Minggu, 28 Agustus 2011

[daarut-tauhiid] Catatan Ramadhan 8 : Yang Baru Cuma Bajunya!

 


Catatan Ramadhan 8 : Yang Baru Cuma Bajunya!
 
Menjelang lebaran, hampir setiap anak merasa senang dan
antusias menjawab pertanyaan "sudah punya baju baru belum?" atau "baju barunya
berapa?". Maka beragam jawabannya, ada yang bilang cuma punya satu, ada yang
dua, bahkan ada yang lebih dari tiga pasang atas bawah. "untuk sholat Idul
Fitri satu, untuk pergi ke rumah nenek satu, satu lagi buat lebaran hari kedua,"
jelas seorang anak bersemangat. Tak hanya itu, saking semangatnya mereka pun
mengungkapkan hal-hal yang sebenarnya tidak ditanya, misalnya harga baju
mereka, berapa pasang yang dimiliki kakak atau adiknya, berapa harga baju Ayah
dan ibunya, dan dimana mereka berbelanja baju lebaran.
 
Berbeda dengan Syafiq, putra salah seorang sahabat saya. Ketika
pertanyaan yang sama dilontarkan, jawaban yang keluar dari bocah Sembilan tahun
ini lumayan membuat kerongkongan tercekat sejenak. "Syafiq nggak mau baju baru,
soalnya tahun ini Syafiq puasanya nggak menang…" anak ini mengaku dua hari
tidak berpuasa lantaran sakit. Ia menolak dibelikan baju baru oleh Ayahnya,
mengingat sang Ayah pernah bilang, "Syafiq akan dibelikan baju baru kalau
puasanya menang sebulan penuh".
 
Mungkin Ayahnya sekadar memberi motivasi kepada putranya
agar bisa menjalankan puasa dengan baik. Boleh jadi maksudnya untuk menjelaskan
hakikat "kemenangan" dalam berpuasa, dan makna "baju baru" saat berlebaran.
Hanya saja, untuk anak usia seperti Syafiq sang Ayah harus cerdas menggunakan
bahasa yang lebih sesuai dan bisa diterima. Maka keluarlah kalimat sederhana
dan umum dipakai setiap orang tua yang tengah mengajari  dan memberi motivasi anaknya untuk berpuasa. "Kalau
puasanya full, akan dibelikan baju baru". Orang tua yang lain, ada pula yang
menjanjikannya dengan sejumlah uang, atau mainan yang diidamkan anaknya.
 
Ada anak seperti Syafiq yang menolak dibelikan baju baru
lantaran ia merasa puasanya tak berhasil. Entah bagaimana cara orang tuanya
mendidik anak ini. Tetapi apa yang dikatakan Syafiq ini justru memberi
pelajaran berharga kepada siapa saja yang di hari-hari terakhir Ramadhan tengah
terlarut dengan hiruk pikuk suasana pusat perbelanjaan, sibuk mencari dan
memilih model baju lebaran seperti apa yang akan mereka kenakan di hari raya
nanti.
 
Baju baru di hari raya seolah menjadi salah satu sarat
sah berlebaran, tak penting lagi apakah ia benar-benar menjalankan ibadahnya
dengan benar dan berhasil meraih kemenangan yang hakiki. Ada yang merasa gagal
berlebaran dan malu keluar rumah jika tak memiliki baju lebaran sehelai pun.
Ada yang merasa lebarannya tak berkesan hanya karena di hari itu ia tak
mengenakan baju baru. Padahal pakaian terbaik yang dikenakan pada hari raya tak
berarti harus baru.
 
Hari raya Idul Fitri tak ubahnya hajatan fashion show
terbesar di dunia. Disainer kelas Pasar Tanah Abang sampai Milan Italia ikut
ambil bagian. Semua orang jadi modelnya, dari rumah ke lapangan tempat sholat
Id dilaksanakan, sampai kembali lagi ke rumah, dan seluruh jalan yang dilalui
untuk bersilaturahim ke sanak family adalah panggung catwalk terpanjang di
dunia. Di panggung inilah seluruh model berlenggak lenggok bak peragawan dan
peragawati yang mencoba menampilkan pakaian terbaiknya. Fakir miskin, anak
yatim dan para pengemis adalah penonton di tepi panggung. Sebagian orang saling
memuji, sebagian lain justru menertawai karena banyak para model yang dianggap
salah kostum, warna tidak cocok dengan warna kulitnya, ketinggalan mode, tak
sadar body atau terlalu percaya diri. Ia mengira pakaian yang selama beberapa
hari terlihat cantik dikenakan artis idolanya di televisi, akan cantik juga
baginya.
 
Puasa semestinya menjadikan orang-orang yang menjalaninya
memiliki pribadi yang baru, bentuk ketaqwaan yang baru hasil gemblengan selama
satu bulan penuh. Jika menjalaninya dengan benar dan sungguh-sungguh, maka
pribadi taqwa akan terlahir sesuai yang diharapkan. Pribadi yang baru dan
benar-benar berbeda dari sebelum Ramadhan, jauh lebih baik dari sebelumnya.
Akhir Ramadhan seumpama detik-detik menjelang kelahiran seorang manusia baru di
muka bumi. Bolehlah diibaratkan kita ini seperti bayi yang baru lahir ke dunia,
bersih dan fitri karena menjadikan Ramadhan sebagai sarana pembersihan diri.
 
Selama bulan Ramadhan, yang diperbarui adalah keimanannnya,
keshalihannya, ketaqwaannya, bukan hanya pakaiannya. Yang dipercantik adalah pribadinya,
jiwanya, pikirannya, lisannya, perilakunya, bukan hanya penampilan fisiknya. Sehingga
di hari raya, pribadi-pribadi indah dengan jiwa yang mempesona yang kan hadir
menghiasi bumi di hari nan fitri. Bukan pribadi-pribadi yang seolah terlihat
baru, namun tak ada yang baru di balik pakaian barunya, dibalik dandanan
cantiknya, dibalik model rambut barunya, di balik perhiasan barunya. Sama sekali
tak ada yang berubah pada pribadinya sebelum dan sesudah Ramadhan, benar-benar
yang baru hanya pakaiannya dan segala yang nampak dari luar saja. Alangkah
merugilah kita. Wallaahu 'a'lam (Gaw, semoga benar-benar bisa menjadi manusia
baru) 
Bayu Gawtama

LifeSharer
SOL - School of Life

085219068581 - 087878771961

twitter:
@bayugawtama

@schoolof_life

[Non-text portions of this message have been removed]

__._,_.___
Recent Activity:
====================================================
Pesantren Daarut Tauhiid - Bandung - Jakarta - Batam
====================================================
Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
====================================================
       website:  http://dtjakarta.or.id/
====================================================
MARKETPLACE
There's one number you should know, your Credit Score. freecreditscore.com.
.

__,_._,___

Tidak ada komentar: