Messages In This Digest (18 Messages)
- 1a.
- Re: (Catatan Kaki) Sedikit Bantu-bantu Ultimus Pindahan From: Lia Octavia
- 2a.
- Re: [Ruang Keluarga] Happy Mother Day.... Happt Birthday, Mom! From: Lia Octavia
- 3.
- Menghindarkan Dari Marabahaya From: muhamad agus syafii
- 4a.
- Re: [Lonceng] Met Milad buat Mas Yayan dan Mbak Dyah Zakiati ^_^ From: abdul azis
- 4b.
- Re: [Lonceng] Met Milad buat Mas Yayan dan Mbak Dyah Zakiati ^_^ From: inga_fety
- 5.
- Mana Yang Lebih Penting? From: muhamad agus syafii
- 6.
- Ternyata kita beda SEDIKIT dengan Rasulullah... From: abdul azis
- 7.
- Sejarah Perbankan Syariah From: muhamad agus syafii
- 8a.
- Re: [Catcil] Naksir From: sismanto
- 8b.
- Re: [Catcil] Naksir From: Lia Octavia
- 9.
- Fw: [permiaswichita]: ADA YANG MAU IKUT MEMBANTU GAK...? From: Pandika Sampurna
- 10a.
- FW: [smategal_alumni73]: INSIDE KA'BAH DAN DETIK TERAKHIR SAKARATUL From: Pandika Sampurna
- 10b.
- FW: [smategal_alumni73]: INSIDE KA'BAH DAN DETIK TERAKHIR SAKARATUL From: Pandika Sampurna
- 11.
- Membina Keluarga bahagia Yang islami From: muhamad agus syafii
- 12a.
- Re: [catcil] Jamanku Anak-Anak From: inga_fety
- 13a.
- Re: (catcil) a love letter to me From: inga_fety
- 14a.
- Re: (Cerpen) Malam Tahun Baru - cerita menjelang akhir tahun From: Arrizki Abidin
- 14b.
- Re: (Cerpen) Malam Tahun Baru - cerita menjelang akhir tahun From: Arrizki Abidin
Messages
- 1a.
-
Re: (Catatan Kaki) Sedikit Bantu-bantu Ultimus Pindahan
Posted by: "Lia Octavia" liaoctavia@gmail.com octavialia
Tue Dec 16, 2008 8:24 pm (PST)
Pak Anwar, saya salut dengan kekompakan dan konsistensi teman-teman di
Ultimus untuk tetap bertahan, bergiat, dan bertumbuh. Saya jadi ingin
mengunjungi Ultimus bila saya berkunjung ke Bandung lagi.
Terima kasih untuk sharing-nya, Pak ^_^
Salam
Lia
On 12/17/08, Anwar Holid <wartax@yahoo.com > wrote:
>
> Sedikit Bantu-bantu Ultimus Pindahan
> --------------------- --------- ------
> --Anwar Holid
>
> Ultimus, toko buku independen yang banyak berkontribusi pada gerakan
> literasi di Bandung, pindah ke lokasi baru, di jalan Jakarta, persis di
> depan rumah tahanan Kebon Waru. Pada Minggu itu (14/12) saya ikut sedikit
> bantu-bantu bareng mereka.
>
> BANDUNG - Meskipun cukup terlambat datang, ternyata saya masih sempat
> bantu-bantu pindahan toko buku Ultimus dari daerah Lengkong Besar ke jalan
> Jakarta, Bandung. Waktu datang, saya lihat Bilven, sang manajer toko buku
> dan penerbitan ini, tengah terlelap kecapean sehabis kerja keras seharian.
> Di antara para pendirinya, kini hanya Bilven yang benar-benar total
> menangani semua operasional perusahaan. Hakim, pendiri lain, meski masih
> rutin ke Ultimus minimal sebulan sekali, saya dengar kini berkarir di
> perusahaan telekomunikasi seluler. Sang Denai, seorang penulis & editor yang
> juga kerja di sana bilang bahwa packing sudah dilakukan beberapa hari lalu.
>
> Begitu tiba di sana, telah berkumpul puluhan anak muda lain yang juga sibuk
> membereskan ini-itu. Mereka sigap bergerak ke sana-sini, mengerahkan tenaga.
> Kaos mereka basah kuyup. Meski begitu, mereka mengerjakannya dengan santai,
> tertawa-tawa, dan heureuy. Jelas mereka tampak capek, tapi tetap semangat.
>
> Yang perempuan tengah sibuk menyiapkan makan siang. Mereka menggoreng,
> memasak, memotong, mengiris-iris bahan makanan. Seorang anak lelaki dengan
> banyak tato di tubuhnya juga penuh semangat menanak nasi menggunakan rice
> cooker. Di depan, sekelompok anak muda sibuk menumpuk segala barang ke
> depan, agar memudahkan disiapkan begitu pick up dan truk pengangkut datang.
> Waktu saya datang, pick up dan truk itu sudah dua kali bolak-balik
> mengangkut semua isi toko buku.
>
> Karena masih ngontrak, kepindahan niscaya terjadi pada toko buku yang aktif
> sejak lima tahun terakhir ini. Dalam empat tahun terakhir ini mereka buka di
> jalan Lengkong Besar, menempati bangunan yang cukup luas, sehingga berbagai
> acara dengan leluasa terselenggara di sana, mulai dari diskusi, peluncuran
> buku, berbagai workshop, pemutaran film, tak lupa konser musik, teater, juga
> festival penyair.
>
> Ultimus merupakan ruang publik yang cukup penting bagi sebagian anak muda
> Bandung. Sejumlah komunitas dan subkultur kerap menjadikan Ultimus sebagai
> ruang pertemuan, antara lain kelompok mahasiswa, penulis, underground, punk
> rock, dan kelompok alternatif lain. Waktu pindahan ini mencerminkan betul
> kepedulian mereka pada Ultimus. Mereka dengan semangat bantu-bantu
> mengangkat, menurunkan, dan membereskan barang yang harus dibawa.
> Solidaritas mereka patut diacungi jempol. Gotong royong itu sungguh
> mempercepat dan memudahkan proses perpindahan. Semua orang berpartisipasi,
> mengambil peran yang bisa mereka sumbangkan. Bahkan kawan mereka yang telah
> kerja di Jakarta menyempatkan dulu untuk ikut sibuk.
>
> Saya sendiri menganggap Ultimus merupakan salah satu nama besar yang ada di
> dalam hati. Saya kenal para pegiatnya sejak mereka siap berdiri. Meskipun
> orang luar, saya cukup intens berinteraksi dengan mereka. Saya bukan saja
> kerap menerima kebaikan dan keramahan mereka, atau juga menyeruput kopi
> Aroma di sana, melainkan juga mendapat wawasan, militansi, dan semangat di
> dunia literasi. Dari toko buku, mereka berkembang jadi penerbit, menyediakan
> fasilitas internet, dan perpustakaan. Saya mengamati perkembangan mereka,
> meminta pendapat, berharap bahwa bisnis mereka baik-baik dan terus
> berkembang. Mereka telah mengalami suka dan duka dalam dinamika kota
> Bandung.
>
> Sejumlah orang menanggap Ultimus merupakan rumah kesayangan mereka. Salah
> satunya dirasakan oleh Wida (Widzar Al-Ghifary), penyair yang kerap
> menggunakan nama Sireum Hideung, "Saya telah menjadikan Ultimus sebagai
> rumah kedua. Saya tak pernah benar-benar meninggalkan Ultimus. Sejak lima
> tahun yang lalu, saya diam-diam menitipkan nama saya pada salah satu ruang
> kosong, mungkin di sela-sela buku, di rak-rak yang agak longgar, atau bahkan
> sekadar menitipkan gumam yang samar." Kesan serupa dirasakan Desiyanti
> Wirabrata, "Buatku Ultimus sudah seperti rumah seorang kerabat dekat.
> Ultimus selalu jadi tempat pulang... Pulang ke kelapangan hati kawan-kawan."
>
> Setelah ujian banyaknya toko buku independen Bandung yang rontok 3-4 tahun
> lalu, Ultimus merupakan salah satu dari sedikit yang bertahan. Sejauh
> pengamatan saya, selain Ultimus, toko buku setipe yang masih bertahan dengan
> baik ialah Rumah Buku, Omuniuum, dan Tobucil--dengan dinamika dan
> positioning masing-masing. Rumah Buku misalnya, baru-baru ini mendapat
> julukan "the coolest library in town" dari Rolling Stone Indonesia.
>
> Lokasi baru Ultimus kini lebih kecil. Saya sedikit sangsi bagaimana mereka
> akan mengadakan berbagai program dan agenda yang sudah dijadwalkan.
> Alternatifnya ialah harus ekspansi ke tempat lain, seperti dulu waktu
> pertama kali berdiri. Mereka menggunakan banyak tempat lain yang tersedia di
> Bandung. Saya sempat tanya pada Bilven, apa yang kali ini Ultimus
> prioritaskan, toko buku atau penerbitan. "Kayaknya penerbitan, mas,"
> jawabnya. Jumlah terbitan Ultimus tambah banyak, mayoritas puisi dan
> pemikiran. Merekalah yang menerbitkan Das Kapital jilid I dan II edisi
> Indonesia. Buku puisi terbitan mereka pernah dua kali berturut-turut jadi
> nominee KLA.
>
> Saya tahu mengembangkan perusahaan merupakan pekerjaan berat, butuh
> konsistensi, strategi, pengorbanan, keseriusan, berani mengambil risiko,
> perlu loyalitas. Saya lihat sendiri, Ultimus telah melahirkan loyalitas yang
> kuat di antara pengikut dan gerombolannya. Namun gerombolan harus memberi
> kontribusi signifikan bagi kemajuan komunitas dan toko.
>
> Selamat berbenah dan terus bergerak Ultimus! Hasta la victoria siempre!
> Keep up the good work![]
>
> Copyright (c) 2008 oleh Anwar Holid
>
> KONTAK: wartax@yahoo.com <wartax%40yahoo.com> | (022) 2037348 | Panorama
> II No. 26 B, Bandung 40141
>
> Informasi lebih banyak di:
> http://ultimusbandung.info
> e-mail: ultimus_bandung@yahoo.com <ultimus_bandung%40yahoo.com>
>
> Kontak: Bilven: 0812 245 6452
>
>
>
- 2a.
-
Re: [Ruang Keluarga] Happy Mother Day.... Happt Birthday, Mom!
Posted by: "Lia Octavia" liaoctavia@gmail.com octavialia
Tue Dec 16, 2008 8:34 pm (PST)
Saya benar-benar terharu membaca tulisan ini, Mas Said. Saya percaya setiap
hari adalah mother's day dan mungkin saat menulis tulisan ini, ibunya Mas
Said sedang menatap Mas Said sambil tersenyum dari seberang sana ^_^
selamat hari ibu untuk semua ibu di dunia! kalian memang sangat mengagumkan
... ^_^
thanks for sharing, Mas Said ^_^
salam
Lia
On 12/16/08, Bang_Said <saidurrohman@gmail.com > wrote:
>
> Oktober 1997
>
> Siang ini pelajaran seni musik sungguh mengasyikkan. Alhamdulillah, setelah
> bermetamorfosis dari pemain *recorder* kemudian pianika, akhirnya aku
> terpilih sebagai pengiring di posisi *keyboard. *Senang bukan main. Ini
> sebuah kemajuan buatku, terlebih dalam kondisi keterbatasan karena ayah dan
> emak nggak akan pernah setuju dengan hobiku bermusik.
>
> Teng tengteng
>
> Bel di sekolahku berbunyi tiga kali. Pertanda bahwa jam belajar di sekolah
> usai. Pukul 13.30 WIB semua murid SMP N 1 koba berhamburan keluar kelas.
> Setelah berdoa, teman teman sekelasku ikut tumpah ruah menyerbu parkiran
> sepeda.
>
> Ya, saat itu punya sepeda untuk anak SMP di kampungku sudah menjadi barang
> sedikit mewah. Ada yang mencoba mengendarai motor pun pasti lokasi rumahnya
> memang jauh. Dan yang pasti, sepeda motornya nggak akan bisa masuk sekolah
> karena peraturan di kotaku yang tidak membolehkan pelajar SMP membawa sepeda
> motor ke sekolah.
>
> Tentu kondisi ini berbeda dengan sekarang. Tahun 2007 atau 10 tahun
> kemudian semuanya menjadi berbeda. Anak SD pun ada yang mengendarai sepeda
> motor ke sekolah. Bahkan satu Rumah bisa punya 2 sampai 3 sepeda motor
> tergantung jumlah anak. Ditambah, untuk memperoleh sepeda motor sekarang
> nggak sesulit saat dulu. Dengan uang 1 juta saja sepeda motor merek terbaru
> sudah bisa dipakai.
>
> Kembali padaku. Aku punya sepeda mini waktu itu. Hanya saja, karena engkol
> sepedanya sering lepas jadi jarang sekali di pakai. Kondisi ekonomi
> keluargaku juga nggak terlalu mewah, jadinya hanya ada 1 sepeda motor milik
> ayah terparkir di rumah.
>
> Karenanya aku pulang ke rumah menumpang bis yang mengantar pekerja
> pekerja penggali timah PT Koba Tin. Hari ini juga.
>
> Aku tiba di rumah pukul 14.00. tak ada yang menyambut karena adikku yang
> nomor dua juga pasti masih di sekolah atau di tempat lesnya. Sedangkan nomor
> tiga sedang berada di TPA dekat masjid Jami'.
>
> "assalamu'alaikum,"
>
> "alaikumsalam." Terdengar suara sahutan dari arah dapur.
>
> Aku bergegas menuju dapur. Kulihat emak sedang membersihkan kompor minyak
> yang sudah usang. Beliau terduduk dan sedikit membungkuk.
>
> "Udah pulang Bang?" tanya emak.
>
> "Iya mak. Ayah kemana?" aku balik bertanya.
>
> "Ayah belum pulang."
>
> Belum pulang? Aku sedikit heran mengingat biasanya ayah sudah berada
> dirumah jam satu siang. Kegiatan belajar mengajar di pesatren tempat ayah
> bekerja berakhir lebih cepat dari sekolah lainnya.
>
> "Bang, nanti ke rumah bu Bidan ya setelah sholat dan makan," pinta emak
> saat aku keluar dari kamar mandi.
>
> "iya mak."
>
> Bergegas kuselesaikan shalat dzuhur dan makan siangku. Seperti yang
> diminta, aku langsung berangkat menuju rumah bu Bidan yang ada di dekat
> masjid jami'.
>
> Emak sedang hamil tua. Ya, sebentar lagi adikku akan lahir. Mungkin saat
> ini sudah waktunya karena ibu menyuruhku ke rumah bu Bidan.
>
> Setengah jam kemudian aku kembali ke rumah bersam bu Bidan. Kulihat bu
> Bidan tergopoh gopoh menghampiri emak.
>
> "Masya Allah. Ibu pendarahan," Bu Bidan terpekik lemah.
>
> Aku kaget. Pendarahan?
>
> "Eki panggilin ayah ya. Emakmu harus segera dibawa ke rumah sakit," pinta
> bu Bidan padaku.
>
> Emak? Apa yang terjadi?
>
> Aku terus bertanya tanya dalam hati. Sepertinya ini serius. Aku berlari
> menuju telepon umum.
>
> Setelah memasukkan dua keping uang seratus rupiah aku memencet nomor
> pesantren tempat ayahkun mengajajar. Bunyi tuut lima kali akhirnya
> telepon diangkat.
>
> "Assalamu'alaikum."
>
> "alaikumsalam," jawab suara perempuan di seberang.
>
> "Pak Bran nya ada mba?"
>
> "Ada."
>
> "Boleh dipanggilkan. Ini dari Eki anaknya."
>
> "Tunggu sebentar de Eki."
>
> Dua menit lebih aku menunggu hingga harus menambah dua keping lagi logam
> seratus rupiah.
>
> "Ada apa Bang?" akhirnya terdengar suara ayah di seberang.
>
> "Emak yah. Ada bu Bidan di rumah. Katanya harus dibawa ke rumah sakit,"
> jawabku tergugup.
>
> "Masya Allah!"
>
> Hanya itu suara yang terdengar di telepon. Setelah itu yang aku tahu ayah
> langsung bergegas pulang ke rumah.
>
> Benar saja, 15 menit kemudian ayah tiba di rumah. Oleh Bidan, beliau
> diminta mencarikan ambulance. Alhamdulillah, karena ayah banyak kenalan di
> PT Koba Tin, ambulance perusahaan tambang timah tersebut bersedia
> mengantarkan Emak ke rumah sakit.
>
> Aku menangis ketika melihat emak diangkat melalui tandu. Oleh ayah, aku dan
> adikku yang SD dititipkan kepada Bi As, tetangga sebelah rumah. Sedangkan
> dua adikku lainnya dititipkan di rumah bibi di kampung sebelah. Aku masih
> menangis melihat Emak terbaring lemah.
>
> Dari Bu Bidan aku tahu kalau Emak mengalami pendarahan hebat. Karenanya
> butuh pertolongan dengan peralatan yang lebih baik di Rumah sakit Umum di
> Pangkalpinang mengingat puskesmas di kampungku belum memiliknya.
>
> Aku mencium tangan emak.
>
> "Yang nurut ya Bang. Jangan Nakal. Jaga adek adek. Jangan lupa sholat dan
> doa," pesan Emak sebelum dibawa masuk ke dalam ambulance.
>
> Aku masih menangis saat ayah memelukku dan adikku.
>
> Sirine ambulance meraung beriringan dengan berkumandangnya adzan Isya dari
> masjid Jami'. Aku langsung bergegas menuju masjid. Di akhir sholat isya, aku
> berdoa semoga Emak diberi keselamatan, begitu juga dengan adikku yang akan
> lahir.
>
> Sebelum tidur aku kembali ingat pada Emak. Padahal siangnya, Ibu Yekti,
> guru seni musikku mengingatkan kasih ibu melalui lagu yang sedang kami
> pelajari. "Mother How Are You Today.."
>
> Jangan ambil emakku ya Allah!aku pun akhirnya tertidur di sela uraian air
> mata yang terus menetes.
>
>
> 2 oktober 1997
>
> Pagi hari, aku belum mendapatkan kabar dari ayah atau pun ambulance yang
> membawa Emak.
>
> Setelah puas menumpahkan tangis tadi malam, aku sedikit bisa segar pagi ini
> dan siap siap berangkat sekolah. Pukul 06.00 WIB saat sedang sarapan nasi
> goreng bikinan Bi As, aku mendengar deru motor dari halaman depan. Bergegas
> aku lari dan membukakan pintu.
>
> Ada apa ini? Yang datang adik ayahku dengan wajah sedih. Jangan jangan...
>
> Akhirnya tangisku tumpah lagi. Aku ingin berteriak sekeras kerasnya.
> Meraung, berguling.
>
> Emaaaaaaak!
>
> Innalillahi wa Inna Ilaihi Raaji'un.
>
> Pamanku membawa kabar duka. Emak berikut calon adikku tak bisa
> diselamatkan. Terlalu banyak darah yang hilang. Sedangkan ayah sudah
> berusaha mencari tambahan darah untuk emak. Tapi tak berhasil.
>
> Itu yang kudapat dari pamanku.
>
> Kabar meninggalnya emak langsung tersiar ke seluruh warga disekitar
> rumahku. Tok Husen, marbot masjid pun mengumumkan meninggalnya emak melalui
> pengeras suara di masjid jami. Tak lama, rumah kami sudah dipenuhi oleh
> pelayat.
>
> Aku masih sedih, namun tak menangis lagi. Sedangkan adikku yang SD kulihat
> masih menangis dipelukan Bi As. Bibi ku datang membawa dua adikku yang masih
> kecil. Wajahnya sembab. Sedangkan dua adik ku yang kecil itu masih becanda
> satu sama lain. Tak ada kesedihan pada wajah mereka karena mereka belum
> mengerti. Masih terlalu kecil buat mereka tahu Emak pergi. Pergi untuk
> selama lamanya.
>
> Suara sirine ambulance berhenti tepat di rumahku. Saat pintunya terbuka,
> kulihat ayah turun dan langsung dipeluk beberapa rekannya sesama guru di
> pesantren. Aku dan adikku yang SD menghambur ke arah ayah. Kemudian kami
> bertiga berpelukan. Menangis...
>
> Ya...hari ini aku kehilangan Ibu..kehilangan orang yang sangat aku cintai.
> Sedangkan ayah kehilangan istri, kehilangan permaisuri hati, kehilangan
> bidadarinya.
>
> Setelah dimandikan. Jenazah emak siap di kafani. Aku mencium wajahnya untuk
> terakhir kali. Ada air mata di ujung kelopaknya. Aku peluk jenazah itu
> sambil tersedu.
>
> Emak....selamat jalan.
>
> Prosesi pemakaman berjalan lancar. TPU dipadati pelayat banyak sekali.
> Entah dari mana mereka datang. Jalanan pun macet saat jenazah emak dibawa ke
> pemakaman.
>
> * * *
>
> Lubang itu tak terlalu dalam. Ada 3 gumpalan tanah liat disana. Ya,
> disanalah tempat peristirahatan emak yang terakhir. Begitu juga dengan kita
> nantinya. Aku kembali menangis saat tanah dibumbumkan kedalam lubang itu.
> Emak sudah dibaringkan di dalamnya.
>
> Emak. Emak pergi sebelum aku dapat berbuat banyak untuknya. Sebelum aku
> sempat membalas kebaikan dan pengorbanannya.
>
> * * *
>
> 10 tahun yang lalu. Yah, aku kembali teringat masa 10 tahun lalu. Menjelang
> esok hari Ibu, aku mengingat kepergian Emak.
>
> Allah...begitu sayang dia pada emak sehingga memanggilnya lebih dahulu.
> Walaupun tahun ini aku tak bisa berziarah saat ulang tahunnya, tapi aku
> selalu berdoa yang terbaik untuk Emak. Begitu besar pengorbanannya. Terlebih
> saat menghadirkan anaknya ke dunia, Emak harus berjuang melawan maut.
>
> Semoga Allah menerima Emak dan menjadikannya bidadari di surga.
>
> 22 Desember, tak hanya aku peringati sebagai hari Ibu. Tapi juga hari
> lahirnya Emak.
> Happy Mothers Day....Happy Birthday, Mom!
>
> repost form
> http://satria248.multiply. com/journal/ item/98/Happy_ Mothers_Day. ...Happy_ Birthday_ Mom
> --
> Please Visit Me at :
> http://www.satria248.multiply. com
> http://www.bangsaid.blogspot. com
>
> Jalin Ukhwah, Mantapkan Hati untuk Raih Ridho Ilahi
> Salam Sukses,
> iid_TIRTA
>
>
>
- 3.
-
Menghindarkan Dari Marabahaya
Posted by: "muhamad agus syafii" agussyafii@yahoo.com agussyafii
Tue Dec 16, 2008 8:49 pm (PST)
Menghindarkan Dari Marabahaya
By: agussyafii
Malam belum begitu larut. Istri saya nampak kelelahan. Sore tadi istri saya membuat nasi kuning yang dibagikan untuk anak-anak pengajian. Hal itu juga dilakukan disetiap malam jumat setelah kami Yasinan istri saya selalu menyediakan makanan dan minum buat anak-anak pengajian.
"memangnya lagi ada acara apa kok membuat nasi kuning?"tanya saya.
"Saya lagi pengen mengajarkan Hana untuk selalu berbagi dengan teman-temannya sebab dengan cara berbagi menanamkan rasa cinta untuk sesama & menghindarkan kita dari marabahaya," Jawab istri saya.
--------
'Obatilah orang yang sakit dengan shodaqoh, Bentengilah harta yang anda miliki dengan zakat dan tolaklah marabahaya dengan doa (HR Baihaqi).
Wassalam,
Agussyafii
----
Tulisan ini dibuat dalam rangka sosialisasi Tafakur Alam "Ananda Cinta Alloh" Terima kasih atas berkenannya berpartisipasi maupun memberikan dukungannya, silahkan kunjungi kami di http://agussyafii.blogspot. atau sms 087 8777 12 431.com
- 4a.
-
Re: [Lonceng] Met Milad buat Mas Yayan dan Mbak Dyah Zakiati ^_^
Posted by: "abdul azis" abdul_azis80@yahoo.com abdul_azis80
Tue Dec 16, 2008 8:51 pm (PST)
Sahabat...
KESADARAN akan SEHAT akan muncul Saat SAKIT "MAMPIR" ke diri kita...
Dan KESADARAN akan hidup akan muncul saat kita diakhirat nanti...
So...Mumpung masih HIDUP...
Berbuat baiklah, kapanpun dan dimanapun...
Met Milad (Ultah) ya...
Moga Usia yang terlewat dan tersisa dipenuhi Ridha dan Rahmat Allah SWT...
~Keluarga Dunia Akhirat~
www.cahayarumah.multiply. com
--- In sekolah-kehidupan@yahoogroups. , galih@... wrote:com
>
> Selamat milad............. buat yayan dan Dyah.
> Semoga sisa umurnya semakin barokah....
>
> Salam,
>
> Galih
>
>
>
>
>
> "Lia Octavia" <liaoctavia@...>
> Sent by: sekolah-kehidupan@yahoogroups. com
> 12/16/2008 02:32 PM
> Please respond to sekolah-kehidupan
>
>
> To: "sekolah-kehidupan@yahoogroups. "com
<sekolah-kehidupan@yahoogroups. >com
> cc:
> Subject: [sekolah-kehidupan] [Lonceng] Met Milad buat
Mas Yayan dan Mbak Dyah
> Zakiati ^_^
>
>
> Dear friends,
>
> Hari ini terasa sangat istimewa, karena hari ini, 16 Desember 2008
> merupakan peringatan hari lahir dua sahabat SK yaitu Mas Yayan dan Mbak
> Dyah Zakiati.
> Met ultah ya buat Mas Yayan dan Mbak Dyah. Semoga sisa umurmu menjadi
> berkah dan bermanfaat bagi orang lain. Amiin... ^_^
>
> Salam
> Lia
>
- 4b.
-
Re: [Lonceng] Met Milad buat Mas Yayan dan Mbak Dyah Zakiati ^_^
Posted by: "inga_fety" inga_fety@yahoo.com inga_fety
Wed Dec 17, 2008 12:29 am (PST)
barakallah untuk mas yayan dan mbak dyah:)
salam,
fety
--- In sekolah-kehidupan@yahoogroups. , "Lia Octavia"com
<liaoctavia@...> wrote:
>
> Dear friends,
>
> Hari ini terasa sangat istimewa, karena hari ini, 16 Desember 2008
merupakan
> peringatan hari lahir dua sahabat SK yaitu Mas Yayan dan Mbak Dyah
Zakiati.
> Met ultah ya buat Mas Yayan dan Mbak Dyah. Semoga sisa umurmu
menjadi berkah
> dan bermanfaat bagi orang lain. Amiin... ^_^
>
> Salam
> Lia
>
- 5.
-
Mana Yang Lebih Penting?
Posted by: "muhamad agus syafii" agussyafii@yahoo.com agussyafii
Tue Dec 16, 2008 9:02 pm (PST)
Mana Yang Lebih Penting?
By: agussyafii
Ada seorang teman yang datang berkunjung. Kami sering diskusi banyak hal. Setiap kali datang dia selalu saja ada pertanyaan buat saya. Bahkan terkadang saya juga yang bertanya padanya.
"Mas Agus, mana yang lebih penting? Diam atau banyak bicara? Kenapa orang bijak lebih banyak diam daripada bicara?" tanyanya.
"Diam dan bicara sama pentingnya bila ada perintahNya." Jawab saya.
"Bagaimana misalnya mas?" tanyanya.
"Seperti seekor burung yang terdiam membisu disaat terbang dan mendendangkan lagu ketika memanggil pasangan hidupnya." Jawab saya.
---
Lalu Kami jadikan Sulaiman memahaminya. Setiap orangnya Kami beri hukum dan pengetahuan; dan Kami edarkan bersama Daud gaya-gaya alamiah/Rawasia dan burung-burung yang bertasbih. Dan Kamilah yang melakukannya. (QS. 21:79).
Wassalam,
Agussyafii
----
Tulisan ini dibuat dalam rangka sosialisasi Tafakur Alam "Ananda Cinta Alloh" Terima kasih atas berkenannya berpartisipasi maupun memberikan dukungannya, silahkan kunjungi kami di http://agussyafii.blogspot. atau sms 087 8777 12 431.com
- 6.
-
Ternyata kita beda SEDIKIT dengan Rasulullah...
Posted by: "abdul azis" abdul_azis80@yahoo.com abdul_azis80
Tue Dec 16, 2008 9:05 pm (PST)
Senin (15 Desember 2008) pagi, disaat udara terkesan mendung...
Badan masih terasa letih, setelah rihlah keluarga sabtu-ahad kemarin...
Sesaat setelah sampai di depan kompi, melihat-lihat HP...
Wah ada SMS masuk, dari seorang teman,
Isinya subhanallah...., mau tau?
Nih Dia :
Apa kabar sahabat?
Tau Gak?
Ternyata SIFAT KITA dg SIFAT RASULULLAH BEDA SEDIKIT Banged
Rasulullah sedikit TIDUR,
Kita Sedikit-sedikit TIDUR
Rasulullah sedikit MAKAN,
Kita Sedikit-sedikit MAKAN
Rasulullah sedikit MARAH,
Kita sedikit-sedikit MARAH
Rasulullah panjang AMAL,
Kita Panjang ANGAN
Rasulullah nggak CINTA DUNIA,
Kita nggak pernah nggak CINTA DUNIA
Rasulullah CINTA KITA,
Kita? Cintakah kepada Rasulullah?
Moga Menginspirasi
www.cahayarumah.multiply. com
~ Jangan Mati Sebelum Berarti, Berbuatlah Yang Terbaik, Karena Hidup Hanya Sekali ~
Abdul Azis, S.Pd
Direktur Eksekutif Salman Institute
PT JARING DATA INTERAKTIF
Wisma Kodel 2nd fl.
Jl. H.R. Rasuna Said Kav. B4,
Jakarta 12920, Indonesia
e.mail : azis@qchannel.tv
Ph. +6221-5222339 | Fax. +6221-5276303 | www.qchannel.tv | www.swara.tv
www.cahayarumah.multiply. com
http://indonetwork.co.id/salmaninst itute/profile/
YM. abdul_azis80
- 7.
-
Sejarah Perbankan Syariah
Posted by: "muhamad agus syafii" agussyafii@yahoo.com agussyafii
Tue Dec 16, 2008 10:04 pm (PST)
Assalamu'alaikum Wr Wb..
Teman-teman yang berbahagia,
Buat teman-teman yang sedang belajar Perbankan Syariah.
Berikut ini saya kirimkan tulisan Bab 2 Sejarah Perbankan Syariah dalam bentuk PDF.
semoga bermanfaat, kalo nggak bisa buka mohon
informasikan ke saya melalui email agussyafii@yahoo.com nanti saya kirimkan via japri..
Wassalam,
agussyafii
- 8a.
-
Re: [Catcil] Naksir
Posted by: "sismanto" siril_wafa@yahoo.co.id siril_wafa
Tue Dec 16, 2008 10:08 pm (PST)
Suit...suit ..
yang lagi naksir, saya juga ikut-ikutan naksir nih sama ceritanya.
mengalir banget :)
-sis-
--- In sekolah-kehidupan@yahoogroups. , "Liacom
Octavia" <liaoctavia@...> wrote:
>
> *Naksir*
>
> Beb
- 8b.
-
Re: [Catcil] Naksir
Posted by: "Lia Octavia" liaoctavia@gmail.com octavialia
Wed Dec 17, 2008 2:13 am (PST)
hehehehe...
makasih ya Pak Sis & Mba Nia.
Lumayan buat intermezzo ya? ^_^
salam
lia
On 12/17/08, sismanto <siril_wafa@yahoo.co.id > wrote:
>
> Suit...suit ..
> yang lagi naksir, saya juga ikut-ikutan naksir nih sama ceritanya.
> mengalir banget :)
>
> -sis-
>
> --- In sekolah-kehidupan@yahoogroups. <sekolah-kehidupan%com 40yahoogroups. com>,
> "Lia
> Octavia" <liaoctavia@...> wrote:
> >
> > *Naksir*
> >
> > Beb
>
>
>
- 9.
-
Fw: [permiaswichita]: ADA YANG MAU IKUT MEMBANTU GAK...?
Posted by: "Pandika Sampurna" pandika_sampurna@yahoo.com pandika_sampurna
Tue Dec 16, 2008 11:11 pm (PST)
Apakah ESKA Jogya dan Solo bisa membantu kegiatan ini dan ikut juga peran aktif nantinya untuk bekerjasama?
Silahkan bila memang bisa membantu.
Salam,
Pandika Sampurna
--- On Wed, 12/17/08, gue abang <abang003@yahoo.com > wrote:
From: gue abang <abang003@yahoo.com >
Subject: [permiaswichita] Fw: ADA YANG MAU IKUT MEMBANTU GAK...?
To: joglos@yahoogroups.com , permiaswichita@yahoogroups. , "fe usakti86" <feusakti86@yahoogrocom ups.com >, "oge bang" <ogebang@yahoo.com >, pengajian-seattle@yahoogroups. , as-syifa@yahoogroupcom s.com
Date: Wednesday, December 17, 2008, 1:27 PM
--- On Fri, 12/12/08, ts95id <ts95id@yahoo. com> wrote:
From: ts95id <ts95id@yahoo. com>
Subject: [diskusi-fatimah] ADA YANG MAU IKUT MEMBANTU GAK...?
To: diskusi_fatimah@ yahoogroups. com
Date: Friday, December 12, 2008, 1:08 AM
Di kampung saya ada Yayasan Tuna Netra Indonesia [Kabupaten Klaten].
Nah dari hasil ngobrol sama teman di BAZNAS. Dan kebetulan kakakku
sedang mengerjakan program PKBL. Kemitraan dan Bina Lingkungan Bank BTN.
Nah, untuk bisa mengajukan Proposal agar dapat bantuan yang lebih
besar perlu dibuat proposal dengan data yang lebih real. Selain juga
membuka kemungkinan mendapatkan akses dari BUMN2 lainnya jika perlu.
So, aku sedang memerlukan Rp 2.000.000,- (lebih dari 100 orang buta di
sana) untuk: <1>mensurvey keluarga tuna netra di kabupaten klaten
<2>moto2 rumahnya, <3>dan sebagainya. hanya ada 2 orang normal di
yayasan itu. salah satunya adikku. Dan ada banyak orang untuk
digerakkan mensurvey, hanya perlu bensin dan uang makan saja. Itung2
bantu pengangguran juga.
HASILNYA: <1>Data valid yang dapat digunakan untuk membantu mereka.
Insyallah dari BAZNAS bisa diakses, juga dari BUMN2. <2>Proposal tentu
saja...!
Kalau ada yang berminat bantu, JAPRI yo... karena aku khan harus
mempertanggungjawab kan penggunaannya. Per detik ini ditulis sudah
terkumpul Rp 300.000,- (yang 50.000,- dari saya sendiri).
Rencanaku sih program yang akan dicarikan uangnya ke organisasi kaya
itu: <1>bedah rumah untuk yang rumahnya sangat2 tidak layak
<2>beasiswa [bantuan sekolah] untuk anak2 yang benar2 miskin
<3>mempromosikan kemandirian usaha, mungkin dengan beternak bebek /
ayam / kambing atau apalah <4>kursus pijat <5>pembinaan
mental-spiritual- motivasional.
Buat yang mau ikut membantu nanti saya kirimkan: <1>LPJ dari uangnya
<2>hasil datanya <3>perkembangan selanjutnya insyallah selalu saya
sampaikan.
Jazakallah.. ..
- 10a.
-
FW: [smategal_alumni73]: INSIDE KA'BAH DAN DETIK TERAKHIR SAKARATUL
Posted by: "Pandika Sampurna" pandika_sampurna@yahoo.com pandika_sampurna
Tue Dec 16, 2008 11:33 pm (PST)
From: BAMBANG ACHADIJANTO [mailto:ahadi216@gmail.com ]
Sent: 16 Desember 2008 22:50
To: Nurul Hidayati
Subject: Fwd: [smategal_alumni73] Fw: [Fwd: FW: INSIDE KA'BAH DAN DETIK TERAKHIR SAKARATUL MAUT RASULULLAH SAW.
Note: Distribute to your Friend's
áÈÃß Ãááªã áÈÃß
Ya Allah, berikanlah aku rejeki yang halal, barokah, manfaat, dan banyak, rejeki yang bisa aku gunakan untuk beribadah kepadamu ya Allah. Aku rindu kepada Mu ya Allah, Perkenankanlah aku berkunjung kepada Mu di Baitullah. Ijinkanlah aku mengucapkan kalimat talbiyah Labbaikallahumma Labbaik di Masjidil Haram sebelum akhir hayatku. Amin....
INSIDE KA'BAH DAN DETIK TERAKHIR SAKARATUL MAUT RASULULLAH SAW..
Tak bosan-bosan rasanya membaca kisah ini...
AIRMATA RASULULLAH SAW...
Tiba-tiba dari luar pintu terdengar seorang yang berseru mengucapkan
salam. "Bolehkah saya masuk?" tanyanya. Tapi Fatimah tidak mengizinkannya
masuk, "Maafkanlah, ayahku sedang demam", kata Fatimah yang membalikkan
badan dan menutup pintu.
Kemudian ia kembali menemani ayahnya yang ternyata sudah membuka mata dan
bertanya pada Fatimah, "Siapakah itu wahai anakku?"
"Tak tahulah ayahku, orang sepertinya baru sekali ini aku melihatnya,"
tutur Fatimah lembut. Lalu, Rasulullah menatap puterinya itu dengan
pandangan yang menggetarkan.
Seolah-olah bahagian demi bahagian wajah anaknya itu hendak dikenang.
"Ketahuilah, dialah yang menghapuskan kenikmatan sementara, dialah yang
memisahkan pertemuan di dunia.
Dialah malaikatul maut," kata Rasulullah, Fatimah pun menahan ledakkan
tangisnya. Malaikat maut datang menghampiri, tapi Rasulullah menanyakan
kenapa Jibril tidak ikut sama menyertainya.
Kemudian dipanggilah Jibril yang sebelumnya sudah bersiap di atas langit
dunia menyambut ruh kekasih Allah dan penghulu dunia ini.
"Jibril, jelaskan apa hakku nanti di hadapan Allah?", tanya Rasululllah
dengan suara yang amat lemah.
"Pintu-pintu langit telah terbuka, para malaikat telah menanti ruhmu.
"Semua syurga terbuka lebar menanti kedatanganmu," kata Jibril.
Tapi itu ternyata tidak membuatkan Rasulullah lega, matanya masih penuh
kecemasan. "Engkau tidak senang mendengar khabar ini?", tanya Jibril lagi.
"Khabarkan kepadaku bagaimana nasib umatku kelak?"
"Jangan khawatir, wahai Rasul Allah, aku pernah mendengar Allah
berfirman kepadaku: "Kuharamkan syurga bagi siapa saja, kecuali umat
Muhammad telah berada di dalamnya," kata Jibril.
Detik-detik semakin dekat, saatnya Izrail melakukan tugas. Perlahan ruh
Rasulullah ditarik.
Nampak seluruh tubuh Rasulullah bersimbah peluh, urat-urat lehernya
menegang. "Jibril, betapa sakit sakaratul maut ini."
Perlahan Rasulullah mengaduh. Fatimah terpejam, Ali yang disampingnya
menunduk semakin dalam dan Jibril memalingkan muka.
"Jijikkah kau melihatku, hingga kau palingkan wajahmu Jibril?"
Tanya Rasulullah pada Malaikat pengantar wahyu itu.
"Siapakah yang sanggup, melihat kekasih Allah direnggut ajal," kata
Jibril.
Sebentar kemudian terdengar Rasulullah mengaduh, karena sakit yang tidak
tertahankan lagi.
"Ya Allah, dahsyat nian maut ini, timpakan saja semua siksa maut ini
kepadaku, jangan pada umatku."
Badan Rasulullah mulai dingin, kaki dan dadanya sudah tidak bergerak lagi.
Bibirnya bergetar seakan hendak membisikkan sesuatu, ! Ali segera
mendekatkan telinganya. "Uushiikum bis shalati, wa maa malakat aimanuku"
"peliharalah shalat dan peliharalah orang-orang lemah di antaramu."
Diluar pintu tangis mulai terdengar bersahutan, sahabat saling berpelukan.
Fatimah menutupkan tangan di wajahnya, dan Ali kembali mendekatkan
telinganya ke bibir Rasulullah yang mulai kebiruan.
"Ummatii,ummatii,ummatiii? " - "Umatku, umatku, umatku"
Dan, berakhirlah hidup manusia mu lia yang memberi sinaran itu.
Kini, mampukah kita mencintai sepertinya?
Allahumma sholli 'ala Muhammad wa baarik wa salim 'alaihi
Betapa cintanya Rasulullah kepada kita.
NB:
Kirimkan kepada sahabat-sahabat muslim lainnya agar timbul kesadaran untuk
mengingat maut dan mencintai Allah dan RasulNya, seperti Allah dan
Rasulnya mencintai kita.
- 10b.
-
FW: [smategal_alumni73]: INSIDE KA'BAH DAN DETIK TERAKHIR SAKARATUL
Posted by: "Pandika Sampurna" pandika_sampurna@yahoo.com pandika_sampurna
Tue Dec 16, 2008 11:37 pm (PST)
From: BAMBANG ACHADIJANTO [mailto:ahadi216@gmail.com ]
Sent: 16 Desember 2008 22:50
To: Nurul Hidayati
Subject: Fwd: [smategal_alumni73] Fw: [Fwd: FW: INSIDE KA'BAH DAN DETIK TERAKHIR SAKARATUL MAUT RASULULLAH SAW.
Note: Distribute to your Friend's
áÈÃß Ãááªã áÈÃß
Ya Allah, berikanlah aku rejeki yang halal, barokah, manfaat, dan banyak, rejeki yang bisa aku gunakan untuk beribadah kepadamu ya Allah. Aku rindu kepada Mu ya Allah, Perkenankanlah aku berkunjung kepada Mu di Baitullah. Ijinkanlah aku mengucapkan kalimat talbiyah Labbaikallahumma Labbaik di Masjidil Haram sebelum akhir hayatku. Amin....
INSIDE KA'BAH DAN DETIK TERAKHIR SAKARATUL MAUT RASULULLAH SAW..
Tak bosan-bosan rasanya membaca kisah ini...
AIRMATA RASULULLAH SAW...
Tiba-tiba dari luar pintu terdengar seorang yang berseru mengucapkan
salam. "Bolehkah saya masuk?" tanyanya. Tapi Fatimah tidak mengizinkannya
masuk, "Maafkanlah, ayahku sedang demam", kata Fatimah yang membalikkan
badan dan menutup pintu.
Kemudian ia kembali menemani ayahnya yang ternyata sudah membuka mata dan
bertanya pada Fatimah, "Siapakah itu wahai anakku?"
"Tak tahulah ayahku, orang sepertinya baru sekali ini aku melihatnya,"
tutur Fatimah lembut. Lalu, Rasulullah menatap puterinya itu dengan
pandangan yang menggetarkan.
Seolah-olah bahagian demi bahagian wajah anaknya itu hendak dikenang.
"Ketahuilah, dialah yang menghapuskan kenikmatan sementara, dialah yang
memisahkan pertemuan di dunia.
Dialah malaikatul maut," kata Rasulullah, Fatimah pun menahan ledakkan
tangisnya. Malaikat maut datang menghampiri, tapi Rasulullah menanyakan
kenapa Jibril tidak ikut sama menyertainya.
Kemudian dipanggilah Jibril yang sebelumnya sudah bersiap di atas langit
dunia menyambut ruh kekasih Allah dan penghulu dunia ini.
"Jibril, jelaskan apa hakku nanti di hadapan Allah?", tanya Rasululllah
dengan suara yang amat lemah.
"Pintu-pintu langit telah terbuka, para malaikat telah menanti ruhmu.
"Semua syurga terbuka lebar menanti kedatanganmu," kata Jibril.
Tapi itu ternyata tidak membuatkan Rasulullah lega, matanya masih penuh
kecemasan. "Engkau tidak senang mendengar khabar ini?", tanya Jibril lagi.
"Khabarkan kepadaku bagaimana nasib umatku kelak?"
"Jangan khawatir, wahai Rasul Allah, aku pernah mendengar Allah
berfirman kepadaku: "Kuharamkan syurga bagi siapa saja, kecuali umat
Muhammad telah berada di dalamnya," kata Jibril.
Detik-detik semakin dekat, saatnya Izrail melakukan tugas. Perlahan ruh
Rasulullah ditarik.
Nampak seluruh tubuh Rasulullah bersimbah peluh, urat-urat lehernya
menegang. "Jibril, betapa sakit sakaratul maut ini."
Perlahan Rasulullah mengaduh. Fatimah terpejam, Ali yang disampingnya
menunduk semakin dalam dan Jibril memalingkan muka.
"Jijikkah kau melihatku, hingga kau palingkan wajahmu Jibril?"
Tanya Rasulullah pada Malaikat pengantar wahyu itu.
"Siapakah yang sanggup, melihat kekasih Allah direnggut ajal," kata
Jibril.
Sebentar kemudian terdengar Rasulullah mengaduh, karena sakit yang tidak
tertahankan lagi.
"Ya Allah, dahsyat nian maut ini, timpakan saja semua siksa maut ini
kepadaku, jangan pada umatku."
Badan Rasulullah mulai dingin, kaki dan dadanya sudah tidak bergerak lagi.
Bibirnya bergetar seakan hendak membisikkan sesuatu, ! Ali segera
mendekatkan telinganya. "Uushiikum bis shalati, wa maa malakat aimanuku"
"peliharalah shalat dan peliharalah orang-orang lemah di antaramu."
Diluar pintu tangis mulai terdengar bersahutan, sahabat saling berpelukan.
Fatimah menutupkan tangan di wajahnya, dan Ali kembali mendekatkan
telinganya ke bibir Rasulullah yang mulai kebiruan.
"Ummatii,ummatii,ummatiii? " - "Umatku, umatku, umatku"
Dan, berakhirlah hidup manusia mu lia yang memberi sinaran itu.
Kini, mampukah kita mencintai sepertinya?
Allahumma sholli 'ala Muhammad wa baarik wa salim 'alaihi
Betapa cintanya Rasulullah kepada kita.
NB:
Kirimkan kepada sahabat-sahabat muslim lainnya agar timbul kesadaran untuk
mengingat maut dan mencintai Allah dan RasulNya, seperti Allah dan
Rasulnya mencintai kita.
- 11.
-
Membina Keluarga bahagia Yang islami
Posted by: "muhamad agus syafii" agussyafii@yahoo.com agussyafii
Wed Dec 17, 2008 12:12 am (PST)
Membina Keluarga bahagia Yang islami
Oleh: Prof. Dr. Achmad Mubarok MA
Pasangan ideal dari kata keluarga adalah bahagia, sehingga idiomnya menjadi keluarga bahagia. Maknanya, tujuan dari setiap orang yang membina rumah tangga adalah mencari kebahagiaan hidup. Hampir seluruh budaya bangsa menempatkan kehidupan keluarga sebagai ukuran kebahagiaan yang sebenarnya. Meski seseorang gagal karirnya di luar rumah, tetapi sukses membangun keluarga yang kokoh dan sejahtera, maka tetaplah ia dipandang sebagai orang yang sukses dan berbahagia. Sebaliknya orang yang sukses di luar rumah, tetapi keluarganya berantakan, maka ia tidak disebut orang yang beruntung, karena betapapun sukses diraih, tetapi kegagalan dalam rumah tangganya akan tercermin di wajahnya, tercermin pula pada pola hidupnya yang tidak bahagia.
Hidup berkeluarga memang merupakan fitrah sosial manusia. Secara psikologis, kehidupan berkeluarga, baik bagi suami, isteri, anak-anak, cucu-cicit atau bahkan mertua merupakan pelabuhan perasaan, ; ketenteraman, kerinduan, keharuan, semangat dan pengorbanan,semuanya berlabuh di lembaga yang bernama keluarga. Sacara alamiah, ikatan kekeluargaan memiliki nilai kesucian, oleh karena itu bukan hanya di masyarakat tradisionil kesetiaan keluarga dipandang mulia, pada masyarakat liberalpun, kesetiaan keluarga masih menjadi nilai keindahan, meski persemayaman keindahan itu di alam bawah sadar. Dibalik budaya "pergaulan bebas" yang dinikmati masyarakat liberal, tetap saja diakui di alam bawah sadarnya "kebenaran" nilai kesetiaan dalam hidup berkeluarga.
Menikah tidak terlalu sulit, tetapi membangun keluarga bahagia bukan sesuatu yang mudah. Pekerjaan membangun, pertama harus didahului dengan adanya gambar yang merupakan konsep dari bangunan yang diinginkan. Gambar bangunan (maket) bisa didiskusikan dan diubah sesuai dengan konsep fikiran yang akan dituangkan dalam wujud bangunan itu.
Demikian juga membangun keluarga bahagia, terlebih dahulu orang harus memiliki konsep tentang keluarga bahagia. Banyak kriteria yang disusun orang untuk menggambarkan sebuah keluarga yang bahagia, bergantung ketinggian budaya masing-masing orang, misalnya paling rendah orang mengukur kebahagiaan keluarga dengan tercukupinya sandang, pangan dan papan. Bagi orang yang pendidikannya tinggi atau tingkat sosialnya tinggi, maka konsep sandang bukan sekedar pakaian penutup badan, tetapi juga simbol dari suatu makna. Demikian juga pangan bukan sekedar kenyang atau standar gizi, tetapi ada "selera" non gizi yang menjadi konsepnya. Demikian seterusnya tempat tinggal (papan) , kendaraan, perabotan bahkan hiasan, kesemuanya itu bagi orang tertentu mempunyai kandungan makna budaya. Secara sosiologis pesikologis, kehadiran anak dalam keluarga juga dipandang sebagai parameter kebahagiaan.
Rumah tangga juga demikian, ada konsepnya, isteri bukan sekedar perempuan pasangan tempat tidur dan ibu yang melahirkan anak, suami bukan sekedar lelaki, tetapi ada konsep aktualisasi diri yang berdimensi horizontal dan vertikal. Orang bisa saja menunaikan hajat seksualnya di jalanan, dengan siapa saja, tetapi itu tidak identik dengan kebahagiaan. Hubungan seksual dengan perselingkuhan mungkin bisa memuaskan syahwat dan hawa nafsunya, tetapi tidak pernah melahirkan rasa ketenteraman, ketenangan dan kemantapan psikologis.
Konsep keluarga bahagia yang Islami, biasanya disebut dengan istilah Keluarga Sakinah.
Sumber, http://mubarok-institute. blogspot. com
Wassalam,
agussyafii
- 12a.
-
Re: [catcil] Jamanku Anak-Anak
Posted by: "inga_fety" inga_fety@yahoo.com inga_fety
Wed Dec 17, 2008 12:22 am (PST)
hmm, sampai sekarang, aku belum bisa baca komik. liat gambarnya dulu
atau baca tulisannya dulu?bingung:D dulu teman kuliah selalu bilang,
liat dua-duanya feb, tulisan dan gambarnya. dan aku selalu bingung
kalau harus melihat tulisan dan gambarnya. juga sampai sekarang gak
bisa menikmati kalau nonton kartun. makanya koleksi bukuku berbeda 180
derajat dengan suami, yang persis novi, sinta dan retno kesukaannya
terhadap komik detektif, novel detektif, film detektif.
ada yang mau ngajarin gimana cara baca komik?:D kan gak lucu nanti klo
anak-anakku nanya, ibu bacain komik ini donk? he..he..
salam,
fety
--- In sekolah-kehidupan@yahoogroups. , ukhti hazimahcom
<ukhtihazimah@...> wrote:
>
> "Lagi pengen jadi anak-anak," jawabanku ketika seorang teman
bertanya koq tiba-tiba baca buku Seri Little Ghost [SLG].
>
> Keinginan ini muncul saat aku sedang menjelajah buku di Read Me
[persewaan buku]. Kutemukan buku-buku lawas ini pada posisi yang tak
terlalu menonjol, berada di rak terbawah sebelah kanan. Letak yang
sedikit tersembunyi. Tak hanya SLG yang tertumpuk di sana, ada juga
Donal Bebek, Madiken, Toto Chan dan beberapa buku berlabel anak-anak.
>
> Perasaan ingin bernostalgia tiba-tiba muncul, mengingat betapa
rajinnya aku dulu untuk datang ke persewaan dan menekuni segala komik
yang berderet rapat. Mengingat betapa gandrungnya aku dulu dengan
komik donal bebek, mickey mouse, Scooby doo, Asterix plus komik-komik
jepang: Kala itu komik yang jadi favoritku adalah Dunia Mimpi [Kyoko
Hikawa emang TOP!], Harlem Beat en Kungfu Boy, dikombinasi dengan
Serial Cantik dan Serial Misteri.
>
> Kemudian, minat baca pun "meningkat" dari komik menjadi novel.
Mulailah berburu serial Malory Towers, Si Kembar di St. Clare,
Madiken, dan Goosebumps. Kembali hunting ke persewaan masih juga
menjadi pilihan utama, yang sementara tak mengindahkan kata "beli".
>
> Menginjak kelas 2 SMP tipe bacaan berubah. Saat itu serial detektif
menjadi yang ter ter dan terfavorit untuk dicari. Petualangan dan
teka-teki benar-benar membuatku tergila-gila. STOP, Lima Sekawan,
Sapta Siaga, Trio Detektif dan Agatha Christie, plus ditambah komik
Detektif Kindaichi dan Detektif Conan adalah bacaan yang memenuhi
tangan dan tasku. Tapi ke"serius"an dengan serial detektif masih aku
imbangi dengan membaca kekonyolan serial Lupus dan Olga. So gak
"stress" amat lah :D
>
> Well. Selalu menyenangkan mengingat masa kecil ^_^
>
>
> :sinta:
>
> "Keindahan selalu hadir saat manusia berpikir positif"
> BloG aKu & buKu
> http://jendelakumenatapdunia. blogspot. com
> BloG RaMe-RaMe
> http://sinthionk.multiply. ; http://sinthionk.com rezaervani. com
> YM : SINTHIONK
>
- 13a.
-
Re: (catcil) a love letter to me
Posted by: "inga_fety" inga_fety@yahoo.com inga_fety
Wed Dec 17, 2008 12:26 am (PST)
beginilah kreatifnya seorang retno:) selalu salut dengan ide-idenya.
chatting lagi yuk:D ngobrol ttg apa aja. kayak kemarin itu, kita
ngobrol yang sangat sederhana ttg kerinduan kita:)
salam,
fety
--- In sekolah-kehidupan@yahoogroups. , "Bu CaturCatriks"com
<punya_retno@...> wrote:
>
> A Love Letter to Me
> Oleh Retnadi Nur'aini
>
> "Menulis surat cinta untuk diri sendiri? No way, man, it's so
> narsistic," begitu awalnya komentar kepala saya, saat saya membaca
> kisah tentang Elisabeth Gilbert dalam Eat, Pray, Love. Saran serupa
> juga pernah saya temui dalam buku Daripada Bete, Nulis Aja! Karya
> Caryn Mirriam Goldberg.
>
> Saran yang saya acuhkan selama berbulan-bulan lamanya. Dengan banyak
> justifikasi alasan kepala seperti: "Come on, kamu kan sudah biasa
> bicara sama dirimu sendiri, buat apa lagi ditulis? You already know
> about it", dan sebagainya.
>
> Sampai lagi-lagi titik itu datang menghampiri. Titik nol kilometer,
> dengan sebuah jurang tak bertepi. Dimana rasanya saya seperti
> terjatuh ke dalam sebuah lubang yang gelap dan tak berdasar. Saya
> meluncur turun, dan turun. Makin cepat, makin cepat. Perut saya
> mulai terasa berputar-putar, dan saya mulai sulit bernapas. Sesak.
> Sesak. Disana dingin sekali. Saya bisa merasakan angin yang meniup
> bulu kuduk saya. Dingin yang menggeletukkan tulang-tulang. Dan saya
> masih meluncur turun, dan turun. Turun, dan turun.
>
> Bagaimana kalau lubang ini punya dasar? Tentu saya sudah hancur
> berkeping-keping. Atau mati. Tapi yang pasti, saya akan terhempas
> dengan pedih tak terperi. Dan pecah. Dan saya mulai mencoba
> mengingat potongan-potongan kenangan. seperti guntingan-guntingan
> foto. Kacau. Berantakan. Semua wajah tampak kabur dalam ingatan. Dan
> suara-suara terdengar tak lebih seperti dengungan. Dan rasa itu
> datang lagi. Selalu begitu setiap kali saya mencoba menggali
> ingatan. Nyeri. Ngilu. Getir. Sesak. Sesak.
>
> Ya, ini melelahkan.
>
> Dan saya pun mulai menulis.
> ===================== ========= ========= ========= ========= ========= ===
>
> Assalamualaikum wr wb,
>
> Dear Retnadi Nur'aini
>
>
> `What's up?' Itu, kan, line favoritmu? Ya, saya menghapalnya. Kamu
> akan terkejut dengan banyaknya hal yang saya tahu tentang kamu. Saya
> tahu betapa senangnya kamu menulis, dan betapa saya selalu mengagumi
> tulisanmu. Saya tahu kamu sering minder dan berpikir bahwa kamu tak
> akan bisa menjadi penulis yang baik.
>
> Tapi Retnadi, saya percaya kamu bisa. Saya percaya kamu akan menjadi
> penulis handal nantinya. Teruslah menulis, belajar, membaca,
> mengamati, merasa, dan berdoa. Dan saya akan disini, mengamati
> transformasimu, metamorfosismu.
>
> Saya tahu bahwa kepalamu bertanya terlalu banyak, sekaligus menuntut
> terlalu banyak. Saya tahu ada gema yang berjalan mondar-mandir di
> kepalamu, terus-menerus berujar dan mencacat atas setiap
> kegagalanmu. Dan betapa semua ini sangat melelahkan bagimu.
> Membuatmu sesak napas. Membuatmu ingin lari dan berteriak sekencang-
> kencangnya, mengusir semua suara di kepalamu.
> Saya tahu, saya paham, dan saya mengerti.
>
> Dan karena saya tahu kamu anti membaca buku-buku motivasi dan self
> help yang menurutmu berisikan 'common sense', let me give you this.
> It's OK untuk tidak punya jawaban atas segala hal. It's OK, untuk
> bilang ke kepalamu `Maaf, saya tidak tahu jawabannya saat ini. Namun
> dengan berjalannya waktu, saya akan coba belajar dan mencari tahu.'
> It's OK. Saat kamu berhasil menemukan jawabannya, saya akan
> bersyukur dan bertepuk tangan untukmu. Pun jawabannya tetap belum
> berhasil kamu temukan, saya akan tetap mencintaimu. Saya akan tetap
> menyayangimu, mendukungmu, dan berdoa untukmu. It's OK.
>
> Saya tahu akan hatimu yang hipersensitif akan banyak emosi. Dan it's
> OK. It's OK untuk merasakannya. Untuk kemudian mencucinya bersih-
> bersih di hari cuci-cuci dengan air mata, then let it go, Retnadi.
> It will be passed.
>
> Saya tahu, kamu melewati sejumlah hal buruk. Dan saya minta maaf
> untuk itu semua. Saya juga minta maaf untuk tidak tahu cara yang
> paling tepat untuk menyamankanmu. Saya cuma bisa bilang, saya
> mencintaimu. Bahwa waktu akan menyembuhkan banyak luka, sekaligus
> membuatmu belajar dewasa.
>
> Saya mencintaimu, saya mencintaimu, saya mencintaimu.
>
> Wassalamualaikum wr wb
>
>
> Love,
>
>
>
> Yourself
>
- 14a.
-
Re: (Cerpen) Malam Tahun Baru - cerita menjelang akhir tahun
Posted by: "Arrizki Abidin" arrizki_abidin@yahoo.com arrizki_abidin
Wed Dec 17, 2008 1:28 am (PST)
Assalamu'alaikum
Pasir yg ditebar di itu hanya untuk memperindah jualannya saja.heheheh.
Wassalamu'alaikum :)
--- On Tue, 12/16/08, Bu CaturCatriks <punya_retno@yahoo.com > wrote:
From: Bu CaturCatriks <punya_retno@yahoo.com >
Subject: [sekolah-kehidupan] Re: (Cerpen) Malam Tahun Baru - cerita menjelang akhir tahun
To: sekolah-kehidupan@yahoogroups. com
Date: Tuesday, December 16, 2008, 4:33 PM
semoga tahun baru 2009 ini menjadi awal yg indah bagi kita semua utk
berbuat kebaikan ya mas rizki,
thanks utk mengingatkan lewat cerpennya...
btw, pasir di sekitar lilin itu buat apa ya? (duh, maaf dodol..)
-retno-
--- In sekolah-kehidupan@ yahoogroups. com, Arrizki Abidin
<arrizki_abidin@ ...> wrote:
>
> "Malam Tahun Baru"
> by : Riz-Q
>
> Malam ini malam tahun baru. Tanggal 31 Desember 2008 akan menjadi
hari-hari biasa dihidupnya. Dengan hamparan kain tebal berwarna
putih, ia sajikan kumpulan lilin dari berbagai bentuk, berbagai
warna, hingga berbagai simbol. Ia hanya ingin mereka merenung
tentang arti penantian sebuah tahun baru. Apa mereka ingin menjemput
atau sekedar menunggu datangnya saja tahun itu?
> Didepan toko bunga "Pak Kam" ia jajakan hamparan butir-butir pasir
berwarna kecoklatan yang melengkapi lilin-lilin. Butir-butir yang
ditabur disekelilingnya untuk mengindahkan renungan mereka yang
membeli. Mereka cukup membayar seiklasnya untuk lilin-lilin
tersebut. Sengaja tak ditetapkan harganya, bukan karena tak butuh
uang, tapi lilin-lilin ini adalah lambang keiklasan baginya. Mereka
yang beli tak perlu lagi menggerutu dalam hati dan
mengatakan "barang sekecil ini koq dijual tinggi sih" atau "apalah
bagusnya barang kayak ginian sampai-sampai dijual dengan harga
tinggi", lalu menawarnya serendah mungkin. Dengan kualitas yang ia
buat, seharusnya sebanding dengan lilin bernilai seni tinggi dan
berharga mahal, bahkan jauh meninggalkan harga warung. Setumpuk
recehanpun menjadi hal yang biasa diterimanya.
> "Let, udah laku berapa?"
> "Hmm gak banyak pak. Mereka lebih seneng belanja terompet-terompet
lucu daripada lilin."
> "Malam ini lebih ramai dari malam tahun baru sebelumnya."
> "Seharusnya lebih banyak lagi yang merenung, pak."
> Senderan tubuh Pak Kam pada pintu depan tokonya kini menjauh.
Sembari memegang secangkir kopi hangat, Pak Kam berjalan dan
kemudian duduk disamping Melisa atau yang biasanya
dipanggilnya "Bulet". Melisa biasa berjualan didepan toko Pak Kam
sebulan sebelum tahun baru tiba.
> Waktu menunjukan pukul 23.00 wib. Sambil mengisi kekosongan waktu,
Pak Kam bercerita tentang mimpi masa lalunya yang tak pernah ia
tuturkan pada Melisa, yaitu menikahi Bu Kam, yang sekarang telah
menjadi istri yang paling dicintainya.
> Keluarga Sukamto terkenal sebagai keluarga yang ramah. Bu Kam
senang sekali dengan berbagai macam bunga. Sewaktu kecil Bu Kam ikut
kursus merangkai bunga. Saking senangnya dengan bunga, Bu Kam hanya
ingin dinikahi oleh Pak Kam jika maharnya adalah serangkai bunga
warna-warni, campuran dari berbagai bunga didunia, tentunya
disamping seperangkat alat shalat. Syarat yang membuat Pak Kam cukup
kerepotan. Mencari bunga dari seluruh dunia kemudian merangkainya
menjadi satu kesatuan yang indah dan utuh adalah kemustahilan dan
sempat dianggap oleh pihak keluarga Pak Kam sebagai suatu penghinaan.
> "Bilang saja kalau anak anda menolak pinangan anak saya." cetus
Ibunda Pak Kam.
> Suasana yang sempat keruh itupun lumer seiring dengan ide
cemerlang Pak Kam. Bu Kam, yang bernama asli Siti Sidjabat, hanya
mengajukan satu syarat tanpa memberitahu bagaiamana caranya.
> "Kau tahu bagaimana akhirnya aku dapat menikahinya? "
> "Pak Kam ikutan pasang lotre terus menang besar." cetus Melisa
dengan membesarkan bola matanya.
> "Bukan, let. Hahaha."
> Melisa hanya menggeleng-gelengka n kepalanya. Menarik bibir kedalam
dan mengangkat bahu.
> "Saya beri dia gambar bunga dari seluruh penjuru dunia."
> "Ooouww. Boleh juga idenya. Terus?"
> "Kamu tahu, gara-gara ide itu, saya jadi cari tahu tentang bunga
dari ensiklopedia dan internet, mempelajarinya, hingga akhirnya
tertarik dengan bunga. Sejak awal nikah, saya dan istri berniat
membuka toko bunga dan akhirnya .seperti yang kamu lihat sekarang."
> Toko bunga Pak Kam memang tidak menyediakan seluruh bunga yang ada
diseluruh penjuru dunia, tapi toko itu dapat menghidupi keluarga Pak
Kam dan selalu didatangi oleh pengunjung setiap hari, walau tidak
semuanya membeli.
> "Kenapa Pak Kam setia menjual bunga?"
> "Hmm, tidak tahu. Nyaman saja. Tidak perlu berpikir yang rumit
kayak orang kantoran mungkin. Terlebih lagi dunia saya dan istri
memang disini. Kamu sendiri? Pasti ada kisah menarik dibelakang
keinginan kamu menjual lilin."
> "Sederhana saja ."
> Waktu terus berputar. Kini jam menunjukan pukul 23.45 wib. Melisa
dan Pak Kam masih asyik terus ngobrol. Sesekali Melisa menaburkan
butir-butir coklat disekeliling lilin jajakannya. Pak Kam pun terus
menyeruput kopinya yang mulai dingin. Malam semakin ramai. Suara-
suara terompet bertiup disana-sini. Lampu-lampu kendaraan terang
benderang mewarnai kota. Dipinggir, keduanya tak henti bicara.
Sesekali tertawa. Sesekali terlihat serius. Tertawa lagi.
> "Darimana kamu dapat filosofi itu?"
> "Dari pengalaman."
> "Belajar dari pengalaman yah hmmm ." Pak Kam memonyongkan
bibirnya.
> Pak Kam meneguk air kopi terakhirnya. Tak lama seorang wanita muda
datang menghampiri mereka berdua.
> "Hai, lilinnya berapa satu?"
> "Terserah mba."
> "Saya pilih yang model gelas itu yah."
> "Sebentar saya bungkuskan."
> "Tidak perlu. Nyalakan sa "
> "Kenapa kamu pilih yang model itu anak muda?" tanya Pak Kam
menyerobot ucapan wanita muda itu.
> "Ssy syy saya suka saja."
> "Kamu tahu arti lilin-lilin itu?"
> "Tidak."
> "Jadilah kamu seperti lilin yang kamu beli anak muda."
> "Maksudnya?"
> Suara klakson bergantian berbunyi. Iring-iringan siulan klakson
memekakan telinga, tapi menyenangkan, menghangatkan malam yang
dingin, membangunkan bintang-bintang yang sempat redup, membuyarkan
mimpi-mimpi mereka yang sudah tertidur pulas kemudian terbangun.
> "Teooooooot . .teoooooooooot "
> Waktu sudah menunjukan hampir tengah malam. Sebentar lagi malam
berganti. Berganti hari yang baru, dengan bulan baru, dan tentu saja
tahun yang baru. Mereka berteriak-teriak, berhitung angka mundur.
Sebuah jam besar ditengah kota sengaja disiapkan pejabat setempat
untuk memeriahkan malam tahun baru.
> "SEPULUH ..SEMBILAN ..DELAPAN ."
> Rangkulan tangan manusia menipiskan jarak yang ada. Tak peduli
siapa yang disamping siapa, yang penting mereka bergembira. Ada yang
menari diatas mobil pick up, ada yang menjulangkan kedua tangannya
kelangit, ada juga yang bergendang ria sambil berputar-putar.
> "TUJUH.....ENAM ..LIMA ..EMPAT .."
> Suasana semakin tegang. Saling rangkul semakin erat. Pukulan
genderang semakin kencang, bahkan jantung serasa terhenti dihitungan
ketiga.
> "TIGAAAAA "
> Ada yang memegang pipinya. Ada lelaki yang memeluk pacarnya dari
belakang. Hitungan dua semakin dekat tapi begitu jauh karena tak
ingin suasana begitu indah terlewati begitu saja. Seakan kebelet
pipis, mereka semua hendak menumpahkan seluruh emosi yang ada.
> "DUAAAA SAAATUUUUU ."
> Tak berapa lama.
> "WOOOOOOOOOOOOOOOOO OOOOOOOOOOO. "
> "TEOOOOOOOOOOOOOOOO OOOOOOT."
> "TIIIIIIIIIIIIIIIN .TIIIIIIIIIIIIIIN ..TIIIIIIIIIIIIIIII I
IN .."
> "DONG DONG DONG DONG "
> Teriak semua beramai-ramai. Terompet bunyi, klakson kendaraan
bunyi, denting jam besar bunyi, semua berbunyi. Tak ada yang diam.
Hanya mereka yang berpelukan yang tak bersuara. Disudut kota
terlihat muda-mudi yang bercumbu mesra, seakan dosa terhenti
langkahnya sejenak untuk bertamu. Mobil pick up sang penari
bergoyang-goyang. Semua bergoyang, semua berbahagia, semua
tertumpah. Tak ada lagi yang kebelet. Segalanya berhamburan.
Berceceran. Bagai muntahan larva gunung berapi, warna-warni mercon
dan kembang api menghiasi kota.
> "Terima kasih pak atas filosofinya. " ucap wanita muda yang
membeli lilin berbentuk gelas tadi. Ia pun berlari bergabung bersama
teman-temannya. Melingkar dan berjingkrak- jingkrak diatas bumi.
> Melisa hanya tersenyum melihat Pak Kam. Ia tahu Pak Kam akan
mengatakan hal tersebut. Hanya saja, Pak Kam mengutarakannya lebih
dalam, lebih terasa emosionalnya. Mereka berduapun menyalakan sisa
lilin yang tak terbeli.
> "Kamu benar, Let. Mereka harus merenung. Semua ini belum berakhir.
Harus ada satu sosok yang mau berkorban dengan keiklasan. Mereka
butuh satu pilar yang cahayanya dapat dinikmati bersama-sama, walau
pilar itu harus menahan tekanan sendiri hingga akhirnya melemah,
lumer akibat panas. Sayang, disaat itu pula pilar tersebut dibuang
dan dilupakan."
> "Mau dengar satu puisi buatan lilin saya, Pak?"
> "Apa itu?" tanya Pak Kam sambil tersenyum menghadap Melisa, "anak
ini benar-benar punya khayalan yang berbobot." Lanjutnya dalam
hati.
>
> "UNFINISHED" by : Lilin
> Tidak ada tutup buku
> Tidak ada kenangan terakhir
> Tidak ada yang terselesaikan
>
> Tidak tahu siapa yang bahagia
> Tidak tahu siapa yang bersedih
>
> Bab terakhir telah sobek
> Hilang
> Lalu, tangannya menelungkup diatas tangan berpenaku
> Dan menggoreskan
> Yang tertinggal dan terlupakan
>
> *****TAMAT** ***
>
- 14b.
-
Re: (Cerpen) Malam Tahun Baru - cerita menjelang akhir tahun
Posted by: "Arrizki Abidin" arrizki_abidin@yahoo.com arrizki_abidin
Wed Dec 17, 2008 1:34 am (PST)
Assalamu'alaikum
Pasir yg ditebar di itu hanya untuk memperindah jualannya saja.heheheh.
Wassalamu'alaikum :)
--- On Tue, 12/16/08, Bu CaturCatriks <punya_retno@yahoo.com > wrote:
From: Bu CaturCatriks <punya_retno@yahoo.com >
Subject: [sekolah-kehidupan] Re: (Cerpen) Malam Tahun Baru - cerita menjelang akhir tahun
To: sekolah-kehidupan@yahoogroups. com
Date: Tuesday, December 16, 2008, 4:33 PM
semoga tahun baru 2009 ini menjadi awal yg indah bagi kita semua utk
berbuat kebaikan ya mas rizki,
thanks utk mengingatkan lewat cerpennya...
btw, pasir di sekitar lilin itu buat apa ya? (duh, maaf dodol..)
-retno-
--- In sekolah-kehidupan@ yahoogroups. com, Arrizki Abidin
<arrizki_abidin@ ...> wrote:
>
> "Malam Tahun Baru"
> by : Riz-Q
>
> Malam ini malam tahun baru. Tanggal 31 Desember 2008 akan menjadi
hari-hari biasa dihidupnya. Dengan hamparan kain tebal berwarna
putih, ia sajikan kumpulan lilin dari berbagai bentuk, berbagai
warna, hingga berbagai simbol. Ia hanya ingin mereka merenung
tentang arti penantian sebuah tahun baru. Apa mereka ingin menjemput
atau sekedar menunggu datangnya saja tahun itu?
> Didepan toko bunga "Pak Kam" ia jajakan hamparan butir-butir pasir
berwarna kecoklatan yang melengkapi lilin-lilin. Butir-butir yang
ditabur disekelilingnya untuk mengindahkan renungan mereka yang
membeli. Mereka cukup membayar seiklasnya untuk lilin-lilin
tersebut. Sengaja tak ditetapkan harganya, bukan karena tak butuh
uang, tapi lilin-lilin ini adalah lambang keiklasan baginya. Mereka
yang beli tak perlu lagi menggerutu dalam hati dan
mengatakan "barang sekecil ini koq dijual tinggi sih" atau "apalah
bagusnya barang kayak ginian sampai-sampai dijual dengan harga
tinggi", lalu menawarnya serendah mungkin. Dengan kualitas yang ia
buat, seharusnya sebanding dengan lilin bernilai seni tinggi dan
berharga mahal, bahkan jauh meninggalkan harga warung. Setumpuk
recehanpun menjadi hal yang biasa diterimanya.
> "Let, udah laku berapa?"
> "Hmm gak banyak pak. Mereka lebih seneng belanja terompet-terompet
lucu daripada lilin."
> "Malam ini lebih ramai dari malam tahun baru sebelumnya."
> "Seharusnya lebih banyak lagi yang merenung, pak."
> Senderan tubuh Pak Kam pada pintu depan tokonya kini menjauh.
Sembari memegang secangkir kopi hangat, Pak Kam berjalan dan
kemudian duduk disamping Melisa atau yang biasanya
dipanggilnya "Bulet". Melisa biasa berjualan didepan toko Pak Kam
sebulan sebelum tahun baru tiba.
> Waktu menunjukan pukul 23.00 wib. Sambil mengisi kekosongan waktu,
Pak Kam bercerita tentang mimpi masa lalunya yang tak pernah ia
tuturkan pada Melisa, yaitu menikahi Bu Kam, yang sekarang telah
menjadi istri yang paling dicintainya.
> Keluarga Sukamto terkenal sebagai keluarga yang ramah. Bu Kam
senang sekali dengan berbagai macam bunga. Sewaktu kecil Bu Kam ikut
kursus merangkai bunga. Saking senangnya dengan bunga, Bu Kam hanya
ingin dinikahi oleh Pak Kam jika maharnya adalah serangkai bunga
warna-warni, campuran dari berbagai bunga didunia, tentunya
disamping seperangkat alat shalat. Syarat yang membuat Pak Kam cukup
kerepotan. Mencari bunga dari seluruh dunia kemudian merangkainya
menjadi satu kesatuan yang indah dan utuh adalah kemustahilan dan
sempat dianggap oleh pihak keluarga Pak Kam sebagai suatu penghinaan.
> "Bilang saja kalau anak anda menolak pinangan anak saya." cetus
Ibunda Pak Kam.
> Suasana yang sempat keruh itupun lumer seiring dengan ide
cemerlang Pak Kam. Bu Kam, yang bernama asli Siti Sidjabat, hanya
mengajukan satu syarat tanpa memberitahu bagaiamana caranya.
> "Kau tahu bagaimana akhirnya aku dapat menikahinya? "
> "Pak Kam ikutan pasang lotre terus menang besar." cetus Melisa
dengan membesarkan bola matanya.
> "Bukan, let. Hahaha."
> Melisa hanya menggeleng-gelengka n kepalanya. Menarik bibir kedalam
dan mengangkat bahu.
> "Saya beri dia gambar bunga dari seluruh penjuru dunia."
> "Ooouww. Boleh juga idenya. Terus?"
> "Kamu tahu, gara-gara ide itu, saya jadi cari tahu tentang bunga
dari ensiklopedia dan internet, mempelajarinya, hingga akhirnya
tertarik dengan bunga. Sejak awal nikah, saya dan istri berniat
membuka toko bunga dan akhirnya .seperti yang kamu lihat sekarang."
> Toko bunga Pak Kam memang tidak menyediakan seluruh bunga yang ada
diseluruh penjuru dunia, tapi toko itu dapat menghidupi keluarga Pak
Kam dan selalu didatangi oleh pengunjung setiap hari, walau tidak
semuanya membeli.
> "Kenapa Pak Kam setia menjual bunga?"
> "Hmm, tidak tahu. Nyaman saja. Tidak perlu berpikir yang rumit
kayak orang kantoran mungkin. Terlebih lagi dunia saya dan istri
memang disini. Kamu sendiri? Pasti ada kisah menarik dibelakang
keinginan kamu menjual lilin."
> "Sederhana saja ."
> Waktu terus berputar. Kini jam menunjukan pukul 23.45 wib. Melisa
dan Pak Kam masih asyik terus ngobrol. Sesekali Melisa menaburkan
butir-butir coklat disekeliling lilin jajakannya. Pak Kam pun terus
menyeruput kopinya yang mulai dingin. Malam semakin ramai. Suara-
suara terompet bertiup disana-sini. Lampu-lampu kendaraan terang
benderang mewarnai kota. Dipinggir, keduanya tak henti bicara.
Sesekali tertawa. Sesekali terlihat serius. Tertawa lagi.
> "Darimana kamu dapat filosofi itu?"
> "Dari pengalaman."
> "Belajar dari pengalaman yah hmmm ." Pak Kam memonyongkan
bibirnya.
> Pak Kam meneguk air kopi terakhirnya. Tak lama seorang wanita muda
datang menghampiri mereka berdua.
> "Hai, lilinnya berapa satu?"
> "Terserah mba."
> "Saya pilih yang model gelas itu yah."
> "Sebentar saya bungkuskan."
> "Tidak perlu. Nyalakan sa "
> "Kenapa kamu pilih yang model itu anak muda?" tanya Pak Kam
menyerobot ucapan wanita muda itu.
> "Ssy syy saya suka saja."
> "Kamu tahu arti lilin-lilin itu?"
> "Tidak."
> "Jadilah kamu seperti lilin yang kamu beli anak muda."
> "Maksudnya?"
> Suara klakson bergantian berbunyi. Iring-iringan siulan klakson
memekakan telinga, tapi menyenangkan, menghangatkan malam yang
dingin, membangunkan bintang-bintang yang sempat redup, membuyarkan
mimpi-mimpi mereka yang sudah tertidur pulas kemudian terbangun.
> "Teooooooot . .teoooooooooot "
> Waktu sudah menunjukan hampir tengah malam. Sebentar lagi malam
berganti. Berganti hari yang baru, dengan bulan baru, dan tentu saja
tahun yang baru. Mereka berteriak-teriak, berhitung angka mundur.
Sebuah jam besar ditengah kota sengaja disiapkan pejabat setempat
untuk memeriahkan malam tahun baru.
> "SEPULUH ..SEMBILAN ..DELAPAN ."
> Rangkulan tangan manusia menipiskan jarak yang ada. Tak peduli
siapa yang disamping siapa, yang penting mereka bergembira. Ada yang
menari diatas mobil pick up, ada yang menjulangkan kedua tangannya
kelangit, ada juga yang bergendang ria sambil berputar-putar.
> "TUJUH.....ENAM ..LIMA ..EMPAT .."
> Suasana semakin tegang. Saling rangkul semakin erat. Pukulan
genderang semakin kencang, bahkan jantung serasa terhenti dihitungan
ketiga.
> "TIGAAAAA "
> Ada yang memegang pipinya. Ada lelaki yang memeluk pacarnya dari
belakang. Hitungan dua semakin dekat tapi begitu jauh karena tak
ingin suasana begitu indah terlewati begitu saja. Seakan kebelet
pipis, mereka semua hendak menumpahkan seluruh emosi yang ada.
> "DUAAAA SAAATUUUUU ."
> Tak berapa lama.
> "WOOOOOOOOOOOOOOOOO OOOOOOOOOOO. "
> "TEOOOOOOOOOOOOOOOO OOOOOOT."
> "TIIIIIIIIIIIIIIIN .TIIIIIIIIIIIIIIN ..TIIIIIIIIIIIIIIII I
IN .."
> "DONG DONG DONG DONG "
> Teriak semua beramai-ramai. Terompet bunyi, klakson kendaraan
bunyi, denting jam besar bunyi, semua berbunyi. Tak ada yang diam.
Hanya mereka yang berpelukan yang tak bersuara. Disudut kota
terlihat muda-mudi yang bercumbu mesra, seakan dosa terhenti
langkahnya sejenak untuk bertamu. Mobil pick up sang penari
bergoyang-goyang. Semua bergoyang, semua berbahagia, semua
tertumpah. Tak ada lagi yang kebelet. Segalanya berhamburan.
Berceceran. Bagai muntahan larva gunung berapi, warna-warni mercon
dan kembang api menghiasi kota.
> "Terima kasih pak atas filosofinya. " ucap wanita muda yang
membeli lilin berbentuk gelas tadi. Ia pun berlari bergabung bersama
teman-temannya. Melingkar dan berjingkrak- jingkrak diatas bumi.
> Melisa hanya tersenyum melihat Pak Kam. Ia tahu Pak Kam akan
mengatakan hal tersebut. Hanya saja, Pak Kam mengutarakannya lebih
dalam, lebih terasa emosionalnya. Mereka berduapun menyalakan sisa
lilin yang tak terbeli.
> "Kamu benar, Let. Mereka harus merenung. Semua ini belum berakhir.
Harus ada satu sosok yang mau berkorban dengan keiklasan. Mereka
butuh satu pilar yang cahayanya dapat dinikmati bersama-sama, walau
pilar itu harus menahan tekanan sendiri hingga akhirnya melemah,
lumer akibat panas. Sayang, disaat itu pula pilar tersebut dibuang
dan dilupakan."
> "Mau dengar satu puisi buatan lilin saya, Pak?"
> "Apa itu?" tanya Pak Kam sambil tersenyum menghadap Melisa, "anak
ini benar-benar punya khayalan yang berbobot." Lanjutnya dalam
hati.
>
> "UNFINISHED" by : Lilin
> Tidak ada tutup buku
> Tidak ada kenangan terakhir
> Tidak ada yang terselesaikan
>
> Tidak tahu siapa yang bahagia
> Tidak tahu siapa yang bersedih
>
> Bab terakhir telah sobek
> Hilang
> Lalu, tangannya menelungkup diatas tangan berpenaku
> Dan menggoreskan
> Yang tertinggal dan terlupakan
>
> *****TAMAT** ***
>
Need to Reply?
Click one of the "Reply" links to respond to a specific message in the Daily Digest.
Change settings via the Web (Yahoo! ID required)
Change settings via email: Switch delivery to Individual | Switch format to Traditional
Visit Your Group | Yahoo! Groups Terms of Use | Unsubscribe
Tidak ada komentar:
Posting Komentar