Rabu, 24 Agustus 2011

[daarut-tauhiid] Tanda-tanda Kehancuran Masyarakat Barat

Tanda-tanda Kehancuran Masyarakat Barat

oleh Dr. Daud Rasyid, MA

Firman Allah *Azza wa jalla*:

*æãä ÃÚÑÖ Úä ÐßÑí ÝÅä áå ãÚíÔÉ ÖäßÇ æäÍÔÑå íæã ÇáÞíÇãÉ ÃÚãì***

"Dan barangsiapa yang berpaling dari mengingatKu, maka sungguh baginya
kehidupan yang sempit dan Kami bangkitkan dia pada hari Kiamat dalam keadaan
buta." (Thaha 124)

Siapa saja yang mengamati kehidupan masyarakat Barat, apalagi mereka yang
tinggal lama di sana dan tidak larut dalam kehidupan Barat, akan mengetahui
bahwa masyarakat tersebut sedang mengalami krisis kemanusiaan yang
berkepanjangan.

Mereka tengah berjalan menuju arah keruntuhan dan kehilangan fondasi
kemanusiaan. Itu disebabkan karena mereka tenggelam dalam arus materialisme
sebagai Tuhan baru di dunia Barat. Nilai-nilai Robbani tercabut dari hati
manusia yang tidak hidup di atas hidayah. Mereka akhirnya hidup dalam
kegelapan yang mencekam. Berjalan sebisanya, kadang membentur ke kanan dan
ke kiri. Persis seperti manusia mabuk dan sempoyongan.

Berikut ini beberapa fenomena kehancuran kehidupan masyarakat Barat yang
penting dicermati:

*Anjing sahabat setia*

Sudah menjadi kultur masyarakat Barat, akrab dengan hewan yang namanya
anjing. Berbagai jenis anjing mereka pelihara sesuai dengan selera
masing-masing. Sepintas lalu, orang terkagum-kagum pada masyarakat Barat
dalam soal yang satu ini. Mereka menilai bahwa ini merupakan kemajuan
masyarakat Barat yang sayang kepada hewan.

Sesungguhnya, penilaian seperti ini muncul karena tidak menelusuri jalan
hidup mereka dengan dunia yang serba gemerlap dengan materialisme.
Keterikatan mereka pada anjing sudah sedemikian rupa sampai-sampai ada yang
mengatakan bahwa 'No life without dog' (tak ada kehidupan tanpa anjing).
Padahal untuk memelihara anjing di sana, memerlukan biaya yang tak sedikit.
Daging yang dikonsumsi anjing mereka lebih mahal dari daging yang dimakan
manusia.

Jika kita amati lebih mendalam, kita akan dapati bahwa keakraban mereka
dengan anjing adalah salah satu malapetaka kemanusiaan yang dialami insan
Eropa, dimana mereka sudah tak percaya lagi bersahabat dengan manusia.
Bahkan tidak percaya pada anak sendiri.

Mereka merasa lebih percaya kepada anjing daripada manusia. Mereka lebih mau
memelihara anjing dan hidup bersama anjing daripada hidup serumah dengan
anak atau suami. Jadi memelihara anjing adalah pelarian alias frustrasi pada
manusia.

Kenapa? Karena dari pengalaman hidupnya, mereka merasakan hidup bersama
dengan manusia, hanya menimbulkan banyak persoalan yang tidak sederhana,
baik dengan pasangan hidup maupun anak keturunan sendiri. Yang didapat bukan
ketenangan, justru kesengsaraan. Inilah krisis kemanusiaan di Barat.

Berapa banyak orang-orang berusia tua tinggal bersama anjingnya di rumah.
Anjing itu betul-betul menjadi teman hidup. Bahkan dibawa tidur bersama. Ini
karena kultur di Barat, anak-anak yang sudah besar tidak mau tinggal bersama
orang tuanya. Orangtua tinggal sendiri di rumahnya. Anak-anaknya tinggal
terpisah dengan keluarganya sendiri, di luar kota atau dalam satu kota.

Penulis sering sekali menjumpai nenek (kira-kira di atas 70 tahun) yang
berjalan naik kereta sendirian berkunjung ke rumah anaknya yang tinggal di
kota lain. Akibat kesepian seperti ini, orang yang sudah berusia lanjut
merasa sedih dan kesepian tinggal sendirian.

Secara materi, orang-orang tua yang sudah tidak bekerja lagi memang
mendapatkan santunan (benefit) dari negara yang cukup untuk keperluan
hidupnya. Tetapi, ada aspek lain dari hidupnya yang tak terpenuhi, yaitu
kejiwaan dan ruhiyahnya.

Sesungguhnya, batin mereka berontak. Hati mereka merindukan hidup dengan
anak dan cucunya. Namun itu tak mungkin terjadi dalam kultur mereka. Inilah
yang menyebabkan pelarian kerinduan kepada binatang seperti anjing.

Kenapa harus anjing? Itu juga pertanyaan menarik. Karena hewan ini memang
memiliki unsur kesetiakawanan yang baik dengan tuannya. Jadi, si nenek tadi
mencurahkan kasih sayangnya kepada anjing, karena ia tidak dapat
mencurahkannya kepada manusia, sekalipun itu anak atau cucunya sendiri.

Ada yang lebih parah dari itu, anak menitipkan orangtuanya di Panti jompo,
bersama orang-orang tua lanjut usia lainnya. Panti ini dibayar dan di sana
ada pegawai yang bekerja melayani dan menjaga mereka. Kalau di antara mereka
ada yang mau ke toilet, ada yang menuntun. Kalau mau mandi, ada yang
memandikan. Kalau ingin sesuatu, ada yang melayaninya. Tetapi apakah dengan
begini, batin mereka terpuaskan? Tidak. Jelas tidak.

Program di Panti itu, ialah senam dan musik yang sesungguhnya bukan membantu
menenangkan jiwa, tetapi justru menambah keruh pikiran mereka. Apa yang
mereka butuhkan, tidak sesuai dengan apa yang mereka dapatkan. Kadang
pikiran kita bertanya-tanya, kenapa begitu teganya seorang anak menitipkan
orangtuanya di Panti jompo? Apakah ia tidak merasa bahwa orang tua seperti
itu membutuhkan kasih sayang anak?

Sekedar kelakar, tapi ini bisa juga merupakan hakikat sebenarnya, bahwa dulu
waktu si ibu masih muda, ia punya anak atau bayi yang masih kecil. Ia
titipkan buah hati dan kesayangannya ke penitipan anak. Saat anak masih bayi
sedang merindukan kasih sayang ibu, tetapi karena tuntutan dunia dan
mengejar materi, sang ibu tega meninggalkan anaknya di penitipan.

Apa yang terjadi setelah waktu berlalu puluhan tahun? Maka pada saat si ibu
sudah tua renta, giliran ia dititipkan oleh anaknya di Panti Jompo. Jadi
impas (seri), bukan? *Na'zu billah min zalik*. Sesuatu yang harusnya tidak
boleh terjadi, jika manusia berada di atas jalan Hidayah.

Rasul Saw pernah bersabda :

*ãä áÇ íÑÍã áÇ íÑÍã***

Barangsiapa yang tidak mengasihani, ia tidak dikasihani.

Dan sabda Beliau Saw:

*ÇÑÍãæÇ ãä Ýí ÇáÃÑÖ íÑÍãßã ãä Ýí ÇáÓãÇÁ***

"Sayangilah orang yang ada di bumi, niscaya kamu disayangi oleh yang ada di
langit".

Membalas kasih orang tua

Firman *Allah Subhanahu wa ta'ala*:

*æÞÖì ÑÈß ÃáÇ ÊÚÈÏæÇ ÅáÇ ÅíÇå æÈÇáæÇáÏíä ÅÍÓÇäÇ ÅãÇ íÈáÛä ÚäÏß ÇáßÈÑ ÃÍÏåãÇ
Ãæ ßáÇåãÇ ÝáÇ ÊÞá áåãÇ ÃÝ æáÇ ÊäåÑåãÇ æÞá áåãÇ ÞæáÇ ßÑíãÇ**.*

"Dan Robbmu telah menetapkan agar kamu tidak menyembah kecuali hanya Dia,
dan kepada dua orangtuamu berbuat baiklah. Jika salah seorang dari mereka
sudah lanjut usia atau kedua-duanya, maka janganlah engkau katakan padanya
'Ah', dan jangan bersuara keras kepada mereka, dan ucapkanlah perkataan yang
mulia." (Al-Isra':23)

Berbeda total dengan pandangan hidup Barat, Islam menanamkan rasa kasih
sayang kepada anak sejak ia masih kecil. Ibu mencurahkan kasih sayangnya
kepada bayinya, dengan menyusui, mengurus dan membesarkan. Waktu si Ibu
memang dihabiskan untuk mengurus anaknya. Bahkan penderitaan sudah dirasakan
ibu sejak janin dalam kandungan.

Firman Allah Swt.

*ÍãáÊå Ããå æåäÇ Úáì æåä æÝÕÇáå Ýí ÚÇãíä**.*

(ia dikandung oleh ibunya dalam penderitaan demi penderitaan, dan memisahnya
dalam usia dua tahun).

Ketika si ibu sudah tua, maka anaknya yang sudah dewasa gantian ingin
membalas jasa si ibu. Giliran Ibunya diurus oleh si anak. Ibu tinggal
menumpang di rumah anaknya, hidup bersama cucu-cucunya. Ketawa dan gembira
bersama mereka.

Bila sakit, ia dirawat oleh anaknya. Ketika terasa jenuh di rumah anak yang
satu, ia pindah ke anak yang lain. Ia diperlakukan sama oleh anak dan
cucunya yang lain. Ia disambut, dilayani dan diurus oleh anak dan cucunya.

Mereka bersama-sama menghambakan dirinya kepada Allah Swt. Betapa indahnya
hidup di bawah naungan ajaran Islam. Andaikan orang di luar Islam
mengetahuinya, niscaya mereka akan cemburu pada ajaran mulia ini.

Manusia diciptakan Allah sebagai makhluk mulia, seharusnya menjadi sahabat
dan teman untuk menjalankan hidup sesama komunitas manusia, saling membantu,
menolong, saling bertukar pikiran, bahkan saling menunjang untuk mencapai
tujuan hidup mengabdi kepada Allah Robbul alamin.

*Manusia seharusnya mencari temannya sesama manusia, bukan saling menjauhi.*

Di masyarakat barat, anjing diperlakukan seperti manusia, layaknya teman,
diajak bicara, diperintah, dititipi pesan, dan seterusnya. Mereka
mengasuhnya seperti mengasuh anak, dimandikan, dikasih makanan. Bahkan,
daging yang dimakan anjing, tidak sembarangan. Ada standar khusus, harganya
lebih mahal dari harga daging biasa yang dikonsumsi manusia.

Anjing harus dibawa berjalan keluar rumah sampai 3 kali sehari. Jika tidak,
ia mengalami stress. Anjing dimandikan, dibawa tidur, mendampingi tuannya
terus menerus, hingga dibawa piknik, naik mobil, kereta, dan tiketnya
dibelikan khusus, dihitung sebagai penumpang.

Ini semua merupakan fenomena kehancuran kemanusiaan di Barat. Manusia tidak
percaya lagi kepada anaknya, dia lebih suka membesarkan dan merawat anjing
dari merawat anaknya. Ini juga merupakan bukti bahwa manusia membutuhkan
makhluk yang hidup bersama dengannya. Ketika makhluk itu tidak didapatkan
dari jenis manusia, anjing pun tak mengapa sebagai penggantinya. *La hawla
wala quwwata illa billah*.

*Gereja kosong*

Fenomena lain yang tak kalah mengherankan di barat ialah kosongnya tempat
ibadah (gereja). Gereja hanya dikunjungi untuk tiga acara, pertama kelahiran
anak, kedua ketika seseorang menikah, dan yang terakhir, ketika ada yang
meninggal. Selain itu mereka tidak lagi datang ke gereja.

Gereja mirip museum, tempat peninggalan benda-benda tua bersejarah. Yang
datang ke gereja, jikapun ada, hanyalah kakek-kakek dan nenek-nenek tua
bertongkat dan jalan terpapah-papah.

Ini menunjukkan insan barat sudah meninggalkan agamanya secara massal. Jika
kalangan mudanya ditanya, "What is your religion?" (apakah agama Anda?).
Mereka menjawab : 'football' (bola kaki).

Mereka meninggalkan gereja, karena agamanya dirasakan tidak memberi kepuasan
bagi hidup mereka dan tidak lagi mereka butuhkan. Hal itu seiring dengan
arus materialisme yang semakin deras di barat, arus hedonisme yang makin
kencang.

Manusia disibukkan dengan kegiatan mengejar uang dan memburu materi untuk
kesenangan hidup atau untuk memenuhi kebutuhan hidup. Semakin banyak
tuntutan hidup yang dibutuhkan, semakin menuntut kerja keras untuk membayar
kebutuhan itu. Mulai dari sewa rumah yang sangat tinggi, misalnya di London,
kawasan pinggiran saja besarnya sewa rumah sekitar £1000 sebulan.

Begitu pun dengan kebutuhan transport, makanan, pakaian, perhiasan,
pendidikan, piknik, dst, menyebabkan manusia harus habis-habisan berjuang
mendapatkan pembayar kebutuhan hidup itu.

Lain lagi kesenangan syahwat dan hawa nafsu yang semakin menyebabkan mereka
meninggalkan agamanya. Karena mahalnya living cost di negara-negara barat,
sehingga mendorong mereka untuk hidup dengan pasangannya tanpa ikatan
pernikahan.

Menurut mereka, nikah mememunculkan tuntutan-tuntutan dan kewajiban.
Sementara, mereka tidak ingin diikat dengan kewajiban, namun hawa nafsunya
terlampiaskan dengan lawan jenis yang berpandangan serupa. Akhirnya mereka
menemukan pasangan hidup yang sejalan dengan pola pikirnya, lalu merekapun
hidup serumah tanpa ikatan pernikahan. Saling memuaskan dan tidak saling
memberatkan.

*Kekeluargaan yang rapuh*

Sungguh memilukan, ikatan kekeluargaan di barat sangat rapuh. Perceraian
gampang terjadi. Salah satu yang mendorong mereka untuk hidup kumpul kebo,
adalah rapuhnya kehidupan berumah tangga. Jika terjadi perselisihan di
antara satu pasangan lelaki dan perempuan, maka mereka dengan mudah saja
bubar. Lelaki pergi ke utara dan perempuannya ke selatan. Tinggal angkat
koper saja.

Adapun jika mereka menikah secara resmi dengan perjanjian yang disahkan oleh
negara, maka ketika terjadi perpecahan, harta yang mereka cari akan dibagi
dua, seperti rumah, kendaraan dan lain sebagainya. Urusannya juga tak
gampang, berhubungan dengan pengadilan dan seterusnya.

Bahkan mereka yang resmi menikahpun, sering melakukan perjanjian tertulis,
tentang jumlah anak yang disepakati. Bahkan, ada juga yang sama-sama
berjanji untuk tidak punya anak. Jadi secara umum, kultur masyarakat barat
masa sekarang ini cenderung tidak menginginkan anak. Kalaupun mau, sangat
mereka batasi, cukup satu atau maksimal dua.

Pikiran mereka ini didasarkan pada ideologi pragmatis dan individualis.
Dengan punya anak, seseorang akan merasa direpotkan. Mulai anak itu dalam
kandungan, ketika lahir, kemudian membesarkannya, menyekolahkannya, sampai
anak tersebut beranjak dewasa.

Mereka menganggap kehidupan seperti itu sungguh merepotkan. Sementara mereka
tidak mau repot. Merasa *enjoy* hidup sendiri. Memasak untuk sendiri,
bekerja untuk dinikmati sendiri, lapar tanggung sendiri. Kalaupun mereka
punya pasangan, pasangan itupun memiliki visi serupa juga.

Demikianlah mereka hidup. Bandingkan dengan Islam yang memandang pernikahan
sebagai sarana meraih ketenangan, damai dan kemesraan. Firman Allah Swt:

*æãä ÂíÇÊå Ãä ÎáÞ áßã ãä ÃäÝÓßã ÃÒæÇÌÇ áÊÓßäæÇ ÅáíåÇ æÌÚá Èíäßã ãæÏÉ æÑÍãÉ
Åä Ýí Ðáß áÂíÇÊ áÞæã íÊÝßÑæä**.*

"Di antara tanda-tanda kebesaranNya, Ia menjadikan untuk kamu dari dirimu
pasangan agar kamu mendapatkan ketenangan darinya. Dan Ia menjadikan di
antara kamu kasih sayang dan belas kasihan. Sesunggunya dalam demikian itu
terdapat ayat bagi kaum yang berpikir." (Ar-Ruum: 21)

Lalu pada masa yang akan datang, akan tiba waktunya kepunahan populasi orang
Eropa. Sebab mereka yang hidup sekarang, tidak diteruskan oleh generasi
penggantinya. *Alhamdulillah, alladzi hadana ilal Islaam*. (Segala puji bagi
Allah yang menunjuki kita hidup di dalam Islam).

http://www.eramuslim.com/nasihat-ulama/tanda-tanda-kehancuran-masyarakat-barat.htm


[Non-text portions of this message have been removed]

------------------------------------

====================================================
Pesantren Daarut Tauhiid - Bandung - Jakarta - Batam
====================================================
Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
====================================================
website: http://dtjakarta.or.id/
====================================================Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/daarut-tauhiid/

<*> Your email settings:
Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
http://groups.yahoo.com/group/daarut-tauhiid/join
(Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
daarut-tauhiid-digest@yahoogroups.com
daarut-tauhiid-fullfeatured@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
daarut-tauhiid-unsubscribe@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/

Tidak ada komentar: