Kamis, 31 Maret 2011

[sekolah-kehidupan] Digest Number 3359

Messages In This Digest (2 Messages)

Messages

1.

Saya Ingin Jadi Trainer Dan Pembicara, Gimana Caranya?

Posted by: "Ikhwan Sopa" ikhwan.sopa@gmail.com   ikhwansopa

Thu Mar 31, 2011 1:53 am (PDT)



*"Do what you love to do."*
Steve Jobs - Salah satu pembicara yang paling diminati sedunia

*"Ketika aku berhasil memetik sebuah pengetahuan, pengetahuan itu menjadi
tak berlaku lagi bagiku. Perjalananku adalah meraih pengetahuan berikutnya."
*
Ikhwan Sopa - Calon pembicara dan trainer ternama, insya Allah, aamiin

*"The best way to learn is to teach."*
Frank Oppenheimer - Pembicara dan trainer yang merasa bersalah atas karyanya
- bom atom

Seorang sahabat di dunia maya bertanya pada saya, *"Apa rasanya jadi trainer
dan pembicara motivasil? Bagaimana saya dapat menjadi salah
satunya?"*Jawaban dari pertanyaan itu, bisa menjadi satu buku
tersendiri.

Secara sederhana, saya jawab begini.

Di antara *sukanya*, adalah kemungkinan yang *makin besar* bagi saya untuk
melakukan *sharing, berbagi manfaat, dan menolong orang lain - dan sekaligus
menolong diri sendiri*. Positioning seperti ini, menempatkan saya pada
keadaan yang memungkinkan diri saya memenuhi *kebutuhan dasar* dan
sekalligus *kebutuhan puncak* - yaitu *artikulasi* dan *aktualisasi* diri.
Secera lebih sederhana lagi, kesukaan itu ada pada fenomena ini: Menjalani
hobi dan dibayar.

Di antara *dukanya*, adalah peluang dan kemungkinan melakukan kesalahan
dalam berbicara atau mengajarkan sesuatu kepada orang banyak, dan mungkin
saya akan menanggung dosa-dosa mereka yang mengikuti ajaran saya. Semoga
saya terhindar dari kedukaan yang demikian. Aamiin...

Kali ini saya sharing yang sederhana saja. Sesuatu yang sederhana, tapi
sangat *mendasar* sifatnya.

Seperti yang dikatakan oleh Steve Jobs di atas, mulailah menjatuhkan *
pilihan* kehidupan pada apa-apa yang *kita senang* melakukannya, dan pada
apa-apa yang *menjadikan diri kita senang* karena melakukannya . Pilihlah
yang *baik*, yang kebaikannya berpengaruh pada banyak orang. Dan seperti
yang diungkap oleh Frank Oppenheimer, mengajar adalah salah satu cara
terbaik untuk belajar. Di dalamnya, termasuk segala pelajaran guna
menyelesaikan dan menemukan solusi untuk berbagai masalah dan persoalan
pribadi.

Perhatikan mereka yang sukses dan berhasil, yang *menyenangi* apa yang
mereka lakukan dan *mendapatkan kesenangan* dari apa yang mereka lakukan.

Para *pengusaha* sukses adalah pembicara dan trainer yang sukses.
*Pemimpin*yang besar pengaruhnya adalah pembicara dan trainer yang
berhasil.
*Penjual* yang berhasil adalah mereka yang berhasil mendidik klien dan
kustomernya. *Orang tua* yang berhasil adalah contoh, pembicara, dan pelatih
yang berhasil. Siapapun *diri kita* yang sukses dan berhasil, adalah
pembicara dan trainer yang berhasil bagi diri sendiri.

Jika saya menelusuri kehidupan dan jejak pribadi saya, saya sendiri tak
pernah menyangka bahwa saya yang awalnya adalah seorang akuntan dan auditor
keuangan, bisa bermuara menjadi seorang pembicara dan trainer motivasi.
Dengan segala penghargaan kepada sejarah kehidupan saya, yang telah menjadi
mozaik-mozaik kehidupan saya, saya mengucapkan Ahamdulillah.

Apa yang saya tahu sebelum hari ini dan sampai hari ini, adalah
mengikuti *aspirasi,
inspirasi, dan semangat* dari dalam diri saya sendiri. Bagaimana memahami
semua ini?

Manusia adalah makhluk yang *terus bergerak* hingga di ujung usianya.
Pergerakan itu di antaranya dipicu oleh *kebutuhan-kebutuhan* di dalam
kehidupan. Abraham Maslow mengungkapkan hirarki kebutuhan manusia itu
sebagai berikut (dan berbagai variasinya dari para pakar lain yang kurang
lebih mencerminkan hal yang sama):

*1. Kebutuhan fisiologis/dasar.*
*2. Kebutuhan akan rasa aman dan tentram.*
*3. Kebutuhan untuk dicintai dan disayangi.*
*4. Kebutuhan untuk dihargai.*
*5. Kebutuhan untuk aktualisasi diri.*

Semua kebutuhan di atas, membentuk sebuah piramida yang mengerucut dan
menajam dari nomor satu ke nomor lima.

Mengapa *"hirarki"*? Karena semua itu secara empirik alias pengalaman,
adalah proses yang *berurutan*.

Mengapa *"berurutan"*? Karena semua itu cenderung mengikuti *perjalanan usia
*.

Maka, tidakkah kita menyadari, bahwa perjalanan menuju diri sebagai *"pembicara
dan trainer"* adalah sebuah perjalanan yang *"otomatis"*?

cepat atau lambat, seseorang akan sampai ke posisi yang memungkinkan dirinya
bergeser menjadi pembicara atau trainer. Siapapun mereka yang fokus dalam
menyukai apa yang dikerjakannya, akan bermuara menjadi penulis, pembicara,
atau trainer. Seorang penyanyi, akan sampai ke suatu titik di mana ia akan
memandang bahwa dirinya perlu menularkan kemampuan menyanyinya. Pada
saatnya, seorang pelukis akan tiba pada suatu masa di mana ia merasa perlu
mengaktualisasi diri dengan mengajari orang lain tentang segala keahlian
berseninya. Begitu pula yang terjadi dengan segala profesi dan jenjang karir
di dalam kehidupan setiap orang.

Bagaimana memuluskan perjalanan yang aslinya dan alamiahnya *"otomatis"*ini?

Sadarilah bahwa *cepat atau lambat*, kita akan semakin matang di dalam
*kedewasaan
mental* dan *usia fisik*. Sadarilah bahwa *cepat atau lambat*, setiap kita
akan menjadi pembicara atau trainer, setidaknya bagi anak-anak kita sendiri
di rumah. Sadarilah, bahwa jika kita *menyukai* dan *menikmati* apa yang
kita lakukan di dalam profesi atau karir yang kita jalani, maka suatu saat
kita akan dipersepsi sebagai *senior* (dalam usia, keahlian, dan pengalaman)
oleh kehidupan itu sendiri. Di titik ini, lingkungan dan masyarakat di
sekitar kita akan mulai menjadikan kita sebagai salah satu *referensi*,
menjadi tempat *bertanya*, *curhat*, atau meminta *nasihat*. Kita akan mulai
diminta untuk *berbicara*, kita akan mulai diminta untuk *bersuara*.

Lebih dari semua itu, sadarilah dan *hargai* sepantasnya segala *semangat,
aspirasi, dan inspirasi* dari dalam diri sendiri. Setiap kita pasti memiliki
*idealisme* tentang sesuatu atau banyak hal. Manusia adalah *makhluk idealis
*. Jangan sepelekan semua pantulan dari dalam diri itu, geserlah menjadi *
impian* dan *harapan*. Jangan remehkan semua itu, dan biarkan diri ini larut
ke dalamnya secara *alamiah*, mengikuti perkembangan usia dan perkembangan
kebutuhan.

*Pen-sabotase* terbesar dari langkah menuju ke titik yang lebih tinggi ini,
adalah *keterkungkungan* diri kita pada kebutuhan yang sifatnya
*dasar*saja. Siapapun yang hanya berpikir, berniat, berfokus, dan
bekerja
semata-mata untuk kebutuhan dasar saja (makan-minum, pakaian, rumah, mobil,
harta dan kekayaan semata), akan mendapatkan apa yang ia pikirkan, niatkan,
fokuskan, dan kerjakan itu. Padahal, semua itu akan *tumbuh* dan *
menumbuhkan* kebutuhan berikutnya sejalan dengan *perjalanan usia*.

Segala hal berhubungan erat dengan *niat* kita. Kita perlu menyadari, bahwa
hidup ini bukan untuk semua itu, melainkan semua itu adalah *demi kehidupan*.
Kita hidup untuk kehidupan. Kehidupan di *"sini"* dan kehidupan di *"sana"*.
Hidup ini adalah bagian dari perjalanan. Dunia ini perhentian sementara.
Kita tak mengumpulkan bekal hanya untuk bertahan di halte. Mau tidak mau,
perjalanan akan dilanjutkan.

Aspirasi, inspirasi, dan semangat, alias *idealisme*, memiliki nuansa
yang *lebih
tinggi* dari sekedar kebutuhan dasar. Inilah, yang jika kita resapi dengan
baik dan penuh kesadaran, akan menempatkan diri dan kehidupan kita menjadi
lebih alamiah, sesuai pertumbuhan usia, sesuai perkembangan kedewasaan dan
kebijaksanaan kita, yang masing-masingnya memiliki kebutuhan yang
berbeda-beda. *Kesadaran* ini, akan mengaktivasi bergulirnya *spiral
besar*kehidupan.

*Kuncinya* adalah *terus* dan *tetap belajar*. Semakin kita belajar, semakin
kita memperkaya khasanah kehidupan. Semakin kaya kita akan khasanah
kehidupan, maka kehidupan akan semakin meminta kita untuk berbagi dan
mengaktualisasi diri. Beginilah hukum kehidupan. Diri kita adalah gerbang
pelaluan. Apa-apa akan menjadi *rizki*, ketika ia sampai ke tempatnya. Apa
yang masuk, perlu dikeluarkan. Diri ini, cuma *wadah kecil* bagi kehidupan.
Normalnya, kita hanya makan sehari tiga kali. Itupun, harus dikeluarkan
lagi. Fenomena yang sama, juga berlaku untuk kebijaksanaan kehidupan, untuk
ilmu, dan untuk pengetahuan. Tidak menyalurkannya ke tempat yang memerlukan,
hanya akan membuat kita *sakit*.

*Kuncinya*, tidak *terjebak* hanya untuk memenuhi kebutuhan dasar. Jika kita
paksakan, sejalan dengan usia dan tuntutan alamiah kehidupan dengan segala
kebutuhannya untuk makin dewasa dan makin bijaksana, kita akan mulai
menemukan lubang-lubang kekosongan di dalam kehidupan. Teruslah belajar,
nikmati apa yang kita jalani, buktikan bahwa dunia ini kaya, indah, baik,
dan penuh (*fullfilled*). Hidup, adalah untuk *TUMBUH*.

Dengan tetap menjadi pembelajar, sejalan dengan waktu kita akan secara *
otomatis* menjadi trainer dan pembicara. Selanjutnya, kita hanya perlu
menentukan *"wilayah kerja"*. Menjadi pembicara dan trainer bagi *diri
sendiri*, bagi *keluarga*, atau bagi *orang banyak*. Tak ada yang salah
dengan semua itu, sebab semua itu hanya soal *pilihan*. Dan apapun piihan
kita, kita akan *pasti* berujung sebagai *pembicara dan trainer*. Sebab,
dengan menjadi pembelajar yang terus mengasah ilmu dan keahlian, dalam
rangka mengisi kehidupan yang makin berarti, suara kita (yang semoga
mewakili suara *Tuhan*) akan makin didengar dan perlu digemakan ke seantero
alam semesta ciptaan-Nya. Alam semesta telah mendahului kita. Pohon dan
binatang terus bertasbih. Semua memujinya. Hanya *manusia dan jin,* yang
diberi kesempatan untuk belajar dan bertualang terlebih dahulu, dan diberi
secukup waktu untuk dapat sampai ke *pemujaan* dan *penyembahan* yang sama
kepada Tuhan. Hidup ini untuk itu bukan?

Teruslah belajar. Setiap kita sudah ditetapkan oleh takdir kemanusiaan,
untuk akhirnya muncul sebagai *pembicara* dan *trainer*.

So, dakwah itu memang *wajib*.

Semoga bermanfaat.

Ikhwan Sopa
Master Trainer E.D.A.N.
Penulis Buku "Manajemen Pikiran Dan Perasaan"
2.

Fwd: Betulkah perempuan susah dimengerti?

Posted by: "Nursalam AR" nursalam.ar@gmail.com

Thu Mar 31, 2011 1:53 am (PDT)



Dear all,

Sekadar meneruskan kelakar dari milis sebelah. Jangan tersinggung yah:).

tabik,

Nursalam AR

---------- Forwarded message ----------
From: mediacare <mediacare@cbn.net.id>
Date: Wed, 30 Mar 2011 15:15:19 +0700
Subject: [bango-mania] Betulkah perempuan susah dimengerti?
To: bango-mania@yahoogroups.com, sukukurdi@yahoogroups.com,
wolu@yahoogroups.com, mudawijaya@yahoogroups.com

Konon, perempuan memang susah dimengerti.

Pria : Kita mau makan malam dimana nih yang..??

Wanita : Terserah kamu aja..!!

Pria : Kita makan Nasi Ayam aja yah, maknyus kan..??
Wanita : Kita kan udah sering ke sana, kagak ada tempat lain apa..!!

Pria : Bagaimana kalo kita makan Bistik Solo?

Wanita : Makan Bistik Solo malam-malam?? Bikin gemuk tau..!!

Pria : Ya udah, kita ke Cafe aja, trus kamu pesan kesukaan kamu...

Wanita : Aku tidak tau tuh apa yang mau di pesan di sana, membingungkan..!!

Pria : Ke resto sekitar pusat kota aja deh...

Wanita : Nggak mau kemahalan, dan juga tidak terlalu enak makanannya..!!

Pria : Mie Instant deh..??

Wanita : Gila dikit amat, lagian aku tidak terlalu suka..!!

Pria : Makan Seafood di pinggiran aja yuk..??

Wanita : Nggak ah... kebersihannya tidak terjamin.

Pria : Kalo Barbeque gimana..??

Wanita : Yang bener aja... rambutku bisa bau asap tau..!!

Pria : OK.. kita ke food court aja deh...

Wanita : Eh... sekarang udah jam 9 malam... mau makan apa di situ..!!

Pria : Waduh apa yah..??

Wanita : Lha kenapa kamu diam begitu..??

Pria : Jadi bagusnya.. kemana kira-kira kita akan makan malam??

Wanita : Kan aku udah bilang, TERSERAH KAMU AJA...!!!

--
Blog : www.nursalam.wordpress.com
Twitter : http://twitter.com/salamrahman
LinkedIn : http://id.linkedin.com/in/nursalam

*"We make a living by what we get, but we make a life by what we give." —
Norman MacEwan*

Recent Activity
Visit Your Group
Yahoo! Groups

Parenting Zone

Community resources

for parents

Yahoo! Groups

Mental Health Zone

Learn about issues

Find support

Drive Traffic

Sponsored Search

can help increase

your site traffic.

Need to Reply?

Click one of the "Reply" links to respond to a specific message in the Daily Digest.

Create New Topic | Visit Your Group on the Web

Tidak ada komentar: