Selasa, 29 Maret 2011

[sekolah-kehidupan] Digest Number 3357[1 Attachment]

Messages In This Digest (6 Messages)

Messages

1.

OOT - Merangkai Senyum Indonesia

Posted by: "doni" doni_rzi@yahoo.com   doni_rzi

Mon Mar 28, 2011 7:51 am (PDT)



Negara kita menjamin anak2 terlantar dipelihara oleh Negara. tapi kenyataannya tidak demikian. :(
Masih banyak anak2 bertebaran dijalan2 raya, yg seharusnya belajar menuntut ilmu tapi malah bekerja.

Bagaimanakah kita melihat fenomena ini, adakah pintu hati kita terketuk?
Kami rumah zakat menawarkan solusi kepada sobat zakat bila ingin membantu mereka untuk bersekolah kembali.

Sudah tidak zamannya lagi menjadi orang tua asuh, harus mengeluarkan biaya yg besar.
dengan program Beasiswa Ceria, sobat zakat bisa menjadi orang tua asuh anak2 yatim maupun dhuafa. dengan hanya berdonasi sebesar:

Beasiswa Ceria SD= 155.000/bln atau 1.860.000/tahun
Beasiswa Ceria SMP= 180.000/bulan atau 2.160.000/tahun
Beasiswa Ceria SMA= 205.000/bulan atau 2.460.000/tahun

www.rumahzakat.org

Untuk bantuan ke jepang insya Allah jika ada yang bertanya.. bisa kita terima bekerja sama dengan AID for japan dengan bendera zakat indonesia...

2.

Sharing Artikel: RAHASIA PENSIUN MUDA, KAYA RAYA, Dan BAHAGIA

Posted by: "arifin yoshodharmo" arifiny2567@yahoo.com   arifiny2567

Mon Mar 28, 2011 7:52 am (PDT)

[Attachment(s) from arifin yoshodharmo included below]


Dear All...

Ijinkanlah saya men-Sharingkan sebuah Artikel Bagus yang diambil dari
http://www.adiwgunawan.com/awg.php?co=p5&mode=detil&ID=173
Oleh Adi W. Gunawan, salah satu "Guru" saya, di bidang HypnoTherapy

Selamat Menikmati...
Semoga berguna dalam Membuka Wawasan kita semua...

________________________________

Rahasia Pensiun Muda, Kaya Raya, Dan Bahagia

Pensiun muda, kaya raya, dan bahagia adalah idaman setiap orang. Siapa yang mau
kerja sampai tua tapi tetap miskin dan menderita? Ada orang yang setelah
menetapkan goal mereka dapat mencapai goal itu dengan cukup mudah. Ada yang
perlu kerja sedikit lebih keras… dan akhirnya berhasil. Namun ada juga yang
telah bekerja sangat keras tetap belum bisa berhasil.

Sebenarnya apakah sulit untuk bisa pensiun muda, kaya raya, dan bahagia? Ah,
nggak. Justru sangat mudah.

Jika memang sangat mudah mengapa banyak orang tidak bisa mencapainya? Nah,
inilah alasannya saya menulis artikel ini.
Jawaban singkatnya sederhana sekali. Ini semua bergantung pada definisi sukses
yang mereka tetapkan untuk diri mereka.
Lho, maksudnya?

Begini ya. Banyak orang tidak menetapkan secara sadar arti sukses bagi diri
mereka. Umumnya orang, termasuk saya juga dulunya, mengadopsi sukses berdasarkan
definisi atau kriteria orang lain. Itulah sebabnya bila kita bertanya kepada
orang, "Apa yang ingin anda capai dalam hidup?", mereka akan menjawab, "Sukses".
Kalau kita kejar lagi, "Sukses seperti apa?", maka umumnya mereka akan menjawab,
"Mencapai kebebasan waktu dan uang" atau "Pensiun dini". Yang paling keren
adalah jawaban, "Muda kaya raya, tua foya-foya, mati masuk surga".

Dulu saya juga ingin sukses seperti di atas. Namun sekarang saya mengerti.
Sukses bukanlah seperti yang didefinisikan kebanyakan orang. Kita harus
menetapkan sendiri definisi sukses. Saya mendefinisikan sukses sebagai perjalan
diri berdasar peta sukses yang kita rencanakan sendiri dengan kesadaran kita
saat itu.

Di sini ada dua komponen penting.
Pertama, sukses adalah perjalanan yang dilakukan berdasarkan peta sukses.
Kedua, peta sukses ini kita rencanakan sendiri dengan kesadaran kita saat itu.

Peta sukses ini adalah impian-impian yang ingin kita capai dalam hidup. Impian
harus memenuhi dua syarat utama yaitu harus bersifat personal dan bermakna. Dan
yang lebih penting lagi adalah kita menetapkan impian dengan menggunakan
kesadaran kita pada saat itu.

Hal ini berarti seiring dengan berkembang dan meningkatnya kesadaran diri maka
kita perlu melakukan update impian-impian kita. Ada yang perlu kita tambah dan
ada yang perlu kita hapus dari daftar. Mengapa sampai perlu dihapus dan
ditambah? Karena seringkali apa yang dulu kita anggap penting ternyata sekarang
sudah tidak penting lagi. Apa yang dulu kita anggap personal dan bermakna
ternyata sekarang sudah tidak bermakna lagi karena level kesadaran kita telah
berkembang. Sebaliknya apa yang dulu tidak terpikirkan oleh kita, eh… sekarang
malah sangat penting untuk kita capai.

Impian harus ditetapkan dengan mengacu pada nilai-nilai hidup (value) tertinggi
kita. Tidak asal ditetapkan seperti yang dilakukan oleh kebanyakan orang. Saat
impian sejalan dengan value maka impian ini berisi muatan emosi positif yang
tinggi. Emosi positif ini selanjutnya akan menjadi pendorong, motivator, dan
sekaligus provokator sehingga kita akan selalu semangat melakukan kerja atau
upaya untuk mencapainya.

Pencerahan lain yang saya dapatkan adalah kita perlu hati-hati menetapkan makna
kata "pensiun". Mengapa? Karena ada begitu banyak orang sulit mencapai kebebasan
waktu dan uang yang mereka impikan karena mereka dihambat oleh kata "pensiun".
Lho, kok bisa begitu?

Begini ya. Manusia berpikir dengan menggunakan dua pikiran yaitu pikiran sadar
dan bawah sadar. Pensiun diartikan sebagai sesuatu yang indah, kebebasan uang
dan waktu, ini kan baru kita dapatkan setelah kita dewasa. Apalagi setelah
membaca bukunya Robert Kiyosaki Cashflow Quadrant.

Pensiun menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) artinya: 1) tidak bekerja
lagi karena masa tugasnya telah selesai, dan 2) uang tunjangan yang diterima
tiap-tiap bulan oleh karyawan sesudah ia berhenti bekerja atau oleh istri
(suami) dan anak-anaknya yang belum dewasa kalau ia meninggal dunia. Definisi
pensiun di atas nggak terlalu bagus, kan?

Nah, bagaimana dengan makna "pensiun" menurut orang di sekitar kita? Berbeda
dengan definisi KBBI di atas, dari hasil programming saat kita masih kecil
umumnya kata "pensiun" mempunyai arti "berhenti bekerja", "uang pas-pasan",
"nganggur karena sudah nggak ada kerjaan", "tidak punya kekuasaan", "tidak
dihargai orang", "tua dan lemah", atau "melewati hari-hari yang membosankan".

Hal ini ditambah lagi ada banyak contoh orang yang pensiun dari jabatan tertentu
eh.. dua tahun kemudian meninggal.
Jadi, tanpa kita sadari ada muatan emosi negatif yang cukup tinggi yang melekat
pada kata "pensiun". Emosi negatif ini bekerja di level pikiran bawah sadar dan
tanpa kita sadari justru menjadi mental block yang menghambat upaya kita.

Langkah awal untuk pensiun adalah melakukan definisi ulang makna kata
"pensiun". Dan pastikan makna ini benar-benar masuk dan tertanam dengan kuat di
pikiran bawah sadar kita.

Anda mungkin tidak percaya dengan apa yang saya jelaskan di atas, bahwa apa yang
kita pikirkan secara sadar belum tentu sejalan dengan pikiran bawah sadar. Bila
sampai terjadi konflik antara pikiran sadar dan bawah sadar maka yang selalu
menang adalah pikiran bawah sadar.

Ini saya beri contoh nyata. Seorang kawan, sebut saja Budi, adalah anak muda
yang sangat aktif dan percaya diri. Budi punya impian besar. Ia ingin jadi orang
sukses. Budi menyiapkan diri dengan sungguh-sungguh. Ia serius mengembangkan
dirinya dengan membaca sangat banyak buku pengembangan diri, bisnis, keuangan,
ekonomi, dan mengikuti berbagai seminar di dalam dan luar negeri. Budi telah
mengikuti pelatihan semua pembicara top Indonesia. Di luar negeri Budi, antara
lain, mengikuti pelatihan Anthony Robbins dan Robert Kiyosaki.

Setelah dipertimbangkan dengan sungguh-sungguh Budi akhirnya memilih fast track
menjadi orang kaya dengan menjadi pengusaha properti. Budi sadar
sesadar-sadarnya bahwa, seperti ilmu yang ia dapatkan dari berbagai pelatihan
yang ia ikuti, untuk bisa sukses finansial tidak perlu modal besar. "You don'
need a lot of money to make a lot of money", ini mantra yang selalu ia sampaikan
pada saya, " Yang penting sikap, keyakinan diri, dan antusiasme". Namun setelah
mencoba sekian lama Budi masih tetap belum bisa berhasil. So, what's wrong? Some
thong wring… eh.. salah… some thing wrong.
Apa yang menjadi penghambat Budi?

Pikiran sadar Budi yakin bahwa tidak perlu uang banyak untuk sukes secara
finansial. Namun pikiran bawah sadarnya berkata sebaliknya. Budi belum bisa
sukses karena, menurut pikiran bawah sadarnya, tidak punya modal banyak. Hal ini
semakin diperparah lagi dengan satu program pikiran yang ia dapatkan dari
ayahnya yaitu kalau berbisnis tidak boleh mengambil untung banyak karena
pelanggan bisa lari ke orang lain.

Saat keluar dari kondisi relaksasi pikiran dan diajak berdiskusi mengenai mental
blocknya Budi sempat bingung. Ia berkata, "Ini benar-benar nggak masuk akal.
Saya sudah yakin seyakin-yakinnya kalau mau sukses nggak perlu modal besar, eh…
pikiran bawah sadar saya berkata sebaliknya. Makanya susah sekali untuk sukses.
Rupanya saya disabotase pikiran saya sendiri. Padahal saya yakin sekali lho
dengan apa yang diajarkan Kiyosaki."
Nah, pembaca, anda jelas sekarang?

Kembali ke definisi kata "pensiun", saya mendefinisikan pensiun bukan dari
ukuran kebebasan waktu dan uang yang saya capai. Saya mendefinisikan pensiun
sebagai melakukan sesuatu dengan pikiran tenang dan hati yang damai.
Nah, untuk bisa mencapai pikiran yang tenang dan hati yang damai, saat melakukan
suatu kegiatan,pekerjaan, atau bisnis, maka saya perlu menetapkan
syarat-syarat yang spesifik. Istilah teknisnya "rule" atau aturan.

Saya menetapkan syarat antara lain: 1) saya suka melakukan pekerjaan itu, 2)
semakin saya melakukannya maka semakin diri saya bertumbuh dan berkembang ke
arah yang lebih baik, 3) apa yang saya lakukan mempengaruhi hidup orang banyak
secara positif, 4) saya menentukan harganya, 5) saya bisa melakukannya di mana
saja, kapan saja, dan dengan siapa saja, 6) tidak perlu banyak karyawan, 7)
gudangnya ada di otak dan komputer saya, 8) saya bersedia tidak dibayar
melakukan apa yang saya lakukan, 9) sejalan dengan tujuan hidup saya, 10) bisa
diwariskan atau diteruskan oleh anak.

Jika anda baca dengan saksama maka syarat yang saya tetapkan di atas sebenarnya
menjelaskan satu hal yaitu passion. Namun juga jangan salah mengerti ya. Jika
hanya berbekal passion saja tidak cukup untuk sukses. Passion harus didukung
oleh strategi yang jitu dan terarah.

Ada klien saya yang hanya mengandalkan passion saja, walaupun saya tahu ia orang
yang sangat kompeten di bidangnya, ternyata harus mengalami kegagalan beruntun
di dalam bisnisnya. Waktu saya tanya, "Strategi apa yang akan anda gunakan dalam
memasarkan produk anda?", jawabnya enteng, "Nggak usah pake strategi
macam-macam. Pokoknya saya senang melakukan apa yang saya lakukan. Hasilnya
pasti akan bagus. Nanti akan sukses dengan sendirinya".

Apa yang terjadi? Benar di awal bisnisnya pesanan sangat banyak. Namun karena
tidak didukung dengan perencanaan yang matang, klien ini harus kalang kabut
untuk memenuhi pesanan produknya. Akibatnya, quality control terabaikan. Dan
ending-nya, bisnisnya bubar karena banyak klien kecewa dan menolak melanjutkan
kerjasama.

Defisi lain yang perlu kita tetapkan dengan sangat hati-hati adalah makna kata
"kaya". Apa ukurannya sehingga seseorang disebut sebagai orang kaya?

Masyarakat umumnya mengukur dari jumlah rupiah yang dimiliki seseorang. Semakin
banyak rupiahnya maka semakin kaya orang itu. Apakah benar seperti ini?

Jawaban ini benar, untuk ukuran kebanyakan orang. Namun untuk diri kita sendiri,
kita perlu menetapkan definisi yang personal. Kaya sebenarnya tidak ada
hubungannya dengan jumlah rupiah. Kaya sebenarnya lebih ditentukan oleh perasaan
cukup.
Apa maksudnya?

Begini, ada banyak orang yang sangat kaya (uangnya banyak sekali) namun
sebenarnya ia hidup dalam kemiskinan. Juga ada sangat banyak orang yang miskin
(uangnya sedikit sekali) namun mereka sangat kaya.
Seorang kawan dengan sangat bijak pernah berkata, "Orang kaya itu adalah orang
miskin yang kebetulan uangnya banyak. Sedangkan orang miskin itu adalah orang
kaya yang kebetulan uangnya sedikit."
Lho, kok dibolak-balik?

Kaya atau miskin ini lebih ditentukan oleh perasaan cukup. Saat kita merasa
cukup, kita puas dengan apa yang kita miliki, maka pada saat itu kita telah
menjadi orang kaya. Kita bisa kaya tanpa harus punya uang sangat banyak.
Sebaliknya, walaupun kita punya isi seluruh dunia, namun bila kita masih tetap
saja merasa kurang maka sebenarnya kita adalah orang miskin. Bahkan John D.
Rockefeller JR., berkata, "Orang termiskin yang aku ketahui adalah orang yang
tidak mempunyai apa-apa kecuali uang".
Kaya raya ukurannya semata-mata hanyalah suatu perasaan. Dan karena parameternya
adalah perasaan maka hal ini sangatlah subjektif. Setiap orang punya takaran
sendiri. Kita tidak boleh menggunakan takaran orang lain untuk mengukur diri
kita. Demikian pula sebaliknya kita tidak boleh menggunakan takaran kita untuk
mengukur orang lain.

Nah, sekarang bagaimana menjadi bahagia?
Jika kita melakukan pekerjaan atau bisnis dengan hati gembira, karena sesuai
dengan nilai-nilai dan tujuan hidup kita, dan menjadi kaya berdasarkan perasaan
cukup yang kita tetapkan sendiri, dengan penuh kesadaran, maka hasil akhirnya
kita pasti bahagia.
Saya pernah ditanya seorang peserta seminar, "Pak Adi, kalau memang Bapak
sedemikian hebat, mengerti otak-atik pikiran, bisa membantu seseorang berubah
dan sukses, mengapa Bapak tidak mendirikan banyak perusahaan dan menjadi
milyuner? Atau mengapa Bapak tidak mencoba menjadi presiden RI?".

Menjawab pertanyaan peserta ini saya menjelaskan dua hal. Pertama, saya tidak
pernah mengklaim diri saya sebagai orang hebat. Saya hanyalah seorang pembelajar
di Universitas Kehidupan yang kebetulan mengambil spesialisasi jurusan super
spesialis teknologi pikiran. Saya belajar dan praktik lebih dulu dari peserta
itu. Jika kita sama-sama belajar, bisa jadi peserta itu jauh lebih pintar dari
saya.

Kedua, saya tidak akan mau mendirikan perusahaan besar ataupun jadi presiden
RI. Sebenarnya sekarang pun saya adalah seorang presiden, Presiden Direktur di
perusahaan Kehidupan saya sendiri. Alasan lainnya saya telah menentukan tujuan
hidup saya, yang didasarkan pada nilai-nilai hidup saya. Saya punya parameter
yang sangat subjektif yang digunakan untuk mengukur keberhasilan hidup saya.
Salah satunya adalah ketenangan pikiran dan kedamaian hati.

Saya pernah menghentikan kerjasama dengan seorang saudara, walaupun bisnis itu
bisa memberikan hasil yang luar biasa, namun saya tidak lagi merasa damai dan
bahagia. Justru dengan bekerja sendiri pikiran saya menjadi lebih tenang dan
hati saya lebih damai. Dan hasilnya, jauh lebih dahsyat daripada sebelumnya.

Nah pembaca, nggak susah kan untuk bisa pensiun muda, kaya raya, dan bahagia?

Kalau mati masuk surga, wah ini urusannya sama Tuhan. Saya nggak berani
komentar.

Adi W. Gunawan
http://www.adiwgunawan.com/awg.php

________________________________

PS:
Bagi Anda yang mau belajar Hypnosis - Hypnotherapy sekaligus menjadi
Hypnotherapis bersertifikat yang handal,
Serta belajar Energy Healing (Tanpa Inisiasi, di"isi" ataupun klenik, Hanya
menggunakan Penyadaran & Energi Kehidupan dari TUHAN, untuk Membantu Penyembuhan
Penyakit Apapun),
Dan diTherapy untuk lebih Sehat, Sukses serta Bahagia, maka bisa mengikuti:

WS HYPNOTHERAPY & Healing serta NLP
Plus diTherapy utk: SEHAT, SUKSES & BAHAGIA
Jakarta, Minggu, 10 April ATAU Jumat, 15 April DAN Sabtu-Minggu, 16-17 April
2011

Info Lengkap, silahkan buka Link di bawah ini:
http://arifinyes.multiply.com/calendar/item/10145/WS_HYPNOSIS-HYPNOTHERAPHY_NLP_HEALING_Jkt_1015_16-17_April_2011

Thank you!
Arifin Yoshodharmo, SE., MMSI., M.Com(IS), C.Ht.. QT., CI., QAH

(C.Ht. = Certified Hypnotherapist from IBH = Indonesian Board of
Hypnotherapist)
(QT = Quantum Touch-er)
(CI = Certified Instructor of Hypnotheraphy from IBH = Indonesian Board of
Hypnotherapist)

(QAH = Quantum Awareness Healing Practitioner)

Photographer, Trainer,
Hypnotherapist, Energy Healer
& Life Consultant

SMS : 085678 098 48
http://arifinyes.multiply.com/
FaceBook : http://www.facebook.com/profile.php?id=693253737

Follow yor Passion...
FreeUp Your LIFE...!

Check my Workshop Schedule at: http://arifinyes.multiply.com/calendar/2011/4

Attachment(s) from arifin yoshodharmo

1 of 1 Photo(s)

3.

Artikel: Complain Handling – Belajar Dari Kasus PT. Telekomun

Posted by: "Dadang Kadarusman" dkadarusman@yahoo.com   dkadarusman

Mon Mar 28, 2011 7:54 am (PDT)



Artikel: Complain Handling – Belajar Dari Kasus PT. Telekomunikasi Indonesia
 
Hore,
Hari Baru!
Teman-teman.
 
"Mendengarkan suara pelanggan," demikian yang sering dinasihatkan oleh para ahli service excellence. Dari suara pelanggan itu kita bisa tahu apakah pelayanan kita sudah baik atau belum. Kemudian kita bisa mengambil tindakan yang relevan untuk meningkatkan kualitas pelayanan. Masalahnya, telinga kita hanya nyaman mendengar pujian. Sedangkan kepada kritikan, rasanya telinga ini agak alergi; hingga enggan untuk mendengarkan. Meskipun secara konsepsi kita percaya bahwa suara pelanggan memang selayaknya didengarkan, namun dalam praktek sehari-hari kita sering antipati kepada pelanggan yang menyampaikan keluhan. Jika demikian, apakah sesungguhnya kita ini bersungguh-sungguh bersedia memberikan pelayanan terbaik kepada pelanggan?
 
Diantara sekian banyak contoh buruk pelayanan kepada pelanggan yang pernah saya cermati khususnya di dunia bisnis telco, saya mencatatkan sebuah contoh baik yang layak diteladani. Saya menuangkan pandangan ini setelah mengalami berbagai peristiwa menarik sehubungan dengan perilaku provider telco baik PSTN maupun selular.  Saya juga berharap artikel ini bisa menjadi penyeimbang positif terhadap artikel saya sebelumnya tentang betapa buruknya perilaku bisnis telco dan content provider di negeri kita, serta betapa tidak berdayanya pemerintah sebagai regulator bisnis ini.
 
Beberapa waktu lalu saya berencana untuk menghentikan langganan salah satu sambungan telepon rumah saya dari Telkom. Alasan saya; tagihan telepon kami dalam beberapa bulan terakhir membengkak dengan cara yang aneh. Ketika tiba di kantor Telkom itulah kemudian saya tahu apa penyebab pembengkakan tagihan itu. Ternyata, Telkom meningkatkan beban biaya bulanan (abonemen) tagihan telepon saya karena adanya program 'nilai tambah'. Petugas CSO bersikukuh bahwa program itu memberikan nilai tambah kepada pelanggan. Petugas Telkom juga mengatakan kepada saya bahwa sebagai pelanggan saya 'sudah menyetujui' pengenaan tarip abonenem khusus itu.
 
Saya melihat tiga kejanggalan disini. Pertama, nilai tambah yang digembar-gemborkan oleh CSO Telkom itu tidak dikomunikasikan kepada pelanggannya, sehingga pelanggan tidak benar-benar menggunakan nilai tambah itu. Kedua, sekalipun pelanggan tidak menggunakan fasilitas yang 'katanya' memiliki nilai tambah itu, namun mereka tetap dikenakan tambahan beban biaya bulanan yang luar biasa persentasenya jika dibandingkan dengan abonemen normal. Kejanggalan ketiga, adalah sebuah kejanggalan yang sangat parah, yaitu; terjadinya pemalsuan data seolah-olah pelanggan telah memberikan persetujuan kepada pihak Telkom untuk mengikuti program 'nilai tambah' itu. Sekarang saya mengerti, mengapa tagihan kedua saluran telepon di rumah saya melebihi rata-rata tagihan selama ini.
 
Apa yang saya minta kepada CSO Telkom waktu itu sederhana sekali; tunjukkan bukti bahwa saya telah memberikan ijin kepada mereka. Karena petugas itu tidak bisa menunjukkan bukti persetujuan dari saya yang di klaimnya sudah mereka dapatkan itu, maka saya meminta uang saya yang sudah terlanjur di ambil tanpa ijin dikembalikan. Merasa ini diluar wewenangnya, petugas CSO mempersilakan saya untuk menemui kepala kantornya. Maka saya pun menghadap beliau.
 
Dari sang atasan itulah kemudian saya memahami bahwa sejak tahun lalu Telkom memang sedang melakukan diversivikasi layanan. Mereka menyebutnya sebagai pelayanan yang memberikan nilai tambah kepada pelanggan. Produknya memiliki berbagai macam tingkatan, yang masing-masing berkorelasi dengan besarnya abonemen bulanan yang dibebankan kepada pelanggan. Jika tarip abonemen normal hanya sekitar 30 ribuan, maka tarip 'program nilai tambah' itu beragam menjadi sekitar 60 ribuan, 125 ribuan dan sebagainya. Bayangkan saja, salah satu sambungan telepon saya yang biasanya membayar abonemen 35 ribuan tiba-tiba saja ditagihkan sebesar 125 ribuan. Artinya, hampir 400% dari tarip abonemen normal. Lebih mencengangkan lagi karena ternyata Telkom sudah menerapkan tarip itu sejak 7 bulan tanpa memberi tahu saya dan tentu saja tanpa adanya konfirmasi dari saya sebagai pelanggan untuk mengikuti program 'nilai tambah' itu. Saat itu pula saya mengajukan dua permintaan
kepada sang atasan di kantor Telkom; pertama, kembalikan uang saya, dan kedua, membenahi cara mereka dalam mendapatkan 'persetujuan' pelanggan.
 
Sang atasan menjelaskan kepada saya bahwa Telkom menunjuk pihak ke-3 untuk memasarkan produk 'nilai tambah' itu. Namun, menurut hemat saya; Telkom tidak bisa berlepas tangan terhadap kecurangan yang dilakukan oleh mitra kerjanya. Pelanggan, tidak berurusan dengan 'pihak ke-3 itu'. Maka, akhirnya saya mendapatkan kesanggupan pengembalian dana. Sayangnya, beliau menyatakan bahwa sesuai dengan SOP yang ada, Telkom hanya akan memberikan pengembalian uang saya 3 bulan terakhir. Saya mengajukan keberatan karena uang saya telah diambil secara sewenang-wenang selama 7 bulan. Maka kemudian, sang atasan meminta waktu untuk 'mengurusnya' kepada atasan yang lebih tinggi. Beliau berjanji untuk menghubungi saya dalam 2-3 hari kemudian.
 
Dua hari kemudian, sang atasan menelepon saya. Ini adalah tindakan yang mengundang respek pelanggan. Beliau benar-benar memegang janjinya. Ada cukup banyak janji yang pernah saya dapatkan dari penyedia jasa lain; namun ada banyak yang sekedar janji-janji kosong belaka. Bahkan, ada juga representatif perusahaan yang ngotot dan malah menghardik pelanggannya ketika mereka menyampaikan keluhan. Manager Telkom ini sudah menunjukkan komitmen pelayanannya yang sangat tinggi. Dan saya sangat menghargainya.  Dalam teleponnya, beliau mengatakan;"saya sudah berusaha memohon kebijaksanaan atasan saya, dan Bapak akan mendapatkan penggantian 6 bulan terakhir,"
 
"Lho, tanggung amat Pak? Kenapa tidak sekalian 7 bulan seperti kenyataan yang ada di lapangan?" saya kembali mengajukan keberatan.
"Itu sudah policy kami Pak, bahkan sekarang Bapak mendapatkan 6 bulan padahal aturan perusahaan hanya membolehkan mengembalikan uang pelanggan dalam 3 bulan terakhir," begitu beliau berkilah.
 
Cukup lama saya meyakinkan beliau bahwa jika ingin menyelamatkan perusahaannya, maka beliau harus berani melakukan cara yang benar menurut kaidah dan etika bisnis, bukan menurut nafsu pengusaha untuk mengeruk keuntungan. Apalagi di zaman bisnis telco yang semerawut seperti saat ini seolah-olah para pengusaha bisa secara leluasa mengeruk pulsa pelanggannya secara semena-mena. Meskipun indikasi penyalahgunaan itu sudah sedemikian gamblangnya dihadapan kita, namun tidak tampak adanya upaya nyata untuk menatanya. Saya menghimbau kepada beliau agar Telkom tidak ikut-ikutan seperti itu, sebab meskipun sudah go-public, Telkom tetaplah BUMN milik rakyat Indonesia. Maka sepantasnyalah Telkom mempelopori bisnis telco yang beretika, dan melindungi serta menghargai hak-hak pelanggannya yang rakyat Indonesia sekaligus pemilik sesungguhnya dari BUMN itu. Kira-kira seminggu kemudian, beliau kembali menelepon saya. Dan beliau mengatakan bahwa Telkom mengabulkan
permintaan saya untuk mengembalikan semua uang saya.
 
Menurut pendapat Anda, apa yang mungkin terjadi jika Telkom tidak memiliki seorang karyawan hebat seperti yang baru saja saya ceritakan? Mengalami kerugian karena saya memutuskan sambungan telepon di rumah saya? Tentu tidak. Karena nilai saya terlampau kecil untuk menimbulkan dampak yang bermakna kepada penghasilan perusahaan. Lantas apa? Saya kira, yang paling penting adalah; hilangnya kesempatan bagi Telkom untuk menyadari bahwa ada penyalahgunaan kemitraan yang dibangunnya dengan pihak ke-3. Karena projek itu masih baru, masih belum banyak pelanggan yang menyadarinya, sehingga boleh jadi 'bisnis' di permukaan terlihat baik-baik saja. Tetapi, jika itu dibiarkan, bukan mustahil jika praktek-praktek tidak etik itu akan berubah menjadi bom waktu yang semakin lama semakin membahayakan perusahaan.
 
Menurut hemat saya, Telkom beruntung mempekerjakan karyawan yang telah dengan tulus dan gigihnya melayani saya seperti beliau. Orang ini memang bukan karyawan biasa, mengingat kedudukannya yang cukup tinggi di kantor itu. Namun, hal ini menunjukkan bahwa Telkom memiliki modal dasar yang kuat untuk membangun bisnis yang beretika dan berorientasi kepada pelayanan kepada pelanggan yang baik. Secara pribadi, saya berharap agar Telkom bisa membangun kemampuan serupa di seluruh jajaran petugas pelayanan kepada pelanggannya. Bukan hanya di level pemimpin, melainkan juga di level front-liners yang sehari-harinya langsung berhubungan dengan pelanggan. Dengan demikian, Telkom bisa menjadikan semangat melayani itu sebagai bagian dari identitas perusahaan. Dan sebagai pelanggan, saya juga bisa berharap agar Telkom mampu menjadi model bagi provider bisnis telco lainnya untuk menerapkan etika dan pelayanan terbaiknya kepada pelanggan; bukan hanya memenuhi target
pendapatan perusahaan belaka.
 
Memangnya ada apa dengan bisnis telco kita? Hmmh, sayang sekali. Kita masih belum menyadari apa yang sedang terjadi, padahal keluhan pelanggan semakin marak terjadi. Tetapi, apakah benar itu terjadi? Tidak ada gunanya berdebat soal fakta yang nyata ada ditengah-tengah kita. Tetapi saya percaya bahwa provider telepon di negeri kita ingin agar bisnisnya lestari dan berdigniti. Dan dari case yang saya alami di Telkom ini, saya percaya jika Telkom bisa menjadi pionir untuk menunjukkan cara melayani pelanggan dengan sebaik-baiknya. Setidak-tidaknya, saya melihat bibit unggul yang dimiliki oleh Telkom melalui seseorang yang telah melayani saya beberapa waktu lalu. Dan saya percaya jika karyawan yang satu ini benar-benar merupakan asset berharga bagi Telkom. Saya berdoa agar dimasa depan beliau bisa menduduki posisi kunci yang dapat membawa Telkom dan bisnis telco di Indonesia bergerak kearah yang lebih baik lagi.
 
 
Mari Berbagi Semangat!
Dadang Kadarusman
Natural Intelligence Contemplator
www.dadangkadarusman.com
 
Catatan Kaki:
Ketika kita menyadari bahwa melayani pelanggan itu pada hakekatnya juga melayani hamba Tuhan, maka kita tidak akan berani memperlakukannya hanya sekedar untuk mencari keuntungan.

--------------------------------
Buku-buku terbaru Dadang Kadarusman sudah tersedia di toko buku atau bisa dipesan di http://www.bukudadang.com/

4.

(no subject)

Posted by: "Mied" mid_sirait@yahoo.com   mid_sirait

Mon Mar 28, 2011 8:47 am (PDT)

5.

Beginilah Pelayanan Prima Mereka

Posted by: "rahmad nurdin" rahmad.aceh@gmail.com   rahmadsyah_tcc

Mon Mar 28, 2011 10:00 pm (PDT)



Beginilah Pelayanan Prima Mereka

By Rahmadsyah Mind-Therapist <http://www.kursusnlp.com/p/contact.html>

Assalamu�alaikum wr.wb

Shahabat saya yang budiman. Allah berfirman �*Berdoalah kamu niscaya Aku
kabulkan..*� Oleh karena itu, mari saling mendoakan, agar apa yang kita
harapkan menjadi hak kita, setelah kita memantaskan ikhtiar, sesuai dengan
harapan. Amin.

*Ulang tahun dentist&dentists*

Tanggal 13 Maret yang lalu, saya mendapat kesempatan untuk memeriahkan ulang
tahun dentist&dentists yang ke-7. Sebagai partner juga sekaligus tempat saya
dan teman-teman menyinggahi Lt.3 dentist
aktivitas/kantor<http://www.kursusnlp.com/p/contact.html>.
Pada peringatan yang ke-7 ini, pihak managemen memilih untuk berwisata ke
pulau Ayer. Sekitar 20 menit dari dermaga 16 Ancol.

Untuk menuju ketempat tujuan (Pulau Ayer), mesti melintasi dengan
menggunakan transportasi air. Bagi pengungjung yang ingin menikmati pulau
tersebut, bisa dengan menggunakan ankutan khusus, yang di sediakan oleh
pihak pariwisata atau dengan menyewa kapal kecil yang berlabuh di dermaga.

*Impian terwujud*

Sementara itu, kalau melihat film-film yang mengambil secene diatas kapal
kecil, atau di daerah darmaga Ancol, saya hanya pernah terfikir �*Enak juga
ya bisa naik kapal-kapal itu?*�. Saat saya di Aceh, transportasi laut sering
dan pernah saya naiki. Itu biasanya kapal yang di pakai para nelayan untuk
mencari nafkah / ikan ke laut. Kalau ini berbeda, karena terkesan mewah.
Sudah pasti, kemewahan itu terlihat dari jenis dan design kapal itu sendiri.

Dan perjalanan menuju ke pulau Ayer, dentist&dentists menyewa 2 buah kapal
untuk 42 orang (perawat, managemen dan para dokter). Jam 08.20, setelah
berkumpul semua di dermaga 16. Maka saatnya siap-siap menaiki kapal yang
telah tersedia. Saya memutuskan untuk naik di deg atas agar bisa marasakan
agin laut dan melihat luas keluar.

Ketika kapal mulai berangkat dan keluar dari areal dermaga, kapal melaju
dengan kecepatan penuh. Perjalanan melintasi laut ini, menumbuhkan rasa
syukur dalam diri, karena impian saya tercapai. Sekali lagi, ini semakin
menyadarkan untuk semakin yakin, bahwa impian pasti bisa terwujud.

*Pelayanan prima*

Jam 08.40 kami tiba tempat tujuan di dermaga pulau Ayer. Sebelum berangkat,
saya berfikir pulau yang di tuju seperti pulau Anyar (Banten). Saya sudah
berniat untuk bermain-main di pantai dan di atas pasir. Sambil menikmati
ombak-ombak kecil. Ternyata tempat yang di tuju tidak lah seperti perkiraan
saya. Sebab, pulau ini merupakan tempat yang di sulap untuk rekreasi.

Tetapi, saat kami memasuki pintu masuk pulau, kami di sambut dengan *Welcome
drink*. Kemudian baru menuju ke tempat yang telah di siapkan oleh EO yang di
percaya oleh dentist. Jalan menuju tempat acara, membuat saya seolah pulang
ke Aceh, kampung halaman. Karena, struktur tanah di pulau ini, mirip dan
persis di kampung saya. Desa Lambadeuk sebelum Tsunami. Walau tidak semua
seperti itu, tetapi ada beberapa lokasi di desa persis seperti pulau Ayer
ini.

Setelah melaksanakan permainan (games) yang di bawakan oleh EO, jam 12.30
kami menuju ketempat makan. Selesai makan saya mau menunaikan ibadah shalat
dhuhur. Lihat kiri dan kanan tidak tertulis tanda-tanda tempat shalat,
kemudian saya cari informasi kepada salah satu staff disana.

*Melayani sepenuh hati*

�*Pak, mushola ada dimana ya*?� respon yang diberikan oleh staff tersebut
sungguh membuat saya sangat terkesan �*Bapak mau shalat sekarang, musholla
ada di sebelah sana (sambil menunjuk ke kirinya). **Mari saya antarkan pak !
*�. Kemudian saya diantarkan menuju ke tempat musholla. Staff tadi, baru
meninggalkan saya setelah memastikan saya sampai di Musholla. Saya
mengucapkan terima kasih kepada nya.

*Pasti diingat selamanya*

Pelayanan ini menjadi pembelajaran bagi saya. *Melayani dengan sepenuh hati,
memberikan yang terbaik, pasti akan membuat pelanggan mengingat jasa kita
seumur hidupnya.*

Setelah melaksanakan semua program, ada yang berenang, jalan-jalan menyisir
pulau, banana boat, foto-foto, potong kue, dan sharing sesion. Jam 16.00
kami kembali ke Ancol. Perjalan ke Pulau Ayer tidak saja perjalanan
memeriahkan dentist&dentists yang ke-7, tetapi juga perjalanan terlaksananya
impian saya.

Ciganjur, 22 Maret 2011

--
Rahmadsyah Mind-Therapist
*www.terapinlp.com* I* 081511448147* I *YM; rahmad_aceh* I *FB :
rahmadnlp@yahoo.co.id*
6.

[Info] Talk Show "Back To Qur'an"

Posted by: "Mimin" minehaway@gmail.com   mine_haway

Mon Mar 28, 2011 11:58 pm (PDT)



*Assalammu�alaykum Warahmatullahi Wabarakatuh*

[image: salam ui 14 (fix).jpg]

Mengundang *Sahabat-Sahabat (15-30thn)* pada Acara :

*Talk Show *

*"Back To Qur�an" *

*Semangat Belajar mengajarkan Al Qur�an*

* *

*Bersama *

*Ust. Bachtiar Nasir Lc*.

*Penasehat QGen*

*&*

*Ust. Hilman Rosyad Shibab Lc.*

* *

*Bertempat di *

*Masjid Ukhuwah Islamiah (UI)*

*Kampus Universitas Indonesia (UI) *

*Depok*

* Pada *

*Sabtu, 2 April 2011 *

*Pkl 12.30 � 15.00 WIB*

* *

* **Infaq Sukarela, Free Snack ***

* **Keterangan lebih lanjut hubungi : *

*Dina 08551001912*

*Maya (UI) 085714510565*

* *

*Mohon bantu sebarkan*

* *

*Wassalammu�alaykum Warahmatullahi Wabarakatuh*

--
Write what you think!
http://minesweet.blogspot.com
http://minehaway.com/min-shop/
Recent Activity
Visit Your Group
Biz Resources

Y! Small Business

Articles, tools,

forms, and more.

Yahoo! Groups

Mental Health Zone

Mental Health

Learn More

Cat Zone

on Yahoo! Groups

Join a Group

all about cats.

Need to Reply?

Click one of the "Reply" links to respond to a specific message in the Daily Digest.

Create New Topic | Visit Your Group on the Web
MARKETPLACE

Stay on top of your group activity without leaving the page you're on - Get the Yahoo! Toolbar now.


Find useful articles and helpful tips on living with Fibromyalgia. Visit the Fibromyalgia Zone today!

Tidak ada komentar: