Kamis, 18 Juni 2009

[sekolah-kehidupan] Digest Number 2674[1 Attachment]

sekolah-kehidupan

Messages In This Digest (25 Messages)

1.
Lomba Menulis From: radinal88
2a.
Re: [Bahasa] Bini Belanda From: Nursalam AR
2b.
Re: [Bahasa] Bini Belanda From: Nursalam AR
2c.
Re: [Bahasa] Bini Belanda From: Nursalam AR
2d.
Re: [Bahasa] Bini Belanda From: Nursalam AR
2e.
Re: [Bahasa] Bini Belanda From: novi_ningsih
2f.
Re: [Bahasa] Bini Belanda From: Nursalam AR
2g.
Re: [Bahasa] Bini Belanda From: hariyanty thahir
2h.
Re: [Bahasa] Bini Belanda From: Jojo_Wahyudi@manulife.com
2i.
Re: [Bahasa] Bini Belanda [1 Attachment] From: Nursalam AR
2j.
Re: [Bahasa] Bini Belanda From: Syafaatus Syarifah
2k.
Re: [Bahasa] Bini Belanda From: Rini Agus Hadiyono
3a.
Re: Shift Malam From: Nursalam AR
4a.
FW: Makanan Tersadis di Dunia From: Jenny Jusuf
4b.
Re: FW: Makanan Tersadis di Dunia From: Anisna Sholeha
5.
(Karyaku) Segala Sesuatu tentang Banjir di Kota Semarang From: dr Dito
6.
NIKMATNYA MEMPUNYAI USAHA SAMBILAN DIRUMAH, 6/18/2009, 7:00 am From: sekolah-kehidupan@yahoogroups.com
7a.
Re: [Catcil] Virus Matre From: abdul azis
8a.
Re: [etalase] "Bela Diri For Muslimah" oleh Lia Octavia, Erawati Tf, From: Lia Octavia
9a.
[etalase] Buku Baru Saya, Dkk: "Bela Diri For Muslimah - Siapa Bilan From: Lia Octavia
9b.
Re: [etalase] Buku Baru Saya, Dkk: "Bela Diri For Muslimah - Siapa B From: Nurhadi@tecsg.com.sg
10a.
[Catcil] Berguru dari Wahyu From: Nursalam AR
10b.
[Catcil] Berguru dari Wahyu From: Nursalam AR
11.
(catcil) Rasa Sayang Seorang Suami From: agussyafii
12.
(catcil) Kearifan Ibu Penjual Nasi From: agussyafii

Messages

1.

Lomba Menulis

Posted by: "radinal88" radinal88@yahoo.co.id   radinal88

Wed Jun 17, 2009 3:41 am (PDT)



Sebelum anda membaca tulisan ini lebih lanjut, ada baiknya bila anda menjawab pertanyaan ini terlebih dahulu:

• Apakah anda menyangka bahwa ini adalah pengumuman sebuah lomba menulis?

Bila anda menjawab ya, silahkan tinggalkan tulisan ini karena tulisan ini bukanlah pengumuman perlombaan menulis. Namun jika tidak, silahkan teruskan membaca. Semoga ada manfaatnya.

***

Setahun yang lalu, sebuah pengumuman tertera di sebuah papan pengumuman dikampus. Pengumuman lomba penulisan dalam rangka Dies Natalies IAIN Sunan Ampel Surabaya. Saya dan teman-teman berebut untuk membacanya. Dalam hati aku berniat untuk mengikutinya.

Setelah mengumpulkan bahan dan menuliskannya, tibalah saatnya mengumpulkan. Namun sungguh bukan nasib, saya mundur karena harus menghadiri sebuah undangan diluar kota. Walhasil, harapan untuk mengikuti perlombaan itu, tinggal kenangan.

Beberapa hari kemudian, dilaksanakanlah pengumuman. Dan ternyata! Tiga orang teman sekelas sayalah yang mendapatkan juara I lomba kepenulisan tersebut. Dalam hati saya berkata, "Jika begini artinya, persaingan untuk menulis dikelas akan sangat baik dan keproduktifitasan akan teruji!"

Harapan tinggallah harapan. Begitu biasanya orang mengatakan bila harapannya tidak sesuai dengan kenyataan. Begitu pula dengan saya yang berharap ada `saingan' menulis untuk menjaga semangat menulis. Ya, saya butuh orang yang mau berfastabiqul khairat.

Ketiga temanku itu redup. Tidak menulis lagi setelah menang lomba.

Anehnya, beberapa hari yang lalu, ada sebuah pengumuman. Sekali lagi, lomba menulis. Dan, kali ini lebih besar karena penyelenggaranya adalah Departemen Agama. Ketiga temanku itu muncul lagi sebagai penulis. Mereka ikut!"

***

Sebelum menjadi alumni PP. Ar-Raudhatul Hasanah, saya sempat berfikir bahwa diluar pondok ada begitu banyak lomba menulis. Saya akan mengikuti semuanya. Dalam benak saya pada saat itu, saya akan menang dan mendapatkan hadiah. Itu saja.

Namun dalam perkembangannya setelah saya menjadi alumni, saya tidak mampu menjalankannya. Hanya beberapa kali saya mengikuti lomba dan baru sekali saya mendapatkan juara.

Dan saya mendapatkan juara tersebut, setelah dua tahun menjadi alumni. Dan itu, bukanlah lomba pertama yang saya ikuti. Seingat saya, itu adalah lomba kesepuluh yang saya ikuti.

Dengan kemenangan tersebut, saya akhirnya sadar. Menulis `hanya' untuk mengikuti lomba bukanlah tujuan yang baik. Karena dengan itu, saya tidak menulis kalau tidak ada lomba. Saya sadar bahwa saya harus menulis walaupun tidak ada lomba.

***

Karena kesadaran saya itulah, akhirnya saya memutuskan untuk menulis setiap harinya. Kemudian saya berpikir, untuk apa saya menulis? hanya sekedar hobikah? Bukannya terkadang dengan menulis bisa mendapatkan uang? Lalu, bagaimana dengan saya?

Akhirnya saya memutuskan untuk menulis di koran.

Karena saya memutuskan untuk menulis di koran, saya akhirnya berfikir demikian. `Koran bertukar setiap satu hari. Artinya, ada satu berita setiap harinya yang memerlukan tanggapan. Ini berarti, saya harus menuli opini minimal satu buah perhari.

Saya kerjakan itu dan akhirnya beberapa opini saya dimuat.

Saya belum puas. Koran ternyata memiliki ruang yang terbatas. Saya akhirnya mencari media internet. Alhamdulillah, saya telah menulis di MenulisKreatif.com, AndaLuarbiasa.com dan Pembelajar.com.

Dan buah dari itu semua, baru saja saya mendapatkan beasiswa Menulis Karya Terobosan.

Semoga bermanfaat

Radinal Mukhtar Harahap
http://kumpulan-q.blogspot.com

2a.

Re: [Bahasa] Bini Belanda

Posted by: "Nursalam AR" nursalam.ar@gmail.com

Wed Jun 17, 2009 4:20 am (PDT)



Terong Belanda? Apa tuh? Saya tidak tahu tuh, Mas.Mungkin Mas Jojo yang bisa
sharing ceritanya di sini:). Kalo Nangka Belanda alias Nangke Lande (baca:
sirsak) yang jadi judul lagunya Bang Benyamin Sueb sih saya tahu;p.

Tabik,

Nursalam AR

On 6/17/09, Jojo_Wahyudi@manulife.com <Jojo_Wahyudi@manulife.com> wrote:
>
>
>
> Makasih Mas Salam atas "Bini Belanda"nya :))
> Kalo Terong Belanda, ada kisahnya juga nggak Mas ?
>
> salam,
>
> Jojo Wahyudi
>
>
>

--
-"A long journey begins with one small step" (Chinese proverb) -
Nursalam AR
Translator & Writer
0813-10040723
021-92727391
www.nursalam.multiply.com
YM ID: nursalam_ar
Facebook: nursalam ar
Ingin belajar menulis & menerjemahkan?
ke www.pensilmania.multiply.com aja!
2b.

Re: [Bahasa] Bini Belanda

Posted by: "Nursalam AR" nursalam.ar@gmail.com

Wed Jun 17, 2009 4:23 am (PDT)



Gpp,Mas, kapan waktu kan masih bisa gabung. Itu kursus bisnis sampingan aja
selain menerjemahkan dokumen. Maklum, demi segenggam berlian,hehe...

Makasih sudah membaca dan mengomentari tulisan saya. Semoga bermanfaat!

Tabik,

Nursalam AR

On 6/17/09, suhadi hadi <abinyajundi@yahoo.com> wrote:
>
>
>
> wah..sang maestro dah keluar dari sarangnya nih ;)
> thanks bro dah kirimin artikel ringan tapi nendang beberapa hari ini
> btw ..Guut Lak ye buat kursus online nya
> sorry sementara waktu ini mungkin blom bisa gabung
> tapi Insya Allah tetep mo jadi murid juga kok
> persiapan buat ngadepin deal-deal..next time
> he..he..
> salam dari sidoarjo
>
>
> ------------------------------
> *From:* Nursalam AR <nursalam.ar@gmail.com>
> *To:* sekolah-kehidupan@yahoogroups.com; fkmui96@yahoogroups.com;
> flpdki@yahoogroups.com; Forum Lingkar <Forum_LingkarPena@yahoogroups.com>;
> penuliz Lepaz <penulislepas@yahoogroups.com>
> *Sent:* Tuesday, June 16, 2009 11:59:57 PM
> *Subject:* [sekolah-kehidupan] [Bahasa] Bini Belanda
>
> *Bini Belanda*
>
> *Oleh Nursalam AR*
>
>
>
> Siapa yang suka ditraktir?
>
>
>
> Pasti banyak yang mengacungkan jari. Bahkan mungkin sambil teriak-teriak,"
> Saya! Saya!"
>
>
>
> Tapi, sudah pernah tahu traktir ala Belanda?
>
>
>
> Konon orang Belanda dikenal paling kikir di kalangan bangsa-bangsa Eropa.
> Tak heran, dalam bahasa Inggris, ada istilah "*go dutch*", yang artinya
> bayar masing-masing. Jadi, jangan ge-er dulu, jika kekasih Anda saat makan
> siang di restoran bilang,"*Let's go Dutch*." Itu bukan berarti ia mengajak
> Anda tamasya ke Belanda. Tetapi artinya ia *bokek*, dan minta Anda
> membayar pesanan Anda sendiri. Nah, inilah yang disebut *Dutch Treat*,
> yang secara harfiah diterjemahkan sebagai "traktir ala Belanda".
>
>
>
> Bukti kekikiran Belanda juga tercermin dari gaya penjajahan yang
> dilakukannya terhadap koloni-koloninya dari Afrika Selatan, sebagian Amerika
> Serikat hingga kawasan Nusantara (semenanjung Melayu, Indonesia dan
> kepulauan Borneo). Dalam bukunya berjudul *Actie Massa*, Tan Malaka
> menyebut gaya penjajahan Belanda sebagai gaya penjajahan "kuno" atau
> "barbar" dengan mengeksploitasi habis-habisan sumber daya alam dan sumber
> daya manusia di koloninya tanpa kompensasi sedikitpun terhadap rakyat
> jajahan. Adapun Politik Etis – yang akhirnya melahirkan *Boedi Oetomo* dan
> gelombang gerakan perjuangan nasional dimotori kalangan terdidik – dengan
> menyelenggarakan pendidikan bagi rakyat jajahan yang dilakukan Belanda lebih
> sebagai kompensasi atas dosa-dosa semasa periode Tanam Paksa-nya Van Den
> Bosch dan bertujuan untuk menciptakan tenaga-tenaga ahli untuk
> mengeksploitasi kekayaan alam Indonesia.
>
>
>
> Sementara, masih menurut Tan Malaka, Inggris menerapkan gaya penjajahan
> generasi kedua yakni penjajahan "modern", yang lebih "beradab" dengan
> mengedepankan siasat diplomasi dan *soft power*. Misalnya, dengan
> membangun infrastruktur pendidikan dan sistem pemerintahan. Koloni-koloni
> Inggris pun, setelah resmi "merdeka" dalam artian diberikan kemerdekaan oleh
> Inggris, dirangkum dalam kumpulan Persemakmuran (*Commonwealth*). Tak
> heran negara-negara Persemakmuran seperti Malaysia, Brunei, Australia dan
> India relatif lebih maju dibandingkan dengan negara-negara bekas jajahan
> Belanda seperti Suriname, Afrika Selatan dan Indonesia. Meski jelas logika
> yang *ngawur *jika ada yang bilang,"Coba Indonesia dulu dijajah Inggris
> seperti Malaysia pasti lebih makmur." Karena bagaimanapun penjajahan adalah
> penistaan derajat dan pengekangan hak-hak asasi manusia yang tak dapat
> diterima maupun dibenarkan dengan alasan apapun.
>
>
>
> Intinya, bahasa memang tak bisa lepas dari budaya baik etnik, ras atau
> bangsa. Dalam bahasa Inggris, kita lazim mengenal empat standar
> keterampilan berbahasa yakni *reading* (membaca), *writing* (menulis), *
> listening* (mendengarkan) , dan *speaking* (berbicara). Namun ada satu
> faktor lain yakni *cultural awareness*, faktor kesadaran budaya, yang
> justru secara praktis diperlukan dalam kehidupan bermasyarakat, sering
> diabaikan.
>
>
>
> Alhasil – sewaktu saya masih aktif sebagai pengajar kursus bahasa Inggris
> untuk kelas karyawan dan bisnis – beberapa murid saya yang fasih berbahasa
> Inggris dan cerdas-cerdas merasa frustrasi ketika menghadapi atasan mereka
> yang rata-rata *expatriate*. Antara lain mereka mengeluh karena perilaku
> atasan yang dianggap tidak punya *ewuh pakewuh* atau terlalu ekspresif.
> Sebagian yang lain merasa kesal karena sang atasan menganggap mereka tak
> percaya diri. Apa pasal? Ternyata karena mereka tak berani melakukan
> kontak mata langsung secara intens dengan sang atasan. Maklum, dalam budaya
> Indonesia, hal tersebut bisa dianggap tidak sopan.
>
>
>
> Kisah yang lain adalah sewaktu saya masih duduk di kelas satu Sekolah
> Menengah Pertama (SMP).
>
>
>
> Saat itu saya belajar di level *General English* di sebuah kursus bahasa
> Inggris, dan pihak manajemen kursus sering mendatangkan *native speaker*(pembicara tamu dari negara asing) sebagai
> *sparring partner* siswa-siswanya berbicara bahasa Inggris. Rata-rata *native
> speaker* yang didatangkan adalah orang-orang muda dengan penampilan
> seadanya, sebagian bahkan hanya bercelana pendek. Belakangan saya baru tahu
> kalau mereka kebanyakan turis dari Jalan Jaksa.
>
>
>
> "*What's your name*?" tanya salah seorang *native speaker* kepada salah
> seorang teman sekelas saya. Si turis bule adalah gadis muda bercelana
> pendek yang sesekali menenggak air mineral dari botol yang ditentengnya. Bulu-bulu
> lebat pirang di kakinya membuat saya bergidik saat itu.
>
>
>
> "*My name is* Ibrahim," jawab Ibrahim mantap. Bahasa Inggris teman sekelas
> yang duduk di sebelah saya itu memang cukup lumayan.
>
>
>
> "O…Abraham," tukas si turis.
>
>
>
> "*No, not *Abraham. Ibrahim," teman saya itu bersikeras.
>
>
>
> "*Yes, you are* Abraham," si bule belum *ngeh*.
>
>
>
> Ibrahim masih *ngotot* dan akhirnya si turis bule mengalah dengan
> susah-payah melafalkan kata "Ibrahim". Untunglah nama saya kemudian tidak
> dipanggilnya "Salom". Dan, untungnya lagi, teman-teman sekelas waktu itu
> tidak ada yang bernama Nuh, Musa, Daud, Ya'kub atau Ayub. Jika ada, tentu
> akan terjadi perdebatan yang lebih panjang hanya karena perbedaan pelafalan
> dan budaya.
>
>
>
> Juga terkait dengan budaya, harus jujur diakui, Belanda adalah yang berjasa
> memperkenalkan budaya tidur menggunakan guling kepada bangsa kita. Konon,
> karena tidak membawa istri dalam perjalanan dinas ke Hindia Belanda (nama
> Indonesia dulu), para pejabat Belanda menciptakan guling sebagai teman
> tidur. Belanda juga yang memperkenalkan budaya guling ke Eropa dan
> Amerika. Hal tersebut diabadikan dengan adanya istilah "*dutchwife*",
> selain kata "*bolster"*, untuk "guling".
>
>
>
> Jadi jangan kaget kalau seorang kawan bercerita kepada Anda,"Gue punya bini
> Belanda nih!"
>
>
>
> Bisa jadi ia hanya ingin memamerkan guling barunya.
>
>
>
> *Jakarta, 17 Juni 2009*
>
>
> --
> -"A long journey begins with one small step" (Chinese proverb) -
> Nursalam AR
> Translator & Writer
> 0813-10040723
> 021-92727391
> www.nursalam. multiply. com <http://www.nursalam.multiply.com/>
> YM ID: nursalam_ar
> Facebook: nursalam ar
> Ingin belajar menulis & menerjemahkan?
> ke www.pensilmania. multiply. com <http://www.pensilmania.multiply.com/>aja!
>
>
>

--
-"A long journey begins with one small step" (Chinese proverb) -
Nursalam AR
Translator & Writer
0813-10040723
021-92727391
www.nursalam.multiply.com
YM ID: nursalam_ar
Facebook: nursalam ar
Ingin belajar menulis & menerjemahkan?
ke www.pensilmania.multiply.com aja!
2c.

Re: [Bahasa] Bini Belanda

Posted by: "Nursalam AR" nursalam.ar@gmail.com

Wed Jun 17, 2009 4:29 am (PDT)



Maklum, Mbak Siwi, ada momentum bersejarah: Milad Eska Juli nanti. Jadi Mas
Yons, Mbak Rini dll turun gunung (untuk Rini, dia emang orang gunung
beneran!),hehe...Nunggu juga yang dari Surabaya seperti Ugik, Mbak Siwi
(dirimu kan?), Sinta, April dkk. Pengen tahu ceritanya tentang Jembatan
Suramadu. Pasti seru!

Salam untuk Mas Gangga dan Dik Gautama, moga 'bini belanda'-nya baik-baik
aja:). Sesekali mereka diajak berwisata kamus, untuk temukan
"keajaiban-keajaiban" di sana:).

Terima kasih.

Tabik,

Nursalam AR
- yang tersanjung sangat dengan banyak pujian tapi juga kuatir jadi lupa
diri -

On 6/17/09, Siwi LH <siuhik@yahoo.com> wrote:
>
>
>
> hMHHH...ada gejala apa ya? para gubes (Guru Besar) Eska turun gunung?
> jadi terbawa suasana nih energinya...
>
> By the way bini belanda Mas Gangga suka yang kempes, sementara kalau adek
> Gautama sukanya yang masih keras...hehehe, nurut apa kata pak Suhadi,
> tulisannya nendang abis! Pokoknya kalo mas Salam yang nulis wajib dibaca
> ....
>
>
>
> Salam Hebat Penuh Berkah
> Siwi LH
> cahayabintang. wordpress.com
> siu-elha. blogspot.com
> YM : siuhik
>
>
> ------------------------------
> *From:* Nursalam AR <nursalam.ar@gmail.com>
> *To:* sekolah-kehidupan@yahoogroups.com; fkmui96@yahoogroups.com;
> flpdki@yahoogroups.com; Forum Lingkar <Forum_LingkarPena@yahoogroups.com>;
> penuliz Lepaz <penulislepas@yahoogroups.com>
> *Sent:* Tuesday, June 16, 2009 11:59:57 PM
> *Subject:* [sekolah-kehidupan] [Bahasa] Bini Belanda
>
> *Bini Belanda*
>
> *Oleh Nursalam AR*
>
>
>
> Siapa yang suka ditraktir?
>
>
>
> Pasti banyak yang mengacungkan jari. Bahkan mungkin sambil teriak-teriak,"
> Saya! Saya!"
>
>
>
> Tapi, sudah pernah tahu traktir ala Belanda?
>
>
>
> Konon orang Belanda dikenal paling kikir di kalangan bangsa-bangsa Eropa.
> Tak heran, dalam bahasa Inggris, ada istilah "*go dutch*", yang artinya
> bayar masing-masing. Jadi, jangan ge-er dulu, jika kekasih Anda saat makan
> siang di restoran bilang,"*Let's go Dutch*." Itu bukan berarti ia mengajak
> Anda tamasya ke Belanda. Tetapi artinya ia *bokek*, dan minta Anda
> membayar pesanan Anda sendiri. Nah, inilah yang disebut *Dutch Treat*,
> yang secara harfiah diterjemahkan sebagai "traktir ala Belanda".
>
>
>
> Bukti kekikiran Belanda juga tercermin dari gaya penjajahan yang
> dilakukannya terhadap koloni-koloninya dari Afrika Selatan, sebagian Amerika
> Serikat hingga kawasan Nusantara (semenanjung Melayu, Indonesia dan
> kepulauan Borneo). Dalam bukunya berjudul *Actie Massa*, Tan Malaka
> menyebut gaya penjajahan Belanda sebagai gaya penjajahan "kuno" atau
> "barbar" dengan mengeksploitasi habis-habisan sumber daya alam dan sumber
> daya manusia di koloninya tanpa kompensasi sedikitpun terhadap rakyat
> jajahan. Adapun Politik Etis – yang akhirnya melahirkan *Boedi Oetomo* dan
> gelombang gerakan perjuangan nasional dimotori kalangan terdidik – dengan
> menyelenggarakan pendidikan bagi rakyat jajahan yang dilakukan Belanda lebih
> sebagai kompensasi atas dosa-dosa semasa periode Tanam Paksa-nya Van Den
> Bosch dan bertujuan untuk menciptakan tenaga-tenaga ahli untuk
> mengeksploitasi kekayaan alam Indonesia.
>
>
>
> Sementara, masih menurut Tan Malaka, Inggris menerapkan gaya penjajahan
> generasi kedua yakni penjajahan "modern", yang lebih "beradab" dengan
> mengedepankan siasat diplomasi dan *soft power*. Misalnya, dengan
> membangun infrastruktur pendidikan dan sistem pemerintahan. Koloni-koloni
> Inggris pun, setelah resmi "merdeka" dalam artian diberikan kemerdekaan oleh
> Inggris, dirangkum dalam kumpulan Persemakmuran (*Commonwealth*). Tak
> heran negara-negara Persemakmuran seperti Malaysia, Brunei, Australia dan
> India relatif lebih maju dibandingkan dengan negara-negara bekas jajahan
> Belanda seperti Suriname, Afrika Selatan dan Indonesia. Meski jelas logika
> yang *ngawur *jika ada yang bilang,"Coba Indonesia dulu dijajah Inggris
> seperti Malaysia pasti lebih makmur." Karena bagaimanapun penjajahan adalah
> penistaan derajat dan pengekangan hak-hak asasi manusia yang tak dapat
> diterima maupun dibenarkan dengan alasan apapun.
>
>
>
> Intinya, bahasa memang tak bisa lepas dari budaya baik etnik, ras atau
> bangsa. Dalam bahasa Inggris, kita lazim mengenal empat standar
> keterampilan berbahasa yakni *reading* (membaca), *writing* (menulis), *
> listening* (mendengarkan) , dan *speaking* (berbicara). Namun ada satu
> faktor lain yakni *cultural awareness*, faktor kesadaran budaya, yang
> justru secara praktis diperlukan dalam kehidupan bermasyarakat, sering
> diabaikan.
>
>
>
> Alhasil – sewaktu saya masih aktif sebagai pengajar kursus bahasa Inggris
> untuk kelas karyawan dan bisnis – beberapa murid saya yang fasih berbahasa
> Inggris dan cerdas-cerdas merasa frustrasi ketika menghadapi atasan mereka
> yang rata-rata *expatriate*. Antara lain mereka mengeluh karena perilaku
> atasan yang dianggap tidak punya *ewuh pakewuh* atau terlalu ekspresif.
> Sebagian yang lain merasa kesal karena sang atasan menganggap mereka tak
> percaya diri. Apa pasal? Ternyata karena mereka tak berani melakukan
> kontak mata langsung secara intens dengan sang atasan. Maklum, dalam budaya
> Indonesia, hal tersebut bisa dianggap tidak sopan.
>
>
>
> Kisah yang lain adalah sewaktu saya masih duduk di kelas satu Sekolah
> Menengah Pertama (SMP).
>
>
>
> Saat itu saya belajar di level *General English* di sebuah kursus bahasa
> Inggris, dan pihak manajemen kursus sering mendatangkan *native speaker*(pembicara tamu dari negara asing) sebagai
> *sparring partner* siswa-siswanya berbicara bahasa Inggris. Rata-rata *native
> speaker* yang didatangkan adalah orang-orang muda dengan penampilan
> seadanya, sebagian bahkan hanya bercelana pendek. Belakangan saya baru tahu
> kalau mereka kebanyakan turis dari Jalan Jaksa.
>
>
>
> "*What's your name*?" tanya salah seorang *native speaker* kepada salah
> seorang teman sekelas saya. Si turis bule adalah gadis muda bercelana
> pendek yang sesekali menenggak air mineral dari botol yang ditentengnya. Bulu-bulu
> lebat pirang di kakinya membuat saya bergidik saat itu.
>
>
>
> "*My name is* Ibrahim," jawab Ibrahim mantap. Bahasa Inggris teman sekelas
> yang duduk di sebelah saya itu memang cukup lumayan.
>
>
>
> "O…Abraham," tukas si turis.
>
>
>
> "*No, not *Abraham. Ibrahim," teman saya itu bersikeras.
>
>
>
> "*Yes, you are* Abraham," si bule belum *ngeh*.
>
>
>
> Ibrahim masih *ngotot* dan akhirnya si turis bule mengalah dengan
> susah-payah melafalkan kata "Ibrahim". Untunglah nama saya kemudian tidak
> dipanggilnya "Salom". Dan, untungnya lagi, teman-teman sekelas waktu itu
> tidak ada yang bernama Nuh, Musa, Daud, Ya'kub atau Ayub. Jika ada, tentu
> akan terjadi perdebatan yang lebih panjang hanya karena perbedaan pelafalan
> dan budaya.
>
>
>
> Juga terkait dengan budaya, harus jujur diakui, Belanda adalah yang berjasa
> memperkenalkan budaya tidur menggunakan guling kepada bangsa kita. Konon,
> karena tidak membawa istri dalam perjalanan dinas ke Hindia Belanda (nama
> Indonesia dulu), para pejabat Belanda menciptakan guling sebagai teman
> tidur. Belanda juga yang memperkenalkan budaya guling ke Eropa dan
> Amerika. Hal tersebut diabadikan dengan adanya istilah "*dutchwife*",
> selain kata "*bolster"*, untuk "guling".
>
>
>
> Jadi jangan kaget kalau seorang kawan bercerita kepada Anda,"Gue punya bini
> Belanda nih!"
>
>
>
> Bisa jadi ia hanya ingin memamerkan guling barunya.
>
>
>
> *Jakarta, 17 Juni 2009*
>
>
> --
> -"A long journey begins with one small step" (Chinese proverb) -
> Nursalam AR
> Translator & Writer
> 0813-10040723
> 021-92727391
> www.nursalam. multiply. com <http://www.nursalam.multiply.com/>
> YM ID: nursalam_ar
> Facebook: nursalam ar
> Ingin belajar menulis & menerjemahkan?
> ke www.pensilmania. multiply. com <http://www.pensilmania.multiply.com/>aja!
>
>
>

--
-"A long journey begins with one small step" (Chinese proverb) -
Nursalam AR
Translator & Writer
0813-10040723
021-92727391
www.nursalam.multiply.com
YM ID: nursalam_ar
Facebook: nursalam ar
Ingin belajar menulis & menerjemahkan?
ke www.pensilmania.multiply.com aja!
2d.

Re: [Bahasa] Bini Belanda

Posted by: "Nursalam AR" nursalam.ar@gmail.com

Wed Jun 17, 2009 4:33 am (PDT)



Iya nih, pak guru yang satu ini cuma rajin isi absensi aja. Don't try this
at home ya:). Ayo, Mbak Sya2, dirimu kan juga salah satu dewan
pengajar(hehe..), ditunggu juga cerita-ceritanya terutama pasca pendi
(pensiun dini):).

Btw, "bini belanda" saya ada 4, lebih banyak dikuasai Alham:).

Tabik,

Nursalam AR

On 6/17/09, Syafaatus Syarifah <syarifah@gratika.co.id> wrote:
>
>
>
> horeee.. Pak Guru Salam sudah kembali hadir di ESKA!
> saya muridnya yang suka bolos jadi semangat hadir juga nih kalo ada guru
> favorit yg satu ini..
> hihihihi..
>
> yok lanjut pak....
>
> jadi punya bini belanda berapa di rumah ?
>
>
> ----- Original Message -----
> *From:* Nursalam AR <nursalam.ar@gmail.com>
> *To:* sekolah-kehidupan@yahoogroups.com ; fkmui96@yahoogroups.com ;
> flpdki@yahoogroups.com ; Forum Lingkar <Forum_LingkarPena@yahoogroups.com>; penuliz
> Lepaz <penulislepas@yahoogroups.com>
> *Sent:* Wednesday, June 17, 2009 1:59 PM
> *Subject:* [sekolah-kehidupan] [Bahasa] Bini Belanda
>
>
>
> *Bini Belanda*
>
> *Oleh Nursalam AR*
>
>
>
> Siapa yang suka ditraktir?
>
>
>
> Pasti banyak yang mengacungkan jari. Bahkan mungkin sambil
> teriak-teriak,"Saya! Saya!"
>
>
>
> Tapi, sudah pernah tahu traktir ala Belanda?
>
>
>
> Konon orang Belanda dikenal paling kikir di kalangan bangsa-bangsa Eropa.
> Tak heran, dalam bahasa Inggris, ada istilah "*go dutch*", yang artinya
> bayar masing-masing. Jadi, jangan ge-er dulu, jika kekasih Anda saat makan
> siang di restoran bilang,"*Let's go Dutch*." Itu bukan berarti ia mengajak
> Anda tamasya ke Belanda. Tetapi artinya ia *bokek*, dan minta Anda
> membayar pesanan Anda sendiri. Nah, inilah yang disebut *Dutch Treat*,
> yang secara harfiah diterjemahkan sebagai "traktir ala Belanda".
>
>
>
> Bukti kekikiran Belanda juga tercermin dari gaya penjajahan yang
> dilakukannya terhadap koloni-koloninya dari Afrika Selatan, sebagian Amerika
> Serikat hingga kawasan Nusantara (semenanjung Melayu, Indonesia dan
> kepulauan Borneo). Dalam bukunya berjudul *Actie Massa*, Tan Malaka
> menyebut gaya penjajahan Belanda sebagai gaya penjajahan "kuno" atau
> "barbar" dengan mengeksploitasi habis-habisan sumber daya alam dan sumber
> daya manusia di koloninya tanpa kompensasi sedikitpun terhadap rakyat
> jajahan. Adapun Politik Etis – yang akhirnya melahirkan *Boedi Oetomo* dan
> gelombang gerakan perjuangan nasional dimotori kalangan terdidik – dengan
> menyelenggarakan pendidikan bagi rakyat jajahan yang dilakukan Belanda lebih
> sebagai kompensasi atas dosa-dosa semasa periode Tanam Paksa-nya Van Den
> Bosch dan bertujuan untuk menciptakan tenaga-tenaga ahli untuk
> mengeksploitasi kekayaan alam Indonesia.
>
>
>
> Sementara, masih menurut Tan Malaka, Inggris menerapkan gaya penjajahan
> generasi kedua yakni penjajahan "modern", yang lebih "beradab" dengan
> mengedepankan siasat diplomasi dan *soft power*. Misalnya, dengan
> membangun infrastruktur pendidikan dan sistem pemerintahan. Koloni-koloni
> Inggris pun, setelah resmi "merdeka" dalam artian diberikan kemerdekaan oleh
> Inggris, dirangkum dalam kumpulan Persemakmuran (*Commonwealth*). Tak
> heran negara-negara Persemakmuran seperti Malaysia, Brunei, Australia dan
> India relatif lebih maju dibandingkan dengan negara-negara bekas jajahan
> Belanda seperti Suriname, Afrika Selatan dan Indonesia. Meski jelas logika
> yang *ngawur *jika ada yang bilang,"Coba Indonesia dulu dijajah Inggris
> seperti Malaysia pasti lebih makmur." Karena bagaimanapun penjajahan adalah
> penistaan derajat dan pengekangan hak-hak asasi manusia yang tak dapat
> diterima maupun dibenarkan dengan alasan apapun.
>
>
>
> Intinya, bahasa memang tak bisa lepas dari budaya baik etnik, ras atau
> bangsa. Dalam bahasa Inggris, kita lazim mengenal empat standar
> keterampilan berbahasa yakni *reading* (membaca), *writing* (menulis), *
> listening* (mendengarkan), dan *speaking* (berbicara). Namun ada satu
> faktor lain yakni *cultural awareness*, faktor kesadaran budaya, yang
> justru secara praktis diperlukan dalam kehidupan bermasyarakat, sering
> diabaikan.
>
>
>
> Alhasil – sewaktu saya masih aktif sebagai pengajar kursus bahasa Inggris
> untuk kelas karyawan dan bisnis – beberapa murid saya yang fasih berbahasa
> Inggris dan cerdas-cerdas merasa frustrasi ketika menghadapi atasan mereka
> yang rata-rata *expatriate*. Antara lain mereka mengeluh karena perilaku
> atasan yang dianggap tidak punya *ewuh pakewuh* atau terlalu ekspresif.
> Sebagian yang lain merasa kesal karena sang atasan menganggap mereka tak
> percaya diri. Apa pasal? Ternyata karena mereka tak berani melakukan
> kontak mata langsung secara intens dengan sang atasan. Maklum, dalam budaya
> Indonesia, hal tersebut bisa dianggap tidak sopan.
>
>
>
> Kisah yang lain adalah sewaktu saya masih duduk di kelas satu Sekolah
> Menengah Pertama (SMP).
>
>
>
> Saat itu saya belajar di level *General English* di sebuah kursus bahasa
> Inggris, dan pihak manajemen kursus sering mendatangkan *native speaker*(pembicara tamu dari negara asing) sebagai
> *sparring partner* siswa-siswanya berbicara bahasa Inggris. Rata-rata *native
> speaker* yang didatangkan adalah orang-orang muda dengan penampilan
> seadanya, sebagian bahkan hanya bercelana pendek. Belakangan saya baru tahu
> kalau mereka kebanyakan turis dari Jalan Jaksa.
>
>
>
> "*What's your name*?" tanya salah seorang *native speaker* kepada salah
> seorang teman sekelas saya. Si turis bule adalah gadis muda bercelana
> pendek yang sesekali menenggak air mineral dari botol yang ditentengnya. Bulu-bulu
> lebat pirang di kakinya membuat saya bergidik saat itu.
>
>
>
> "*My name is* Ibrahim," jawab Ibrahim mantap. Bahasa Inggris teman sekelas
> yang duduk di sebelah saya itu memang cukup lumayan.
>
>
>
> "O…Abraham," tukas si turis.
>
>
>
> "*No, not *Abraham. Ibrahim," teman saya itu bersikeras.
>
>
>
> "*Yes, you are* Abraham," si bule belum *ngeh*.
>
>
>
> Ibrahim masih *ngotot* dan akhirnya si turis bule mengalah dengan
> susah-payah melafalkan kata "Ibrahim". Untunglah nama saya kemudian tidak
> dipanggilnya "Salom". Dan, untungnya lagi, teman-teman sekelas waktu itu
> tidak ada yang bernama Nuh, Musa, Daud, Ya'kub atau Ayub. Jika ada, tentu
> akan terjadi perdebatan yang lebih panjang hanya karena perbedaan pelafalan
> dan budaya.
>
>
>
> Juga terkait dengan budaya, harus jujur diakui, Belanda adalah yang berjasa
> memperkenalkan budaya tidur menggunakan guling kepada bangsa kita. Konon,
> karena tidak membawa istri dalam perjalanan dinas ke Hindia Belanda (nama
> Indonesia dulu), para pejabat Belanda menciptakan guling sebagai teman
> tidur. Belanda juga yang memperkenalkan budaya guling ke Eropa dan
> Amerika. Hal tersebut diabadikan dengan adanya istilah "*dutchwife*",
> selain kata "*bolster"*, untuk "guling".
>
>
>
> Jadi jangan kaget kalau seorang kawan bercerita kepada Anda,"Gue punya bini
> Belanda nih!"
>
>
>
> Bisa jadi ia hanya ingin memamerkan guling barunya.
>
>
>
> *Jakarta, 17 Juni 2009*
>
>
> --
> -"A long journey begins with one small step" (Chinese proverb) -
> Nursalam AR
> Translator & Writer
> 0813-10040723
> 021-92727391
> www.nursalam.multiply.com
> YM ID: nursalam_ar
> Facebook: nursalam ar
> Ingin belajar menulis & menerjemahkan?
> ke www.pensilmania.multiply.com aja!
>
>
>

--
-"A long journey begins with one small step" (Chinese proverb) -
Nursalam AR
Translator & Writer
0813-10040723
021-92727391
www.nursalam.multiply.com
YM ID: nursalam_ar
Facebook: nursalam ar
Ingin belajar menulis & menerjemahkan?
ke www.pensilmania.multiply.com aja!
2e.

Re: [Bahasa] Bini Belanda

Posted by: "novi_ningsih" novi_ningsih@yahoo.com   novi_ningsih

Wed Jun 17, 2009 4:37 am (PDT)



Kalo kata temen kuliahku yang dulu pernah kerja di Wong Solo, terong Belanda itu salah satu bahan untuk bikin jus dimadu, hehehe :D

Dulu, waktu kuliah, dia sempet bawain n ngasi tahu nama terong Belande itu :D

hehehe, maaf ga bermaksud OOT, cuma begitu denger terong belanda, jadi inget minuman itu, hehe

Ok, deh semuaaaaaaaa
yuk, suskseskan milad eska ke-3
jangan lupa ikutan lombanya, yaaaaaaaaaaaaa
Tak sabar menunggu Juli :)
*seperti kata nia

salam

Novi

--- In sekolah-kehidupan@yahoogroups.com, Nursalam AR <nursalam.ar@...> wrote:
>
> Terong Belanda? Apa tuh? Saya tidak tahu tuh, Mas.Mungkin Mas Jojo yang bisa
> sharing ceritanya di sini:). Kalo Nangka Belanda alias Nangke Lande (baca:
> sirsak) yang jadi judul lagunya Bang Benyamin Sueb sih saya tahu;p.
>
> Tabik,
>
> Nursalam AR
>
>
> On 6/17/09, Jojo_Wahyudi@... <Jojo_Wahyudi@...> wrote:
> >
> >
> >
> > Makasih Mas Salam atas "Bini Belanda"nya :))
> > Kalo Terong Belanda, ada kisahnya juga nggak Mas ?
> >
> > salam,
> >
> > Jojo Wahyudi
> >
> >
> >
>
>
>
> --
> -"A long journey begins with one small step" (Chinese proverb) -
> Nursalam AR
> Translator & Writer
> 0813-10040723
> 021-92727391
> www.nursalam.multiply.com
> YM ID: nursalam_ar
> Facebook: nursalam ar
> Ingin belajar menulis & menerjemahkan?
> ke www.pensilmania.multiply.com aja!
>

2f.

Re: [Bahasa] Bini Belanda

Posted by: "Nursalam AR" pensilmania@gmail.com

Wed Jun 17, 2009 5:38 am (PDT)



OOT gpp kok,Nov, asal jangan BOLOT,hihi...Oh,itu toh maksudnya. Tapi andalan
Wong Solo bukannya jus poligami?Apa dah ganti nama jadi jus dimadu? *OOT
lagi nih*

Tabik,

Nursalam AR
- yang mendadak ngiler dengan kata "jus" (bukan jus Erna atau Susi lho);p -

On 6/17/09, novi_ningsih <novi_ningsih@yahoo.com> wrote:
>
>
>
> Kalo kata temen kuliahku yang dulu pernah kerja di Wong Solo, terong
> Belanda itu salah satu bahan untuk bikin jus dimadu, hehehe :D
>
> Dulu, waktu kuliah, dia sempet bawain n ngasi tahu nama terong Belande itu
> :D
>
> hehehe, maaf ga bermaksud OOT, cuma begitu denger terong belanda, jadi
> inget minuman itu, hehe
>
> Ok, deh semuaaaaaaaa
> yuk, suskseskan milad eska ke-3
> jangan lupa ikutan lombanya, yaaaaaaaaaaaaa
> Tak sabar menunggu Juli :)
> *seperti kata nia
>
> salam
>
> Novi
>
> --- In sekolah-kehidupan@yahoogroups.com<sekolah-kehidupan%40yahoogroups.com>,
> Nursalam AR <nursalam.ar@...> wrote:
> >
> > Terong Belanda? Apa tuh? Saya tidak tahu tuh, Mas.Mungkin Mas Jojo yang
> bisa
> > sharing ceritanya di sini:). Kalo Nangka Belanda alias Nangke Lande
> (baca:
> > sirsak) yang jadi judul lagunya Bang Benyamin Sueb sih saya tahu;p.
> >
> > Tabik,
> >
> > Nursalam AR
> >
> >
> > On 6/17/09, Jojo_Wahyudi@... <Jojo_Wahyudi@...> wrote:
> > >
> > >
> > >
> > > Makasih Mas Salam atas "Bini Belanda"nya :))
> > > Kalo Terong Belanda, ada kisahnya juga nggak Mas ?
> > >
> > > salam,
> > >
> > > Jojo Wahyudi
> > >
> > >
> > >
> >
> >
> >
> > --
> > -"A long journey begins with one small step" (Chinese proverb) -
> > Nursalam AR
> > Translator & Writer
> > 0813-10040723
> > 021-92727391
> > www.nursalam.multiply.com
> > YM ID: nursalam_ar
> > Facebook: nursalam ar
> > Ingin belajar menulis & menerjemahkan?
> > ke www.pensilmania.multiply.com aja!
> >
>
>
>

--
-Nursalam AR
Translator & Writer
0813-10040723
021-92727391
YM ID: nursalam_ar
www.nursalam.multiply.com
www.pensilmania.multiply.com
2g.

Re: [Bahasa] Bini Belanda

Posted by: "hariyanty thahir" anty_th@yahoo.com   anty_th

Wed Jun 17, 2009 7:08 pm (PDT)



Mau Terong Belanda ???
Ke Medan donk ...
Kan Medan Gudang nya Terong Belanda

Tapi jangan pada minta di bawain terong belanda di bulan Juli yaaaaa
Hehehe

Ada cerita konyol sedikit ttg terong belanda
Dahulu kala kalau saya mau minum Juice Terong Belanda, saya tinggal beli jadi
Nah suatu saat saya pengen buat sendiri,
lalu saya beli lah Buah Terong Belanda di Pasar.

Tapi saya bingung, gimana cara mengolahnya
mau nanya ibu, saya malu... masa' dah gede ngga ngerti cara buat Juice TB
Saya kupas, kulitnya keras
Duh ... gimana ya ...
Ternyata ... dibelah dulu, hiks hiks
Isinya seperti markisa, tapi berwarna merah tua

Rasanya ... mmmmmmmmmm seger...

Di Medan Juice TB sering di mix dengan buah lain
Ada Juice MARTABE (Markisa Terong Belanda)

MARTABE itu sebenarnya singkatan dari Bahasa Batak :
Marsipature Huta Nabe yg artinya Kembali Ke kampung Halaman, sebuah gerakan membangun daerah asalyang di cetuskan oleh Mantan Gubernur Sumatera Utara, Bpk Raja Inal Siregar

Banyak lagi deh campuran JUice TB dengan nama2 yang unik
So... Yuk ke Medan ^_^

Mas Salam ... TFS
dan maaf ya jadi mbahas Terong Belanda
Hehehe

salam
anty

2h.

Re: [Bahasa] Bini Belanda

Posted by: "Jojo_Wahyudi@manulife.com" Jojo_Wahyudi@manulife.com

Wed Jun 17, 2009 7:38 pm (PDT)

[Attachment(s) from Jojo_Wahyudi@manulife.com included below]

Waduh saya harus minta maaf pada murid2 yg lain, juga pada pada pak guru
Salam :))
gara-gara tanya Terong Belanda, pembicaraan jadi bergeser (OOT) ke masalah
"jus" dach

Tapi emang kalo inget jus TB, rasanya koq jadi ngiler gitu ya.....
Mba Anty, makasih dah kasih tambahan perbendaharaan kata ( mas Salam
bilang: dah diajak berwisata kamus :))

salam,

Jojo Wahyudi

Mau Terong Belanda ???
Ke Medan donk ...
Kan Medan Gudang nya Terong Belanda

Tapi jangan pada minta di bawain terong belanda di bulan Juli yaaaaa
Hehehe

Ada cerita konyol sedikit ttg terong belanda
Dahulu kala kalau saya mau minum Juice Terong Belanda, saya tinggal beli jadi
Nah suatu saat saya pengen buat sendiri,
lalu saya beli lah Buah Terong Belanda di Pasar.

Tapi saya bingung, gimana cara mengolahnya
mau nanya ibu, saya malu... masa' dah gede ngga ngerti cara buat Juice TB
Saya kupas, kulitnya keras
Duh ... gimana ya ...
Ternyata ... dibelah dulu, hiks hiks
Isinya seperti markisa, tapi berwarna merah tua

Rasanya ... mmmmmmmmmm seger...

Di Medan Juice TB sering di mix dengan buah lain
Ada Juice MARTABE (Markisa Terong Belanda)

MARTABE itu sebenarnya singkatan dari Bahasa Batak :
Marsipature Huta Nabe yg artinya Kembali Ke kampung Halaman, sebuah gerakan
membangun daerah asalyang di cetuskan oleh Mantan Gubernur Sumatera Utara, Bpk
Raja Inal Siregar

Banyak lagi deh campuran JUice TB dengan nama2 yang unik
So... Yuk ke Medan ^_^

Mas Salam ... TFS
dan maaf ya jadi mbahas Terong Belanda
Hehehe

salam
anty



Attachment(s) from Jojo_Wahyudi@manulife.com

1 of 1 Photo(s)

2i.

Re: [Bahasa] Bini Belanda [1 Attachment]

Posted by: "Nursalam AR" nursalam.ar@gmail.com

Wed Jun 17, 2009 8:16 pm (PDT)



Tidak mengapa, Mas Jojo. Saya jadi nambah wawasan nih. MOga-moga kelak bisa
mampir ke Medan dan nikmati Terong Belanda (eh,ga kejauhan tuh?),hehe...

Yang lain saya kira juga tidak keberatan. 'Tul kan,teman-teman? Yang jawab,
ayo komentar:).

Tabik,

Nursalam AR

On 6/18/09, Jojo_Wahyudi@manulife.com <Jojo_Wahyudi@manulife.com> wrote:
>
> [Attachment(s)<http://mail.google.com/mail/?ui=1&ik=7b5a6a5178&view=cv&search=inbox&th=121f13aa50e20fb5&ww=995&cvap=7&qt=&zx=hgmuke-z1zjc0#121f13aa50e20fb5_TopText>from
> Jojo_Wahyudi@manulife.com included below]
>
> Waduh saya harus minta maaf pada murid2 yg lain, juga pada pada pak guru
> Salam :))
> gara-gara tanya Terong Belanda, pembicaraan jadi bergeser (OOT) ke masalah
> "jus" dach
>
> Tapi emang kalo inget jus TB, rasanya koq jadi ngiler gitu ya.....
> Mba Anty, makasih dah kasih tambahan perbendaharaan kata ( mas Salam
> bilang: dah diajak berwisata kamus :))
>
> salam,
>
> Jojo Wahyudi
>
> Mau Terong Belanda ???
> Ke Medan donk ...
> Kan Medan Gudang nya Terong Belanda
>
> Tapi jangan pada minta di bawain terong belanda di bulan Juli yaaaaa
> Hehehe
>
> Ada cerita konyol sedikit ttg terong belanda
> Dahulu kala kalau saya mau minum Juice Terong Belanda, saya tinggal beli
> jadi
> Nah suatu saat saya pengen buat sendiri,
> lalu saya beli lah Buah Terong Belanda di Pasar.
>
> Tapi saya bingung, gimana cara mengolahnya
> mau nanya ibu, saya malu... masa' dah gede ngga ngerti cara buat Juice TB
> Saya kupas, kulitnya keras
> Duh ... gimana ya ...
> Ternyata ... dibelah dulu, hiks hiks
> Isinya seperti markisa, tapi berwarna merah tua
>
> Rasanya ... mmmmmmmmmm seger...
>
> Di Medan Juice TB sering di mix dengan buah lain
> Ada Juice MARTABE (Markisa Terong Belanda)
>
> MARTABE itu sebenarnya singkatan dari Bahasa Batak :
> Marsipature Huta Nabe yg artinya Kembali Ke kampung Halaman, sebuah gerakan
>
> membangun daerah asalyang di cetuskan oleh Mantan Gubernur Sumatera Utara,
> Bpk
> Raja Inal Siregar
>
> Banyak lagi deh campuran JUice TB dengan nama2 yang unik
> So... Yuk ke Medan ^_^
>
> Mas Salam ... TFS
> dan maaf ya jadi mbahas Terong Belanda
> Hehehe
>
> salam
> anty
>
>
>
>
>

--
-"A long journey begins with one small step" (Chinese proverb) -
Nursalam AR
Translator & Writer
0813-10040723
021-92727391
www.nursalam.multiply.com
YM ID: nursalam_ar
Facebook: nursalam ar
Ingin belajar menulis & menerjemahkan?
ke www.pensilmania.multiply.com aja!
2j.

Re: [Bahasa] Bini Belanda

Posted by: "Syafaatus Syarifah" syarifah@gratika.co.id   sya4215

Wed Jun 17, 2009 10:04 pm (PDT)



Waduh..gosip darimana saya PENDI?

mau klarifikasi nih.. saya belom pendi kok... yg pendi itu tmn2 saya..

perlu sya klarifikasi soalnya udah ada yang nanya japri ke saya tentang ini.. hehehe

----- Original Message -----
From: Nursalam AR
To: sekolah-kehidupan@yahoogroups.com
Sent: Wednesday, June 17, 2009 6:32 PM
Subject: Re: [sekolah-kehidupan] [Bahasa] Bini Belanda

Iya nih, pak guru yang satu ini cuma rajin isi absensi aja. Don't try this at home ya:). Ayo, Mbak Sya2, dirimu kan juga salah satu dewan pengajar(hehe..), ditunggu juga cerita-ceritanya terutama pasca pendi (pensiun dini):).

Btw, "bini belanda" saya ada 4, lebih banyak dikuasai Alham:).

Tabik,

Nursalam AR

On 6/17/09, Syafaatus Syarifah <syarifah@gratika.co.id> wrote:

horeee.. Pak Guru Salam sudah kembali hadir di ESKA!
saya muridnya yang suka bolos jadi semangat hadir juga nih kalo ada guru favorit yg satu ini..
hihihihi..

yok lanjut pak....

jadi punya bini belanda berapa di rumah ?

----- Original Message -----
From: Nursalam AR
To: sekolah-kehidupan@yahoogroups.com ; fkmui96@yahoogroups.com ; flpdki@yahoogroups.com ; Forum Lingkar ; penuliz Lepaz
Sent: Wednesday, June 17, 2009 1:59 PM
Subject: [sekolah-kehidupan] [Bahasa] Bini Belanda

Bini Belanda

Oleh Nursalam AR

Siapa yang suka ditraktir?

Pasti banyak yang mengacungkan jari. Bahkan mungkin sambil teriak-teriak,"Saya! Saya!"

Tapi, sudah pernah tahu traktir ala Belanda?

Konon orang Belanda dikenal paling kikir di kalangan bangsa-bangsa Eropa. Tak heran, dalam bahasa Inggris, ada istilah "go dutch", yang artinya bayar masing-masing. Jadi, jangan ge-er dulu, jika kekasih Anda saat makan siang di restoran bilang,"Let's go Dutch." Itu bukan berarti ia mengajak Anda tamasya ke Belanda. Tetapi artinya ia bokek, dan minta Anda membayar pesanan Anda sendiri. Nah, inilah yang disebut Dutch Treat, yang secara harfiah diterjemahkan sebagai "traktir ala Belanda".

Bukti kekikiran Belanda juga tercermin dari gaya penjajahan yang dilakukannya terhadap koloni-koloninya dari Afrika Selatan, sebagian Amerika Serikat hingga kawasan Nusantara (semenanjung Melayu, Indonesia dan kepulauan Borneo). Dalam bukunya berjudul Actie Massa, Tan Malaka menyebut gaya penjajahan Belanda sebagai gaya penjajahan "kuno" atau "barbar" dengan mengeksploitasi habis-habisan sumber daya alam dan sumber daya manusia di koloninya tanpa kompensasi sedikitpun terhadap rakyat jajahan. Adapun Politik Etis – yang akhirnya melahirkan Boedi Oetomo dan gelombang gerakan perjuangan nasional dimotori kalangan terdidik – dengan menyelenggarakan pendidikan bagi rakyat jajahan yang dilakukan Belanda lebih sebagai kompensasi atas dosa-dosa semasa periode Tanam Paksa-nya Van Den Bosch dan bertujuan untuk menciptakan tenaga-tenaga ahli untuk mengeksploitasi kekayaan alam Indonesia.

Sementara, masih menurut Tan Malaka, Inggris menerapkan gaya penjajahan generasi kedua yakni penjajahan "modern", yang lebih "beradab" dengan mengedepankan siasat diplomasi dan soft power. Misalnya, dengan membangun infrastruktur pendidikan dan sistem pemerintahan. Koloni-koloni Inggris pun, setelah resmi "merdeka" dalam artian diberikan kemerdekaan oleh Inggris, dirangkum dalam kumpulan Persemakmuran (Commonwealth). Tak heran negara-negara Persemakmuran seperti Malaysia, Brunei, Australia dan India relatif lebih maju dibandingkan dengan negara-negara bekas jajahan Belanda seperti Suriname, Afrika Selatan dan Indonesia. Meski jelas logika yang ngawur jika ada yang bilang,"Coba Indonesia dulu dijajah Inggris seperti Malaysia pasti lebih makmur." Karena bagaimanapun penjajahan adalah penistaan derajat dan pengekangan hak-hak asasi manusia yang tak dapat diterima maupun dibenarkan dengan alasan apapun.

Intinya, bahasa memang tak bisa lepas dari budaya baik etnik, ras atau bangsa. Dalam bahasa Inggris, kita lazim mengenal empat standar keterampilan berbahasa yakni reading (membaca), writing (menulis), listening (mendengarkan), dan speaking (berbicara). Namun ada satu faktor lain yakni cultural awareness, faktor kesadaran budaya, yang justru secara praktis diperlukan dalam kehidupan bermasyarakat, sering diabaikan.

Alhasil – sewaktu saya masih aktif sebagai pengajar kursus bahasa Inggris untuk kelas karyawan dan bisnis – beberapa murid saya yang fasih berbahasa Inggris dan cerdas-cerdas merasa frustrasi ketika menghadapi atasan mereka yang rata-rata expatriate. Antara lain mereka mengeluh karena perilaku atasan yang dianggap tidak punya ewuh pakewuh atau terlalu ekspresif. Sebagian yang lain merasa kesal karena sang atasan menganggap mereka tak percaya diri. Apa pasal? Ternyata karena mereka tak berani melakukan kontak mata langsung secara intens dengan sang atasan. Maklum, dalam budaya Indonesia, hal tersebut bisa dianggap tidak sopan.

Kisah yang lain adalah sewaktu saya masih duduk di kelas satu Sekolah Menengah Pertama (SMP).

Saat itu saya belajar di level General English di sebuah kursus bahasa Inggris, dan pihak manajemen kursus sering mendatangkan native speaker (pembicara tamu dari negara asing) sebagai sparring partner siswa-siswanya berbicara bahasa Inggris. Rata-rata native speaker yang didatangkan adalah orang-orang muda dengan penampilan seadanya, sebagian bahkan hanya bercelana pendek. Belakangan saya baru tahu kalau mereka kebanyakan turis dari Jalan Jaksa.

"What's your name?" tanya salah seorang native speaker kepada salah seorang teman sekelas saya. Si turis bule adalah gadis muda bercelana pendek yang sesekali menenggak air mineral dari botol yang ditentengnya. Bulu-bulu lebat pirang di kakinya membuat saya bergidik saat itu.

"My name is Ibrahim," jawab Ibrahim mantap. Bahasa Inggris teman sekelas yang duduk di sebelah saya itu memang cukup lumayan.

"O…Abraham," tukas si turis.

"No, not Abraham. Ibrahim," teman saya itu bersikeras.

"Yes, you are Abraham," si bule belum ngeh.

Ibrahim masih ngotot dan akhirnya si turis bule mengalah dengan susah-payah melafalkan kata "Ibrahim". Untunglah nama saya kemudian tidak dipanggilnya "Salom". Dan, untungnya lagi, teman-teman sekelas waktu itu tidak ada yang bernama Nuh, Musa, Daud, Ya'kub atau Ayub. Jika ada, tentu akan terjadi perdebatan yang lebih panjang hanya karena perbedaan pelafalan dan budaya.

Juga terkait dengan budaya, harus jujur diakui, Belanda adalah yang berjasa memperkenalkan budaya tidur menggunakan guling kepada bangsa kita. Konon, karena tidak membawa istri dalam perjalanan dinas ke Hindia Belanda (nama Indonesia dulu), para pejabat Belanda menciptakan guling sebagai teman tidur. Belanda juga yang memperkenalkan budaya guling ke Eropa dan Amerika. Hal tersebut diabadikan dengan adanya istilah "dutchwife", selain kata "bolster", untuk "guling".

Jadi jangan kaget kalau seorang kawan bercerita kepada Anda,"Gue punya bini Belanda nih!"

Bisa jadi ia hanya ingin memamerkan guling barunya.

Jakarta, 17 Juni 2009

--
-"A long journey begins with one small step" (Chinese proverb) -
Nursalam AR
Translator & Writer
0813-10040723
021-92727391
www.nursalam.multiply.com
YM ID: nursalam_ar
Facebook: nursalam ar
Ingin belajar menulis & menerjemahkan?
ke www.pensilmania.multiply.com aja!

--
-"A long journey begins with one small step" (Chinese proverb) -
Nursalam AR
Translator & Writer
0813-10040723
021-92727391
www.nursalam.multiply.com
YM ID: nursalam_ar
Facebook: nursalam ar
Ingin belajar menulis & menerjemahkan?
ke www.pensilmania.multiply.com aja!

2k.

Re: [Bahasa] Bini Belanda

Posted by: "Rini Agus Hadiyono" rinurbad@yahoo.com   rinurbad

Wed Jun 17, 2009 11:07 pm (PDT)



Hidup Orang Gunung! Memanen jeruk Bali, jagung, dan singkong..di kebun orang, kadang ada bonus blackberry dan ulat bulu..hiaaaa..

Kalo terong Belanda aku cukup sering dapat berupa sirup dari klien yang orang Medan. Tapi berhubung aku tak terlalu suka manis..ya begitulah..:D

Salam metal,
Rinurbad

3a.

Re: Shift Malam

Posted by: "Nursalam AR" pensilmania@gmail.com

Wed Jun 17, 2009 5:38 am (PDT)



Memang berat, Mas, saya paham tuh rasanya. Sebab tahun 2005, sewaktu bekerja
sebagai penerjemah skenario di sebuah griya produksi, saya bertugas shift
malam. Tapi tak ada enam bulan di situ karena saya jadi sering
sakit-sakitan. Antara lain karena jam kerja yang tak lazim bagi sistem
biologis normal manusia juga karena beban kerja yang di luar batas. Yang
terakhir, faktor imbalan yang sangat kecil. Makanya salut untuk Mas Ifan
yang kuat bertahan. Kita bebas memilih termasuk bebas bertahan atau
berpindah. Termasuk berpindah kuadran, seperti saran Mas Nurhadi. Tentunya
dengan persiapan ya,Mas.

Be tough, keep fighting!

Tabik,

Nursalam AR
ps: EA itu apa ya,Mbak Anty, Mas Nurhadi?

On 6/16/09, ifan yudianto <ifanxlv@yahoo.com> wrote:
>
>
>
>
> Diwaktu kebanyakan orang sedang menikmati indahnya bunga tidur. Aku bersama
> teman-temanku tengah mendulang rizki malam ini, demi menyambung hidup. Di
> shift malam, masuk jam 22.00 dan pulang jam 06.00.
>
> Kulihat dgn tatapan berkaca-kaca, ibu dan adik-adikku tengah terlelap
> berselimut tebal, yg tentunya hangat. Mereka sudah terbiasa dgn keadaanku
> seperti ini. Adik kecilku yg baru kelas 6 SD kerap terbangun, dia
> mengantarku keluar rumah sembari menggodaku dgn lambaian tangan, tak lama
> ditutupnya pintu rumah dan dikunci. Akupun berangkat kerja, pabrik yg
> lumayan besar, dan aku merupakan salah satu buruhnya.
> Sungguh tidak mengenakkan berada di shift malam, hati tersiksa, bisa kau
> byngkan, malam waktu istrhat malah dipakai untuk begadang dalam artian
> positif yaitu bekerja. Andai aku bs bergabung dlm hangatnya selimut tebal di
> rumah.
> Aku harus semangat, toh aku tidak sendri, masih ada teman-teman walau tidak
> sebayak di shift pagi dan siang.
>
> Di dinginnya angin malam, memaksaku mengenakan jaket waktu kerja, walau
> sebenarnya tidak boleh, bahkan dmi menjaga paru-paru masker kerap dipakai.
> Perjuangan hidup yg akan aku ukir dgn tinta emas, perjuanganku di pabrik.
> Kenangan tak terlupakan shift malam bertabur bintang..
>
> &lt;unfinished!&gt;
>
>
>

--
-Nursalam AR
Translator & Writer
0813-10040723
021-92727391
YM ID: nursalam_ar
www.nursalam.multiply.com
www.pensilmania.multiply.com
4a.

FW: Makanan Tersadis di Dunia

Posted by: "Jenny Jusuf" j3nnyjusuf@yahoo.com   j3nnyjusuf

Wed Jun 17, 2009 9:32 am (PDT)





--- On Wed, 6/17/09, Dewi Lestari <dee_addict@yahoo.com> wrote:

From: Dewi Lestari <dee_addict@yahoo.com>
Subject: FW: Makanan Tersadis di Dunia
To: "Jenny Jusuf" <j3nnyjusuf@yahoo.com>, "Kirana Hamonangan Siahaan" <marcell_siahaan@yahoo.com>
Date: Wednesday, June 17, 2009, 12:21 AM

FW: Makanan Tersadis di Dunia

Makanan Tersadis di Dunia

Kecuali anda vegetarian, yang namanya steak atau ayam goreng akan sangat menarik bukan? Dan pastinya anda tahu nasib bahan makanan ini ketika harus dibantai di rumah pembantian.

Tapi ternyata hal ini masih kurang kejam, jika anda ingin tahu, masih ada banyak cara lebih ajaib lagi dalam menyajikan makanan, dan makanan yang dibahas dibawah ini, walaupun dikatakan sangat nikmat, tetap, penyajiannya luar biasa kejam (setidaknya menurut gue sih)

6. Ikizukuri, Jepang

<http://upload.kapanlagi.com/h/20090612154608_ikizukuri_4a3215d01470e.jpg>

Penyajiannya: Begitua anda pesan, koki akan segera mengambil ikan segar, yang masih hidup, langsung disisik, dipotong-potong dalam kondisi masih bergerak-gerak, setelah dipotong-potong, langsung disajikan di depan anda, dengan masih menggelepar.

Ikizukuri, berarti 'disiapkan dalam keadaan hidup'. Untuk mempersiapkan makanan seperti ini tentunya si koki harus benar-benar canggih dalam mempersiapkan makanan yang ada, ia harus bisa memotong-motong daging ikan tanpa membunuhnya!. Terkadang beberapa koki yang sangat hebat dapat memotong sedemikian rupa, sehingga ia dapat memisahkan daging dan kemudian mengaturnya kembali agar tampak utuh, dalam kondisi si ikan masih menggelepar!

5. Ortolan, Perancis

<http://upload.kapanlagi.com/h/20090612154608_ortolan_4a3215d01e033.jpg>

Burung Ortolan adalah burung yang panjangnya enam inci dan beratnya sekitar 2 ons. Warnanya hijau zaitun dan kuning, dengan sentuhan merah di sana sini, sangat cantik.

Penyajiannya: Burung ini ditangkap, matanya dibutakan dengan ditusuk, kemudian di beri makan paksa dalam sangkar yang sempit sampai tidak dapat bergerak, dan karena makanan paksa, badannya mengembang sampai dua atau empat kali lipat ukuran bisanya. Setelah dirasa cukup, burung ini akan ditenggelamkan dalam Armagnac (jenis minuman keras)

Setelah itu, burung ini disajikan dengan dibakar, dan dimasukkan kedalam mulut dalam kondisi kepala diluar. Yang anda tinggal lakukan adalah menggigitnya, sehingga kepalanya terlepas dan anda mengunyah tubuhnya lengkap dengan semua bagian, tulang dan jerohan lengkap!

4. Foie Gras, Perancis

<http://upload.kapanlagi.com/h/20090612154608_gras3_4a3215d00fdd6.jpg>

"Foie Gras" ini berarti hati berlemak, dan hati ini biasanya diambil dari bebek atau angsa. Pada awalnya bebek atau angsa ini bebas bermain suka-suka, dan menikmati masa mudanya dengan penuh keceriaan dan kegembiraan, tapi sampai akhirnya di usia tertentu, mereka akan diberi makanan jagung secara paksa sampai hati (liver) mengembang enam kali lipat ukuran biasanya.

Cara memberi makanan paksa ini lumayan sadis, si bebek atau angsa, dimasukin pipa lewat mulutnya, terus campuran jagung dengan minyak dipaksa masuk ke dalam sistem pencernaannya, yang tentunya, lemak yang masuk ditumpuk di liver angsa. Nah.. selama si bebek atau angsa tadi dipaksa makan dengan cara sadis ini, dia disimpen dalam kotak kayu yang rapet dan nggak memungkinkan sama sekali si bebek atau angsa tadi bergerak!

3. Dojo Tofu, Jepang

<http://upload.kapanlagi.com/h/20090612154608_loach_4a3215d01944e.jpg>

Makanan ini dibuat dari tahu dan loach (semacam belut)

Penyajiannya:

Gampang banget kok, rebus air sampai panas, terus masukin tahu di dasarnya, segera tambahkan ikan-ikan kecil ini. Dan cara mereka berusaha melarikan diri adalah dengan masuk dan memaksakan diri mereka ke dalam tahu yang masih adem tadi.

Masalahnya, mereka cuman bisa bertahan sementara, karena ujung2nya tahunya jadi panas juga kan? dan akhirnya ikan2 kecil ini matang bersamaan dengan tahu tadi! Akhirnya tahu tadi akan bolong-bolong gara-gara ikan yang tadi berusaha lari kesana kemari nyelametin diri.

Sayangnya, masakan ini luar biasa susah dibuatnya, jadi ndak segampang itu si ikan masih bisa selamet lari kedalam tahu, telat satu detik aja, makanan ini harus diulang....

2. Feng Gan Ji, Tibet/Cina

<http://upload.kapanlagi.com/h/20090612154608_feng3_4a3215d00a756.jpg>

Arti secara literal adalah "Ayam kering angin", jadi ayamnya dikeringkan karena angin!. Yang anda butuhkan? Ayam (ya pasti lah), pisau yang luar biasa tajam, plus koki yang berhati hitam dan dingin.

Penyajiannya:

Kalo penyajiannya sih biasa, tapi cara persiapannya. Ayam dibelah perutnya hidup-hidup, diambil isi perutnya, dan diganti dengan berbagai macam bumbu. Setelah itu perutnya dijahit lagi, dan digantung gitu aja sampai kering! Kalo kokinya sudah ahli banget, ayamnya kadag masih hidup pas isi perutnya dibuang... hiiiii

1. Keledai Segar, Cina

<http://upload.kapanlagi.com/h/20090612154607_donkey2_4a3215cff26cf.jpg>

Masalahnya: Nomor satu: keledai! emang bener sih, daging, tapi kan ndak umum? yaa... ok deh, masih daging juga sih. Tapi namanya daging sih harusnya ndak dimakan pas hewannya masih hidup kan?

Masalahnya, penyajiannya: makanan yang disebut Huo Jia Lu (Keledai Hidup) ini disiapkan dengan cara, si keledai diikat kakinya, dan badannya ditidurkan, kemudian si 'chef' memotong-motong badan si keledai dan membagikan dagingnya pada saat si keledai berteriak-teriak kesakitan.

Ada lagi cara yang lebih sadis: Jiao Lu Rou (arti harfiah: Daging Keledai). Persiapanya mirip, tapi kali ini si keledai dikuliti dan akhirnya disiram dengan air panas mendidih... sampai matang.....

Yahoo! Mail Sekarang Lebih Cepat dan Lebih Bersih. Rasakan bedanya!  <http://id.mail.yahoo.com/>

 

------ End of Forwarded Message

4b.

Re: FW: Makanan Tersadis di Dunia

Posted by: "Anisna Sholeha" anisna@yahoo.com   anisna

Wed Jun 17, 2009 7:27 pm (PDT)



i love cooking, dan b'cita2 menjadi chef yg professional, tapi....klo tahu caranya mengolah makanan sekejam itu cuma bisa bilang...innalillahi...apa ga' ada cara yang lebih ahsan utk m'ciptakan makanan lezat???

________________________________
From: Jenny Jusuf <j3nnyjusuf@yahoo.com>
To: Sitta Karina (milis) <sittakarina@yahoogroups.com>; Sekolah Kehidupan <sekolah-kehidupan@yahoogroups.com>; Ine Ayal <ineayal@yahoo.com>; Popi Puspita <askendie@yahoo.com.au>; Ami Dwi Nidya <rahmi.dwi.nydia@gmail.com>; Okke <oktarina.p@gmail.com>; Baihaqi <jemarihaqi@yahoo.com>; Galuh Riyadi <galuhriyadi@gmail.com>
Sent: Wednesday, June 17, 2009 11:31:08 PM
Subject: [sekolah-kehidupan] FW: Makanan Tersadis di Dunia

--- On Wed, 6/17/09, Dewi Lestari <dee_addict@yahoo. com> wrote:

>From: Dewi Lestari <dee_addict@yahoo. com>
>Subject: FW: Makanan Tersadis di Dunia
>To: "Jenny Jusuf" <j3nnyjusuf@yahoo. com>, "Kirana Hamonangan Siahaan" <marcell_siahaan@ yahoo.com>
>Date: Wednesday, June 17, 2009, 12:21 AM
>
>
>FW: Makanan Tersadis di Dunia
>
>>
>>
>>Makanan Tersadis di Dunia
>>>________________________________
Kecuali anda vegetarian, yang namanya steak atau ayam goreng akan sangat menarik bukan? Dan pastinya anda tahu nasib bahan makanan ini ketika harus dibantai di rumah pembantian.
>>>
>>>>>>Tapi ternyata hal ini masih kurang kejam, jika anda ingin tahu, masih ada banyak cara lebih ajaib lagi dalam menyajikan makanan, dan makanan yang dibahas dibawah ini, walaupun dikatakan sangat nikmat, tetap, penyajiannya luar biasa kejam (setidaknya menurut gue sih)
>>>
>>>6. Ikizukuri, Jepang
>>> <http://upload. kapanlagi. com/h/2009061215 4608_ikizukuri_ 4a3215d01470e. jpg>
>>>>>>Penyajiannya: Begitua anda pesan, koki akan segera mengambil ikan segar, yang masih hidup, langsung disisik, dipotong-potong dalam kondisi masih bergerak-gerak, setelah dipotong-potong, langsung disajikan di depan anda, dengan masih menggelepar.
>>>
>>>>>>Ikizukuri, berarti 'disiapkan dalam keadaan hidup'. Untuk mempersiapkan makanan seperti ini tentunya si koki harus benar-benar canggih dalam mempersiapkan makanan yang ada, ia harus bisa memotong-motong daging ikan tanpa membunuhnya! . Terkadang beberapa koki yang sangat hebat dapat memotong sedemikian rupa, sehingga ia dapat memisahkan daging dan kemudian mengaturnya kembali agar tampak utuh, dalam kondisi si ikan masih menggelepar!
>>>
>>>
>>>5. Ortolan, Perancis
>>> <http://upload. kapanlagi. com/h/2009061215 4608_ortolan_ 4a3215d01e033. jpg>
>>>>>>Burung Ortolan adalah burung yang panjangnya enam inci dan beratnya sekitar 2 ons. Warnanya hijau zaitun dan kuning, dengan sentuhan merah di sana sini, sangat cantik.
>>>
>>>>>>Penyajiannya: Burung ini ditangkap, matanya dibutakan dengan ditusuk, kemudian di beri makan paksa dalam sangkar yang sempit sampai tidak dapat bergerak, dan karena makanan paksa, badannya mengembang sampai dua atau empat kali lipat ukuran bisanya. Setelah dirasa cukup, burung ini akan ditenggelamkan dalam Armagnac (jenis minuman keras)
>>>
>>>>>>Setelah itu, burung ini disajikan dengan dibakar, dan dimasukkan kedalam mulut dalam kondisi kepala diluar. Yang anda tinggal lakukan adalah menggigitnya, sehingga kepalanya terlepas dan anda mengunyah tubuhnya lengkap dengan semua bagian, tulang dan jerohan lengkap!
>>>
>>>
>>>4. Foie Gras, Perancis
>>> <http://upload. kapanlagi. com/h/2009061215 4608_gras3_ 4a3215d00fdd6. jpg>
>>>>>>"Foie Gras" ini berarti hati berlemak, dan hati ini biasanya diambil dari bebek atau angsa. Pada awalnya bebek atau angsa ini bebas bermain suka-suka, dan menikmati masa mudanya dengan penuh keceriaan dan kegembiraan, tapi sampai akhirnya di usia tertentu, mereka akan diberi makanan jagung secara paksa sampai hati (liver) mengembang enam kali lipat ukuran biasanya.
>>>
>>>>>>Cara memberi makanan paksa ini lumayan sadis, si bebek atau angsa, dimasukin pipa lewat mulutnya, terus campuran jagung dengan minyak dipaksa masuk ke dalam sistem pencernaannya, yang tentunya, lemak yang masuk ditumpuk di liver angsa. Nah.. selama si bebek atau angsa tadi dipaksa makan dengan cara sadis ini, dia disimpen dalam kotak kayu yang rapet dan nggak memungkinkan sama sekali si bebek atau angsa tadi bergerak!
>>>
>>>
>>>
>>>3. Dojo Tofu, Jepang
>>> <http://upload. kapanlagi. com/h/2009061215 4608_loach_ 4a3215d01944e. jpg>
>>>>>>Makanan ini dibuat dari tahu dan loach (semacam belut)
>>>
>>>>>>Penyajiannya:
>>>
>>>>>>Gampang banget kok, rebus air sampai panas, terus masukin tahu di dasarnya, segera tambahkan ikan-ikan kecil ini. Dan cara mereka berusaha melarikan diri adalah dengan masuk dan memaksakan diri mereka ke dalam tahu yang masih adem tadi.
>>>
>>>>>>Masalahnya, mereka cuman bisa bertahan sementara, karena ujung2nya tahunya jadi panas juga kan? dan akhirnya ikan2 kecil ini matang bersamaan dengan tahu tadi! Akhirnya tahu tadi akan bolong-bolong gara-gara ikan yang tadi berusaha lari kesana kemari nyelametin diri.
>>>
>>>>>>Sayangnya, masakan ini luar biasa susah dibuatnya, jadi ndak segampang itu si ikan masih bisa selamet lari kedalam tahu, telat satu detik aja, makanan ini harus diulang....
>>>
>>>
>>>2. Feng Gan Ji, Tibet/Cina
>>> <http://upload. kapanlagi. com/h/2009061215 4608_feng3_ 4a3215d00a756. jpg>
>>>>>>Arti secara literal adalah "Ayam kering angin", jadi ayamnya dikeringkan karena angin!. Yang anda butuhkan? Ayam (ya pasti lah), pisau yang luar biasa tajam, plus koki yang berhati hitam dan dingin.
>>>
>>>>>>Penyajiannya:
>>>
>>>>>>Kalo penyajiannya sih biasa, tapi cara persiapannya. Ayam dibelah perutnya hidup-hidup, diambil isi perutnya, dan diganti dengan berbagai macam bumbu. Setelah itu perutnya dijahit lagi, dan digantung gitu aja sampai kering! Kalo kokinya sudah ahli banget, ayamnya kadag masih hidup pas isi perutnya dibuang... hiiiii
>>>
>>>
>>>
>>>1. Keledai Segar, Cina
>>> <http://upload. kapanlagi. com/h/2009061215 4607_donkey2_ 4a3215cff26cf. jpg>
>>>>>>Masalahnya: Nomor satu: keledai! emang bener sih, daging, tapi kan ndak umum? yaa... ok deh, masih daging juga sih. Tapi namanya daging sih harusnya ndak dimakan pas hewannya masih hidup kan?
>>>
>>>>>>Masalahnya, penyajiannya: makanan yang disebut Huo Jia Lu (Keledai Hidup) ini disiapkan dengan cara, si keledai diikat kakinya, dan badannya ditidurkan, kemudian si 'chef' memotong-motong badan si keledai dan membagikan dagingnya pada saat si keledai berteriak-teriak kesakitan.
>>>
>>>>>>Ada lagi cara yang lebih sadis: Jiao Lu Rou (arti harfiah: Daging Keledai). Persiapanya mirip, tapi kali ini si keledai dikuliti dan akhirnya disiram dengan air panas mendidih... sampai matang.....
>>>
>>>________________________________
Yahoo! Mail Sekarang Lebih Cepat dan Lebih Bersih. Rasakan bedanya! <http://id.mail. yahoo.com/>
>>>
>>>
>>>>>>
>>>
>>>>>>------ End of Forwarded Message
>>>

5.

(Karyaku) Segala Sesuatu tentang Banjir di Kota Semarang

Posted by: "dr Dito" ditoanurogo@gmail.com   d17o

Wed Jun 17, 2009 9:18 pm (PDT)



*Mohon komentar positif Anda....*
*Terimakasih.*
**
*Dito*

**
*Segala Sesuatu tentang Banjir di Kota Semarang*
http://www.kabarindonesia.com/berita.php?pil=4&jd=Segala+Sesuatu+tentang+Banjir+di+Kota+Semarang&dn=20090615073405
**
6.

NIKMATNYA MEMPUNYAI USAHA SAMBILAN DIRUMAH, 6/18/2009, 7:00 am

Posted by: "sekolah-kehidupan@yahoogroups.com" sekolah-kehidupan@yahoogroups.com

Wed Jun 17, 2009 11:48 pm (PDT)



Reminder from: sekolah-kehidupan Yahoo! Group
http://groups.yahoo.com/group/sekolah-kehidupan/cal

NIKMATNYA MEMPUNYAI USAHA SAMBILAN DIRUMAH
Thursday June 18, 2009
7:00 am - 8:00 am
(This event repeats every day.)

Notes:
NIKMATNYA MEMPUNYAI USAHA SAMBILAN DIRUMAH

EXTRA GAJI DARI BISNIS SAMBILAN

Rekans yang saya hormati,
Saya ingin berbagi informasi dengan rekan , semoga bermanfaat.
Melalui Bank Mandiri dan atau BCA anda akan bisa memiliki usaha sendiri yang sifatnya bisnis sambilan, tidak mengganggu pekerjaan utama anda, memanfaatkan waktu luang dan dikerjakan dirumah dengan penghasilan yang besar yang merupakan dambaan kita yang masih menginginkan kehidupan yang lebih baik.
Bagi rekans yang berkeinginan seperti :
ƒรฆ Ingin penghasilan tambahan karena gajinya dirasakan masih kurang
ƒรฆ Persiapan masa pensiun
ƒรฆ Ingin segera melunasi hutang-hutang
ƒรฆ Ingin mempunyai usaha sendiri
ƒรฆ Ingin mempunyai rumah sendiri
ƒรฆ Ingin membeli kendaraan baru
ƒรฆ Ingin pendidikan anak-anak kita setinggi mungkin
ƒรฆ Ingin beramal yang lebih
ƒรฆ Ingin mengajak keluarga berwisata keluar negeri dan lain-lain
Apabila ada rekan yang menginginkan informasinya silahkan klik :

http://www.mubaroq.cjb.net

Di Situs ini, Rekan bisa menyimaknya secara mendetil dan selanjutnya saya sarankan bagi rekan yang masih mempunyai keinginan hidup yang lebih baik, untuk segera bergabung di program ini.
¡§Memang, uang bukan segala-galanya, tetapi segala-galanya membutuhkan uang ¡§

Program ini karena sifatnya sambilan maka bisa diikuti oleh orang yang masih aktif bekerja atau pengangguran maupun yang masih kuliah.
Rekan bisa menghubungi saya via email maupun telepon

Ok rekan, selamat menyimak dan segera ambil peluang yang sangat baik ini, dan bagi rekan yang tidak berkenan, dimohon jangan di delete tetapi di forwardkan saja ke rekan lain yang membutuhkan.

Atas partisipasinya, saya ucapkan terimakasih
Semoga Tuhan selalu memberikan berkahnya kepada kita sekalian. Amin

Sebelum menutup, jangan lupa klik dulu

http://www.mubaroq.cjb.net

Salam
Bunut Legina
NoHp 02276650953
Margahurip 0105 Bandung

http://www.mubaroq.cjb.net

NIKMATNYA MEMPUNYAI USAHA SAMBILAN DIRUMAH

All Rights Reserved
Copyright © 2009
Yahoo! Inc.
http://www.yahoo.com

Privacy Policy:
http://privacy.yahoo.com/privacy/us

Terms of Service:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
7a.

Re: [Catcil] Virus Matre

Posted by: "abdul azis" abdul_azis80@yahoo.com   abdul_azis80

Wed Jun 17, 2009 11:53 pm (PDT)



Jadi ingat saat pertama kali masuk kerja di www.qchannel.tv
Dari awal interview sampai dua bulan pertama kali kerja pakaiannya seperti orang kantoran...

Eh setelah tau kita masuk ke divisi editing...
yang sebagian pakai kaos oblong, sendal seadanya....
mencoba untuk adaptasi...

Bismillah
karena mencoba menjadi "ummatan washatan"
Saya coba untuk tidak terlalu bebas...tidak juga terlalu formal..

Dan saat istirahat, klo menuju Masjid suka lewat kantor salah satu Majalah Wanita besar di Indonesia, salah seorang teman berujar
"Gaji Satu Juta, Dandanan Dua Juta"

Dan kami semuapun tersenyum simpul...

Abdul Azis
www.abdulazis.com
www.cahayarumah.multiply.com

--- In sekolah-kehidupan@yahoogroups.com, Nursalam AR <nursalam.ar@...> wrote:
>
> Yup, penampilan memang tak selalu sama dengan apa yang ada di dalam. Belajar
> ilmu hati tentu penting dengan segala praktiknya.
>
> Makasih ya!
>
> Nursalam AR
>
> On 6/17/09, interaktif <diifaa_03@...> wrote:
> >
> >
> >
> > tulisan mas salam seakan meyadarkanku kembali, memang penampilan tidak
> > selalu menjanjikan seperti apa orang itu sebenarnya. tetapi kadang yang
> > namanya manusia tu kesan pertama tu ada pada apa yang tampak duluan, meski
> > kadang berbuntut kekecewaan. so belajar ilmu hati menjadi penting agar kita
> > tidak terkena virus- virus yang menjerumuskan pada penyesalan yang tiada
> > akhir.
> >
> > thanks, tulisan yang mencerahkan ...
> >
> > salam
> >
> > wiwik
> >
> >
>
>
>
> --
> -"A long journey begins with one small step" (Chinese proverb) -
> Nursalam AR
> Translator & Writer
> 0813-10040723
> 021-92727391
> www.nursalam.multiply.com
> YM ID: nursalam_ar
> Facebook: nursalam ar
> Ingin belajar menulis & menerjemahkan?
> ke www.pensilmania.multiply.com aja!
>

8a.

Re: [etalase] "Bela Diri For Muslimah" oleh Lia Octavia, Erawati Tf,

Posted by: "Lia Octavia" liaoctavia@gmail.com   octavialia

Thu Jun 18, 2009 1:27 am (PDT)



Alhamdulillah.. makasih ya, pak Yudhi ^_^
Semoga sudah sembuh sakit maagnya ya... ^_^

Salam
Lia

2009/6/11 yudhi mulianto <yudhi_sipdeh@yahoo.com>

>
>
>
> wah bukunya keren oi :-)
>
> selamat yah buat para penulis yang keren-keren juga:-D
>
>
>
9a.

[etalase] Buku Baru Saya, Dkk: "Bela Diri For Muslimah - Siapa Bilan

Posted by: "Lia Octavia" liaoctavia@gmail.com   octavialia

Thu Jun 18, 2009 1:36 am (PDT)



http://mutiaracinta.multiply.com/journal/item/250

Alhamdulillah, segala puji dan syukur hanya kami panjatkan pada Allah, Sang
Maha Cinta, yang telah memberikan lagi kesempatan bagi saya untuk menorehkan
prasasti kehidupan pada jejak-jejak saya di dunia fana ini. Hanya bagi-Nya
lah kami persembahkan segala impian, cita-cita, kreasi, dan ikhtiar kami.
Semoga bermanfaat dan barokah dunia akherat. Amiin.

Judul buku : BELA DIRI FOR MUSLIMAH - Siapa Bilang
Perempuan Makhluk Lemah
Penulis : Lia Octavia, dkk (Lia Octavia,
Erawati Tf, Astri Taat, Fiyan Arjun)
Jumlah halaman : 160 halaman
Penyunting : Taufan E. Prast
Penata Aksara : Lian Kagura
Penerbit : Lingkar Pena Publishing House
Cetakan : Pertama, Mei 2009
Harga : Rp 26.000,-/buah

Waspada, barangkali kata yang paling tepat untuk mewakili rasa gelisah para
muslimah di kota-kota besar. Begitu banyak niat jahat dan kesempatan yang
cepat berpadu, menjadi perilaku jahat dan tak memilih korban. Kejahatan
terus mengintai kelengahan dan kelemahan.

Kemampuan menjaga diri bagi muslimah - makhluk Tuhan yang sering dianggap
lemah - menjadi sangat penting, sebagai upaya pertahanan dan perlindungan
diri pada saat-saat genting. Upaya menjaga diri itu, antara lain dengan
mempelajari dan menguasai salah satu bentuk bela diri.

Buku ini menuturkan kisah-kisah menarik dan inspiratif dari para muslimah
yang memiliki kemampuan bela diri. Dari berbagai ragam dan pengalaman yang
luar biasa, seperti keliling dunia, dan mengharumkan nama bangsa.

"Buku ini mampu melihat dengan sudut pandang yang berbeda. Menilik nilai
lain, atas pandangan tentang perempuan yang menekuni bela diri yang
dipandang seram, menakutkan, keras, dan tdak bermanfaat oleh beberapa
wanita. Memberi pemahaman baru tentang bela diri yang terbukti banyak
manfaat, hikmah, dan hasil positif bagi pribadi, keluarga, lingkungan,
bahkan bangsa. Jika kita menjalani dan ingin menekuni sesuatu dengan
kemauan, kesadaran, motivasi, dan keyakinan, pasti semua tidak akan sia-sia,
akan mendatangkan kebaikan dan pembelajaran akan hidup." (Juana Wangsa
Putri, peraih medali emas Kualifikasi Olimpiade Athena di Paris)

"Memiliki pengetahuan dan ketrampilan membela diri bagi perempuan sudah
bukan kebutuhan sampingan lagi, melainkan kebutuhan primer di tengah makin
meningkatnya tindak kriminalitas dan kekerasan terhadap perempuan. Buku ini
bisa menjadi motivator tambahan bagi Anda yang masih merasa ragu untuk
menambahkan menu latihan bela diri dalan daftar harian Anda." (Muthia
Esfand, Pelatih Beladiri Wanita dan Penulis Buku "Menjadi Muslimah Tangguh")
9b.

Re: [etalase] Buku Baru Saya, Dkk: "Bela Diri For Muslimah - Siapa B

Posted by: "Nurhadi@tecsg.com.sg" Nurhadi@tecsg.com.sg

Thu Jun 18, 2009 1:59 am (PDT)



Selamat !
Mudah2an memberikan inspirasi yg lain, makin produktif, makin banyak lahir
penulis...makin kreatif semua.

Sy sempat tengok di multiply sampul2 dan commentnya.
Interested !

Regards,

10a.

[Catcil] Berguru dari Wahyu

Posted by: "Nursalam AR" nursalam.ar@gmail.com

Thu Jun 18, 2009 1:56 am (PDT)



*Berguru dari Wahyu*

*Oleh Nursalam AR*

* *

Ia lelaki tinggi besar usia 40-an berkulit hitam. Tongkrongannya garang.
Maklum, sebagaimana pengakuannya kepadaku, ia bekas preman semasa mudanya.
Setelah berkeluarga dan terlebih lagi punya anak tiga, ia insyaf dan memilih
pekerjaan yang halal. Meskipun sebagai makelar jasa penerjemahan. Boleh
dibilang ia salah satu kolega bisnisku.

Aku tidak tahu siapa nama lengkapnya. Aku memanggilnya Pak Wahyu. Singkat
saja. Sesingkat kunjungannya setiapkali ia datang ke kantorku. Ya, kantorku
adalah rumahku. Saat itu, sejak sebelum menikah dan masih tinggal bersama
orangtuaku, dan hingga kini aku adalah penerjemah *freelance*, yang khusus
menerjemahkan dokumen-dokumen hukum seperti akte notaris dan kontrak bisnis.
Sebagai penerjemah yang belum memiliki sertifikat *sworn translator *atau
penerjemah bersumpah, kehadiran Pak Wahyu yang menjadi penghubung antara
biro penerjemahan atau perusahaan dengan penerjemah sangat membantuku yang
memutuskan terjun bebas sebagai penerjemah *freelance *selepas bekerja di
sebuah griya produksi terkemuka.

Biasanya ia datang siang hari dengan jaket hitam khasnya. Mengetuk pintu
dengan ketukan – yang lebih mirip gedoran – berulangkali dan uluk salam,
yang kontras dengan posturnya, yang sangat pelan. Alhasil lebih kentara
ketukan khasnya yang terdengar. Awalnya kami kaget, bahkan ayahku sempat
mengeluh. Tapi lama-lama kami terbiasa dan menjadikan gaya ketukan Pak Wahyu
itu sebagai penanda kehadirannya.

Yang tidak aku sukai, jika ia punya waktu luang dan mau
*ngobrol*berlama-lama, adalah kebiasaannya merokok. Di keluargaku saat
itu memang
hanya ayahku yang perokok. Itu pun dibarengi protes dari anak-anaknya
termasuk aku. Beliau pun mengurangi konsumsi rokoknya. Tapi, dengan Pak
Wahyu, entah mengapa aku sungkan menegurnya. Faktor hubungan bisnislah yang
membatasi. Inilah susahnya.

Namun lebih banyak hal yang aku suka dari sosok Pak Wahyu. Ia jujur. Saking
jujurnya bahkan ia tak segan-segan memperlihatkan isi dompetnya jika klien
lambat memberikan *fee*. Atau saat pembayaran kepadaku lewat dari yang ia
janjikan.

"Bener, Lam," ujarnya dengan logat Betawi yang medok,"Belom bayar tuh
orang!" Tak jarang ia curhat soal hubungan dengan para kliennya.
Ujung-ujungnya, ia berpesan,"Diem-diem aje ye,Lam. Ini elo aja yang tau. Ga
enak gue nanti!"

Juga soal keluarganya. Soal anak-anaknya yang mulai masuk kuliah dengan
permasalahan biayanya. Hingga istrinya yang turut membantu ekonomi rumah
tangga dengan menjadi makelar pengurusan KTP di kelurahan. Aku pun jadi
pendengar yang baik. Termasuk untuk cerita-ceritanya betapa ia bekerja
gila-gilaan dari pagi hingga sering tengah malam. Tanpa bermaksud rasis, ia
sering berujar,"Gue ini orang Betawi, Lam, tapi kerja kayak orang Jawa!"
Kepercayaan diri dan optimismenya memang hal lain yang aku sukai.

Tapi yang paling aku sukai adalah saat Pak Wahyu datang tak hanya dengan
dokumen yang akan diterjemahkan. Jika di setang motornya tergantung kantong
plastik hitam, itu pemandangan yang menyenangkan. Biasanya berupa bingkisan
kue-kue jajanan pasar seperti kue cincin, bika ambon dan dadar gulung
bikinan istrinya. Patut kuakui istri Pak Wahyu adalah pembuat kue jempolan.
Sama seperti almarhumah ibuku.

Hingga, pada Agustus 2005, selepas Subuh aku mendapat kabar bahwa Pak Wahyu
meninggal dunia. Langsung dari istrinya sendiri. Padahal sehari sebelumnya
ia masih datang ke rumahku untuk membayar terjemahan. Ia juga bilang bahwa
hari itu ia bakal pulang malam karena akan menagih piutang honor terjemahan
pada klien yang bermasalah.

Tak berapa lama ponselku berdering. Ada telepon dari Pak Mul. Ia mengajak
barengan melayat ke rumah Pak Wahyu. Pak Mul adalah pemilik biro
penerjemahan, yang juga kolega Pak Wahyu. Aku yang memperkenalkan Pak Wahyu
kepada Pak Mul.

"Mas Salam, sudah lama kenal Pak Wahyu?" tanya Pak Mul di belakang kemudi
mobilnya. Saat itu kami dalam perjalanan menuju rumah duka.

"Setahun lebih kayaknya," jawabku sambil merapatkan jaket. Pagi itu dingin
dan muram.

"Sudah tahu dong rumahnya," tukas Pak Mul. Rupanya Pak Mul juga belum
mengetahui alamat rumah Pak Wahyu.

Aku tercekat. "Belum pernah ke sana, Pak." Aku memang tak pernah bertanya
tentang alamat rumah kepada Pak Wahyu.

Ketika Pak Mul mengontak istri Pak Wahyu via ponselnya untuk menanyakan
alamat, aku terbenam dalam perenungan yang menggelisahkan.

Ternyata, selama setahun lebih berhubungan bisnis dengan Pak Wahyu, aku
tidak mengenal betul siapa dirinya. Berkunjung ke rumahnya pun baru sekali
itu justru pada hari kematiannya. Entah mengapa, selama setahun kemarin, aku
merasa tak perlu mengenal banyak siapa dan apa urusan kolega bisnisku
tersebut. Pak Wahyu memang banyak curhat soal keluarganya. Namun aku tak
banyak bercerita soal diriku dan keluargaku. Bagiku, hubungan kami *is as
business as usual, *hanya sebatas bisnis. Tidak lebih.

Padahal tiga bulan sebelumnya saat aku memperkenalkan Pak Wahyu ke Pak Mul,
aku dengan yakin mengatakan bahwa aku mengenal Pak Wahyu dan menjamin bahwa
ia orang yang dapat diandalkan untuk urusan jasa penerjemahan termasuk
mengurus perizinan dokumen-dokumen terjemahan bersumpah ke departemen
terkait seperti kantor imigrasi dan departemen kehakiman.

*Apakah aku sahabat yang baik bagi Pak Wahyu?*

* *

*Apakah aku sudah mengenal Pak Wahyu?*

Khalifah Umar bin Khattab biasa melakukan investigasi terhadap setiap
kandidat pejabat yang akan diangkatnya.

"Dia orang hebat wahai *Amirul Mukminin*," ujar salah seorang kenalan
kandidat pejabat yang dinominasikan oleh sang khalifah.

Khalifah Umar tidak percaya begitu saja. Ia lantas bertanya,"Apakah kamu
pernah bermalam bersamanya?"

"Tidak."

"Apakah kamu pernah menempuh perjalanan jauh (*safar*) bersamanya?"

"Belum."

"Apakah kamu pernah memberinya amanah untuk ditunaikan?"

"Tidak pernah."

Khalifah Umar bin Khattab kemudian menyimpulkan,"Kalau begitu kamu belum
mengenalnya."

Ya, di pagi muram empat tahun lalu, aku banyak belajar dari Pak Wahyu. Belajar
mengenal makna sahabat; belajar tentang silaturahim; belajar tentang
kejujuran dan kerja keras, dan belajar tentang semangat dan optimisme.

Peristiwa kematiannya pun mengajarkan satu hal tersendiri. Menurut sang
istri, di malam jelang wafatnya, Pak Wahyu pulang larut malam dalam kondisi
basah kuyup kehujanan sehabis menagih piutang pada salah satu klien. Jelang
Subuh, ia mengeluh pusing dan matanya gelap. Tak lama kemudian Pak Wahyu
meninggal dunia. Saat kubuka kain penutup jenazah, senyumnya damai dan wajah
hitamnya terlihat lebih cerah berseri.

Satu hal itu adalah betapa kematian dapat menjemput kita kapan pun, di mana
pun dan dalam kondisi apapun baik didahului sakit atau datang tiba-tiba.
Nah, sudahkah kita siap dijemputnya?

*Jakarta**, 18 Juni 2009*

--
-"A long journey begins with one small step" (Chinese proverb) -
Nursalam AR
Translator & Writer
0813-10040723
021-92727391
www.nursalam.multiply.com
YM ID: nursalam_ar
Facebook: nursalam ar
Ingin belajar menulis & menerjemahkan?
ke www.pensilmania.multiply.com aja!
10b.

[Catcil] Berguru dari Wahyu

Posted by: "Nursalam AR" nursalam.ar@gmail.com

Thu Jun 18, 2009 1:59 am (PDT)



*Berguru dari Wahyu*

*Oleh Nursalam AR*

* *

Ia lelaki tinggi besar usia 40-an berkulit hitam. Tongkrongannya garang.
Maklum, sebagaimana pengakuannya kepadaku, ia bekas preman semasa mudanya.
Setelah berkeluarga dan terlebih lagi punya anak tiga, ia insyaf dan memilih
pekerjaan yang halal. Meskipun sebagai makelar jasa penerjemahan. Boleh
dibilang ia salah satu kolega bisnisku.

Aku tidak tahu siapa nama lengkapnya. Aku memanggilnya Pak Wahyu. Singkat
saja. Sesingkat kunjungannya setiapkali ia datang ke kantorku. Ya, kantorku
adalah rumahku. Saat itu, sejak sebelum menikah dan masih tinggal bersama
orangtuaku, dan hingga kini aku adalah penerjemah *freelance*, yang khusus
menerjemahkan dokumen-dokumen hukum seperti akte notaris dan kontrak bisnis.
Sebagai penerjemah yang belum memiliki sertifikat *sworn translator *atau
penerjemah bersumpah, kehadiran Pak Wahyu yang menjadi penghubung antara
biro penerjemahan atau perusahaan dengan penerjemah sangat membantuku yang
memutuskan terjun bebas sebagai penerjemah *freelance *selepas bekerja di
sebuah griya produksi terkemuka.

Biasanya ia datang siang hari dengan jaket hitam khasnya. Mengetuk pintu
dengan ketukan – yang lebih mirip gedoran – berulangkali dan uluk salam,
yang kontras dengan posturnya, yang sangat pelan. Alhasil lebih kentara
ketukan khasnya yang terdengar. Awalnya kami kaget, bahkan ayahku sempat
mengeluh. Tapi lama-lama kami terbiasa dan menjadikan gaya ketukan Pak Wahyu
itu sebagai penanda kehadirannya.

Yang tidak aku sukai, jika ia punya waktu luang dan mau
*ngobrol*berlama-lama, adalah kebiasaannya merokok. Di keluargaku saat
itu memang
hanya ayahku yang perokok. Itu pun dibarengi protes dari anak-anaknya
termasuk aku. Beliau pun mengurangi konsumsi rokoknya. Tapi, dengan Pak
Wahyu, entah mengapa aku sungkan menegurnya. Faktor hubungan bisnislah yang
membatasi. Inilah susahnya.

Namun lebih banyak hal yang aku suka dari sosok Pak Wahyu. Ia jujur. Saking
jujurnya bahkan ia tak segan-segan memperlihatkan isi dompetnya jika klien
lambat memberikan *fee*. Atau saat pembayaran kepadaku lewat dari yang ia
janjikan.

"Bener, Lam," ujarnya dengan logat Betawi yang medok,"Belom bayar tuh
orang!" Tak jarang ia curhat soal hubungan dengan para kliennya.
Ujung-ujungnya, ia berpesan,"Diem-diem aje ye,Lam. Ini elo aja yang tau. Ga
enak gue nanti!"

Juga soal keluarganya. Soal anak-anaknya yang mulai masuk kuliah dengan
permasalahan biayanya. Hingga istrinya yang turut membantu ekonomi rumah
tangga dengan menjadi makelar pengurusan KTP di kelurahan. Aku pun jadi
pendengar yang baik. Termasuk untuk cerita-ceritanya betapa ia bekerja
gila-gilaan dari pagi hingga sering tengah malam. Tanpa bermaksud rasis, ia
sering berujar,"Gue ini orang Betawi, Lam, tapi kerja kayak orang Jawa!"
Kepercayaan diri dan optimismenya memang hal lain yang aku sukai.

Tapi yang paling aku sukai adalah saat Pak Wahyu datang tak hanya dengan
dokumen yang akan diterjemahkan. Jika di setang motornya tergantung kantong
plastik hitam, itu pemandangan yang menyenangkan. Biasanya berupa bingkisan
kue-kue jajanan pasar seperti kue cincin, bika ambon dan dadar gulung
bikinan istrinya. Patut kuakui istri Pak Wahyu adalah pembuat kue jempolan.
Sama seperti almarhumah ibuku.

Hingga, pada Agustus 2005, selepas Subuh aku mendapat kabar bahwa Pak Wahyu
meninggal dunia. Langsung dari istrinya sendiri. Padahal sehari sebelumnya
ia masih datang ke rumahku untuk membayar terjemahan. Ia juga bilang bahwa
hari itu ia bakal pulang malam karena akan menagih piutang honor terjemahan
pada klien yang bermasalah.

Tak berapa lama ponselku berdering. Ada telepon dari Pak Mul. Ia mengajak
barengan melayat ke rumah Pak Wahyu. Pak Mul adalah pemilik biro
penerjemahan, yang juga kolega Pak Wahyu. Aku yang memperkenalkan Pak Wahyu
kepada Pak Mul.

"Mas Salam, sudah lama kenal Pak Wahyu?" tanya Pak Mul di belakang kemudi
mobilnya. Saat itu kami dalam perjalanan menuju rumah duka.

"Setahun lebih kayaknya," jawabku sambil merapatkan jaket. Pagi itu dingin
dan muram.

"Sudah tahu dong rumahnya," tukas Pak Mul. Rupanya Pak Mul juga belum
mengetahui alamat rumah Pak Wahyu.

Aku tercekat. "Belum pernah ke sana, Pak." Aku memang tak pernah bertanya
tentang alamat rumah kepada Pak Wahyu.

Ketika Pak Mul mengontak istri Pak Wahyu via ponselnya untuk menanyakan
alamat, aku terbenam dalam perenungan yang menggelisahkan.

Ternyata, selama setahun lebih berhubungan bisnis dengan Pak Wahyu, aku
tidak mengenal betul siapa dirinya. Berkunjung ke rumahnya pun baru sekali
itu justru pada hari kematiannya. Entah mengapa, selama setahun kemarin, aku
merasa tak perlu mengenal banyak siapa dan apa urusan kolega bisnisku
tersebut. Pak Wahyu memang banyak curhat soal keluarganya. Namun aku tak
banyak bercerita soal diriku dan keluargaku. Bagiku, hubungan kami *is as
business as usual, *hanya sebatas bisnis. Tidak lebih.

Padahal tiga bulan sebelumnya saat aku memperkenalkan Pak Wahyu ke Pak Mul,
aku dengan yakin mengatakan bahwa aku mengenal Pak Wahyu dan menjamin bahwa
ia orang yang dapat diandalkan untuk urusan jasa penerjemahan termasuk
mengurus perizinan dokumen-dokumen terjemahan bersumpah ke departemen
terkait seperti kantor imigrasi dan departemen kehakiman.

*Apakah aku sahabat yang baik bagi Pak Wahyu?*

* *

*Apakah aku sudah mengenal Pak Wahyu?*

Khalifah Umar bin Khattab biasa melakukan investigasi terhadap setiap
kandidat pejabat yang akan diangkatnya.

"Dia orang hebat wahai *Amirul Mukminin*," ujar salah seorang kenalan
kandidat pejabat yang dinominasikan oleh sang khalifah.

Khalifah Umar tidak percaya begitu saja. Ia lantas bertanya,"Apakah kamu
pernah bermalam bersamanya?"

"Tidak."

"Apakah kamu pernah menempuh perjalanan jauh (*safar*) bersamanya?"

"Belum."

"Apakah kamu pernah memberinya amanah untuk ditunaikan?"

"Tidak pernah."

Khalifah Umar bin Khattab kemudian menyimpulkan,"Kalau begitu kamu belum
mengenalnya."

Ya, di pagi muram empat tahun lalu, aku banyak belajar dari Pak Wahyu. Belajar
mengenal makna sahabat; belajar tentang silaturahim; belajar tentang
kejujuran dan kerja keras, dan belajar tentang semangat dan optimisme.

Peristiwa kematiannya pun mengajarkan satu hal tersendiri. Menurut sang
istri, di malam jelang wafatnya, Pak Wahyu pulang larut malam dalam kondisi
basah kuyup kehujanan sehabis menagih piutang pada salah satu klien. Jelang
Subuh, ia mengeluh pusing dan matanya gelap. Tak lama kemudian Pak Wahyu
meninggal dunia. Saat kubuka kain penutup jenazah, senyumnya damai dan wajah
hitamnya terlihat lebih cerah berseri.

Satu hal itu adalah betapa kematian dapat menjemput kita kapan pun, di mana
pun dan dalam kondisi apapun baik didahului sakit atau datang tiba-tiba.
Nah, sudahkah kita siap dijemputnya?

*Jakarta**, 18 Juni 2009*

--
-"A long journey begins with one small step" (Chinese proverb) -
Nursalam AR
Translator & Writer
0813-10040723
021-92727391
www.nursalam.multiply.com
YM ID: nursalam_ar
Facebook: nursalam ar
Ingin belajar menulis & menerjemahkan?
ke www.pensilmania.multiply.com aja!
11.

(catcil) Rasa Sayang Seorang Suami

Posted by: "agussyafii" agussyafii@yahoo.com   agussyafii

Thu Jun 18, 2009 2:00 am (PDT)



(catcil) Rasa Sayang Seorang Suami

By: agussyafii

Rasa sayang seorang suami terhadap istri bagaikan rasa sayang terhadap belahan jiwanya sendiri. Ujung jari yang teriris, airmata mengalir tiada henti karena mata turut merasakan sakitnya jari yang teriris. Begitulah ungkapan rasa sayang seorang suami terhadap istrinya. Sungguh indahnya wujud sayang seorang suami, dengan ketulusan dan cinta kasih membangun mahligai rumah tangga yang juga dibalas cinta kasih oleh sang istri.

Begitulah yang dituturkan seorang suami dan juga teman dalam keseharian saya. Mas Budi yang saya kenal yang juga seorang ustadz muda rajin mengisi ceramah di majelis taklim, beliau sangat menyayangi istrinya. Beliau malam itu berkunjung ke Rumah Amalia. 'Mas Agus Syafii, mohon doanya anak-anak Amalia istri saya sedang sakit.' Begitu tuturnya. Malam itu Mas Budi bertutur bahwa istrinya tiba-tiba jatuh. Setelah didiagnosa istrinya mengidap penyakit jantung keturunan. 'Jadi saya mesti selalu menemaninya setiap saat.' tuturnya. Air matanya terus mengalir ketika Mas Budi menceritakan dirinya tidak sanggup melihat istrinya jika sedang sakit.

'Istri saya terlihat putus asa ketika serangan jantung itu datang. Saya tidak bisa meninggalkan dia sendirian.'lanjutnya. Mas Budi merasa dalam pilihan yang berat. Sebagai Dai dan sebagai suami. Namun dalam keadaan seperti itu malah justru memilih untuk merawat istrinya yang tercinta.

'Inilah ibadah yang terbaik buat saya. Merawat istri dengan baik.'ucapnya. Dua pekan berikutnya saya mendapatkan kabar dari Mas Budi melalui sms bahwa istrinya sudah boleh pulang. beliau mengucapkan terima kasih banyak atas doanya dan teriring salam untuk anak-anak Amalia.

begitulah rasa sayang seorang suami terhadap istri, berbagai ujian yang datang semakin menambah ketaqwaannya kepada Alloh SWT dan bersabar dengan senantiasa menjaga dan merawat kala istri sedang sakit. Bersedia melewati suka dan duka bersama. Sanggupkah kita wahai para suami?' ^_^

--
Dan di antara tanda-tanda kekuasaanNya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikanNya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya demikian itu terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir (QS 30:21).

Wassalam,
agussyafii

--
Tulisan ini dalam rangka kampanye program 'Peduli Kasih Amalia (PKA)'. Mari kirimkan dukungan anda pada program 'Peduli Kasih Amalia (PKA)' melalui http://agussyafii.blogspot.com, http://id-id.facebook.com/people/Agus-Syafii-Muhamad/861635703 atau sms 087 8777 12431

12.

(catcil) Kearifan Ibu Penjual Nasi

Posted by: "agussyafii" agussyafii@yahoo.com   agussyafii

Thu Jun 18, 2009 2:01 am (PDT)



(catcil) Kearifan Ibu Penjual Nasi

By: agussyafii

setiap makan siang saya lebih suka makan diwarteg. Selain cukup untuk kantong saya, saya juga berkesempatan untuk berbincang. Makan diwarteg memiliki banyak kelebihan, orang bisa makan dulu dengan nikmatnya setelah itu baru membayarnya. bahkan terkadang ada orang yang besok bayarnya. Biasanya anak kos-kosan atau anak mahasiswa yang suka ngutang, kata ibu penjual nasi.

Ibu itu bertutur bahwa dirinya membantu orang lain merupakan kebahagiaan tersendiri. kebahagiaan ibu penjual nasi bisa membantu orang lain adalah wujud kearifan ditengah kehidupan dikota Jakarta yang seolah semua menggunakan tolok ukur materi, untung dan rugi. 'Apa cukup buat kebutuhan hidup bu? kalo hutang modalnya habis dong' tanya saya.

'Kalo orang merasa tidak cukup ya tidak cukup, kalo merasa cukup berapapun rizki yang kita terima akan cukup. Membantu orang yang kesusahan, rizki saya melimpah loh mas..' begitu ucap ibu penjual nasi. Rasa kecukupan inilah yang menjadi kekuatan dirinya untuk bisa membantu orang lain dan ibu penjual nasi menyakini karena itulah rizkinya melimpah dan warung nasinya selalu rame. Buat saya hidup ini menjadi indah dengan orang-orang yang arif seperti beliau, mereka banyak berada disekeliling kita.

Sambil menikmati makan siang ini saya dan meneladani kearifan Ibu penjual nasi, saya teringat satu ucapan yang indah dari Imam Syafii Rodhiyallahu anha (semoga Alloh meridhoinya). 'Bila bertemu dengan orang baik teladanilah, namun bila bertemu dengan orang jahat periksalah pikiran anda.'

Wassalam,
agussyafii

--
Tulisan ini dalam rangka kampanye program 'Peduli Kasih Amalia (PKA)'. Mari kirimkan dukungan anda pada program 'Peduli Kasih Amalia (PKA)' melalui http://agussyafii.blogspot.com, http://id-id.facebook.com/people/Agus-Syafii-Muhamad/861635703 atau sms 087 8777 12431

Recent Activity
Visit Your Group
Give Back

Yahoo! for Good

Get inspired

by a good cause.

Y! Toolbar

Get it Free!

easy 1-click access

to your groups.

Yahoo! Groups

Start a group

in 3 easy steps.

Connect with others.

Need to Reply?

Click one of the "Reply" links to respond to a specific message in the Daily Digest.

Create New Topic | Visit Your Group on the Web

Tidak ada komentar: