Minggu, 28 Agustus 2011

[daarut-tauhiid] Kekhawatiran Muslimah Berjilbab di Selandia Baru

 

Kekhawatiran Muslimah Berjilbab di Selandia Baru


















Isu
jilbab yang sedang mencuat di Selandia Baru, membuat sejumlah muslimah
di negeri itu khawatir kontroversi soal jilbab akan mempersempit peluang
mereka mendapatkan pekerjaan di Negeri Kiwi itu.
"Saya tahu, saya akan menghadapi masa sulit hanya karena saya
mengenakan jilbab, dan untuk melamar ke sebuah perusahaan. Saya tak
sabar menunggu untuk bisa bekerja, tapi kadang saya khawatir, bagaimana
saya bisa sesuai dengan lingkungan perusahaan, karena saya tidak
mengenakan rok mini," kata seorang mahasiswi muslim di Universitas
Victoria mengungkapkan kekhawatirannya sulit mendapat kerja setelah
selesai kuliah, karena ia mengenakan jilbab.
Masalah jilbab mengemuka menyusul mencuatnya kasus dua muslimah asal
Arab Saudi yang ditolak naik bis oleh sopir bis dari perusahaan bis NZ
Bus, karena mereka mengenakan jilbab lengkap dengan cadarnya.
Perdana Menteri Selandia Baru John Key bahkan ikut mengomentari kasus
ini. Ia mengkritik sopir bis yang menolak penumpang perempuan berjilbab
dan bercadar. "Saya nyaman-nyaman saja melihat perempuan memakai jilbab
dan cadar. Saya tidak terusik. Itu adalah bagian dari keyakinan
masyarakat di negara ini," ujar Key.
Mahasiswi Universitas Victoria lainnya, Shamimi Shamsuddin
mengungkapkan kekhawatiran yang sama. Muslimah berusia 23 tahun yang
sedang menyelesaikan gelar sarjana bidang matematika itu merasa akan
kesulitan mencari kerja karena ia "berbeda".
Meski sering mendengar cerita tentang muslimah berjilbab yang
mendapat perlakuan buruk, Shamimi mengaku tidak pernah mengalami
perlakuan diskriminatif selama tiga tahun tinggal di Wellington. Ia
menilai warga Wellington cukup bersahabat dan toleran.
Leila Adams, muslimah berjilbab keturunan Fiji-India ini juga
mengatakan jarang mengalami diskriminasi karena jilbabnya. Tapi ia
mengakui banyak muslimah berjilbab yang khawatir saat ingin mencari
pekerjaan. Mereka takut pihak perusahaan mengabaikan hanya karena mereka
berjilbab.
Adams meyakini kasus yang dialami dua muslimah dengan sopir bis NZ
Bus adalah kasuistis dan bukan kebiasaan umum masyarakat Selandia Baru.
"Melihat orang mengenakan cadar, bagi sebagian orang memang
membigungkan dan saya akui, jika kita bisa melihat wajah seseorang, kita
lebih yakin akan orang bersangkutan," ujar Leila.
Menurut hasil sensus tahun 2006, jumlah muslim di Selandia Baru mencapai 36.000 orang. (kw/oi)


[Non-text portions of this message have been removed]

__._,_.___
Recent Activity:
====================================================
Pesantren Daarut Tauhiid - Bandung - Jakarta - Batam
====================================================
Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
====================================================
       website:  http://dtjakarta.or.id/
====================================================
.

__,_._,___

Tidak ada komentar: