Rabu, 17 Agustus 2011

[daarut-tauhiid] Samakah DIIN, AGAMA dan RELIGION ...?

*DIIN: antara AGAMA dan RELIGION*

Kata Diin dlm bhs Arab sering kita jumpai di al-Qur'an dan al-Hadits.
Biasanya diterjemahkan sbg "agama".
Sebenarnya, kata "agama" tdk memiliki kapasitas yg cukup utk menjelaskan
makna Diin.
Kata "agama" dlm bhs Indonesia terambil dr bahasa Sansekerta. Konon, dari
"a" dan "gama". Artinya "tdk kacau"
Pendapat lain menyatakan bhw kata yg benar adalah "a"+"gam"+"a", yg maknanya
"jalan kehidupan"
Kedua definisi "agama" ini masih sangat kabur dan sulit dipahami
Apakah "tidak kacau" identik dgn agama? Apa batasan2 dari ketidakkacauan
ini? Diin
Secara lahiriyah, banyak org ateis di Barat yg lebih teratur drpd sebagian
umat Islam, misalnya dlm budaya antri
Namun secara batiniyah, jelaslah bhw ideologi sekuler-ateis justru
menciptakan ketidakkacauan
Apakah nilai kebenaran hny diukur dari ketidakkacauan? Diin
Di bbrp negara Barat, prostitusi telah menjadi bisnis legal. Tercatat,
terkendali, dan tdk kacau
Demikian jg bisnis minuman keras, riba dan sebagainya. Tidak kacau, tp tdk
bisa dikatakan benar mnrt Islam
Dlm bhs Inggris, kita mengenal kata "religion" yg dijadikan terjemahan utk
"agama" dan Diin.
Sebagaimana kata "agama", "religion" pun punya keterbatasan konsep
Kata ini konon terambil dr "religio" dlm bhs Latin atau "religion" dr bhs
Perancis kuno
Makna asalnya adalah "to bind/to tie", atau "mengikat". Mengikat apa? Kepada
apa? Diin
Apakah agama hanya sesuatu yg mengikat manusia? Jika demikian, maka maknanya
masih bias
Lagi2, "religion" tdk menjelaskan ukuran kebenaran
Jika agama hanya "ikatan", maka manusia bisa diikat oleh kesepakatan. Apakah
ini standar kebenaran?
Bagaimana jika kemaksiatan dibungkus dlm kesepakatan, akankah ia menjadi
kebenaran?
Apakah kebenaran selalu ditentukan oleh konsensus? Dlm Islam, jelas tidak
demikian
Dlm wacana pemikiran Barat, makna "agama" memang sangat diperluas. Meliputi
"theistic" dan "non-theistic"
Bahkan ideologi, filsafat dan worldview pun ada yg menganggapnya sbg agama
Pandangan kaum sekuler senantiasa ambigu. Di satu sisi, mrk sadar bhw agama
tak tergantikan dlm hidup
Di sisi lain, agama dipersalahkan sbg biang konflik. Ini tdk lepas dr
sejarah Eropa
Konsep Diin dlm Islam, sebaliknya, tdk mengalami kerancuan spt pd pemikiran
kaum sekuler-liberal.
Buya Hamka, misalnya, menjelaskan bhw agama berperan utk membantu manusia
dlm hal2 yg tak terjangkau akalnya
Jadi, filsafat setinggi apa pun tak mungkin disandingkan atau bahkan
superior atas agama
Berbeda dgn bhs Inggris, Indonesia dan Sansekerta, bhs Arab memiliki sistem
yg unik
Setiap kata bisa dirunut maknanya dari akar katanya, sehingga masing2 kata
tdk terlepas dr makna tsb
Dgn demikian, makna suatu kata dpt dilihat dr makna akar kata dan
turunan2nya
Menurut Naquib al-Attas, kata Diin memiliki makna asal seputar
hutang-piutang.
Seseorang yg berhutang disebut sbg "daa-in"
Org yg berhutang tentu terikat pada aturan2 tertentu
Pertama, ia terikat pd aturan pengembalian hutang; kapan hrs mengembalikan
dan dlm bentuk apa
Kedua, jika ia tak bisa kembalikan, maka ada konsekuensi2 tertentu yg patut
baginya
Jika kita meminjam ke Bank, pasti ada tenggat pengembalian, ada juga jaminan
Kewajiban itu jg disebut sbg "dayn", yg lagi2 seakar kata dgn Diin.
Kewajiban mengimplikasikan adanya suatu penghakiman, atau "daynuunah"
Dlm kondisi tertentu, hutang-piutang jg melibatkan pemberian hukuman, atau
"idaanah"
Hutang-piutang, penghakiman, pemberian hukuman, mengisyaratkan adanya
struktur kemasyarakatan
Maka lahirlah kata "madiinah" yg berarti "kota", dari akar kata yg sama
Sebuah kota pastilah memiliki hakim, penguasa atau pemerintah yg disebut
"dayyan"
Ada pula kata "maddana" yg berarti "membangun atau membina kota"
Dari kata ini lahir kata "tamaddun" yg bermakna "peradaban" atau "perbaikan
dlm budaya sosial"
Dari uraian singkat di atas, kita bisa memahami makna kata Diin secara lbh
komprehensif.
Makna "hutang" dlm kata Diin menggambarkan hubungan kita dgn Allah SWT.
Pd dasarnya manusia memang 'berhutang' kepada Allah, krn senantiasa menerima
rahmat-Nya
Bahkan sebenarnya, manusia memiliki hutang yg tak mungkin mampu dibayarnya
Sebab, hutang manusia adalah keseluruhan eksistensi dirinya
Kita tdk bisa mempersembahkan apa pun utk 'membayar hutang' kita kpd Allah
SWT
Jika kita membuat sesuatu dgn bahan2 dr alam, maka bahan2 itu pun pemberian
Allah
Bahkan tangan dan anggota tubuh yg kt gunakan utk membuat segala sesuatunya
pun pemberian Allah
Setelah menyadari hal tsb, maka yg bs kita lakukan adalah 'mengembalikan
diri kita sendiri' kpd Allah
Dgn demikian, cara pembayaran 'hutang' tsb adalah dgn menghamba kepada Allah
SWT
Artinya, ia secara sadar (conscious) dan tulus (willingly) ikuti
perintah-Nya dan jauhi larangan-Nya
Dgn demikian, ia telah menghidupkan hukum-Nya. Hukum adalah bagian integral
dr penelusuran makna Diin tadi.
Hukum mengimplikasikan adanya tindakan yg 'wajar dan normal'
Misalnya jika hukum melarang pencurian, maka mencuri itu tindakan yg
dianggap tak wajar dan tak normal
Jika kita membuang sampah pd tempatnya, itulah sikap yg wajar dan normal di
mata hukum
Penghambaan kpd Allah dan kepatuhan thd hukum2-Nya adalah keniscayaan dr
keberhutangan manusia
Sebaliknya, jika tdk patuh pd hukum2 Allah, maka ia tdk wajar dan tdk normal
Kita mengenal istilah "fithrah" utk memahami masalah ini. Bahkan Diin pun
bisa bermakna sbg "fithrah".
Islam disebut sbg 'agama fithrah', krn ia memang sesuai dgn fithrah manusia
Krn ia adalah fithrah, maka ia menimbulkan harmoni jika dilaksanakan, dan
mengakibatkan chaos jika ditinggalkan
Dlm Islam, kita tdk memaknai ibadah sbg proses parsial dlm hidup
Sebaliknya, segala hal yg kita lakukan bisa bernilai ibadah, asal
disesuaikan dgn hukum Allah
Jika kita secara kontinu menjalankan perintah Allah, timbullah ketenangan
dlm jiwa
Inilah yg disebutkan dlm QS al-Fajr [89]:27, "Hai jiwa yg tenang."
Ayat tsb dilanjutkan dgn seruan "kembalilah kpd Rabb-mu dgn ridha lagi
diridhai"
Inilah 'pengembalian diri' yg sejati, yaitu ketika kita menghadap Allah SWT
dlm keadaan ridha dan diridhai-Nya
Tidak hanya berhenti pd level diri, kata Diin juga mencakup sistem
kemasyarakatan, bahkan peradaban.
Artinya, Diin haruslah diwujudkan dlm masyarakat, bahkan ia menjadi asas
pembentuk peradaban.
Hal ini diisyaratkan oleh kata "dayyan", "daynuunah", "idaanah", "madiinah",
dan "tamaddun"
Kebanyakan peradaban di dunia dibentuk oleh jati diri kebangsaan
Namun peradaban Islam memiliki karakter tersendiri Islam telah membentuk
peradabannya sendiri.
Oleh krn itu, konsep Diin sejak awal telah menolak paham sekuler yg memberi
batasan pd agama.
Diin tdk terbatas pd ritual peribadatan, tdk pula pd level individu.
Diin terwujud dlm diri manusia, mengejawantah pd perilakunya, lalu membentuk
budaya dan peradaban.
Diin yg dimaksud di sini tentu saja adalah Islam. Ada diin-diin lain, tp yg
diterima Allah hanyalah Islam.
Keberadaan diin2 selain Islam diisyaratkan dlm QS [3]: 19, [3]:85 dan [5]:3
Tokoh spt Nurcholish Madjid pernah berkilah bhw "Islam" adalah "pasrah kpd
Tuhan"
Dgn demikian, ia bukanlah nama formal sebuah agama. Agama apapun, asal
pasrah, bs disebut Islam
Teori ini terbantahkan dgn QS. [5]:3, yg jelas2 menyebut Islam sbg nama
agama
Bahkan Islam adalah satu2nya agama yg namanya tercantum dlm Kitab Sucinya
Nama agama Katolik, Protestan, Yahudi, Konghucu dsb adalah pemberian manusia
Selain itu, penggunaan makna generik utk memaknai suatu nama sangatlah rancu
Apakah "shalat" bisa direduksi menjadi "doa" dan "zakat" direduksi jadi
"mensucikan"?
Padahal, Rasulullah saw menyuruh kita shalat sbgmn beliau shalat. Shalat bkn
sembarang doa
Shalat memang tdk terlepas dr makna doa, namun shalat bukan sekedar doa.
Islam pun bukan sekedar pasrah
Kepasrahan yg diharapkan haruslah terwujud dlm kepatuhan pd aturan2 Allah,
bukan aturan2 yg lain
Selain kata Diin, ada pula istilah "millah" yg sering diterjemahkan sbg
"agama".
Jika Diin merujuk pd Allah dan manusia, maka "millah" merujuk pd para Nabi
atau tokoh yg diikuti.
Dlm al-Qur'an, sering kita jumpai "millah Ibrahim"
Kepada golongan Ahli Kitab, Qur'an sering menyeru mereka agar kembali pd
millah Ibrahim
Ajaran para Nabi semuanya berasal dari Diin yg sama. Agamanya sama, meski
syariat berbeda2.
Selain itu, para Nabi jg disebut sbg "Muslim". Menariknya, nama "Islam" baru
muncul pd era kenabian Muhammad saw
Ini menunjukkan bhw kesempurnaan ajaran Diin tsb memang terwujud pd era
beliau.
Dgn demikian, tak ada pintu lagi bagi kenabian setelah beliau. Krn Diin
sudah sempurna.
Demikianlah paparan 'singkat' seputar konsep Diin.
Semoga kultwit ini bermanfaat bagi kita semua, memberi pemahaman yg benar
dan mempertebal iman kita
Aamiin yaa Rabbal 'aalamiin
wallaahu a'lam bish-shawaab

kultwit by AKMAL (@malakmalakmal)


[Non-text portions of this message have been removed]

------------------------------------

====================================================
Pesantren Daarut Tauhiid - Bandung - Jakarta - Batam
====================================================
Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
====================================================
website: http://dtjakarta.or.id/
====================================================Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/daarut-tauhiid/

<*> Your email settings:
Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
http://groups.yahoo.com/group/daarut-tauhiid/join
(Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
daarut-tauhiid-digest@yahoogroups.com
daarut-tauhiid-fullfeatured@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
daarut-tauhiid-unsubscribe@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/

Tidak ada komentar: