Jumat, 26 Agustus 2011

[daarut-tauhiid] Allahu Akbar! MERDEKA! - Mesir dan Kemerdekaan Indonesia – Bonnie Triyana

*Mesir dan Kemerdekaan Indonesia – Bonnie
Triyana<http://juliussumant.wordpress.com/2011/02/05/mesir-dan-kemerdekaan-indonesia-bonnie-triyana/>
*

*
*

*Tak jauh dari Tahrir Square, pusat demonstrasi rakyat Mesir, terdapat jalan
Ahmed Sokarno. Bagaimana hubungan Mesir dengan Indonesia di masa lalu?*

*
*

*Bonnie Triyana | Majalah-historia.com | Jumat 4 Februari 2011*

[image:
http://juliussumant.files.wordpress.com/2011/02/28lintasan_mubaraj.jpg?w=380&h=260]<http://juliussumant.files.wordpress.com/2011/02/28lintasan_mubaraj.jpg>


Kairo, 10 April 1947. Seorang petugas imigrasi bertubuh tinggi tegap dengan
kumis melintang menghadang empat pria berpakaian kumal, bersandal-sepatu
lusuh yang memasuki pintu bandara. Petugas itu mengerenyitkan dahinya saat
memeriksa paspor yang disodorkan empat pria tadi. Heran. Paspor yang
diserahkan tak berbentuk buku kecil sebagaimana umumnya melainkan secarik
kertas *lecek* dengan sejumlah keterangan kalau empat pria itu datang dari
sebuah Republik bernama Indonesia.

Belum habis rasa heran petugas itu, salah seorang yang bertubuh kecil,
berkumis dan mengenakan kopiah meluncurkan keterangan, "*Mision diplomatique
*, dari Indonesia, sebuah negara baru di Asia," katanya. Lelaki tua itu
adalah Haji Agus Salim, *the grand old man*Republik Indonesia, Menteri Muda
Luar Negeri sekaligus pemimpin delegasi.


Tapi keterangan Agus Salim hanya ditanggapi kerutan kening, kepala miring
dan bahu yang diangkat, tanda kebingungan yang belum tuntas. Matanya masih
menatap keempat orang tadi. Sejurus kemudian dia bertanya, "*Are you Moslem*?"
"*Yes*" jawab mereka berempat serentak, kemudian mereka saling bertatapan
dan sontak menertawai tingkah mereka sendiri. "*Well, then, Ahlan wa
Sahlan, Welcome!*" saut petugas yang sedari tadi bertampang dingin.


Tanpa panjang urusan lagi, keempat pria delegasi Indonesia yang terdiri dari
Haji Agus Salim, AR Baswedan, Mr. Nazir Pamoentjak dan Rasjidi (kemudian
menjadi Prof. Dr) melenggang menuju ruang tunggu di mana sejumlah mahasiswa
Indonesia dan Sekjen Liga Arab Azzam Pasha telah menunggu kedatangan mereka.

Perjalanan ke Mesir tersebut merupakan kunjungan balasan dari pihak
Indonesia setelah sebelumnya Muhammad Abdul Mun'im, Konsul Jenderal Mesir di
Bombay (sekarang Mumbay, India) datang ke Yogyakarta pada 13–16 Maret 1947.
Menurut AR Baswedan dalam artikelnya di buku *Seratus Tahun Agus
Salim*mengisahkan
kunjungan Mun'im itu untuk mewakili negerinya dan membawa pesan dari Liga
Arab yang mendukung kemerdekaan Indonesia. Mun'im datang ditemani Ketut
Tantri (Muriel Pearson), perempuan Amerika yang banyak membantu perjuangan
rakyat Indonesia di masa revolusi.


Pada 15 Maret 1947, bertepatan dengan ulang tahun kemerdekaan Mesir yang
ke-23, demikian AR Baswedan mencatat, "Mun'im menghadap Presiden Sukarno
(untuk) menyampaikan pesan-pesan dari Liga Arab," kata dia pada tulisan yang
sama. Pesan itu merupakan hasil keputusan sidang Dewan Liga Arab yang
diselenggarakan pada 18 November 1946 yang menganjurkan seluruh anggota Liga
Arab mengakui kedaulatan Republik Indonesia berdasarkan ikatan keagamaan,
persaudaraan serta kekeluargaan. .

Sebuah versi menyebutkan solidaritas negara anggota Liga Arab tersebut
dimotori oleh gerakan Ikhwanul Muslimin yang berpusat di Mesir. Gerakan
persaudaraan muslim tersebut didirikan oleh Hassan Al-Banna, pemikir
sekaligus tokoh pembebasan yang getol menentang kolonialisme Inggris di
Mesir dan aktif menggalang persaudaraan di kalangan umat muslim.


Mengetahui kedatangan delegasi Indonesia yang disiarkan luas oleh suratkabar
Mesir, Duta Besar Belanda di Mesir berupaya keras menggagalkan upaya Haji
Agus Salim *cum suis*untuk menjalin perjanjian persahabatan antara Indonesia
dengan Mesir. Dubes Belanda bersikukuh kalau Indonesia itu bukanlah sebuah
Republik yang merdeka berdaulat melainkan masih berada di bawah kekuasaan
Belanda. Sehingga tindakan politik apapun yang mengatasnamakan Indonesia
sebagai sebuah negara tidak Belanda akui, kecuali atas sepengetahuan dan
membawa nama pemerintah Belanda.


Padahal delegasi Indonesia memiliki misi menggalang dukungan internasional
untuk mengakui kemerdekaannya. Belanda menutup mata atas fakta kemerdekaan
Indonesia yang diproklamasikan oleh Bung Karno dan Bung Hatta, 17 Agutus
1945. Belanda bahkan menyebarkan opini bahwa Republik Indonesia yang baru
berdiri itu merupakan hasil kolaborasi ekstrimis Republik dengan fasis
Jepang. Pada pengujung 1945 pun beredar kabar Bung Karno dan Bung Hatta akan
diadili sekutu sebagai penjahat perang.


Dengan kampanye pencitraan negatif oleh Belanda, maka pihak Republik
berusaha mengimbanginya dengan mengirimkan misi diplomatik ke berbagai forum
internasional dan negara. Sebelum mendarat di Kairo, Mesir, Haji Agus Salim
serta delegasi Indonesia terlebih dulu menghadiri *Inter-Asian Relation
Conference* di New Delhi, India, menggalang solidaritas dari negara-negara
Asia yang peduli pada perjuangan bangsa Indonesia.


Menurut catatan AR Baswedan, perjanjian persahabatan antara Mesir dengan
Indonesia ditandatangani pada 10 Juni 1947. Abdul Mun'im, konsul Mesir di
Bombay yang beberapa bulan sebelumnya berkunjung ke Yogyakarta mengantarkan
delegasi Indonesia untuk bertemu dengan Perdana Menteri Mesir Nokrashi Pasha
yang juga menjabat sebagai Menteri Luar Negeri Mesir.


Tepat pukul sembilan pagi seluruh delegasi Indonesia sudah tiba di kantor
Kementrian Luar Negeri Mesir. Namun delegasi diminta untuk menunggu di ruang
tamu padahal agenda pada jam itu sudah ditetapkan untuk penandatangan
persahabatan Indonesia dengan pihak Mesir. Pihak delegasi tidak tahu apa
yang sedang terjadi di dalam ruangan Perdana Menteri sampai 30 menit
kemudian. "Sesudah setengah jam menunggu, kami melihat Duta Besar Belanda
keluar dari kamar PM Nokrashi dengan wajah yang kecut, dan tergesa-gesa,"
kenang AR. Baswedan.


Delegasi kemudian dipersilahkan masuk ke ruangan dan mendengar sendiri dari
Nokrashi tentang apa yang terjadi antara dia dan Duta Besar Belanda di
Mesir. Menurut Nokrashi, pihak Belanda yang diwakili oleh Duta Besarnya
protes dan merasa keberatan dengan cara pemerintah Mesir memperlakukan
delegasi Indonesia. Duta Besar Belanda mengingatkan Mesir tentang hubungan
ekonomi Mesir dengan Belanda. Belanda juga mengancam akan menarik
dukungannya terhadap Mesir terkait persoalan Palestina yang dibawa Mesir ke
forum PBB.


Perdana Menteri Nokrashi atas nama bangsa Mesir tak gentar sedikit pun. Dia
malah memberikan jawaban di luar dugaan Duta Besar Belanda. "Menyesal sekali
kami harus menolak protes Tuan, sebab Mesir selaku negara berdaulat, dan
sebagai negara yang berdasarkan Islam, tidak bisa tidak mendukung perjuangan
bangsa Indonesia yang beragama Islam. Ini adalah tradisi bangsa Mesir dan
tidak dapat diabaikan," kata Nokrashi seperti dikutip oleh AR Baswedan.


Duta Besar Belanda itu pun meninggalkan Perdana Menteri Nokrashi dengan rasa
kecewa. Perjanjian persahabatan antara Mesir dengan Indonesia pun berhasil
ditandatangani hari itu antara Menteri Muda Luar Negeri Indonesia Haji Agus
Salim dengan Nokrashi Pasha dalam kapasitas sebagai Menteri Luar Negeri
Mesir. Penandatanganan tersebut disaksikan oleh AR Baswedan selaku Menteri
Muda Penerangan Indonesia, Rasjidi dan Dr. Nazir Dt. Pamoentjak dari pihak
Indonesia. Abdul Mun'im dan Sekjen Kemlu Mesir Dr. Kamil dari pihak
pemerintah Mesir.


Dengan penandatangan perjanjian persahabatan yang sekaligus menandai
pengakuan Mesir secara legal terhadap kedaulatan Republik Indonesia itu maka
lengkaplah persyaratan formal berdirinya sebuah negara. Secara *de facto*dan
*de jure* persyaratan pengakuan dari negara lain atas eksistensi Republik
Indonesia tercapai dengan kesepakatan tersebut. Mesir menjadi negara pertama
yang mengakui kedaulatan dan kemerdekaan Republik Indonesia.


Hubungan Mesir dengan Indonesia semakin erat ketika Bung Karno menginisiasi
gerakan Non-blok, yang menggalang kekuatan dunia ketiga di Asia-Afrika untuk
bersama-sama menghalau potensi perang dunia ketiga antara blok barat
(Amerika) dengan blok timur (Uni Soviet). Adalah Gammal Abdul Naser,
Presiden Mesir yang memiliki hubungan dekat dengan Presiden Sukarno.
Penampilan Bung Karno yang selalu berkopiah memberikan kesan tersendiri bagi
rakyat Mesir pada zamannya sehingga setiap kali ada warga Indonesia yang
berkunjung ke sana dan mengenakan kopiah maka sontak warga Mesir akan
menyebut nama "Sukarno!".


Kini Mesir dilanda huru-hara. Rakyat ingin membebaskan diri dari kekuasan
Hosni Mubarak yang telah duduk di tampuk kekuasaan selama 30 tahun lebih.
Apa yang terjadi di sana mengingatkan kita pada apa yang terjadi di Jakarta
Mei 1998. Dan Soeharto, yang ditumbangkan pada tahun itu, melakukan
kunjungan kenegaraannya terakhir ke Kairo, Mesir. Dari Mesir, Republik
Indonesia mengawali jejaknya dan dari Mesir pula rezim kediktatoran Soeharto
mengakhiri langkahnya. Kini Mesir menanti akan ke mana garis nasib sejarah
membawanya. *[BONNIE TRIYANA]*

*
<http://www.majalah-historia.com/majalah/historia/berita-419-mesir-dan-kemerdekaan-indonesia.html>
*

*
http://www.majalah-historia.com/majalah/historia/berita-419-mesir-dan-kemerdekaan-indonesia.html
*


[Non-text portions of this message have been removed]

------------------------------------

====================================================
Pesantren Daarut Tauhiid - Bandung - Jakarta - Batam
====================================================
Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
====================================================
website: http://dtjakarta.or.id/
====================================================Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/daarut-tauhiid/

<*> Your email settings:
Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
http://groups.yahoo.com/group/daarut-tauhiid/join
(Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
daarut-tauhiid-digest@yahoogroups.com
daarut-tauhiid-fullfeatured@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
daarut-tauhiid-unsubscribe@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/

Tidak ada komentar: