmmm…." Pak Kam memonyongkan
bibirnya.
> Pak Kam meneguk air kopi terakhirnya. Tak lama seorang wanita muda
datang menghampiri mereka berdua.
> "Hai, lilinnya berapa satu?"
> "Terserah mba."
> "Saya pilih yang model gelas itu yah."
> "Sebentar saya bungkuskan."
> "Tidak perlu. Nyalakan sa…"
> "Kenapa kamu pilih yang model itu anak muda?" tanya Pak Kam
menyerobot ucapan wanita muda itu.
> "Ssy…syy…saya suka saja."
> "Kamu tahu arti lilin-lilin itu?"
> "Tidak."
> "Jadilah kamu seperti lilin yang kamu beli anak muda."
> "Maksudnya?"
> Suara klakson bergantian berbunyi. Iring-iringan siulan klakson
memekakan telinga, tapi menyenangkan, menghangatkan malam yang
dingin, membangunkan bintang-bintang yang sempat redup, membuyarkan
mimpi-mimpi mereka yang sudah tertidur pulas kemudian terbangun.
> "Teooooooot…..teoooooooooot…"
> Waktu sudah menunjukan hampir tengah malam. Sebentar lagi malam
berganti. Berganti hari yang baru, dengan bulan baru, dan tentu saja
tahun yang baru. Mereka berteriak-teriak, berhitung angka mundur.
Sebuah jam besar ditengah kota sengaja disiapkan pejabat setempat
untuk memeriahkan malam tahun baru.
> "SEPULUH…..SEMBILAN…..DELAPAN…."
> Rangkulan tangan manusia menipiskan jarak yang ada. Tak peduli
siapa yang disamping siapa, yang penting mereka bergembira. Ada yang
menari diatas mobil pick up, ada yang menjulangkan kedua tangannya
kelangit, ada juga yang bergendang ria sambil berputar-putar.
> "TUJUH.....ENAM…..LIMA…..EMPAT….."
> Suasana semakin tegang. Saling rangkul semakin erat. Pukulan
genderang semakin kencang, bahkan jantung serasa terhenti dihitungan
ketiga.
> "TIGAAAAA……"
> Ada yang memegang pipinya. Ada lelaki yang memeluk pacarnya dari
belakang. Hitungan dua semakin dekat tapi begitu jauh karena tak
ingin suasana begitu indah terlewati begitu saja. Seakan kebelet
pipis, mereka semua hendak menumpahkan seluruh emosi yang ada.
> "DUAAAA……SAAATUUUUU…."
> Tak berapa lama.
> "WOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOO."
> "TEOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOT."
> "TIIIIIIIIIIIIIIIN……………….TIIIIIIIIIIIIIIN………………..TIIIIIIIIIIIIIIIII
IN………….."
> "DONG…DONG…DONG…DONG…"
> Teriak semua beramai-ramai. Terompet bunyi, klakson kendaraan
bunyi, denting jam besar bunyi, semua berbunyi. Tak ada yang diam.
Hanya mereka yang berpelukan yang tak bersuara. Disudut kota
terlihat muda-mudi yang bercumbu mesra, seakan dosa terhenti
langkahnya sejenak untuk bertamu. Mobil pick up sang penari
bergoyang-goyang. Semua bergoyang, semua berbahagia, semua
tertumpah. Tak ada lagi yang kebelet. Segalanya berhamburan.
Berceceran. Bagai muntahan larva gunung berapi, warna-warni mercon
dan kembang api menghiasi kota.
>   "Terima kasih pak atas filosofinya." ucap wanita muda yang
membeli lilin berbentuk gelas tadi. Ia pun berlari bergabung bersama
teman-temannya. Melingkar dan berjingkrak-jingkrak diatas bumi.
> Melisa hanya tersenyum melihat Pak Kam. Ia tahu Pak Kam akan
mengatakan hal tersebut. Hanya saja, Pak Kam mengutarakannya lebih
dalam, lebih terasa emosionalnya.  Mereka berduapun menyalakan sisa
lilin yang tak terbeli.
> "Kamu benar, Let. Mereka harus merenung. Semua ini belum berakhir.
Harus ada satu sosok yang mau berkorban dengan keiklasan. Mereka
butuh satu pilar yang cahayanya dapat dinikmati bersama-sama, walau
pilar itu harus menahan tekanan sendiri hingga akhirnya melemah,
lumer akibat panas. Sayang, disaat itu pula pilar tersebut dibuang
dan dilupakan."
> "Mau dengar satu puisi buatan lilin saya, Pak?"
> "Apa itu?" tanya Pak Kam sambil tersenyum menghadap Melisa, "anak
ini benar-benar punya khayalan yang berbobot." Lanjutnya dalam
hati. 
>  
> "UNFINISHED"  by : Lilin
> Tidak ada tutup buku
> Tidak ada kenangan terakhir
> Tidak ada yang terselesaikan
>  
> Tidak tahu siapa yang bahagia
> Tidak tahu siapa yang bersedih
>  
> Bab terakhir telah sobek
> Hilang
> Lalu, tangannya menelungkup diatas tangan berpenaku
> Dan menggoreskan…
> Yang tertinggal dan terlupakan
>  
> *****TAMAT*****
>

12a.

(catcil) a love letter to me

Posted by: "Bu CaturCatriks" punya_retno@yahoo.com   punya_retno

Tue Dec 16, 2008 4:54 pm (PST)

A Love Letter to Me
Oleh Retnadi Nur'aini

"Menulis surat cinta untuk diri sendiri? No way, man, it's so
narsistic," begitu awalnya komentar kepala saya, saat saya membaca
kisah tentang Elisabeth Gilbert dalam Eat, Pray, Love. Saran serupa
juga pernah saya temui dalam buku Daripada Bete, Nulis Aja! Karya
Caryn Mirriam Goldberg.

Saran yang saya acuhkan selama berbulan-bulan lamanya. Dengan banyak
justifikasi alasan kepala seperti: "Come on, kamu kan sudah biasa
bicara sama dirimu sendiri, buat apa lagi ditulis? You already know
about it", dan sebagainya.

Sampai lagi-lagi titik itu datang menghampiri. Titik nol kilometer,
dengan sebuah jurang tak bertepi. Dimana rasanya saya seperti
terjatuh ke dalam sebuah lubang yang gelap dan tak berdasar. Saya
meluncur turun, dan turun. Makin cepat, makin cepat. Perut saya
mulai terasa berputar-putar, dan saya mulai sulit bernapas. Sesak.
Sesak. Disana dingin sekali. Saya bisa merasakan angin yang meniup
bulu kuduk saya. Dingin yang menggeletukkan tulang-tulang. Dan saya
masih meluncur turun, dan turun. Turun, dan turun.

Bagaimana kalau lubang ini punya dasar? Tentu saya sudah hancur
berkeping-keping. Atau mati. Tapi yang pasti, saya akan terhempas
dengan pedih tak terperi. Dan pecah. Dan saya mulai mencoba
mengingat potongan-potongan kenangan. seperti guntingan-guntingan
foto. Kacau. Berantakan. Semua wajah tampak kabur dalam ingatan. Dan
suara-suara terdengar tak lebih seperti dengungan. Dan rasa itu
datang lagi. Selalu begitu setiap kali saya mencoba menggali
ingatan. Nyeri. Ngilu. Getir. Sesak. Sesak.

Ya, ini melelahkan.

Dan saya pun mulai menulis.
=====================================================================

Assalamualaikum wr wb,

Dear Retnadi Nur'aini

`What's up?' Itu, kan, line favoritmu? Ya, saya menghapalnya. Kamu
akan terkejut dengan banyaknya hal yang saya tahu tentang kamu. Saya
tahu betapa senangnya kamu menulis, dan betapa saya selalu mengagumi
tulisanmu. Saya tahu kamu sering minder dan berpikir bahwa kamu tak
akan bisa menjadi penulis yang baik.

Tapi Retnadi, saya percaya kamu bisa. Saya percaya kamu akan menjadi
penulis handal nantinya. Teruslah menulis, belajar, membaca,
mengamati, merasa, dan berdoa. Dan saya akan disini, mengamati
transformasimu, metamorfosismu.

Saya tahu bahwa kepalamu bertanya terlalu banyak, sekaligus menuntut
terlalu banyak. Saya tahu ada gema yang berjalan mondar-mandir di
kepalamu, terus-menerus berujar dan mencacat atas setiap
kegagalanmu. Dan betapa semua ini sangat melelahkan bagimu.
Membuatmu sesak napas. Membuatmu ingin lari dan berteriak sekencang-
kencangnya, mengusir semua suara di kepalamu.
Saya tahu, saya paham, dan saya mengerti.

Dan karena saya tahu kamu anti membaca buku-buku motivasi dan self
help yang menurutmu berisikan 'common sense', let me give you this.
It's OK untuk tidak punya jawaban atas segala hal. It's OK, untuk
bilang ke kepalamu `Maaf, saya tidak tahu jawabannya saat ini. Namun
dengan berjalannya waktu, saya akan coba belajar dan mencari tahu.'
It's OK. Saat kamu berhasil menemukan jawabannya, saya akan
bersyukur dan bertepuk tangan untukmu. Pun jawabannya tetap belum
berhasil kamu temukan, saya akan tetap mencintaimu. Saya akan tetap
menyayangimu, mendukungmu, dan berdoa untukmu. It's OK.

Saya tahu akan hatimu yang hipersensitif akan banyak emosi. Dan it's
OK. It's OK untuk merasakannya. Untuk kemudian mencucinya bersih-
bersih di hari cuci-cuci dengan air mata, then let it go, Retnadi.
It will be passed.

Saya tahu, kamu melewati sejumlah hal buruk. Dan saya minta maaf
untuk itu semua. Saya juga minta maaf untuk tidak tahu cara yang
paling tepat untuk menyamankanmu. Saya cuma bisa bilang, saya
mencintaimu. Bahwa waktu akan menyembuhkan banyak luka, sekaligus
membuatmu belajar dewasa.

Saya mencintaimu, saya mencintaimu, saya mencintaimu.

Wassalamualaikum wr wb


Love,

Yourself

12b.

Re: (catcil) a love letter to me

Posted by: "Lia Octavia" liaoctavia@gmail.com   octavialia

Tue Dec 16, 2008 6:25 pm (PST)

waaah.. setelah surat cinta untuk Tuhan yang tidak dapat kulupakan, mba
retno kembali menulis surat cinta... untuk diri sendiri ^_^
sebenarnya narsistic itu kadang-kadang perlu. hanya yang perlu diwaspadai
adalah tingkatnya. apakah narsisme tingkat tinggi atau yang biasa-biasa
saja. karena pada dasarnya setiap orang memiliki kebutuhan untuk dicintai,
baik dicintai oleh orang lain maupun dicintai oleh diri sendiri.
aku pernah bilang pada salah seorang temenku yang sering jatuh sakit krn ia
makan ga teratur,suka begadang dan ga mengurus dirinya sendiri. aku bilang
begini, "gimana kamu mau mencintai orang lain kalau kamu ga bisa mencintai
dirimu sendiri?"

seperti kata whitney houston di dalam lagunya yg berjudul the greatest love
of all:

..... learning to love yourself, is the greatest love of all...

have a nice day everybody ^_^

salam
lia

On 12/17/08, Bu CaturCatriks <punya_retno@yahoo.com> wrote:
>
> A Love Letter to Me
> Oleh Retnadi Nur'aini
>
> "Menulis surat cinta untuk diri sendiri? No way, man, it's so
> narsistic," begitu awalnya komentar kepala saya, saat saya membaca
> kisah tentang Elisabeth Gilbert dalam Eat, Pray, Love. Saran serupa
> juga pernah saya temui dalam buku Daripada Bete, Nulis Aja! Karya
> Caryn Mirriam Goldberg.
>
> Saran yang saya acuhkan selama berbulan-bulan lamanya. Dengan banyak
> justifikasi alasan kepala seperti: "Come on, kamu kan sudah biasa
> bicara sama dirimu sendiri, buat apa lagi ditulis? You already know
> about it", dan sebagainya.
>
> Sampai lagi-lagi titik itu datang menghampiri. Titik nol kilometer,
> dengan sebuah jurang tak bertepi. Dimana rasanya saya seperti
> terjatuh ke dalam sebuah lubang yang gelap dan tak berdasar. Saya
> meluncur turun, dan turun. Makin cepat, makin cepat. Perut saya
> mulai terasa berputar-putar, dan saya mulai sulit bernapas. Sesak.
> Sesak. Disana dingin sekali. Saya bisa merasakan angin yang meniup
> bulu kuduk saya. Dingin yang menggeletukkan tulang-tulang. Dan saya
> masih meluncur turun, dan turun. Turun, dan turun.
>
> Bagaimana kalau lubang ini punya dasar? Tentu saya sudah hancur
> berkeping-keping. Atau mati. Tapi yang pasti, saya akan terhempas
> dengan pedih tak terperi. Dan pecah. Dan saya mulai mencoba
> mengingat potongan-potongan kenangan. seperti guntingan-guntingan
> foto. Kacau. Berantakan. Semua wajah tampak kabur dalam ingatan. Dan
> suara-suara terdengar tak lebih seperti dengungan. Dan rasa itu
> datang lagi. Selalu begitu setiap kali saya mencoba menggali
> ingatan. Nyeri. Ngilu. Getir. Sesak. Sesak.
>
> Ya, ini melelahkan.
>
> Dan saya pun mulai menulis.
> =====================================================================
>
> Assalamualaikum wr wb,
>
> Dear Retnadi Nur'aini
>
> `What's up?' Itu, kan, line favoritmu? Ya, saya menghapalnya. Kamu
> akan terkejut dengan banyaknya hal yang saya tahu tentang kamu. Saya
> tahu betapa senangnya kamu menulis, dan betapa saya selalu mengagumi
> tulisanmu. Saya tahu kamu sering minder dan berpikir bahwa kamu tak
> akan bisa menjadi penulis yang baik.
>
> Tapi Retnadi, saya percaya kamu bisa. Saya percaya kamu akan menjadi
> penulis handal nantinya. Teruslah menulis, belajar, membaca,
> mengamati, merasa, dan berdoa. Dan saya akan disini, mengamati
> transformasimu, metamorfosismu.
>
> Saya tahu bahwa kepalamu bertanya terlalu banyak, sekaligus menuntut
> terlalu banyak. Saya tahu ada gema yang berjalan mondar-mandir di
> kepalamu, terus-menerus berujar dan mencacat atas setiap
> kegagalanmu. Dan betapa semua ini sangat melelahkan bagimu.
> Membuatmu sesak napas. Membuatmu ingin lari dan berteriak sekencang-
> kencangnya, mengusir semua suara di kepalamu.
> Saya tahu, saya paham, dan saya mengerti.
>
> Dan karena saya tahu kamu anti membaca buku-buku motivasi dan self
> help yang menurutmu berisikan 'common sense', let me give you this.
> It's OK untuk tidak punya jawaban atas segala hal. It's OK, untuk
> bilang ke kepalamu `Maaf, saya tidak tahu jawabannya saat ini. Namun
> dengan berjalannya waktu, saya akan coba belajar dan mencari tahu.'
> It's OK. Saat kamu berhasil menemukan jawabannya, saya akan
> bersyukur dan bertepuk tangan untukmu. Pun jawabannya tetap belum
> berhasil kamu temukan, saya akan tetap mencintaimu. Saya akan tetap
> menyayangimu, mendukungmu, dan berdoa untukmu. It's OK.
>
> Saya tahu akan hatimu yang hipersensitif akan banyak emosi. Dan it's
> OK. It's OK untuk merasakannya. Untuk kemudian mencucinya bersih-
> bersih di hari cuci-cuci dengan air mata, then let it go, Retnadi.
> It will be passed.
>
> Saya tahu, kamu melewati sejumlah hal buruk. Dan saya minta maaf
> untuk itu semua. Saya juga minta maaf untuk tidak tahu cara yang
> paling tepat untuk menyamankanmu. Saya cuma bisa bilang, saya
> mencintaimu. Bahwa waktu akan menyembuhkan banyak luka, sekaligus
> membuatmu belajar dewasa.
>
> Saya mencintaimu, saya mencintaimu, saya mencintaimu.
>
> Wassalamualaikum wr wb
>
>
> Love,
>
> Yourself
>
>
>
13a.

(catcil) Kang Abik Menang Tanpa Ngasorake

Posted by: "INDARWATI HARSONO" patisayang@yahoo.com   patisayang

Tue Dec 16, 2008 5:06 pm (PST)

Kang Abik Menang Tanpa Ngasorake

Setiap Selasa, tulisan Kang Abik di harian Sindo hampir pasti kubaca. Dan dari sekian buah pikirannya, tulisan bertajuk Dendam Kemiskinan yang dimuat hari ini lah (16/12/08) yang mampu menggerimiskan hatiku. Bukan lantaran ceritanya mengambil latar Grobogan dalam sebuah perjalanan dari Semarang ke Pati--yang merupakan daerah asalku--tapi adalah pesan moral yang tersirat dari untaian paragrafnya dan pesan tersurat di akhir cerita.
Dalam tulisan itu, Kang Abik menceritakan betapa dia dan rombongannya bermobil sering didholimi oleh pengguna jalan lain. Sepanjang perjalanan mereka menemui banyak hambatan dalam rangka perbaikan jalan. Badan jalan yang tengah dicor setengah jelas mengharuskan pengguna berjalan bergantian. 
Kang Abik bercerita bahwa sering mereka memutuskan untuk mengalah (kadang dipaksa mengalah juga), memberi jalan kepada pengguna jalan lain dari arah seberang untuk melalui lebih dahulu jalan yang hanya bisa dilewati satu arah itu. Tak ada yang mengatur agar kendaraan bisa berjalan bergantian melewati titik yang tengah diperbaiki. Hanya kesadaran bertoleransi masing-masing saja. 
Sayangnya, dalam cerita Kang Abik itu, mereka yang lebih sering sadar daripada pengguna jalan lainnya. Bahkan dua kali mereka sengaja dikalahkan oleh becak dan sepeda motor yang tak mau minggir meski posisi mereka lebih memungkinkan untuk itu dari pada rombongan Kang Abik dengan mobilnya. Diperkirakan salah satu sebabnya karena mobil yang digunakannya berplat luar kota. Orang yang mendholimi itu, sewenang-wenang tak mau kalah merasa jalan yang dilaluinya adalah milik mereka karena mereka penduduk asli daerah itu.Di akhir tulisan, klimaks lalu menukik ke anti klimaks Kang Abik bercerita ketika pengendara motor yang sudah sok jagoan (tak mau mengalah menepi) tadi menggedor mobilnya, marah, lantaran kakinya (yang segera bisa diselamatkannya) terkena lindasan ban mobil Kang Abik. Untungnya, insiden itu hanya membuahkan sandal yang rusak, kakinya tak apa-apa.
Alih-alih meladeni kemarahan si pengendara motor, Kang Abik justru dengan tenang dan santun mengaku salah, bahkan memberi uang ganti rugi sandal jauh melebihi ekspektasi si pengendara motor sok jagoan yang pada akhirnya terbengong-bengong. Energi negatifnya terputus, ibarat api kompor terbakar yang berkobar, rantai oksigennya diputus begitu saja dengan karung basah."Sama sekali saya tidak sakit hati, dan tidak merasa diperas oleh anak muda itu. Saya sudah tahu gelagatnya, itu hanya masalah dendam kemiskinan. Dia sudah terbiasa susah dan miskin, ada saatnya dia merasa harus menang meskipun miskin. Saya berusaha memberi ruang baginya untuk menang agar ke depan dia tidak lagi membawa dendam kemiskinannya dan bisa berempati kepada siapa saja.
Saya ingin dia merasa menang, dan akhirnya bisa merenungi arti sebuah kemenangan. Kemenangan sejati adalah membahagiakan orang lain, bukan sebaliknya."Kata-kata yang indah bukan? Kata-kata yang seketika membuat mataku berkaca-kaca. Bukan hanya jiwa besar Kang Abik yang merebut simpatiku, tapi juga membayangkan keadaan si anak muda tadi. Dia, mewakili jutaan lagi anak negeri ini yang dikalahkan dan terkalahkan dalam berbagai keadaan lantaran kemiskinan. Meski mungkin hati mereka telah kebas, namun dalam lubuknya yang terdalam, akan mencari jalan keluar. Maka menggelombanglah energi negative dendam kemiskinan itu meski untuk alasan yang teramat sederhana bahkan sekalipun yang salah adalah mereka.
Ada peribahasa dalam bahasa Jawa yang berbunyi menang tanpa ngasorake, yang terjemah bebasnya kira-kira, menang melawan orang lain tanpa merendahkan orang yang kita kalahkan itu. Kesannya kita kalah dengan mereka, namun sebaliknya, kitalah pemenang sejatinya. Ya, Kang Abik telah berhasil menundukkan amarah—yang menurut kang Abik disulut oleh api dendam kemiskinan—orang itu tanpa merendahkannya. Meskipun tampaknya sederhana, mampukah kita berbuat sama?

Tanah Baru, 16/12/08 10.03http://lembarkertas.multiply.com

13b.

Re: (catcil) Kang Abik Menang Tanpa Ngasorake

Posted by: "fil_ardy" fil_ardy@yahoo.com   fil_ardy

Tue Dec 16, 2008 6:19 pm (PST)

Subhanallah ya, Mbak Indar
tidak banyak orang yang bisa
dengan istiqomah menjadi seperti itu, sebaliknya
banyak sekali yang menjadi pemuda2 itu sendiri.

Mungkin saya salah satunya, dulu saat saya mengendarai
motor di jalan raya di ruas jalan fatmawati saat jam
pulang kantor, dalam kondisi kemacetan yang membosankan
ada sebuah mobil yang menyerempet saya hingga saya hampir
terjatuh. Oww, tentu saja saya marah dan memukul bagian
depan mobil tersebut. And u know what reaksi si pengemudinya?
sama sekali jauh dari apa yang dilakukan kang Abik tadi.

Heuheuheu, coba saya dikasih uang ya karena saya sudah memukul
mobilnya :D Pasti asik.

TFS, Mbak Indar

DANI

In sekolah-kehidupan@yahoogroups.com, INDARWATI HARSONO
<patisayang@...> wrote:
>
> Kang Abik Menang Tanpa Ngasorake
>
> Setiap Selasa, tulisan Kang Abik di harian Sindo hampir pasti
kubaca. Dan dari sekian buah pikirannya, tulisan bertajuk Dendam
Kemiskinan yang dimuat hari ini lah (16/12/08) yang mampu
menggerimiskan hatiku. Bukan lantaran ceritanya mengambil latar
Grobogan dalam sebuah perjalanan dari Semarang ke Pati--yang
merupakan daerah asalku--tapi adalah pesan moral yang tersirat dari
untaian paragrafnya dan pesan tersurat di akhir cerita.

13c.

Re: (catcil) Kang Abik Menang Tanpa Ngasorake

Posted by: "joey" joedi.p@sai.co.id

Tue Dec 16, 2008 8:13 pm (PST)

saya berpikir begini,
andai kendaraan yang melintas dijalan yang diperbaiki dibuat fifo (first in first out),
maka yang naik sepeda motor pasti akan demam duluan, karena harus menunggu lama disaat hujan,
atau matang duluan :) kalau saat hari sedang terik,

saya berpikir kalau motor didahulukan justru itu yang adil, sebab mereka tidak senyaman yang naik mobil,
ini seperti kalau kita memberi tempat duduk dalam sebuah bis pada orang tua,
atau mendahulukan orang cacat/uzur pada sebuah antrian,
sebab mereka tidak senyaman atau sesehat kita yang masih muda,

kelak diakhiratpun, pertanyaan yang diajukan juga tidaklah sama,
mereka yang dikaruniai titipan lebih banyak, akan mendapatkan pertanyaan yang lebih panjang,
daripada mereka yang dikaruniai titipan sedikit (miskin),
perbedaan pertanyaan ini bukan berarti Dia tidak adil, justru disitulah letak keadilannya,
karena mereka menjalani hidupnya dengan keadaan yang berbeda,
yang satu dengan penuh kesusahan yang lain lebih nyaman,
seperti halnya susah dan nyamannya mereka di jalanan,

----- Original Message -----
From: INDARWATI HARSONO
To: sekolah-kehidupan@yahoogroups.com
Sent: 17 December, 2008 08:06 AM
Subject: [sekolah-kehidupan] (catcil) Kang Abik Menang Tanpa Ngasorake

Kang Abik Menang Tanpa Ngasorake

Setiap Selasa, tulisan Kang Abik di harian Sindo hampir pasti kubaca. Dan dari sekian buah pikirannya, tulisan bertajuk Dendam Kemiskinan yang dimuat hari ini lah (16/12/08) yang mampu menggerimiskan hatiku.

Bukan lantaran ceritanya mengambil latar Grobogan dalam sebuah perjalanan dari Semarang ke Pati--yang merupakan daerah asalku--tapi adalah pesan moral yang tersirat dari untaian paragrafnya dan pesan tersurat di akhir cerita.

Dalam tulisan itu, Kang Abik menceritakan betapa dia dan rombongannya bermobil sering didholimi oleh pengguna jalan lain. Sepanjang perjalanan mereka menemui banyak hambatan dalam rangka perbaikan jalan. Badan jalan yang tengah dicor setengah jelas mengharuskan pengguna berjalan bergantian.

Kang Abik bercerita bahwa sering mereka memutuskan untuk mengalah (kadang dipaksa mengalah juga), memberi jalan kepada pengguna jalan lain dari arah seberang untuk melalui lebih dahulu jalan yang hanya bisa dilewati satu arah itu. Tak ada yang mengatur agar kendaraan bisa berjalan bergantian melewati titik yang tengah diperbaiki. Hanya kesadaran bertoleransi masing-masing saja.

Sayangnya, dalam cerita Kang Abik itu, mereka yang lebih sering sadar daripada pengguna jalan lainnya. Bahkan dua kali mereka sengaja dikalahkan oleh becak dan sepeda motor yang tak mau minggir meski posisi mereka lebih memungkinkan untuk itu dari pada rombongan Kang Abik dengan mobilnya. Diperkirakan salah satu sebabnya karena mobil yang digunakannya berplat luar kota. Orang yang mendholimi itu, sewenang-wenang tak mau kalah merasa jalan yang dilaluinya adalah milik mereka karena mereka penduduk asli daerah itu.

Di akhir tulisan, klimaks lalu menukik ke anti klimaks Kang Abik bercerita ketika pengendara motor yang sudah sok jagoan (tak mau mengalah menepi) tadi menggedor mobilnya, marah, lantaran kakinya (yang segera bisa diselamatkannya) terkena lindasan ban mobil Kang Abik. Untungnya, insiden itu hanya membuahkan sandal yang rusak, kakinya tak apa-apa.

Alih-alih meladeni kemarahan si pengendara motor, Kang Abik justru dengan tenang dan santun mengaku salah, bahkan memberi uang ganti rugi sandal jauh melebihi ekspektasi si pengendara motor sok jagoan yang pada akhirnya terbengong-bengong. Energi negatifnya terputus, ibarat api kompor terbakar yang berkobar, rantai oksigennya diputus begitu saja dengan karung basah.

"Sama sekali saya tidak sakit hati, dan tidak merasa diperas oleh anak muda itu. Saya sudah tahu gelagatnya, itu hanya masalah dendam kemiskinan. Dia sudah terbiasa susah dan miskin, ada saatnya dia merasa harus menang meskipun miskin. Saya berusaha memberi ruang baginya untuk menang agar ke depan dia tidak lagi membawa dendam kemiskinannya dan bisa berempati kepada siapa saja.

Saya ingin dia merasa menang, dan akhirnya bisa merenungi arti sebuah kemenangan. Kemenangan sejati adalah membahagiakan orang lain, bukan sebaliknya."

Kata-kata yang indah bukan? Kata-kata yang seketika membuat mataku berkaca-kaca. Bukan hanya jiwa besar Kang Abik yang merebut simpatiku, tapi juga membayangkan keadaan si anak muda tadi. Dia, mewakili jutaan lagi anak negeri ini yang dikalahkan dan terkalahkan dalam berbagai keadaan lantaran kemiskinan. Meski mungkin hati mereka telah kebas, namun dalam lubuknya yang terdalam, akan mencari jalan keluar. Maka menggelombanglah energi negative dendam kemiskinan itu meski untuk alasan yang teramat sederhana bahkan sekalipun yang salah adalah mereka.

Ada peribahasa dalam bahasa Jawa yang berbunyi menang tanpa ngasorake, yang terjemah bebasnya kira-kira, menang melawan orang lain tanpa merendahkan orang yang kita kalahkan itu. Kesannya kita kalah dengan mereka, namun sebaliknya, kitalah pemenang sejatinya. Ya, Kang Abik telah berhasil menundukkan amarah—yang menurut kang Abik disulut oleh api dendam kemiskinan—orang itu tanpa merendahkannya. Meskipun tampaknya sederhana, mampukah kita berbuat sama?

Tanah Baru, 16/12/08 10.03

http://lembarkertas.multiply.com

Recent Activity
Visit Your Group
Drive Traffic

Sponsored Search

can help increase

your site traffic.

Y! Messenger

Group get-together

Host a free online

conference on IM.

Weight Loss Group

on Yahoo! Groups

Get support and

make friends online.

Need to Reply?

Click one of the "Reply" links to respond to a specific message in the Daily Digest.

Create New Topic | Visit Your Group on the Web

Tidak ada komentar: