Kamis, 27 Mei 2010

[daarut-tauhiid] Wasiat Seikat Sapu Lidi

Wasiat Seikat Sapu Lidi


Perempuan paruh baya itu, datang tergopoh ke madrasah sederhana di
bilangan Jakarta Selatan. Ia menemui pengelola madrasah, sambil
menenteng seikat sapu lidi. Tak banyak kata, ia langsung menyerahkan
sapu lidi itu. "Saya sudah tua, belum bisa beramal banyak. Saya hanya
bisa memberi sapu lidi ini untuk meyapu sampah", wasiatnya, sembari
menolak im balan dari pengurus madrasah.

Kejadian ini agak tak lazim. Sang nenek datang dari jauh, hanya untuk
menyerahkan seikat sapu lidi. Di bawah cuaca terik siang itu, ia
membagikan tiga ikat sapu lidi, di tiga sekolah yang berbeda. Sembari
menyeka peluh, orang tua itu mengurai sebab ia sedekah sapu lidi.

Andaikan kaya, ia ingin mewakafkan tanah untuk masjid dan sekolah,
serta menunaikan zakat tiap bulan. Jika ia penguasa, ingin berbuat
adil, memihak yang lemah dan menolong yang menderita. Tapi, hingga
senja menjelang, Allah belum mengabulkan niat-niat mulia itu. Maka, ia
mewujudkan dengan caranya sendiri.

Dengan tenaga yang tak lagi muda, dia minta beberapa lembar daun
kelapa ke tetangganya. Dirautnya satu persatu daun kelapa itu, hingga
menjadi tiga ikat sapu lidi. Ikatan sapu lidi itu, ia maknai sebagai
bentuk persatuan umat. Sapu lidi juga untuk membersihkan sampah, wujud
dari gerakan menyapu sampah masyarakat, seperti maling, koruptor, dan
penyakit sosial lainnya yang merugikan kehidupan bermasyarakat.

Ia memilih sekolah, harapannya sapu lidi dipahami maknanya. Sebuah
generasi yang baik ditempa di sekolah yang mendidik murid-muridnya
taat pada kebersihan. Sampah hanyalah simbol kotor yang sejatinya juga
melekat pada diri manusia. Sapu lidi dalam diri manusia, adalah bentuk
istighfar, evaluasi diri, dan pikiran-pikiran positif yang menuntun
manusia menjadi manusia sesungguhnya. Manusia yang taat pada Tuhan,
memanusiakan manusia lainnya, tidak berlaku kotor dan berusaha adil.

Seikat sapu lidi, adalah bentuk persatuan umat. Sebuah generasi harus
dipahamkan, bahwa perjuangn mencapai kejayaan, tidaklah mampu seorang
diri. Berjamaah, itulah kenapa Islam jaya dan membumi sebagai agama
samawi di bumi ini. Sifat suka tercerai-berai, bukti sebuah bangsa
yang rapuh. Mudah diadu domba dan terjajah.

Dengan bahasa dan sudut pan dang nya itulah, orang tua itu memberikan
sapu lidi ke sekolah. Dilihat wujudnya, memang tidak istimewa. Tapi,
wasiat yang menyertai sapu lidi itu, ruh yang membuat nasihat dalam
seikat sapu lidi menjadi hidup. Ia hanya orang biasa, tapi ia ingin
menutup usia dengan makna hidup yang luar biasa.

Setelah menyerahkan sapu lidi, perempuan tua itu pamit. Ia telah
menunaikan niat mulianya, dengan cara yang diyakininya sampai tujuan.
Ini pelajaran hidup yang bisa dilakukan oleh semua kita. Membuat
perubahan positif dari cara-cara sederhana. Mari, kita coba sekarang.
Red: irf
Rep: Sunaryo Adhiatmoko
Sumber: Baznas


http://www.republika.co.id/berita/ensiklopedia-islam/hikmah/10/05/26/117184-wasiat-seikat-sapu-lidi


------------------------------------

====================================================
Pesantren Daarut Tauhiid - Bandung - Jakarta - Batam
====================================================
Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
====================================================
website: http://dtjakarta.or.id/
====================================================Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/daarut-tauhiid/

<*> Your email settings:
Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
http://groups.yahoo.com/group/daarut-tauhiid/join
(Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
daarut-tauhiid-digest@yahoogroups.com
daarut-tauhiid-fullfeatured@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
daarut-tauhiid-unsubscribe@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/

Tidak ada komentar: