Jumat, 07 Januari 2011

[daarut-tauhiid] Ada Apa dengan Kualitas Remaja?

 

*Ada Apa dengan Kualitas Remaja Putra?*

Oleh Syarif Niskala (also blogged at pendidikanseks.info)

Tanggal 6 Januari 2011 saya berkesempatan *sharing* sudut pandang dengan
remaja-remaja. Pada kesempatan pertama menyemangati tentang *How to write*.
Pesertanya 35 persen remaja putra dan 65 persen remaja putri. Mereka
rata-rata masih sekolah di sekolah menengah pertama. Saat itu, saya sangat
kesulitan untuk mengajak remaja putra untuk berpartisipasi aktif dalam forum
tersebut. Sapaan, ajakan, jabat tangan, tepukan, pujian, bahkan iming-iming
hadiah tidak membuat mereka bergerak. Mereka mengelompok soliter dan
kebanyakan asyik memainkan hapenya sendiri-sendiri. Dari wajah-wajahnya
nampak benar tarikan gelap rasa kurang percaya diri, saling mendorong ketika
diminta pendapat, nada suara gugup, berbicara pelan, miskin antusiasme, dan
kehampaan.

Kesempatan kedua berbagi adalah tentang *Bersahabat dengan Internet* di
komunitas remaja Muhammadiyah Bandung. Pula, komposisi peserta terdiri atas
30 persen remaja putra dan 70 persen remaja putri. Kisaran pendidikan mereka
pada masa SMP dan SMA. Sayang sekali. Pada kesempatan kedua ini pun saya
menghadapi situasi yang mirip dengan pertemuan di pagi hari di tempat yang
berbeda. Remaja putranya sangat pasif, tidak percaya diri, bersuara sangat
pelan, berusaha menyembunyikan diri dari perhatian, miskin antusiasme, dan
air muka yang keruh.

Ada apa dengan kualitas remaja putra?

Bukankah seyogianya seorang remaja putra harus terlihat percaya diri, gagah,
bersuara lantang, berebut inisiatif, antusias, bersemangat, berpikir kritis,
bertindak aktif, berperasaan lugas, dan ekspresif. Mengapa remaja putra
demikian inferior dibandingkan remaja putri? Bagaimana dengan nasib
kepemimpinan di masa depan jika kualitas remaja-remaja putra Indonesia
seperti ini? Bagaimana nasib keluarga-keluarga yang dipimpin oleh pria-pria
dengan mental kerdil seperti ini?

Pikiran negatif saya berkelebat, jangan-jangan fenomena ini merupakan akibat
rusaknya mental dan otak mereka oleh pornografi. Inikah bukti dari
kekhawatiran Ibu Elly Risman Musa dan Bunda Neno Warisman yang mengatakan
pornografi telah meneror jiwa mereka dan menjerembabkannya ke titik paling
rendah? Inikah bukti sahih dari Dr. Mark B. Kastleman (pakar adiksi
pornografi Amerika Serikat) yang menyatakan bahwa pornografi merusak lima
bagian otak (156% lebih merusak dibandingkan narkoba)?

Kualitas masa depan seperti apa yang sedang kita songsong? Harapan seperti
apa yang sedang kita gantang di masa depan?

Sahabat, apa yang dapat kita lakukan untuk menyelamatkan generasi harapan
kita ini? Pendampingan seperti apa yang telah, sedang, dan akan kita lakukan
pada putra-putri kita ini? Apakah masih ada kesempatan untuk menunda?

From the note of Syarif Niskala

--
Kronik dunia pendidikan yang diselenggarakan negera memang memadukan miris
dan geli. Anda sebaiknya membaca buku *Alangkah Lucunya Sekolah Negeri
Ini*untuk melihat realitanya. Buku seharga Rp33.000 ini disusun oleh
trio guru
sarat pengabdian. Diterbikan oleh Sygma
Publishing<http://www.sygmapublishing.com>dan dapat dipesan ke Titin
Fatimah (0852.1471.0257). Satir kalau kata
Marissa Haque.

[Non-text portions of this message have been removed]

__._,_.___
Recent Activity:
====================================================
Pesantren Daarut Tauhiid - Bandung - Jakarta - Batam
====================================================
Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
====================================================
       website:  http://dtjakarta.or.id/
====================================================
.

__,_._,___

Tidak ada komentar: