JAKARTA (Bisnis.com): Bank Indonesia mengungkapkan dari 72 perguruan tinggi nasional yang telah menyajikan bidang studi ekonomi syariah sebagian besar lulusannya hanya menguasai teori tanpa pemahaman yang lebih aplikatif tentang perbankan syariah sehingga tidak bisa memenuhi kebutuhan bankir di industri tersebut.
Ketua Peneliti Bank Eksekutif Direktorat Perbankan Syariah BI Dhani Gunawan Idat mengatakan saat ini terdapat 72 universitas di Indonesia yang sudah menerapkan mata kuliah ekonomi syariah, tapi lulusannya hanya menguasai teori tanpa penguasaan keilmuan yang aplikatif tentang perbankan syariah.
"Walaupun lulusannya banyak, tapi itu tidak bisa memenuhi kebutuhan bankir di perbankan syariah terutama karena sistem dan kurikulum ekonomi syariah yang hanya bersifat teoritis kesyariahan dan tidak dikombinasikan dengan perkembangan di industri keuangan dan perbankan," katanya hari ini.
Dhani menuturkan persoalan kurangnya sumber daya manusia di perbankan syariah sampai saat ini menjadi faktor utama yang menghambat perkembangan industri syariah jauh dibandingkan dengan Singapura yang baru 3 tahun telah berkembang dengan pangsa pasar sudah bisa 6% terhadap perbankan konvensional dan di Malaysia mencapai 20%.
Menurut dia, rendahnya kapabilitas bankir di perbankan syariah secara otomatis berimplikasi terhadap perkembangan industri yang sampai saat ini asetnya masih di level 2,5% terhadap perbankan konvensional.
"Kalau persoalan kapabilitas dan kompetensi sumber daya manusia itu tentu akan berpengaruh. Pola ekspansi industri dalam menggarap pasar selama ini hanya menggarap pasar konvensional seperti pesantren. Pengembangan produk juga menjadi kurang inovatif sehingga kurang berdaya saing."
Untuk itu, katanya, dalam rangka meningkatkan kebutuhan SDM perbankan syariah diperlukan pembenahan dalam sistem kurikulum ekonomi syariah menjadi lebih aplikatif, agar lulusannya bisa siap pakai sesuai dengan kebutuhan perbankan syariah yang siap tumbuh lebih cepat.
Saat ini, katanya, terdapat 10 bank umum syariah di Indonesia yang telah beroperasi yang diharapkan mampu menciptakan sumber daya bankir syariah yang lebih besar dan mendorong inovasi produk yang lebih cepat.
Perbankan syariah, lanjutnya, seharusnya bisa menguasi 30% terhadap pasar perbankan karena keunggulannya dalam mendukung sektor riil sangat besar yang didukung dengan beberapa alternatif dalam mekanisme pembiayaannya.
"Kami dari BI memberikan kebebasan bagi perbankan untuk menciptakan berbagai macam produk syariah tidak terbatas pada murabahah, selama sesuai dengan prinsip syariah. Namun, tidak pula terlalu liberal seperti di Malaysia." (msw)
[Non-text portions of this message have been removed]
Pesantren Daarut Tauhiid - Bandung - Jakarta - Batam
====================================================
Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
====================================================
website: http://dtjakarta.or.id/
====================================================
Tidak ada komentar:
Posting Komentar