Senin, 24 Mei 2010

[daarut-tauhiid] Hidup dan Keimanan

http://www.dakwatuna.com

Hidup dan Keimanan

Oleh: Samin Barkah, Lc
________________________________


dakwatuna.com – Dari Abdullah bin Mas'ud r.a, ia berkata bahwa
Rasulullah saw. telah menceritakan kepada kami dan beliau adalah orang
yang paling benar dan dibenarkan perkataannya, "Sesungguhnya sebagian
kalian dikumpulkan bahan ciptaannya di rahim ibunya 40 hari dalam
bentuk nuthfah. Kemudian menjadi 'alaqah dalam masa yang sama (40
hari), kemudian menjadi mudghah dalam masa yang sama (40 hari).
Kemudian Allah mengutus malaikat kepada ciptaan itu, lalu malaikat
meniupkan ruh ke dalamnya dan diperintahkan untuk menuliskan empat
ketetapan; Ketetapan rezki; Amal perbuatannya; Ajal usianya; Dan
nasibnya di akhirat, sengsara (penghuni neraka) atau bahagia (penghuni
surga). Demi Zat yang tidak ada Tuhan selain-Nya, sesungguhnya ada
salah seorang dari kalian yang melakukan perbuatan penghuni surga
hingga antara jarak antara dia dengan surga sejauh satu hasta, lalu
catatan takdirnya yang lebih dulu telah menggariskan hingga ia
melakukan perbuatan penghuni neraka dan (akhirnya) ia masuk ke dalam
neraka. Dan sesungguhnya ada orang yang melakukan perbuatan penghuni
neraka hingga jarak antara dia dengan neraka sejauh satu hasta, lalu
catatan takdirnya yang lebih dulu telah menggariskan, hingga ia
melakukan perbuatan penghuni surga dan (akhirnya) ia masuk ke dalam
surga. (H.R. Bukhari dan Muslim)

Bunyi hadits di atas adalah:

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بنِ مَسعُود رَضِى اللهُ عَنهُ قَالَ حَدَّثَنَا
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ الصَّادِقُ
الْمَصْدُوقُ إِنَّ أَحَدَكُمْ يُجْمَعُ خَلْقُهُ فِي بَطْنِ أُمِّهِ
أَرْبَعِينَ يَوْمًا ثُمَّ يَكُونُ فِي ذَلِكَ عَلَقَةً مِثْلَ ذَلِكَ
ثُمَّ يَكُونُ فِي ذَلِكَ مُضْغَةً مِثْلَ ذَلِكَ ثُمَّ يُرْسَلُ
الْمَلَكُ فَيَنْفُخُ فِيهِ الرُّوحَ وَيُؤْمَرُ بِأَرْبَعِ كَلِمَاتٍ
بِكَتْبِ رِزْقِهِ وَأَجَلِهِ وَعَمَلِهِ وَشَقِيٌّ أَوْ سَعِيدٌ
فَوَالَّذِي لاَ إِلَهَ غَيْرُهُ إِنَّ أَحَدَكُمْ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ
أَهْلِ الْجَنَّةِ حَتَّى مَا يَكُونُ بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا إِلاَّ
ذِرَاعٌ فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ الْكِتَابُ فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ
النَّارِ فَيَدْخُلُهَا وَإِنَّ أَحَدَكُمْ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ
النَّارِ حَتَّى مَا يَكُونُ بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا إِلاَّ ذِرَاعٌ
فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ الْكِتَابُ فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ الْجَنَّةِ
فَيَدْخُلُهَا (رواه البخاري ومسلم)

Tentang Hadits

Hadits ini adalah salah satu hadits yang disepakati keshahihannya oleh
Imam hadits, Imam Bukhari dan Imam Muslim bahwa Al-A'masy telah
menceritakan kepada Abu Bakar bin Abu Syaibah, Abu Mu'awiyah, Waki',
Muhammad bin Abdullah bin Numair Al-Hamdani dari Zaid bin Wahab dari
Abdullah bin Mas'ud r.a.

Telah diriwayatkan bahwa Muhammad bin Yazid Al-Ashfathi bermimpi
bertemu Nabi saw, lalu ia bertanya, "Wahai Rasulullah, apakah riwayat
Abdullah bin Mas'ud yang ia ceritakan dari Engkau bahwa ia berkata,
"Rasulullah telah menceritakan kepada kami dan beliau adalah orang
yang benar dan dibenarkan perkataannya, memang demikian? Rasulullah
menjawab, "Demi Zat yang tidak ada Tuhan selain Dia, sungguh aku telah
menceritakan hadits itu kepadanya". Kalimat itu diulangnya tiga kali,
lalu ia berdoa, "Semoga Allah mengampuni Al-A'masy sebagaimana ia
menceritakan hadits ini dan semoga Allah mengampuni orang sebelum
Al-A'masy yang menceritakan hadits ini dan juga orang yang
menceritakan hadits ini setelah Al-A'masy.

Seperti disebutkan dalam hadits bahwa sebaik-baik manusia adalah orang
yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya, maka menyampaikan hadits
atau ilmu agama kepada manusia termasuk memberikan manfaat kepada
orang lain. Dengan ilmu agama, orang akan mengetahui hal-hal yang ia
perlukan dalam mengarungi kehidupan.

Perawi memberikan penekanan dengan ungkapan وَهُوَ الصَّادِقُ
الْمَصْدُوقُ (Dialah yang benar dan dibenarkan perkataannya) karena
memang yang akan disampaikan atau yang akan diriwayatkan ini adalah
perkara yang tidak atau belum diketahui manusia, terutama pada masa
setelah masa Rasulullah saw, yaitu perihal proses penciptaan manusia.

Dunia kedokteran baru-baru saja mengetahui bahwa proses penciptaan
manusia terjadi sama seperti yang diceritakan oleh Rasulullah saw, 15
abad yang lalu ketika manusia atau tabib belum mengetahui pasti proses
penciptaan manusia.

Di Antara Pelajaran Dari Hadits

Pelajaran pertama; Matan hadits ini diawali dengan penegasan parsial
yang tidak menyeluruh, yaitu إِنَّ أَحَدَكُمْ (Sesungguhnya salah
seorang kalian). Ungkapan ini adalah ungkapan yang sangat bijak dari
Rasulullah saw, dan ungkapan yang komitmen dengan ilmu yang
dimilikinya. Ungkapan ini menegaskan bahwa sebagian manusia diciptakan
Allah dengan proses yang disebutkan di dalam hadits dan sebagian
lainnya Allah sendiri yang menciptakannya.

Proses penciptaan Adam dan Hawa tidaklah sama dengan proses penciptaan
anak keturunannya. Nabi Adam diciptakan langsung oleh Allah seperti
yang diceritakan di dalam Al-Qur'an surat Al-Hijr ayat 28-29:

وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلاَئِكَةِ إِنِّي خَالِقٌ بَشَرًا مِنْ
صَلْصَالٍ مِنْ حَمَإٍ مَسْنُونٍ فَإِذَا سَوَّيْتُهُ وَنَفَخْتُ فِيهِ
مِنْ رُوحِي فَقَعُوا لَهُ سَاجِدِينَ

Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat,
"Sesungguhnya Aku akan menciptakan seorang manusia dari tanah liat
kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk. Maka
apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniupkan ke
dalamnya ruh (ciptaan) Ku, maka tunduklah kamu kepadanya dengan
bersujud.

Juga di dalam surat Shad ayat 71-72, Allah menegaskan:

إِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلاَئِكَةِ إِنِّي خَالِقٌ بَشَرًا مِنْ طِينٍ
فَإِذَا سَوَّيْتُهُ وَنَفَخْتُ فِيهِ مِنْ رُوحِي فَقَعُوا لَهُ
سَاجِدِينَ

(Ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat, "Sesungguhnya Aku
akan menciptakan manusia dari tanah". Maka apabila telah Kusempurnakan
kejadiannya dan Kutiupkan kepadanya ruh (ciptaan) Ku; maka hendaklah
kamu tersungkur dengan bersujud kepadanya".

Tidak seperti proses penciptaan anak keturunan Adam, nabi Adam
diciptakan Allah dari tanah atau tanah liat atau lumpur hitam seperti
disebutkan dalam ayat-ayat di atas dan kemudian Allah
menyempurnakannya, lalu Allah juga yang meniupkan ruh ke dalam jasad
Adam a.s.

Karena itu ada beberapa ungkapan di dalam Al-Qur'an atau Hadits yang
menggunakan bentuk jamak untuk beberapa perbuatan rabb, seperti
"لَقَدْ خَلَقْنَا الإِنسَانَ فِي كَبَدٍ" atau "لَقَدْ خَلَقْنَا
الإِنسَانَ فِي أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ". Kata "خَلَقْنَا" (Kami telah
menciptakan) mengisyaratkan bentuk jamak subyek suatu perbuatan.

Jika kita teliti dengan seksama, maka secara aqidah pernyataan ini
tidak bertentangan dengan aqidah tauhid. Allah menggunakan bentuk
jamak dalam beberapa perbuatan-Nya di dalam Al-Qur'an, karena tindakan
tersebut secara proses diwakilkan kepada tentara dan pembantu Allah,
yaitu malaikat-Nya yang telah diberikan tugas khusus. Malaikat akan
melakukan apa saja sesuai perintah Allah, "Wa yaf'aluuna maa
yu-maruun".

Dalam proses penciptaan manusia, seperti disebutkan dalam beberapa
riwayat bahwa tiap fase penciptaan 40 harian itu, Allah mewakilkannya
kepada malaikat untuk menyempurnakan proses, hingga pada 40 hari yang
ketiga Allah mengutus malaikat yang akan meniupkan ruh ke dalam jasad
manusia dan mencatat empat ketetapan Allah dari Lauhil Mahfuzh,
ketetapan rezki, amal perbuatan, usia dan nasibnya di akhirat. Dengan
demikian, maka ungkapan khalaqnaa sangat tepat untuk menunjukkan bahwa
dalam proses penciptaan manusia, Allah kuasa untuk mewakilkannya
kepada malaikat-Nya. Itulah kekuasaan Allah. Allah mampu menciptakan
manusia tanpa diwakilkan dan mampu pula menciptakan manusia melalui
perwakilan-Nya. Sungguh Allah Maha Berkuasa dalam segala sesuatu.

Hadits ini juga membuktikan akan kebenaran ajaran Islam, karena
sebelum dunia kedokteran mengetahui proses penciptaan manusia, Allah
telah mengabarkan manusia melalui lisan nabi Muhammad saw.

Pelajaran Kedua; Manusia tidak tahu apa-apa dengan nasib orang lain.
Ada yang sejak muda hingga dewasa dikenal masyarakat sebagai orang
baik, orang shalih, ternyata di sisi Allah dia termasuk penghuni
neraka. Ia menutup usianya dengan perbuatan penghuni neraka hingga ia
termasuk penghuni neraka.

Ungkapan فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ فَيَدْخُلُهَا dan
فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ الْجَنَّةِ فَيَدْخُلُهَا disebutkan dalam
riwayat lain dengan ungkapan فَيُختَمُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ
فَيَدْخُلُهَا (kemudian ia tutup dengan perbuatan penghuni neraka dan
ia masuk ke dalam neraka) menunjukkan bahwa kebaikan itu akan kekal
dengan keikhlasan, sebagaimana pahala amal shalih akan langgeng, tidak
berkurang jika tetap dijaga keikhlasan, sebelum berbuat, saat berbuat
dan setelah berbuat.

Jika seseorang hanya ikhlas ketika akan berbuat, maka belum ada
jaminan pahala yang ia dapatkan akan sempurna, karena bisa saja ia
merusak keikhlasan itu dengan riya, dengan kata-kata yang menyakiti
orang lain yang kita bantu atau lain perbuatan yang bisa merusak
pahala amal.

Karena itulah ada orang yang dikenal masyarakat sebagai orang baik,
tetapi di sisi Allah ia hanyalah orang yang mengharapkan pujian
manusia.

Sebaliknya ada juga orang yang sulit berbuat baik, karena lingkungan
atau sebab lain sehingga masyarakat memvonis dan memberi cap kepadanya
sebagai orang tidak baik atau orang jahat. Tetapi siapa yang tahu
takdir orang, kalau ternyata Allah justru telah menetapkan dia sebagai
penghuni surga, maka ia pasti akan menemukan saat dan tempat yang
tepat untuk bertobat dan berbuat baik hingga Allah menjemput ajalnya.

Kekuasaan Allah tidak sama dengan kuasanya manusia, maka takdir dan
ketetapan Allah itu adalah salah satu bukti kekuasaan Allah seperti
yang ditegaskan oleh Imam Ahmad ketika salah seorang muridnya bertanya
kepadanya tentang takdir dan beliau menjawab bahwa takdir itu adalah
bukti kekuasaan Allah.

Jika manusia mengetahui sesuatu setelah kejadian, maka Allah Maha
Mengetahui tentang segala kejadian. Sebelum, saat dan setelah kejadian
Allah Maha Mengetahui. Pengetahuan Allah tidak dibatasi oleh ruang dan
waktu. Kekuasaan Allah tidak dibatasi oleh dimensi apapun. Berbeda
dengan manusia yang serba terbatas. Dibatasi dimensi waktu, sehingga
kejadian esok tidaklah diketahuinya kecuali ketika saatnya tiba.
Manusia juga dibatasi oleh dimensi ruang, kejadian di Jakarta tidak
akan diketahuinya ketika ia berada tidak pada tempat kejadian. Atau
kalau sekarang dunia sudah modern, maka masih banyak lagi kejadian
yang berdimensi ruang dan waktu yang tidak diketahui oleh manusia.
Itulah keterbatasan manusia.

Allah berbeda dengan makhluk-Nya. Allah Maha Berkuasa. Kuasa
menetapkan, kuasa membagi penghuni surga dan penghuni neraka. Semua
makhluk adalah milik Allah. Dia tidak akan ditanya atas segala
tindakan-Nya. Manusialah yang akan ditanya segala perbuatannya di sisi
Allah. Meskipun Allah tidak akan ditanya segala perbuatannya, tetapi
Allah sangat menepati segala janji-Nya. Allah berjanji akan memasukkan
orang yang berbuat baik dan beramal shalih ke dalam surga. Allah
berjanji akan mengampuni orang yang bertobat sebelum ajal sampai di
tenggorokan. Allah akan menyiksa orang yang berbuat dosa, meskipun
Allah juga bisa mengampuni mereka dan memasukkannya ke dalam surga.

Pelajaran Ketiga; Hal penting yang perlu ditekankan dan ditegaskan
adalah perkara rezki. Allah berjanji akan memberikan rezki kepada
siapa saja makhluk-Nya di muka bumi. Dalam surat Hud ayat 6
disebutkan, "Wamaa min daabbatin fil ardhi illaa 'alallaahi rizquhaa
wa ya'lamu mustaqqahaa wamustauda'ahaa" (Dan tidak ada makhluk hidup
di muka bumi ini, kecuali Allah yang akan memberikan rezkinya. Dan Dia
mengetahui tempat berdiamnya dan tempat penyimpanannya).

Kalau kita cermati, kita tidak akan cepat menyalahkan takdir atau
menyalahkan Allah, ketika kita disempitkan rezki oleh Allah. Pemberian
rezki bukanlah ukuran sayangnya Allah kepada manusia, karena semua
makhluk pasti akan diberikan rezki. Kita tidak boleh berbangga dengan
limpahan rezki dan tidak boleh berkecil hati dengan rezki yang
pas-pasan. Tiap manusia mempunyai jatah rezki yang berbeda dengan
jatah orang lain.

Orang lain tidak akan bisa merebut rezki orang lain. Inilah ungkapan
puncak ma'rifah kepada kekuasaan Allah seperti yang diungkapkan oleh
Imam Hasan Al-Bashri ketika ditanya oleh muridnya, "Wahai guruku, apa
rahasia zuhud baginda?" Kemudian Syeikh memberikan 4 rahasia dan salah
satu rahasianya adalah 'alimtu anna rezqii laa ya-khudz ghairii
fatma-annat qalbii (aku tahu bahwa rezkiku tidak akan diambil oleh
orang lain, maka hatiku menjadi tenang).

Ketenangan mengarungi kehidupan adalah modal untuk sampai kepada
tujuan. Hati yang tenang akan banyak menyelesaikan permasalahan.
Ketenangan tidak akan datang dengan sendiri. Ketenangan adalah puncak
dari keimanan dan ingat kepada Allah. Iman yang didasari ma'rifah dan
ingat akan kehambaannya di sisi Allah Taala.

Ingatlah bahwa hanya dengan mengingat Allah, hati akan tenang. Wallahu a'lam

http://www.dakwatuna.com/2007/hidup-dan-keimanan/


------------------------------------

====================================================
Pesantren Daarut Tauhiid - Bandung - Jakarta - Batam
====================================================
Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
====================================================
website: http://dtjakarta.or.id/
====================================================Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/daarut-tauhiid/

<*> Your email settings:
Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
http://groups.yahoo.com/group/daarut-tauhiid/join
(Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
daarut-tauhiid-digest@yahoogroups.com
daarut-tauhiid-fullfeatured@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
daarut-tauhiid-unsubscribe@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/

Tidak ada komentar: