Senin, 31 Mei 2010

[daarut-tauhiid] Santi Soekanto: Gaza Tidak Membutuhkanmu!

forward sebuah tulisan dari WNI yg berada pada kapal kemanusiaan
menuju Palestina... (source: http://us.detiknews .com/read/
2010/05/31/ 152331/1366781/ 10/tulisan- santi-sehari- sebelum-mavi-
marmara-diserang -israel )

Gaza Tidak Membutuhkanmu!

Di atas M/S Mavi Marmara, di Laut Tengah, 180 mil dari Pantai Gaza.

Sudah lebih dari 24 jam berlalu sejak kapal ini berhenti bergerak
karena sejumlah alasan, terutama menanti datangnya sebuah lagi kapal
dari Irlandia dan datangnya sejumlah anggota parlemen beberapa negara
Eropa yang akan ikut dalam kafilah Freedom Flotilla menuju Gaza. Kami
masih menanti, masih tidak pasti, sementara berita berbagai ancaman
Israel berseliweran.

Ada banyak cara untuk melewatkan waktu – banyak di antara kami yang
membaca Al-Quran, berzikir atau membaca. Ada yang sibuk mengadakan
halaqah. Beyza Akturk dari Turki mengadakan kelas kursus bahasa Arab
untuk peserta Muslimah Turki. Senan Mohammed dari Kuwait mengundang
seorang ahli hadist, Dr Usama Al-Kandari, untuk memberikan kelas
Hadits Arbain an-Nawawiyah secara singkat dan berjanji bahwa para
peserta akan mendapat sertifikat.

Wartawan sibuk sendiri, para aktivis – terutama veteran
perjalanan-perjalan an ke Gaza sebelumnya – mondar-mandir; ada yang
petantang-petenteng memasuki ruang media sambil menyatakan bahwa dia
"tangan kanan" seorang politisi Inggris yang pernah menjadi motor
salah satu konvoi ke Gaza.

Activism

Ada begitu banyak activism, heroism. Bahkan ada seorang peserta
kafilah yangmengenakan T-Shirt yang di bagian dadanya bertuliskan
"Heroes of Islam" alias "Para Pahlawan Islam." Di sinilah terasa
sungguh betapa pentingnya menjaga integritas niat agar selalu lurus
karena Allah Ta'ala.

Yang wartawan sering merasa hebat dan powerful karena mendapat
perlakuan khusus berupa akses komunikasi dengan dunia luar sementara
para peserta lain tidak. Yang berposisi penting di negeri asal,
misalnya anggota parlemen atau pengusaha, mungkin merasa diri penting
karena sumbangan material yang besar terhadap Gaza.

Kalau dibiarkan riya akan menyelusup, na'udzubillahi min dzaalik, dan
semua kerja keras ini bukan saja akan kehilangan makna bagaikan buih
air laut yang terhempas ke pantai, tapi bahkan menjadi lebih hina
karena menjadi sumber amarah Allah Ta'ala.

Mengerem

Dari waktu ke waktu, ketika kesibukan dan kegelisahan memikirkan
pekejaan menyita kesempatan untuk duduk merenung dan tafakkur, sungguh
perlu bagiku untuk mengerem dan mengingatkan diri sendiri. Apa yang
kau lakukan Santi? Untuk apa kau lakukan ini Santi? Tidakkah
seharusnya kau berlindung kepada Allah dari ketidakikhlasan dan riya?
Kau pernah berada dalam situasi ketika orang menganggapmu berharga,
ucapanmu patut didengar, hanya karena posisimu di sebuah penerbitan?
And where did that lead you? Had that situation led you to Allah, to
Allah's blessing and pleasure, or had all those times brought you
Allah's anger and displeasure?

Kalau hanya sekedar penghargaan manusia yang kubutuhkan di sini,
Subhanallah, sungguh banyak orang yang jauh lebih layak dihargai oleh
seisi dunia di sini. Mulai dari Presiden IHH Fahmi Bulent Yildirim
sampai seorang Muslimah muda pendiam dan shalihah yang tidak banyak
berbicara selain sibuk membantu agar kawan-kawannya mendapat sarapan,
makan siang dan malam pada waktunya. Dari para ulama terkemuka di atas
kapal ini, sampai beberapa pria ikhlas yang tanpa banyak bicara sibuk
membersihkan bekas puntung rokok sejumlah perokok ndableg.

Kalau hanya sekedar penghargaan manusia yang kubutuhkan di sini,
Subhanallah, di tempat ini juga ada orang-orang terkenal yang
petantang-petenteng karena ketenaran mereka.

Semua berteriak, "Untuk Gaza!" namun siapakah di antara mereka yang
teriakannya memenangkan ridha Allah? Hanya Allah yang tahu.

Gaza Tak Butuh Aku

Dari waktu ke waktu, aku perlu memperingatkan diriku bahwa Al-Quds
tidak membutuhkan aku. Gaza tidak membutuhkan aku. Palestina tidak
membutuhkan aku.

Masjidil Aqsha milik Allah dan hanya membutuhkan pertolongan Allah.
Gaza hanya butuh Allah. Palestina hanya membutuhkan Allah. Bila Allah
mau, sungguh mudah bagiNya untuk saat ini juga, detik ini juga,
membebaskan Masjidil Aqsha. Membebaskan Gaza dan seluruh Palestina.

Akulah yang butuh berada di sini, suamiku Dzikrullah-lah yang butuh
berada di sini karena kami ingin Allah memasukkan nama kami ke dalam
daftar hamba-hambaNya yang bergerak - betapa pun sedikitnya - menolong
agamaNya. Menolong membebaskan Al-Quds.

Sungguh mudah menjeritkan slogan-slogan, Bir ruh, bid dam, nafdika ya
Aqsha. Bir ruh bid dam, nafdika ya Gaza!

Namun sungguh sulit memelihara kesamaan antara seruan lisan dengan seruan hati.

Cara Allah Mengingatkan

Aku berusaha mengingatkan diriku selalu. Namun Allah selalu punya cara
terbaik untuk mengingatkan aku.

Pagi ini aku ke kamar mandi untuk membersihkan diri sekedarnya -
karena tak mungkin mandi di tempat dengan air terbatas seperti ini,
betapa pun gerah dan bau asemnya tubuhku.

Begitu masuk ke salah satu bilik, ternyata toilet jongkok yang
dioperasikan dengan sistem vacuum seperti di pesawat itu dalam keadaan
mampheeeeet karena ada dua potongan kuning coklaaat menyumbat
lubangnya! Apa yang harus kulakukan? Masih ada satu bilik dengan
toilet yang berfungsi, namun kalau kulakukan itu, alangkah tak
bertanggung- jawabnya aku rasanya? Kalau aku mengajarkan kepada
anak-anak bahwa apa pun yang kita lakukan untuk membantu mereka yang
fii sabilillah akan dihitung sebagai amal fii sabilillah, maka
bukankah sekarang waktunya aku melaksanakan apa yang kuceramahkan?

Entah berapa kali kutekan tombol flush, tak berhasil. Kotoran itu
ndableg bertahan di situ. Kukosongkan sebuah keranjang sampah dan
kuisi dengan air sebanyak mungkin – sesuatu yang sebenarnya terlarang
karena semua peserta kafilah sudah diperingatkan untuk menghemat air -
lalu kusiramkan ke toilet.

Masih ndableg.
Kucoba lagi menyiram
Masih ndableg.
Tidak ada cara lain. Aku harus menggunakan tanganku sendiri

Kubungkus tanganku dengan tas plastik. Kupencet sekali lagi tombol
flush. Sambil sedikit melengos dan menahan nafas, kudorong tangan
kiriku ke lubang toilet.

Blus!
Si kotoran ndableg itu pun hilang disedot pipa entah kemana

Lebih dari 10 menit kemudian kupakai untuk membersihkan diriku sebaik
mungkin sebelum kembali ke ruang perempuan, namun tetap saja aku
merasa tak bersih. Bukan di badan, mungkin, tapi di pikiranku, di
jiwaku.

Ada peringatan Allah di dalam kejadian tadi - agar aku berendah-hati,
agar aku ingat bahwa sehebat dan sepenting apa pun tampaknya tugas dan
pekerjaanku, bila kulakukan tanpa keikhlasan, maka tak ada artinya
atau bahkan lebih hina daripada mendorong kotoran ndableg tadi.

Allahumaj'alni minat tawwabiin
Allahumaj'alni minal mutatahirin
Allahumaj'alni min ibadikassalihin

29 Mei 2010, 22:20

Santi Soekanto
Ibu rumah tangga dan wartawan yang ikut dalam kafilah Freedom Flotilla
to Gaza Mei 2010.


------------------------------------

====================================================
Pesantren Daarut Tauhiid - Bandung - Jakarta - Batam
====================================================
Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
====================================================
website: http://dtjakarta.or.id/
====================================================Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/daarut-tauhiid/

<*> Your email settings:
Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
http://groups.yahoo.com/group/daarut-tauhiid/join
(Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
daarut-tauhiid-digest@yahoogroups.com
daarut-tauhiid-fullfeatured@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
daarut-tauhiid-unsubscribe@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/

Tidak ada komentar: